PENGABDI SETAN GUNUNG KAWI
Cerita ini diangkat dari sebuah kesaksian sejumlah warga, tentang sebuah keluarga yang kabarnya telah melakukan perjanjian dengan setan dengan maksud untuk mengumpulkan kekayaan
PENGABDI SETAN GUNUNG KAWI
JejakMisteri - Perkenalkan Aku bu Nur (Semua nama tokoh dalam cerita ini disamarkan).
Aku adalah seorang wanita yang hidup seorang diri karena suamiku sudah meninggal dan anak anak ku sudah menikah dan ikut suaminya masing-masing.
Tinggal seorang diri bagiku tidak menjadi masalah, karena rumahku yang tidak terlalu besar dan kebutuhan hidup sudah ditanggung anak-anakku, jadi akupun hanya menikmati sisa hidupku sendirian dan tidak ada niatan untuk mencari pasangan hidup lagi karena umur yang kuanggap sudah cukup tua.
Sebenarnya dalam cerita ini, hampir semua warga pernah mendapatkan interaksi dari rumah pak Sigit, namun karena rumahku yang paling dekat bahkan bisa di katakan satu tembok, tidak heran kalau akulah yang pertama kali menyadari bahwa pak Sigit melakukan perjanjian dengan setan dan akulah yang paling sering mendapatkan gangguan dari rumah Pak Sigit.
Pak Sigit, yang kami tau adalah seorang buruh di salah satu pabrik besar di kotaku, sebagai tetangganya kami sangat jarang sekali bertemu dengan pak Sigit dan memang kurang begitu kenal, karena selain pak Sigit ini adalah seorang pendatang, dia juga sangat pendiam sekali.
Beda dengan bu Wati, bu Wati adalah istri Pak Sigit yang kami kenal memang sangat ramah dan sangat aktif dalam semua kegiatan sosial.
Pagi itu seperti biasanya, aku memulai hari dengan memberesakan dan membersihkan rumahku, tetapi siapa sangka hari itu adalah awal dari sebuah cerita yang berakhir tragis dari keluarga pak Sigit.
Karena rumah kami memang bergandengan, jadi hampir semua kegiatan keluarga pak Sigit aku bisa Mendengarnya, bahkan aku bisa melihat bu Wati ketika memasak di Dapur jika aku membuka jendela, karena dapur pak Sigit ini memang terletak di belakang rumah dengan tembok yang masih belum tertutup rapat, jadi apapun masakan Bu Wati saat itu aku bisa melihatnya,. Dan hal itu memang sudah menjadi pemandangan wajar dalam hidup bertetangga seperti kami.
Pagi itu, Aku mendengar bu Wati sedang menangis tersedu-sedu, suara itu sangat terdengar jelas sekali dari rumahku. Sebagai tetangga yang baik Saat itu aku hendak mengunjunginya untuk memastikan keadaannya.
Karena bu Wati ini belum memiliki seorang anak dan dirumah hanya sendirian ketika ditinggal Pak Sigit kerja, jadi kurasa tindakanku saat itu tepat untuk sekedar menemaninya ketika dia bersedih.
Ketika sampai dirumah pak Sigit, aku sangat terkejut karena melihat semua perabotan rumahnnya saat itu berantakan bahkan sebagian hancur.
"Waduh kalian habis bertengkar ?" Tanyaku,
"Iya bu tadi subuh," kata bu Wati sambil kembali meneteskan air mata.
Bu wati mengaku habis bertengkar hebat dengan pak Sigit karena masalah ekonomi. Akupun saat itu hanya bisa menenangkan dan menemaninya sepanjang hari agar bu Wati tidak merasa kesepian.
Waktu pun berlalu, Sekitar seminggu kemudian, aku sudah tidak pernah mendengar suara tangisan lagi, yang sering kudengar kali ini adalah suara Tawa dari bu Wati yang sesekali sampai ke telingaku, itu membuat aku ikut senang karena mungkin masalah mereka sudah selesai, fikirku. Selang beberapa minggu, tiba-tiba bu Wati datang kerumahku sambil membawa sebuah bingkisan, beliau membagikan bingkisan kepada sebagian Warga sebagai ucapan syukur karena beliau habis membeli mobil dan motor.
Akupun saat itu kembali ikut merasakan kebahagiaannya, karena menurut bu Wati semua ini gara-gara pak Sigit yang mengalami kenaikan jabatan di tempat kerjanya.
Hari-hari pun berlalu, rumah pak Sigit Kini di bangun lebih besar dengan terdapat taman kecil didepan rumah lengkap dengan ayunannya.
Singkat cerita. Semuanya berubah menjadi kecurigaan ketika hampir setiap malam aku mencium aroma bunga melati dari arah rumah pak Sigit, dan sering kali aku berkunjung kerumah pak sigit untuk memastikan keberadaan tanaman tersebut dan anehnya aku tidak pernah menemukannya.
Semakin hari, aku semakin tidak berani berkunjung lagi ke rumah pak Sigit, karena menurut warga sekitar, setiap melewati rumah pak Sigit, mereka selalu mencium aroma bunga melati dan sering kali warga melihat sosok kuntilanak yang sedang duduk di ayunan depan rumah.
Jendela rumahku pun sudah jarang aku buka, karena pernah sekali aku buka, dan aku melihat ke arah rumah pak Sigit, aku juga melihat sosok wanita berwajah sangat menyeramkan berdiri melihat ke arahku, mulai saat itu kami warga sekitar meyakini bahwa pak Sigit telah melakukan perjanjian dengan setan untuk mendapatkan kekayaan.
Tidak hanya disitu saja, setiap aku melihat pak Sigit keluar rumah, pasti disitu ada sosok wanita yang mengikutinya, kalau lagi bawa mobil dia selalu disampingnya dan kalau keluar bawa motor, dia juga selalu di bonceng di belakangnya, pada awalnya memang kukira wanita tersebut adalah Bu Wati, tapi ternyata tidak, hal itu dapat kupastikan setelah beberapa kali wanita tersebut menoleh ke arahku. Wajah putih pucat dengan bercampur darah di sebagian wajahnya membuat aku menduga dia adalah setan.
Berita tentang pesugihan pak Sigit pun beredar dengan sangat cepat dari mulut ke mulut, gosip warga ini, tentu saja tidak kukatakan kepada bu Wati, karena aku takut menyinggung perasaannya.
Beberapa bulan kemudian, aku sudah tidak pernah lagi melihat pak Sigit, begitu juga bu Wati. Beliau sudah jarang sekali keluar rumah, rumahnya setiap hari tertutup dan hampir tidak pernah menerima tamu.
Hingga pada suatu malam aku mendengar teriakan yang sangat keras dan suara orang bertengkar hebat dari arah rumah pak Sigit.
Karena aku hanya sebagai tetangga dan tidak mau ikut campur urusan rumah tangga orang, akhirnya aku hanya bisa diam mendengarkan, karena suaranya memang semakin jelas diantara keheningan malam.
Suara pertengakaran ini pun semakin keras, dengan sesekali terdengar suara benda jatuh seakan dibanting ke lantai dan di tambah seperti ada suara pukulan berkali kali.
Hal itu tentu saja membuatku sangat khawatir dengan keadaan bu Wati.
Dan tidak beberapa lama kemudian, aku mendengar suara mobil pak Sigit keluar dari rumah dengan kecepatan penuh.
Setelah pak Sigit keluar rumah, aku kira saat itu bu Wati ikut keluar, ternyata tidak, saat itu lagi-lagi aku mendengar suara tangisan bu Wati yang khas, dan terdengar sangat memilukan. Karena saat itu aku khawatir dengan keadaan bu Wati, tanpa fikir panjang aku putuskan untuk segera pergi kerumah pak Sigit untuk menolongnya.
Sampai depan rumah, aku langsung di sambut dengan penampakan sesosok wanita berbaju putih sedang duduk diayunan sambil bernyanyi-nyanyi.
Saat itu aku langsung ketakutan dan berlari ke arah samping rumah pak Sigit, karena di pintu depan selain di jaga kuntilanak pasti pintunya juga dikunci, jadi lewat jendela saja, Fikirku.
Disela-sela aku berlari, tepat disampingku tiba-tiba aku di temani sosok anak kecil yang ikut berlari. Masih teringat jelas di ingatanku, Sosok anak kecil tersebut, tidak memakai baju dan memiliki mata yang sangat kecil sekali, serta di kepalanya bagian belakang hanya setengah bagian saja.
Saat itu aku sangat ketakutan,, dengan terus berlari dan coba mencari sumber suara tangisan bu Wati sambil sesekali memanggil namanya. Akhirnya bu Wati menanggapi panggilanku, setelah ku ikuti intruksi bu Wati, akupun berhasil memasuki rumah pak Sigit melalui jendela samping rumah, dan aku pun menemukan bu Wati dalam keadaan yang sangat mengagetkan. Bu wati duduk sambil tubuhnya berlumur darah dan masih ada sebilah pisau dapur yang masih menancap di bagian Pahanya.
Saat itu aku langsung sangat terkejut dan coba menolongnya, setelah darahnya ku bersihkan dan pisaunya ku tarik keluar, aku mencoba mengajak bu Wati untuk keluar rumah, karena menurutku waktu itu bu Wati dalam keadaan membahayakan jika terus rumah ini. Dan betapa kagetnya aku, setelah tawaranku di tolak bu Wati.
"Ayo keluar bu kita cari bantuan biar suamimu di laporkan ke polisi" ajak ku,
"Jangan bu, disini saja nanti kalau kita keluar aku akan dibunuh sama mas Sigit, aku sudah diancam jika aku keluar atau cari bantuan aku akan di bunuh bu "ucap bu Wati Sambil Menangis,
"Sudah ayo,,, aku yang tanggung Jawab, nanti setelah kita berhasil keluar, kamu gak usah balik kerumah ini lagi, kita laporin ke warga dan polisi biar ditangkap " paksaku.
Dan entah mungkin karena ada alasan lain yang memang aku tidak tau, yang jelas saat itu bu Wati tetap bersikukuh tidak mau meninggalkan rumahnya saat itu. Akupun tidak tega meninggalkan dia sendirian dan khawatir ada hal buruk terjadi, akhirnya aku juga memutuskan untuk tetap berada di rumahnya sambil menunggu pak Sigit.
Ketika aku selesai mengangkat bu Wati ke atas kursi, tiba-tiba dari arah dapur terdengar suara orang membanting piring, gelas dll.
Dan setelah aku pergi memastikannya ternyata tidak ada seorangpun di dapur saat itu, tetapi bekas pecahan piring dan gelasnya tetap ada. Aku pun kembali menemani bu Wati.
"Bu,,,,, Bu Wati tau kan sebenarnya kalau disini sekarang jadi berhantu, rumah ini tidak cuma berhantu bu, tapi seolah rumah ini mau dikuasai dan tidak ada yang boleh mendekati apalagi menempati,. Warga sekitar sudah banyak yang bilang bu" ucapku menjelaskan.
"Iya saya tau bu" jawab bu Wati,
"Terus kenapa gak pindah aja, keselamatanmu terancam lo bu kalau disini terus, kenapa kamu gak cerita padaku bu" terangku,
"Aku gak bisa cerita banyak bu, mas Sigit sekarang jadi Aneh, apapun yang terjadi aku gak boleh protes, dan masih banyak lagi" ucap bu Wati sambil menangis di pundakku.
Disela-sela bu Wati menangis, kami pun sangat terkejut, karena tiba-tiba ada sosok hitam tinggi besar berdiri tepat sekitar 3 meter di depan kami,,,
Kami saat itu sontak langsung teriak dan berlari ke arah dapur, karena kaki bu Wati luka, saat itu kami berlari kecil sambil sesekali aku memegangi pundak bu wati.
Dan belum sampai di dapur, kami sudah melihat di meja makan, sudah duduk 3 sosok wanita berbaju putih dan 2 anak kecil yang berlari-lari, kami pun kembali berteriak dan menuju ke arah kamar tidur.
Sesampainya di kamar tidur, kami langsung mengunci pintunya.
Dan tidak beberapa lama di kamar tidur, tiba-tiba pintu kamar tidurpun digedor-gedor dengan sangat keras, kami pun tetap membiarkannya sambil terus berdoa dan ketakutan.
Saat itu semua doa sudah aku baca dan memang kami seolah sedang di kejar dan diusir oleh semua makhluk halus penunggu rumah ini.
Tidak lama kemudian, kamipun melihat dari arah luar jendela kamar, terlihat sosok perempuan yang menatapi kami dengan wajah tersenyum, kami saat itu benar-benar semakin ketakutan, akhirnya karena kufikir keselamatan kami sudah terancam, akupun memutuskan untuk keluar rumah dan mencari bantuan malam itu juga.
Ketika pintu kamar kubuka, aku menuju ke arah dapur dan setelah kupastikan semua aman, aku kembali ke kamar tidur dan mencoba mengajak kembali bu Wati agar mau diajak keluar,
Setelah aku memasuki kamar tidur lagi.
"Ayo bu mereka sudah tidak ada, ayo keluar, di sini bahaya, ayo minta bantuan pak RT, " ajak ku.
Bu Wati saat itu tidak menjawab dan hanya mengangguk, akhirnya dengan berjalan pincang kami pun menuju gerbang depan,.
Belum sampai gerbang depan, bu Wati tiba-tiba,
"Bu ayo lewat belakang aja, lewat depan sudah tidak bisa" kata bu Wati lirih,
Aku pun saat itu hanya diam dan menurutinya, kami akhirnya kembali dan menuju ke arah belakang rumah tempat jemuran.
"Lo dibelakang ada pintunya ta bu" tanyaku heran,
Karena seingat saya, belakang rumah pak Sigit ini sudah di bangun menjadi tembok semua, jadi hanya pintu depan akses keluar masuk satu satunya.
" Ada bu, nanti langsung bisa sampai ke belakang rumah bu Nur juga, jadi bisa aman dari mereka" terang bu Wati.
Aku pun menurutinya sambil merangkul bu Wati karena berjalan pincang.
Sesampainya di belakang rumah,
tiba-tiba aku mencium aroma bunga melati dan betapa terkejutnya saat itu ketika aku tau ternyata saya tidak merangkul bu Wati, yang saya rangkul saat itu ternyata sosok kuntilanak dengan separo wajah yang berlumuran darah.
Aku langsung terkejut kemudian lari dan berteriak sambil menangis.
Aku kembali masuk kedalam untuk mencari keberadaan bu Wati, ternyata dia sudah pingsan di dalam kamar tidurnya.
Setelah tau keadaan bu Wati yang pingsan, akhirnya aku pergi keluar untuk mencari bantuan, ketika aku sampai di depan rumah, lagi-lagi aku melihat sosok wanita yang duduk di ayunan sambil tertawa cekikikan.
Saat itu aku sudah tidak menghiraukannya,
Akhirnya, aku pun membangunkan tetanggaku satu-persatu, dan memang sangat sulit sekali.
Selain waktu yang sudah hampir pagi, ditambah saat itu warga setempat memang takut kalau diajak melewati rumah tersebut apalagi memasukinya, jadi saat itu aku benar-benar kesulitan mencari bantuan.
Singkat cerita aku berhasil membawa beberapa warga untuk menyelamatkan bu Wati. Akhirnya bu Wati pun berhasil di selamatkan dan di istirahatkan di dalam rumahku.
Karena saat itu warga sudah heboh,jadi rumahku sangat ramai sekali hingga pagi hari.
Dan betapa kagetnya kami semua, saat pagi hari ada laporan bahwa pak Sigit telah mengalami kecelakaan hebat yang mengakibatkan nyawa pak sigit tidak bisa diselamatkan.
Saat itu mobil pak Sigit ditemukan hancur hingga jasad pak Sigit sudah sulit untuk dikenali lagi.
Setelah kematian pak Sigit, aku terus menemani bu Wati di dalam rumah tersebut, dan kami setiap hari melakukan kegiatan Religi dengan melibatkan warga sekitar hingga tokoh ulama setempat.
Hingga akhirnya setelah 100 hari kematian pak Sigit,
Rumahnya pun dijual, dan kini oleh pemilik barunya rumah tersebut sudah direnovasi agar jauh dari kesan angker.
Kini rumah tersebut sudah terlihat lebih segar dan bagus.
Dan setelah kurang lebih 1 tahun berlalu. Bu Wati kuketahui sudah menikah kembali dan hidup bersama suaminya yang baru, dengan sesekali kemari untuk mengunjungiku.
Dan uniknya, menurut pengakuan bu Wati,
Bu Wati saat itu tidak mengetahui jika suaminya melakukan perjanjian dengan setan yang berasal dari Gunung Kawi jawa timur.
Dan semoga cerita ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa segala sesuatu yang berurusan dengan setan, pasti tidak akan berakhir dengan baik.
~SEKIAN~