Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PERJALANAN SUKMA GUNUNG MERAPI

Kisah ini dialami Beni dan Mika pada tahun 2016 lalu.

Waktu itu Mika masih duduk di bangku sekolah. Melihat trend mendaki sa’at itu sedang populer Mika mempunyai keinginan untuk pergi mendaki gunung tapi Mika tau kalau dia pergi mendaki pastinya dia tidak akan diperbolehkan oleh kedua orang tuanya karena bisa dibilang Mika adalah satu-satunya anak dari keluarga yang cukup mampu.

Jangankan pergi mendaki gunung, pergi keluar rumah aja dia harus pamit dulu.

Keinginan Mika untuk pergi ke gunung ini tidak putus hanya karena itu, dia mencari akal bagaimana caraya agar dia bisa di'ijinkan untuk pergi mendaki. Dia menghubungi kakak iparnya yang bernama Beni yang sudah terbiasa mendaki untuk meminta tolong untuk mengajaknya pergi mendaki dan meminta ijin kepada kedua orang tuanya.

Melihat ajakan dari Mika, Beni menolak dengan alasan dia tidak berani jika harus minta ijin kepada orang tuanya tapi karena kasihan melihat Mika akhirnya Beni memberanikan diri untuk meminta ijin pada orang tua Mika.

Singkat cerita.

Ke’esokan harinya Beni datang kerumah Mika dan meminta ijin kepada kedua orang tuanya dengan berbagai alasan dengan tujuan agar diijinkan dan akhirnya orang tua Mika mengijinkan mereka pergi mendaki tapi dengan satu syarat yaitu Beni harus selalu menjaga Mika.

Dengan perasa’an lega Beni meng-iyakannya dan Mika, dia sangatlah merasa senang mendengar semua itu.

Setelah mendapat ijin dari kedua orang tuanya Beni dan Mika berunding kemana mereka harus mendaki dan... Beni memutuskan untuk mendaki ke Merapi aja karena gunung yang paling dekat dengan tempat tinggal mereka adalah gunung merapi.

Ke’esokan harinya ketika di sekolah. Mika menemui dua teman dekatnya dan mengajaknya untuk pergi mendaki, dua temannya itu adalah Radit dan Vita.

“Eh lusa kalian berdua ikut yuk mendaki ke Merapi”.

Mendengar itu Radit dan Vita kaget, lalu Radit menjawab,

“Ke merapi? Mendaki dong?”

“Iya lah, ikut ya?"

“Kamu serius mau ke merapi? Sama siapa? Kok tumben boleh keluar apalagi mendaki gunung?”

“Kalian tenang aja, kalo gak dibolehin gak mungkin aku ngajakin kalian”

“Boleh lah, tapi aku gak mau ikut campur ya kalau nanti kamu dimarahin ortu”

“Kalian tenang aja, semua resiko ditanggung sopir yang penting kalian siapin aja buat lusa”.

Ucap Mika dengan penuh keceria’an.

Radit dan Vita pun menyetujui ajakan Mika dan betapa senangnya Mika pada hari itu.

Sepulang sekolah Mika mengajak mereka berdua pergi ke toko outdoor untuk membeli peralatan mendaki karena mereka berdualah yang tau peralatan apa aja yang diperlukan untuk mendaki gunung dan setelah semua sudah terbeli mereka pulang kerumah masing-masing.

Malam harinya Beni menghubungi Mika melalui telepon dan memberitahunya agar berolahraga kecil-kecilan dengan tujuan agar tidak kaget nantinya.

Singkat cerita, tibalah hari pemberangkatan.

Sepulang dari sekolah terlihat Beni sudah menunggu Mika dirumahnya dan siang itu mereka berangkat dengan menggunakan mobil.

Sebelum berangkat tidak lupa mereka pamit dengan kedua orang tua Mika dan tidak lupa menjemput Radit dan Vita di depan pintu gerbang sekolahannya. Setelah dijemput mereka langsung berkendara menuju ke tempat tujuan.

Jam 3 lebih 15 menit, mereka sampai di polsek Selo, sesampai disitu Beni melapor kepada polisi yang bertugas agar dicatat nomor kendara’annya dan meninggalkan nomor yang bisa dihubungi. Sesampai di bascamp mereka mempersiapkan dirinya masing-masing dan sore itu juga mereka berangkat mendaki.

Berjalan santai.

Mereka berjalan dengan posisi Radit paling depan dan dilanjut dengan Vita, Mika dan Beni paling belakang sebagai sweaper.

Di sepanjang perjalanan Mika merasa sangatlah senang karena ini adalah pertama kalinya dia menginjakan kaki di pegunungan. Setelah kurang lebih satu jam berjalan sampailah mereka di pos 1, sesampai disitu mereka istirahat untuk minum dan ngemil makanan ringan.

Di pos 1 itu pemandangannya luar biasa indah, terlihat gunung merbabu yang menjulang tinggi disebelahnya, melihat itu Mika bilang pada Beni,

“Mas, itu gunung apa?”

“Gunung merbabu itu dek”, jawab Beni.

“Kenapa gak kesitu aja?”

“Berat, nanti aja mas ajakin kesana”.

Di pos 1 itu mereka saling bercanda, melihat hari yang sudah semakin sore Beni mengajak mereka untuk lanjut berjalan agar tidak kemalaman nantinya.

Lanjut berjalan.

Setelah pos 1 ini jalur didominasi dengan bebatuan terjal, mereka berjalan dengan hati-hati karena salah sedikit saja mereka bisa terpeleset.

Hari mulai gelap, karena kodisi jalan yang semakin gelap mereka menyalakan senternya masing-masing dan sampailah mereka di pos 2 sekitar 7 malam. Sesampai disitu mereka istirahat lagi untuk mengembalikan tenaga yang sempat terkuras karena terjalnya jalur yang mereka lalui tadi.

Di pos 2 Beni mengeluarkan alat masaknya untuk membuat minuman hangat dan di pos 2 itu Mika terlihat sudah sangat kelelahan. Melihat itu Beni bilang pada Mika,

“Capek dek?”, tanya Beni.

“Capek banget”.

Ucap Mika dengan lemas.

Lalu beni menjawab,

“Ya beginilah kalo naik gunung, yaudah kamu istirahat dulu aja nanti kalo udah gak capek kita lanjut”.

Beni menggelarkan matrasnya agar bisa digunakan untuk istirahat, sambil menunggu tenaga kembali pulih Beni mengobrol dengan Radit sambil menikmati kopi buatan Beni.

Ketika Beni dan Radit sedang asyik mengobrol Mika tertidur diatas matras, melijhat itu Beni membiarkannya karena dia mengira mungkin Mika kecapekan karena ini adalah pengalaman pertamanya mendaki gunung.

Mereka bertiga pun mengobrol dan saling bercerita, nah ketika mereka segang asyik mengobrol tiba-tiba salah satu temannya yang bernama Vita merasa seperti ada yang meniup bagian belakang lehernya dengan pelan.

Awalnya Vita mengira itu adalah hembusan angin tapi malam itu angin tidak berhembus karena terlihat beberapa dedaunan disekitarnya terlihat diam jadi gak mungkin kalau tadi adalah hembusan angin.

Tidak lama setelah itu, tanpa disengaja Vita menoleh kearah Mika yang sedang tidur dan... dia dikagetkan oleh sebuah bayangan putih yang melintas di sebelah Mika yang sedang tidur.

Bayangan putih itu hanya sekilas tapi terlihat sangat jelas.

Melihat Vita kaget Radit pun bertanya pada Vita,

“Ada Vit?”

“Eh enggak, gak ada apa-apa kok”, jawab Vita dengan penasaran.

“Gak ada apa-apa kok kaget?”

“Ambilin minum dong Dit aku haus”. Jawab Vita mengalihkan perhatian mereka.

Lalu Beni menyahutnya,

“Vita jangan kebanyakan bengong ya”

“Hehe iya mas”.

Setelah minum seteguk air Vita berbisik kepada Radit,

“Barusan kayak ada bayangan yang lewat di dekat Mika”.

Mendengar itu Radit tersentak, lalu dengan berbisik Radit menjawab,

“Husst jangan ngomong aneh-aneh”.

Melihat mereka yang sedang berbisik-bisik Beni bertanya,

“Kalian sedang ngomongin apa?”.

Lalu Vita berucap,

“Enggak mas lanjut jalan yuk, aku ngerasa gak enak disini”.

Mendengar ucapan Vita mereka berdua merinding, Beni berfikir apa jangan-jangan Vita habis melihat sesuatu yang tidak wajar.

Beni pun segera mengemasi peralatan masaknya dan membangunkan Mika yang masih tertidur. Setelah dibangunkan Mika terlihat sangat lemas dia merasa kepalanya pusing dan pandangannya buram, dia mengira mungkin ini karena efek bangun tidur.

Mika tidak bilang tentang keada’aanya ini kepada mereka semua, dia hanya minta ambilin air untuk diminum, setelah selesa minum dia merasa agak baikan kemudian mereka lanjut berjalan.

Sambil berjalan Mika berusaha menahan pusing yang dirasakannya tanpa bilang pada teman-temannya karena dia tidak ingin menjadi beban dan disisi lain Mika lah yang mempunyai acara pendakian ini.

Di tengah-tengah perjalanan menuju ke pasar bubrah tepatnya ketika mereka sampai di area Watu Gajah, tiba-tiba dari sela-sela pepohonan Mika melihat ada sosok orang yang berpakaian hitam dengan wajah yang sangat pucat sedang menatap kearahnya.

Melihat itu spontan Mika berteriak menutup mukanya dan menyembunyikan mukanya di pundaknya Beni. Melihat Mika yang tiba-tiba seperti itu mereka semua kaget terutama Beni.

“Kamu kenapa dek?”, ucap Beni sambil merangkul Mika.

Sambil ketakutan Mika menjawab,

“Ada yang ngeliatin aku disana”, jawab Mika sambil menunjuk kearah orang yang tadi dilihatnya.

Spontan mereka semua menoleh keaerah yang ditunjuk Mika tapi mereka tidak melihat ada apa-apa dan siapa-siapa disitu.

Melihat kejadian ini mereka semua merinding, lalu Vita mendekati Mika dan berucap,

“Gak ada apa-apa Mik, yuk lanjut jalan lagi yuk”.

Pelan-pelan Mika membuka telapak tangan yang tadi menutupi mukanya sambil menganggukan kepalanya.

Setelah itu Beni berkata,

“Gak ada siapa-siapa dek, ayok lanjut jalan lagi deketan sama mas”.

Mereka pun lanjut berjalan dan Mika, dia tidak berani lagi melihat kearah orang yang tadi dilihatnya.

Lanjut berjalan.

Karena merasa ketakutan di sepanjang perjalanan Mika menggandeng tangannya karena dia merasa di sekelilingnya itu ada banyak pasang mata yang sedang memberhatikannya.

Singkat cerita sampailah mereka di Pasar bubrah. Disitu didalam pandangan Mika penuh dengan kabut dan di pasar bubrah itu samar-samar dia melihat ada beberapa bangunan kayu yang tak berpenghuni dan beberapa tenda pendaki yang berdiri berhadapan dengan bangunan kayu tersebut. Bangunan itu terlihat mirip banget dengan bangunan-bangunan rumah adat jawa kuno.

Mika mengabaikan semua itu karena dia mengira mungkin itu memang bangunan milik warga lereng gunung merapi yang sengaja didirikan disini.

Sesampainya di pasar bubrah Beni segera membongkar tasnya dan akan mendirikan tendanya untuk ngecamp. Nah ketika Beni akan mendirikan tendanya di sebidang tanah Mika melarangnya karena dalam pandangan Mika tempat yang akan dipakai untuk mendirikan tenda itu adalah sebuah sumur tua.

“Mas jangan bikin tenda disini, disana aja”,

“Kenapa dek? Disini kan tempatnya nyaman”, jawab Beni yang tidak melihat adanya sumur.

“Ini sumur mas nanti kita jatuh kedalamnya”

Mendengar perkata’an Mika itu Beni berfikir,

“Sumur? Apa jangan-jangan sumur gaib?”.

“Udah mas turutin aja kata-kata Mika”, sahut Vika yang sepertinya tau dengan apa yang terjadi kepada Mika.

Lalu Vita bilang pada Mika,

“Yaudah kamu pengen ngecamp dimana terserah kita nurut”

Lalu Mika berjalan dan menunjukan sebuah tempat yang dirasa disitu aman untuk dibuat ngecamp dan mereka pun mengikutinya.

Beni yang tidak tau apa-apa tentang apa yang terjadi kepada Mika pun hanya menurut dia berbisik bertanya pada Vita,

“Vita, Mika kenapa?”

“Gak tau mas, tapi aku ngerasain ada yang aneh aja”, jawab Vita.

“Ngerasain apa?”

“Nanti aku jelasin mas”.

Merekapun mendirikan tenda di tempat yang dipilih Mika, setelah tenda sudah berdiri Beni mempersilahkan Mika agar beristirahat didalam sementara mereka bertiga sedang sibuk memasak didepan tenda.

Sambil memasak Beni bertanya lagi kepada Vita,

“Vita, memangnya Mika kenapa?”

“Aku tidak tau persis ya mas, dulu tetanggaku ada yang tiba-tiba bertingkah aneh seperti itu dan dia juga seiring ditampaki sosok2 yang tidak bisa masuk akal manusia dan kata orang pintar mata batinnya terbuka”, jawab Vita menjelaskan kepada Beni.

“Memangnya kalau mata batinnya terbuka kenapa?”

“Dia bisa melihat hal gaib yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata”

“Apa jangan-jangan Mika seperti itu?”

“Bisa jadi, soalnya aku tadi di pos 2 sempat melihat ada bayangan yang lewat disamping Mika ketika sedang tidur. Tapi mudah-mudahan enggak deh mas aku juga kurang tau soalnya". jawab Vita yang juga tidak begitu tau.

Mendengar penjelasan dari Vita Beni ikut merasa takut begitupun dengan Radit yang dari tadi mendengarkan percakapan mereka berdua, Beni takut kalau terjadi apa-apa kepada Mika.

Di dalam tenda Mika mendengar ada orang yang sedang memanggil-manggil namanya dari belakang tenda.

“Mika, Mika”.

Suara itu mirip banget dengan suara Beni jadi Mika mengiranya itu adalah suara Beni yang sengaja memanggil-manggil Mika.

Mika pun menjawab suara itu dan setelah Mika menjawab, suara itu berkata pada Mika,

“Dek jangan biarkan fikiranmu kosong, bahaya”

“Iya mas, aku gpp kok”, jawab Mika.

“Yaudah kamu istirahat aja dan jangan pergi jauh-jauh dari mas Beni”.

Disisi lain dari luar tenda mereka yang sedang sibuk memasak mendengar Mika sedang berbicara sendiri.

Mereka pun datang kedalam tenda untuk melihat Mika sedang berbicara dengan siapa, setelah dilihat ternyata Mika sedang berbicara seorang diri sambil menghadap kebelakang tenda.

Beni pun langsung masuk menghampiri Mika dan bertanya,

“Dek kamu ngomong sama siapa?”

“Loh bukannya mas Beni tadi yang manggil-manggil aku?”, jawab Mika.

“Kamu jangan ngarang dek, mas Beni dari tadi di depan tenda sama Radit dan Vita”

“Tapi barusan ada suara mas Beni di belakang tenda”.

Jawab Mika dengan rasa kebingungan.

Ternyata yang berbicara dengan Mika itu adalah bangsa jin yang menyerupai suara Beni.

Beni langsung memeluk Mika sambil berucap,

“Mbah amit, iki putumu mung pengen dolan, gak enek niat elek liyane, dadi tolong paringi restu”

(Mbah, tolong, ini cucumu hanya ingin main kesini tidak ada niat jelek lainya, jadi tolong berikan ijin kepada kami)

Disisi lain dari luar tenda Radit dan Vita merinding mendengar kata-kata yang diucapkan Beni itu dan mereka juga menjadi takut melihat semua kejadian ini.

Malam semakin larut.

Terlihat Mika sudah terlelap tidur dan Beni, dia mempersilahkan Radit dan Vita agar beristirahat didalam tenda sementara Beni dia berencana tidak tidur untuk menjaga Mika takutnya terjadi apa-apa.

Vita pun masuk kedalam tenda untuk istirahat tapi tidak dengan Radit, dia ingin menemani Beni untuk jagain Mika.

Mereka sengaja tidak bilang pada beberapa pendaki lain yang ada disitu karena mereka tidak ingin merepotkannya disisi lain tempat camp mereka itu letaknya lumayan jauh dari tenda pendaki lain.

Sambil begadang mereka menghabiskan beberapa cangkir kopi dan beberapa batang roko sambil berbincang-bincang ditengah dinginnya pasar bubrah gunung merapi. Dan ketika mereka sedang asyik menikmati dinginnya malam tiba-tiba terdengar ada suara berisik yang bersumber dari dalam tenda.

Mendengar itu mereka berdua segera melihat kedalam tenda karena tekutnya terjadi apa-apa kepada Mika, setelah dilihat syukurlah ternyata Mika masih dalam keadaan tidurnya.

Merekapun kembali melanjutkan ngopinya di depan tenda dan tanpa mereka tau ternyata malam itu ada bangsa jin yang sengaja mengajak sukmanya Mika keluar dari raganya.

Ketika sedang tertidur lelap tiba-tiba Mika merasa seperti ada yang membangunkanya tapi semua itu terasa aneh, entah ini hanya mimpi atau apa tapi terasa sangant nyata.

Setelah membuka matanya Mika melihat ada sosok wanita yang duduk disampingnya dan mengulurkan tangannya kepada Mika seolah ingin mengajak Mika.

Mika pun meraih tangan sosok itu dan sosok itu menarik tubuh Mika hingga dia duduk dari tidurnya, setelah duduk sosok itu tiba-tiba menghilang begitu saja.

Mika pun segera keluar tenda untuk mencari sosok putih itu, sesampai diluar tenda dia melihat Beni dan Radit sedang duduk sambil minum kopi dan.. sebuah pemandangan yang benar-benar membuat Mika tercengang.

Diluar tenda itu Mika melihat ada banyak orang yang sedang mondar-mandir tanpa tujuan dan beberapa bangunan yang sama seperti yang tadi dilihatnya.

Tidak lama ketika Mika berada diluar tenda semua orang yang tadinya mondar-mandir itu tiba-tiba matanya menataptajam kearah Mika yang sedang berdiri.

Karena takut Mika mendekati Beni dan Radit yang sedang duduk didepan tenda tapi anehnya mereka berdua tidak merespon keberada’an Mika.

Beberapa kali Mika memanggil Beni tapi tetap saja mereka tidak merespon seakana-akan mereka tidak menyadari keberada’an Mika disitu.

Tidak lama kemudian dari belakang Mika mendengar ada suara yang berucap,

“Kamu bisa melihat semuanya, ikutlah denganku dan kamu akan baik-baik saja”.

Mendengar suara itu spontan Mika langsung menoleh kebelakang dan setelah menoleh kebelakang ternyata yang bicara itu adalah sosok wanita cantik bermahkota kerajaan dengan memakai kebaya berwarna hijau dan dihiasi putih bunga melati.

Wanita itu mengajak Mika untuk pergi ke sebuah tempat dan tanpa ada perasa’an takut Mika berjalan mengikuti sosok wanita itu.

Wanita itu menuntun Mika ke sebuah istana yang sangat megah, melihat istana itu Mika tercengang seakan dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Lalu wanita itu berkata pada Mika,

“Ikutlah masuk denganku, kamu akan lebih nyaman di dalam sana”.

Mendengar ajakan itu Mika merasa takut, dia takut kalau wanita ini akan mencelakainya tapi ditengah ketakutannya itu tiba-tiba ada 2 orang tua yang menghampirinya dan berkata,

“Jangan takut, masuklah”.

Mika pun masuk bersama wanita berkebaya hijau itu, sesampai didalam istana dia terheran karena didalam istana itu suasananya sangat sejuk dan damai, beberapa kali dia disambut orang-orang penghuni istana tersebut.

Mika bingung dengan keada’an ini dia berfikir,

“Aku sedang berada dimana ini?”

Melihat keada’an istana yang seperti itu perlahan rasa takut Mika hilang kemudian wanita berkebaya hijau itu berjalan menuju ke sebuah sebuah ruangan dan duduk di sebuah kursi yang disebelahnya terdapat 2 dayang.

Setelah duduk wanita itu mempersilahkan Mika untuk duduk juga di sebuah kursi yang yang terletak disampingnya.

“Kemari dan duduklah disebelahku”, ucap wanita berkebaya hijau itu.

Disitu Mika diperlakukan layaknya seorang putri. Karena merasa tidak pantas dengan perlakuan ini Mika menolak tapi wanita itu tetap memintanya untuk duduk disampingnya dan akhirnya Mika pun duduk di sebelah wanita itu.

Ketika sedang duduk dia memeranikan diri untuk berbicara dengan wanita berkebaya hijau itu,

“Maaf saya sedang berada dimana ya?”

“Kamu sedang berada di sebuah istana”, jawab wanita itu.

“Istana?”

“Benar, sukmamu telah masuk ke alam gaib”.

Mika tersentak setelah mendengar ucapan dari wanita itu, lalu dengan kata yang terpatah-patah dia bertanya,

“Beb..bagaimana caranya aku bisa kembali ke alamku sendiri?”

“Jangan khawatir, jika tiba waktunya kamu akan kembali”, ucap wanita itu sambil tersenyum kepada Mika.

Lalu Mika kembali bertanya,

“Kalau boleh tau saya harus memanggil anda siapa?”

“Panggil saja aku Nyai”, jawab wanita itu.

Mika hanya menanggukan kepalanya.

Tidak lama kemudian Nyai itu memanggil 2 orang tua untuk menghadapnya. Ternyata 2 orang tua itu adalah orang yang menghampiri Mika sebelum dia masuk ke istana ini tadi dan kedua orang itu bersenjatakan sebuah keris.

Setelah menghadap Nyai berkata pada Mika,

“Kamu pasti akan bosan jika disini terus, ikutlah dengan mereka”,

“Ikut kemana Nyai?”, jawab Mika.

“Mereka akan membawamu keliling istana”

Mika pun menganggukan kepalanya dan berdiri dari duduknya untuk ikut dengan 2 orang itu.

Merekapun berjalan keliling istana yang sangat megah ini dan setelah puas berkeliling istana kedua orang itu mengajak Mika keluar dari istana. Sesampai diluar ternyata suasananya ramai banget seperti di desa.

Tidak lama kemudian ada sebuah kereta kuda (Dokar) yang menghampiri mereka dan berhenti tepat didepan Mika. Kedua orang itu mempersilahkan Mika untuk masuk kedalam kereta kuda tersebut lalu Mika bertanya,

“Kita mau kemana kek?”

“Sambil menunggu waktu kamu kembali kita akan berkeliling desa ini”, jawab orang tua itu.

Mika pun masuk kedalam kereta itu kemudian disusul dengan kedua orang tersebut, setelah masuk kereta itu membawa Mika berkeliling desa.

Berjalan mengelilingi desa.

Ditengah perjalanan itu melihat-lihat sekelilingnya yang terdapat beberapa bangunan rumah jawa kuno, setelah sekian lama berkeliling desa mereka masuk ke sebuah pasar yang sangat ramai dengan meja yang tertata di setiap penjual yang ada di pasar itu dan di pasar itu dari kejauhan dia melihat Beni dan Radit sedang duduk berdua dan saling mengobrol.

Melihat itu spontan Mika meminta berhenti dan berlari mendekati Beni dan Radit, setelah didekati Mika bilang pada mereka,

“Mas Beni”

Tapi Beni tidak merepsonnya seakan dia tidak menyadari keberadaan Mika.

Karena tidak ada respon dari Beni Mika pun memanggil Radit,

“Radit ini aku Mika”

Dan Raditpun tidak meresponnya juga.

Mika tidak tau apa yang terjadi dan kenapa mereka tidak merespon keberadaan Mika, lalu dari belakang 2 orang tua itu mendatangi Mika dan memegang pundaknya Mika sambil berucap,

“Kalian beda dimensi jadi mereka tidak akan menyadari keberadaanmu disini”,

“Tapi kek aku ingin kembali bersama mereka”, pinta Mika.

“Tenang saja kamu pasti akan kembali tapi tidak sekarang”

“Aku mau sekarang kek”,

“Belum bisa, kalau kamu kembali sekarang jiwamu akan terancam”

Mika bingung dengan keada’an ini dan akhirnya Mika menurut dengan apa yang diucapkan kakek itu.

Mereka kembali masuk kedalam kereta kuda dan kembali ke istana. Sesampainya di istana dia disambut oleh 2 dayang dan diantarkan masuk bertemu dengan Nyai, setelah bertemu dengan Nyai Mika di hidangkan makanan yang berupa buah segar, ada apel, pisang, jeruk anggur dll. Melihat itu Mika tidak berani memakannya lalu Nyai bilang,

“Mika jangan takut, makanlah setelah ini kamu akan saya antar kembali ke ragamu”.

“Baiklah Nyai”, jawab Mika.

Akhirnya Mika pun memakan beberapa buah-buahan itu, setelah selesai memakannya Nyai berucap,

“Sekarang ikutlah denganku”,

“Kemana Nyai?”, tanya Mika.

“Aku akan mengantarmu kembali ke ragamu”

Mika pun berjalan mengikuti Nyai, sesampai didepan ruangan ternyata disitu sudah ada kereta kuda yang sedang menunggunya.

Nyai mempersilahkan Mika untuk naik kemudian disusul oleh Nyai. Mika terkejut melihat kejadian ini, dengan gagah Nyai mengendarai kereta kuda itu seorang diri dan yang membuat Mika lebih terkejut lagi kereta kuda yang dikendarai Nyai itu tidak tidak berjalan seperti pada umumnya, Nyai mengendarai kereta itu sambil melayang alias terbang.

Tidak lama mereka terbang menaiki kereta kuda itu sampailah mereka di tempat Beni dan Radit yang masih asyik mengobrol sambil minum kopi. Sesampai disitu mereka turun, setelah turun Nyai memeluk Mika dengan penuh kasih sayang sambil berucap,

“Mika, kamu adalah manusia yang baik, kamu harus kembali sekarang”.

Momen itu membuat Mika menangis terharu.

Lalu Mika menjawab,

“Nyai juga baik dan aku tidak akan pernah melupakan kebaikan Nyai”

Perlahan Nyai melepaskan Mika dari pelukannya sambil tersenyum, setelah itu Nyai mengulurkan tangannya kepada Mika dan Mika pun meraih tangannya Nyai, setelah diraih Nyai mendorong Mika dengan keras hingga Mika terpental.

Setelah terpental Mika Mika sudah tidak melihat keberada’an Nyai lagi dan seketika itu juga Mika terbangun dari tidurnya dalam keada’an kaget sambil memanggil-manggil nama Nyai.

Waktu sudah menunjukan jam 5 pagi, disisi lain Beni dan Radit yang tadinya diluar tenda langsung masuk kedalam karena mendengar Mika berteriak-teriak sendiri, sesampai didalam tenda dengan cepat Beni berusaha menenangkan Mika yang terus-terusan memanggil nama Nyai.

“Dek tenang dek, kamu kenapa?”

Dan Mika, dia masih terus menerus memanggil nama Nyai hingga membuat Vita yang tidur disampingnya kaget dan terbangun dari tidurnya.

Tanpa disuruh Radit langsung mengambilkan segelas air dan diberikannya kepada Mika dengan tujuan agar Mika lebih tenang, setelah minum seteguk air Mika sudah agak tenang dan tidak memanggil-manggil nama Nyai lagi tapi masih dengan keadaan yang gemetaran.

Vita yang baru saja bangun langsung mendekati Radit dan bertanya,

“Ada apa Dit? Kenapa dengan Mika?”

“Aku gak tau tiba-tiba saja Mika teriak-teriak sendiri”

Beni menangis melihat keada’an Mika yang seperti itu, tangannya terus memegang erat tangannya Mika sambil berucap,

“Dek nyebut dek nyebut kamu habis mimpi apa?”

Mika, dia bingung dengan apa yang dialaminya barusan

“Apakah tadi itu mimpi? Tapi rasanya itu sangat nyata?”

Perlahan Mika melepaskan pegangan tangannya Beni dan berucap,

“Aku gpp mas, mas Beni jangan khawatir”.

Disisi lain Vita sudah mengira kalau yang dialami Mika itu adalah nyata dan bukanlah mimpi tapi dia tidak bilang kepada yang lain.

Lalu Beni keluar tenda untuk membuatkan Mika minuman hangat dan meminta Vita agar menjaga Mika didalam tenda, ketika sedang menjaga Mika dengan pelan Vita bertanya pada Mika,

“Mika, kamu habis melihat apa?”

“Nyai”, jawab Mika dengan singkat.

“Nyai siapa?”

“Gak tau, dia orangnya baik banget, dia berkebaya hijau dan mengendarai kereta kuda”.

Mendengar itu Vita kaget, dia ingat tentang cerita tentang gunung merapi yang pernah didongengkan oleh neneknya ketika Vita masih duduk di bangku SD. Lalu Vita kembali bertanya,

“Kamu sebelumnya udah tau dengan dia?”

“Belum, aku baru melihatnya sekarang”, jawab Mika dengan polos.

Tidak lama kemudian Beni memberikan minuman hangat yang dibuatnya untuk Mika dan setelah itu Beni bilang pada mereka semua,

“Habis ini kita turun ya gak usah lanjut ke puncak kasihan Mika”

Lalu Mika menyahutnya,

“Enggak mas, aku mau ke puncak”

“Tapi Mika keada’an kamu seperti ini”

“Aku udah sehat kok mas, mas Beni tenang aja”

“Yakin?”

“Yakin banget”, ucap Mika sambil menunjukan kalau dirinya tidak seperti yang dikhawatirkan Beni.

Karena melihat Mika yang sepertinya sudah lebih baik dari sebelumnya akhirnya Beni pun menuruti perminta’an Mika untuk summit ke puncak, dia mengajak mereka semua untuk masak didepan tenda.

Ketika berada didepan tenda Mika terkejut melihat keada’an sekitar. Yang sebelumnya dia melihat tempat ini adalah pasar dan beberapa bangunan rumah adat jawa kuno sekarang menjadi gersang dan hanya terdapat beberapa batu besar yang menancap di tanah, dan dalam pandangan Mika sebelumnya batu-batu itu adalah lapak dari pedangang yang ada di area sini.

Mika semakin yakin kalau apa yang dirasakan semalam itu bukanlah mimpi. Mika mengabaikan semua itu kemudian dia lanjut masak berasama Beni Radit dan Vita.

Waktu sudah menunjukan jam 6 pagi, setelah selesai sarapan mereka bersiap-siap untuk summit kepuncak. Di perjalanannya menuju ke puncak itu Mika terus kepikiran tentang sosok Nyai yang bersamanya semalam hingga sampailah mereka di puncak, sesampai di puncak Mika terlihat sangat senang karena dia bisa melihat pemandangan diatas awan yang sangat indah dan ini adalah pemandangan terindah yang belum pernah dilihat Mika sebelumnya.

Dan ketika di puncak itu tepatnya di sela-sela awan samar-samar Mika melihat ada sosok Nyai yang bersamanya semalam sedang mengendarai kereta kuda seorang diri sedang mengitari gunung merapi. Mika berteriak memanggilnya tapi sepertinya Nyai tidak mendengarnya.

Melihat Mika yang berteriak Beni bertanya pada Mika,

“Dek, kamu manggil siapa?”

“Ada Nyai sedang mengendarai kereta kuda disana”

“Nyai? Jangan ngawur dek”

“Enggak mas beneran”

Beni bingung dengan perkataan Mika.

Lalu Vita menyahut pembicara’an mereka,

“Mika gpp mas Beni, dia cuma berhalusinasi aja”

“Kamu yakin Mika gpp”

“Gpp yakin aja”

Setelah puas dipuncak merekapun kembali turun, setelah sampai di tempat camp mereka langsung mengemasi barang-barangnya dan akan pulang. Nah ketika yang lain sedang sibuk berkemas tiba-tiba dari kejauhan Mika melihat Nyai sedang berdiri melambailan tangan memanggil Mika.

Tanpa disadari Mika berjalan kearah Nyai yang sedang berdiri itu, ketika akan sampai di tempat Nyai terlihat Nyai mengulurkan kedua tangannya kepada Mika, seakan dia ingin memeluk Mika.

Vita yang melihat Mika sedang berjalan menjauh dari teman-temannya memberitahu Beni,

“Mas Beni, itu Mika mau kemana?”

Tanpa menjawab Beni segera berlari menyusul Mika dan disusul dengan Radit dan Vita, sesampai ditempat Mika yang sedang berjalan Beni menarik tangannya Mika sambil bilang,

“Kamu mau kemana dek?”

Mendengar itu spontan Mika kaget dan menoleh kearah Beni yang sedang bicara kepadanya dan setelah pandangannya diarahkan kembali kearah Nyai dia sudah tidak ada.

Karena tidak ada jawaban dari Mika Beni kembali bertanya,

“Dek, denger mas Beni kamu mau kemana?”

“Tadi aku dipanggil Nyai disitu”

“Nyai? Nyai siapa?”

Vita menyahut pembicara’an mereka,

“Udah mas ayok kita turun sekarang”.

Merekapun berjalan kembali turun, sebelum meninggalkan pasar bubrah dari atas puncak merapi Mika melihat Nyai sedang melambaikan tangannya kepada Mika untuk mengucapkan selamat tinggal.

Mika pun melambaikan tangannya kepada Nyai sambil tersenyum dan tingkah laku Mika ini membuat Beni cemas tapi Vita berusaha menenangkan Beni agar tidak berfikir aneh-aneh.

Singkat cerita.

Sampailah mereka kemabli di bascamp, sesampai disitu mereka langsung masuk mobil dan pulang.

Ditengah perjalanan pulang Mika menceritakan tentang yang dilihatnya itu kepada teman-temannya begitu juga dengan apa yang dirasakan Vita terhadap Mika.

Ternyata apa yang dilihat Mika itu beneran nyata dan bukanlah mimpi, menurut Vita mata batin Mika sempat terbuka dengan sendirinya setelah dia tidur di pos 2 kemarin dan tertutup sendiri seteah dia bangun tidur.

Karena terbukanya mata batin Mika itu banyak banget bangsa jin yang ingin membawa Mika, termasuk sosok orang yang yang berpakaian hitam yang dilihat Mika di Watu Gajah itu. Tapi beruntunglah Mika bertemu dengan sosok Nyai dan melindungi Mika.

SEKIAN

close