Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Diselamatkan Oleh Selendang Misterius Saat Hampir Mati

Diselamatkan oleh selendang misterius saat hampir mati

Assalamu'alaikum Wr,wb 

kali ini saya akan bercerita sebuah kisah yang diceritakan oleh tetangga saya, dimana didalam kisah ini ada satu bagian yang sangat aneh tapi nyata diluar nalar dan logika, dan bagaimanakah kisah selengkapnya?

Baiklah cerita langsung saja dimulai..

CERITA ini terjadi sudah lumayan lama, tepatnya yaitu sekitar tahun 1990an dimana pada masa itu dikalimantan masih ramai-ramainya masarakat bekerja sebagai penebang pohon yang diperuntukan untuk pengolahan kayu untuk perusahaan yang akan di export keluar daerah hingga luar negri, termasuk dengan teman dari tetangga saya ini yang saja sebagai "PAMAN IYAN" , paman iyan sendiri termasuk pemula dalam hal menebang pohon sehingga masih harus banyak belajar lagi dalam bidang ini, pada suatu hari datanglah seorang yang bisa dibilang sahabat oleh paman iyan ini, beliau mengajak paman iyan untuk pergi ke kelimantan tengah untuk menebang pohon yang upahnya lumayan besar pada masa itu,

"Kalau mau nanti hari minggu kita berangkat yan,, 

Upahnya lumayan besar lho ", ucap sahabatnya beliau yang sebut saja sebagai "UDIN" ,

"Kamu kan tahu din, kalau aku ini masih belum mahir menebang pohon,, " sahut paman iyan,

"Tidak apa yan,, nanti ku ajarin biar kamu tambah lancar menggunakan mesin sinso nya,, " sahut Udin meyakinkan paman iyan,,

"Baiklah kalau begitu, hari minggu aku ikut kamu din" Sahut paman iyan yang terlihat sangat senang

Singkatnya hari minggu pun tiba, dan pagi-pagi sekali si udin sudah ada menjemput paman iyan yang kala itu masih baru selesai melaksanakan shalat shubuh,

Mereka pun akhirnya berangkat dengan menggunakan kapal perahu motor, 

Perjalanan memakan waktu sekitar 2 hari dan beberapa kali harus ganti kapal guna sampai ketempat tujuan mereka yang sangat jauh dipedalaman tersebut, sesampai nya di sebuah kampung yang kebetulan di kampung tersebut banyak kerabat dari udin sehingga pada hari itu juga mereka langsung berangkat kedalam hutan dengan meminjam kapal kelotok dari kerabat nya si udin,

"Din,, kenapa kita tidak membawa mesin tebang pohon? dan kenapa hanya kamu yang membawa parang mandau,, sedangkan aku tidak? ", tanya paman iyan sembari keheranan karna tidak dikasih alat seperti parang untuk berjaga-jaga untuk kala mereka didalam hutan nantinya,

"Mesin sinso dan mandau buat kamu sudah ada di kem yan" jawab udin singkat, 

KEM adalah semacam pondok yang nantinya akan mereka gunakan untuk bermalam ditengah hutan, dalam perjalanan itu mereka tidak banyak bicara dan hanya mengatakan perkataan yang seperlunya saja, singkatnya mereka pun sampai kedalam hutan yang anehnya disana tidak ada Pondok atau tanda-tanda alat untuk mereka menebang pohon nantinya,,

"Yan kita turun disini ya,, dan kamu jalan aja duluan kedalam,, sementara aku mau mengikat kapal ini dulu" ucap udin sembari menujuk jalan setapak yang nampaknya sudah lama tidak dijalani, paman iyan pun mengangguk dan langsung berjalan sembari memperhatikan hutan sekitar, 

" Din kok perasaan ku tidak enak ya? jantung ku berdegup kencang dan rasanya seperti ada yang aneh pada hutan ini " ucap paman iyan sambil membelakangi udin,

"Ahh itu perasaan kamu saja yan,, ayo kita jalan,, kamu dimuka dan aku dibelakang" jawab udin yang sudah selesai mengikat perahu,

"Ikuti saja jalan didepan, setelah kurang lebih 30 menit perjalanan kita akan sampai di pondok yan" sambung udin,, 

Paman iyan pun kembali berjalan di ikuti oleh udin,, dalam perjalanan itu lagi-lagi tidak banyak obrolan yang keluar dari mulut mereka, dan fikiran paman iyan pun terus saja memikirkan tentang perasaan beliau yang semakin tidak merasa enak,, entah apa yang akan beliau lihat dan alami beliau pun tidak tahu, yang jelas beliau hanya bisa berdoa, semoga tidak terjadi apa-apa kepada dirinya dan sahabatnya tersebut, diselah perasaan yang tidak enak itu TIBA-TIBA 

"BUK, , , , , !!!! " 

"KU SUMBALIH IKAM ! ! ! " (kubunuh kamu!!) teriak udin dari arah belakang yang saat itu sudah mengayunkan Parang mandau ke leher nya paman iyan,, 

" Aaaaaaa~! ! ! ! ! Aduh diiiin ! ! ! !" 

Teriak paman iyan yang spontan kesakitan dan merasakan aliran darah hangat yang menyembur dari lehernya,,

"Ku bunuh kamu!!!!" 

Teriak udin yang lagi-lagi mengayunkan parang nya ke arah wajah paman iyan yang langsung reflek ditahan beliau dengan tangan kanan nya sehingga tangan beliau pun kembali luka dan mengeluarkan darah, paman iyan pun langsung terjatuh dan kesakitan karna luka yang dihasilkan oleh tebasan parang nya si udin cukup besar dan terus mengeluarkan darah yang banyak,

Dan pada seper sekian detik si udin pun kembali mengayunkan parang atau goloknya ke arah wajah paman iyan,, namun beliau sempat menghindar dan langsung berdiri dan lari dengan sekuat tenaga sembari memegangi leher belakang nya yang masih mengeluarkan darah itu, beliau terus berlari sekencang mungkin tanpa tahu arah dan tujuan, setelah beberapa saat beliau berlari beliau pun melihat ke arah belakang yang ternyata si udin sudah tidak ada lagi berada disana paman iyan pun berhenti dibalik pohon besar hanya untuk memulihkan tenaga beliau sembari menahan rasa sakit akibat luka menganga yang masih saja mengeluarkan darah, diselah nafas yang tidak beraturan disaat itu pula pertanyaan demi pertanyaan muncul di pikiran beliau, 

"Kenapa si udin tiba-tiba mau membunuhnya,, bukan kah mereka adalah sahabat ?,, kenapa udin se tega itu terhadap beliau, apakah udin punya dendam terhadap ku ", gumam paman iyan sembari merasakan kakinya yang mulai dingin tersebut, tidak berapa lama kemudian hari pun mulai senja dan semakin gelap,, sedangkan beliau tidak tahu ada dimana dan kemana arah dan tujuan selanjutnya,, ditambah lagi luka dibagian leher beliau yang masih mengeluarkan darah,

paman iyan pun hanya bisa menahan rasa sakitnya dan mencoba pasrah,, namun tidak berapa lama kemudian terdengar dari jauh seperti ada suara langkah kaki yang beliau yakini itu adalah si udin yang masih mencari keberadaan beliau, terlihat pula sorotan senter ke segala arah pepohonan yang menandakan itu adalah benar-benar udin yang masih mencari dan akan membunuhmya,, paman iyan yang sudah tidak kuat itupun kemudian menguatkan hati dan meyakinkan dirinya kalau dia harus berjalan lagi untuk menghindari udin,, 

" Walau harus mati, aku tidak mau mati ditangan Udin!! " begitu gumamnya dalam hati.

Paman iyan pun bangkit dan mulai berjalan sambil tertatih-tatih,, beliau terus berjalan hingga mendapati pohon kariwaya yang sangat besar, merasa batas kemampuan nya sudah mendekati akhir, maka beliau pun langsung duduk dan bersender di pohon kariwaya atau beringin tersebut, dan pada saat itu pula beliau tidak kuasa menahan tangis karna merasa bahwa dirinya akan segala meninggalkan dunia ini, beliau langsung teringat dengan ibu dan bapaknya sehingga suara tangis beliau pun memecah keheningan hari yang sudah gelap itu,, beliau tidak perduli lagi dengan udin sehingga tangis nya pun semakin keras dan menyayat hati, dari kejauhan nampaknya si udin mendengar suara tangisan keputus asaan itu dan tidak berselang lama tiba-tiba ada cahaya senter udin yang mengarah kesegala tempat itupun mulai mendekati beliau yang semakin teringat dengan orang tuanya,

" Yaa Allah,, Umaaa Abaaah,,, ampuni uluun,," 

(Yaa Allah,, ibuuuu,,, bapaaak,,, ampuni akuuu,,) 

ucap paman iyan sembari tidak kuasa menahan tangis dan mulai pasrah dengan nasib yang akan menimpanya, dalam posisi yang masih bersender dipohon yang sangat besar itu, beliau pun hanya bisa menatap ke arah atas pohon kariwaya itu, namun diselah keputus asaan nya tiba-tiba saja ada sebuah kain berwarna putih yang perlahan lahan kain itu turun dari atas pohon dan mengarah langsung ke wajah beliau,,

kain itu berbentuk seperti selendang dari kain sutra yang sangat lembut dan berukuran sangat panjang, 

kemudian kain itu langsung melilit dengan lembut di seluruh leher paman iyan dan kemudian berjalan ke arah tangan paman yang juga terluka cukup parah,

secara AJAIB setelah lilitan dari kain aneh dan misterius itu tiba-tiba saja luka yang ada dileher dan tangan beliau menjadi hilang dan tidak membekas sama sekali, paman iyan kaget dan merasa aneh dengan apa yang di alaminya, terlebih lagi kain itu masih berada disamping beliau,, 

Walau luka beliau sudah hilang namun si udin yang dirasa semakin mendekat pada saat itu, sehingga beliau pun spontan mengambil ancang-ancang untuk segera berjalan menghindari si udin namun sebelum beliau melangkahkan kakinya tiba-tiba saja kain tersebut melilit badan beliau dan membawa beliau naik ke atas pohon yang cukup tinggi tersebut, tepat ketika beliau baru sampai diatas pohon tiba-tiba si udin langsung sampai dibawah tempat paman iyan senderan tadi, si udin pun berhenti sejenak, mungkin karna melihat tetesan darah dari paman iyan yang terkumpul ditempat beliau senderan tadi, dan udin pun langsung mengarahkan senternya ke segala arah dan terlihat memperhatikan pohon tersebut dengan senternya mungkin saja si udin berfikir kalau sangat mustahil bagi paman iyan untuk menaiki pohon yang tidak mungkin untuk dinaiki tersebut mengingat ukuran nya yang sangat besar, sehingga pada waktu itu udin pun tidak mengarahkan senternya ke bagian atas,, padahal paman iyan kala itu sedang berada di atas dengan badan yang gemetar dan jantung yang berdebar,, tidak beberapa lama kemudian si udin pun mulai meninggalkan tempat itu dan masih mengarahkan senternya kesegala arah pepohonan yang ada disana, paman iyan pun langsung memperhatikan kanan dan kiri,, atas hingga bawahnya, namun tidak ada mahkluk apapun disana kecuali dirinya sehingga tentunya itu membuat beliau penasaran 

"SIAPAKAH yang menolongnya barusan?"

seperti apakah rupa dan wujudnya, beliau pun tidak tahu, sehingga itu membuat beliau merasa sangat terharu dan kembali menangis dengan pelan dan berkata,

"DATUU,,,, terima kasih datu laah,, sudah menyelamatkan ulun~ " namun tidak ada jawaban, setelah beberapa jam diatas sana beliau pun tidak berani untuk turun dan kembali berkata 

" Ulun isuk haja turun,, ulun takutan turun malam ini kalu tadapat udin" (aku tidak berani turun malam ini, aku besok saja turun, aku takut kalau malam ini bertemu lagi dengan udin), ucap paman iyan yang ditujukan kepada mahkluk yang tak kasat mata yang sudah menolongnya, beliau pun bermalam di atas pohon kariwaya tersebut,, hingga tidak sadar beliau pun tertidur dan kembali bangun yang ternyata sudah ada cahaya remang-remang dan itu menunjukan kalau hari sudah memasuki pergantian antara shubuh dan pagi, setelah beliau bangun tiba-tiba dari atas muncul kembali kain yang seperti selendang itu dan kembali melilit tubuh beliau dan menurunkan nya kebawah, sesampainya dibawah setelah lilitan kain itu terlepas, kain itupun kembali naik ke atas dan hilang secara misterius,, paman iyan pun kembali berterima kasih kepada sang penolong misterius itu, dan langsung berjalan kearah pohon tempat beliau memulihkan tenaga saat senja kemarin,

Setelah sampai disana beliaupun memperhatikan arah tetesan darah yang berasal darinya semalam,

Setelah berjalan cukup lama, beliau pun akhirnya sampai lagi ketempat jalan setapak dimana beliau di libas menggunakan parang atau golok oleh si udin kemarin sore,, 

Namun kala itu beliau tidak berani kembali ke arah dimana kapal si udin bersandar, beliau memilih untuk kembali berjalan ke arah yang berlawanan dari tempat itu,, 

Singkatnya setelah beberapa jam berjalan ternyata jalan tersebut mengarah ke sebuah pertiga'an 

Yang disitu ada jalan setapak yang lebih besar, dengan mengikuti nalurinya beliau pun berjalan ke arah kanan dan singkatnya beliau menemukan sebuah kampung yang tidak begitu besar, 

Sesampainya dikampung itu beliau pun langsung menuju ke sebuah rumah yang kebetulan banyak orang yang sedang duduk-duduk disana, beliaupun langsung menceritakan apa yang beliau alami, namun ketika memperlihatkan bekas luka, bekas luka itu sudah tidak ada lagi sehingga ada beberapa orang yang merasa tidak percaya dengan cerita dari paman iyan,,

Tidak lupa juga paman iyan meminta bantuan orang-orang itu untuk mengantarnya pulang, dan ketika sampai di kampung nya barulah dia bayar ongkos jasa orang yang mengantarkan nya tsb, 

Dan syukurnya orang itu mau mengantarkan beliau walau di beri upah nanti setelah sampai, dan akhirnya beliau pun diantar kapal kelotok untuk pulang ke kampung halaman nya lagi, dan setelah sampai tidak lupa pula beliau memberikan sejumlah uang dan 2 jrigen minyak solar secara cuma-cuma untuk orang yang mengantarnya tersebut,,

Merasa sangat berterima kasih akhirnya orang itu mengangkat paman iyan menjadi saudara angkatnya dan mengembalikan sebagian uang yang paman iyan kasih,, namun beliau menolaknya dan berkata 

" Uang ini aku terima, dan aku titip kepadamu untuk anak istrimu,, jadi mohon diterima "

Orang itupun menerima nya dan diketahui sampai saat ini hubungan orang tersebut dengan paman iyan sangatlah rekat dimana tiap tahun nya orang itu selalu datang berkunjung kerumah paman iyan dan benar-benar menganggap beliau seperti keluarganya sendiri.

Sedikit ikhtisar

Kebaikan akan selalu dibalas dengan kebaikan, apalagi jika kebaikan tersebut di berikan kepada orang yang baik dan tepat, maka kebaikan tersebut akan melahirkan kebaikan kebaikan baru yang akan datang kepada kita nantinya, tentang alasan kenapa si udin yang tiba-tiba ingin membunuh paman iyan, sampai sekarang tidak diketahui apa alasan nya, 

Karena sifat paman iyan yang tidak pernah berburuk sangka dengan orang sehingga beliau pun merasa tidak ada masalah selama mereka berteman,, 

Namun tidak tahu dari sisi si udin, 

Mungkin saja si udin pernah IRI atau DENGKI dari paman iyan, karena mereka berdua memang sejak dulu sudah berteman dan selalu bekerja di tempat yang sama,,

Semenjak itu, udin pun tidak pernah lagi terlihat di kampung paman iyan,, entah dia tau paman iyan masih hidup atau apa wallahua'lam,

Sekian cerita dari tetangga saya yang pernah menimpa teman beliau, jika ada tutur kata yang tidak enak dalam tulisan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya,,

Wasallamualaikum, Wr, Wb,

SELESAI

close