Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

LELAKU SPIRITUAL SEGORO GENI - Kisah Nyata Mbah Mojo Geni


JEJAKMISTERI - Aku hanya anak seorang petani desa,, yang mendapat banyak penindasaan dari penjajah negri yang selalu dirampas hasil bumi.
Perampokan merajalela karena demi kelangsungan hidup.

Hingga terbesit keinginan diri untuk belajar ilmu bela diri.
Dari padepokan aku belajar ilmu silat,, yang hanya mengandalkan penepakan luar atau yang dikenal dengan sebutan jurus.
Bertahun-tahun belajarku mebuahkan hasil kepiawaian gerakan,, kelenturan tubuh,, juga kerasnya fisik.
Belajar dari kecil hingga kini usiaku sudah matang untuk menapaki kerasnya dunia.

Sampai disuatu malam sepulang aku dari menonton pertunjukan wayang dikampung lain.
Aku melihat orang tua yang sedang dihadang oleh dua orang perampok.
Entah apa yang mau dirampok dari orang tua yang kelihatannya tidak membawa harta bendanya.
Sampai aku berniat untuk membantu si kakek tua itu,, namun tiba-tiba golok si perampok menebas tepat didada kakek tua.

"Mati......" Teriak ku

Namun kakek itu malah tersenyum sambil berkata
"Gaman mu kurang landep" (Golok mu kurang tajam)

Lalu satu lagi orang itu mengayunkan goloknya ke kepala kakek tua.. Namun sekitaran jarak sejengkal atau kurang lebihnya 30cm golok tajam itu terhenti dengan sendirinya tanpa menyentuh ikat kepala yang dikenakan kakek tua itu.

"Wes... Wes... anggonmu gojek" (Sudah.. sudah... kalian bermain-main)

Belum sampai berhenti otak ini berfikir akan ilmu si kakek tiba-tiba dengan secepat kilat kakek itu menghancurkan batu besar disebelah kirinya hanya dengan sekali pukul.

Golok perampok berdua berjatuhan ke tanah disusul gemetarnya mereka tersimpuh tanpa gerak lagi.. Aku yang masih terdiam dengan posisi berdiri menyaksikan kesaktian itu.. Hingga tanpa aku sadari beliau sudah jalan menjauh.

"Kyai tunggu,, kyai" Aku memanggil orang tua itu.

Dengan berlari aku susul tubuh tua yang berjalan itu,, hingga beliau menghentikan langkah nya.

"Ngapunten kyai,, tenggo sekedap" (Maaf kyai,, tunggu sebentar) Kata ku.

"Kui mau lembu sekilan" (Itu tadi lembu sekilan)
Orang tua itu menjawab pertanyaan hatiku tanpa aku ucapkan dengan mulut ini.

"Mlaku ngetan kanti restuku yen siro krentek ati" (Berjalanlah ke timur dengan restuku jika kamu berkenan dengan hati)

"Dawuh kyai,, anampi restu kyai" (Siap melaksanakan tugas kyai,, menerima dengan restu kyai) Jawabku yang kini melihat laki-laki tua itu berlalu pergi.

"Siapa beliau kang??" Tanya dua perampok tadi yang kini ada disampingku.

"Aku juga tidak tau,, beliau cuma beri titah untukku berjalan ke timur maka beliau akan menjumpai ku" Jawab ku,, menjelaskan ke mereka yang masih dalam keadaan gemetar.

"Saya ikut kang"
"Saya juga ikut kang" Ungkap mereka berdua.

"Ya besok Kita bertiga ke timur,, aku pulang dulu untuk mengambil beberapa baju juga berpamitan bopo juga biyungku.

***

Perjalanan mbah Mojo Geni mencari sumber ilmu Segara Geni.

Pagi itu setelah berpamitan dan mebawa beberapa pakaian, ku langkahkan kaki mengikuti amanah sang kakek tua.
Perjalanan menuju timur yang tidak pernah tau dimana arah dan tujuannya.. disisi desa telah kulihat dua orang menungguku.
Ya dua perampok semalam yang ingin ikut serta menemukan ilmu yang dimiliki sang Kyai.

"Sebelum kita lakukan perjalanan,, siapa nama kalian berdua" Tanya ku pada mereka.

"Aku Jati Waringin Kang dan dia adikku Jati Randu" Jawabnya.

"Ohh.. jadi kisanak ini yang dijuluki begal tunggal jati itu"

"Iya kang,, benar itu"

"Kalau kepala kalian saya bawa ke kadipaten dapat upah saya kang" Jawabku sambil tertawa.

"Kami taubat kang"

"Kenapa?? dengan kejadian semalam itu??" Makin tertawa aku dibuatnya.

"Iya kang,, golok yang kami miliki ini bukan golok sembarangan,, tapi tidak mempan ditubuh kyai itu" Penjelasan dari Jati Randu padaku.

"Memang golok yang kisanak miliki itu apa??"
"Sepasang golok iblis Mandala siluman kang"

Sebuah pasang golok yang sangat diminati oleh para pendekar golongan hitam. Pantas mereka menjadi perampok karena memiliki gaman atau pusaka sakti.

Namun pusaka yang mereka miliki ini tak mampu menggores orang tua sakti itu,, betapa dasyatnya ilmu lembu sekilan yang beliau miliki.

"Karena golok kami tak sanggup menembus prisai ghaib kyai itu kami putuskan untuk menjadi murid beliau dan bertaubat kang" Penjelasan Jati Waringin padaku.

"Ya sudah mari kita jalan,, yang perlu kita ingat diatas langit masih ada langit,, jangan berpuas diri dengan apa yang kita miliki saat ini,, belum tentu itu yang terbaik"

"Iya kang,, mari kita mulai perjalanan"

Kami bertiga melangkah mencari sumber ilmu yang tidak pernah tau dimana letaknya.

Sangat jauh berbeda orang mencari ilmu jaman dulu dengan kita jaman sekarang yang hanya tinggal menerima,, udah enak masih pakai malas 😁

Perjalanan yang terus mereka cari menyusuri hutan yang sangat lebat terlihat singup menampakan keangkeran diarea itu. Sampai senja hari mereka berjalan hingga haus pun dirasakan.

Dibawah pohon yang sangat besar keluarlah mata air dari sela-sela akar kokohnya.. Hingga aku memutuskan untuk beristirahat juga meminum air itu.. sampai terdengar suara.

"Manusia tidak punya sopan santun" Terdengar suara wanita dari pohon itu.

"Siapa kamu,, perlihatkan wujudmu" Aku yang penasaran dengan suara tanpa wujud itu menjawab dengan sedikit menantang.

Seketika melesat seekor rusa dari balik pohon itu,, hanya sengan empat kali melompat rusa itu sudah tepat berdiri disisi kananku.

"Awas kang" Teriak Jati waringin,, dan menarik tangan kiriku untuk menjauh beberapa langkah.

"Siluman terkutuk,, siapa kamu sebenarnya" Teriak Jati Randu.

Dan asap putih melintas tiba-tiba,, hanya sekelipan mata rusa itu kini berubah wujud menjadi sosok wanita yang anggun nan cantik.

"Sepasang golok mandala siluman,, kalian kira dengan berbekal itu seenaknya bisa mengotori tempatku'' Teriak sosok wanita itu.

"Kami hanya kebetulan lewat,, dan menumpang istirahat sambil meminum air disumber itu" Terangku pada makhuk itu.

"Siapa yang mengijinkanmu haa"

"Maafkan kelancangan kami,, siapa anda ini sebenarnya nyai??" Aku mecoba meminta maaf dengan nada yang sopan.

Namun tiba-tiba keluar suara tantangan dari salah satu teman baruku itu.

"Banyak bicara maju kamu iblis betina" Teriak Jati Randu.

Dan ia berlari sambil mengayunkan goloknya untuk menebas makhluk itu,, namun tebasan itu sia-sia karena ketika golok iblis itu ditebaskan sosok itu berubah menjadi kabut putih dan seketika berubah menjadi wujud wanita itu lagi.

"Hahahahahaa,, manusia goblok"

Kekehan dan umpatan amarah itu mengancam Jati Randu.. yang masih berdiri dengan kuda-kudanya.

"Cukup" Teriakku mencoba hentikan pertarungan yang jelas akan mebuat Jati Randu kalah jika dituruskan.

Hingga wanita itu melayang diudara sambil tertawa dan berkata.
"Masih banyak manusia bodoh seperti kalian dijagad ini,, bermulut besar tidak memiliki kemampuan sedikit pun"

"Siapa nyai sebenarnya" Jawab Jati Randu yang merasa kalah olehnya tanpa perlawanan sedikit pun.

"Aku Dewi Kidang Kuneng,, ratu dialas ini,, dan kalian manusia sombong berani sekali menginjakan kaki busuk kalian dialas kekuasaanku" Penjelasan dari siluman Rusa itu.

"Kami hanya berjalan saja bertujuan kearah timur,, dan memohon maaf atas segala kelancangan kami bertiga nyai dewi" Ucapku menjelaskan juga meminta maaf.

"Pergilah kalian dari sini,, keluarlah sebelum fajar atau nyawa kalian akan dilumat oleh makhluk penghuni sini,, hahahahaa"

Sosok itu menghilang dari hadapan kami dengan ancaman yang sangat mengerikan.

***

Perjalanan kami lanjutakan dengan berlari agar segera keluar dari belik misterius ini sampai langkah kami terhenti oleh sungai yang mebentang luas dengan arusnya yang sangat deras.

"Kang kita sudah sampai kali Selo Projo" Penjelasan Jati waringin.

"Kita harus sebrangi sungai ini,, dan terus susuri hutan sampai tanah Tidar" Jawabku sambil mengajak kedua Tunggal Jati.

"Ayo kang,, sebelum terbit matahari kita harus disebrang sungai" Ajak Jati Randu.

Sedikit penjelasan kali Selo Projo adalah sungai yang mengalir mebelah antara gunung merapi dan Merbabu yang kini dikenal penduduk setempat menjadi sungai Progo.
Dan yang disebut tanah Tidar adalah gunung Tidar yang menjadi pusarannya tirta jagad tanah jawa.

Kembali kepenyebrangan mereka bertiga dimana aku dan tunggal Jati harus menghanyutkan diri untuk menggapai seberang sungai Selo Projo yang menghubungkan laut selatan dengan merapi ini.. sudah sangat jelas jin penunggu Selo Projo sangat tidak terhitung jumlah dan jenisnya.

Akhirnya dengan perjuangan dan pertempuran aku dapat menyeberangi kali luas ini.. Namun sampai ditepian sungai tidak aku lihat kedua orang tunggal Jati tersebut,, yang akhirnya kutunggu ditepian hutan sambil membuat perapian sebagai tanda buat mereka.

Ketika fajar menyingsing

"Kang.. kang Mojo" Suara panggilan dari kejauhan.

"Siapa itu"

"Aku Jati Waringin kang"

Jati Waringin yang kulihat berjalan mendekat seorang diri.

"Dimana adikmu,, Jati Randu??" Tanyaku.

"Tidak tau kang,, aku sendirian sampai tepian suangai,, lalu aku lihat asap hingga aku mengikuti sanpai sini" Penjelasannya.

Kini hanya tinggal Jati Randu yang belum sampai,, entah dia selamat atau tidak mengarungi sungai Selo Projo yang penuh akan dedemit itu. Kami menunggu sampai siang hari sambil membakar pisang yang kami temukan..

Karena hanya menemukan pisang yang belum masak makanya mereka bakar untuk dimakan.

"Bagaimana kalau kita susuri sungai sambil mencari adik saya kang" Ucap Jati Waringin padaku.

"Iya mari kang kita cari Jati Randu,, sambil mencari jalan keluar"

Lalu kami berdua menyusuri tepian sungai sambil mencari,, sesekali juga meneriakan nama Jati Randu. Sampai senja hari pun tiba,, langit temaram terlihat cahaya warna jingga diujung cakrawala bagian barat. Sampai akhir nya kami melewati sebuah desa diatas tebing sungai.

Sayup-sayup terdengar lantunan gending gamelan disebuah rumah warga yang berpelataran luas riuh berkumpulnya seluruh warga desa yang menyakisan ledek yang menari itu..

"Ini desa manusia apa lelembut ya kang??" Tanyaku penuh keraguan sama Jati Waringin.

"Alah sudahlah kang,, kita lihat saja mereka semua itu manusia apa dedemit alas sini" Jawaban dari Jati Waringin.

Sak klumiting pangucap tanpo lemek ngelmu iku tinuju patenge laku.. Mulo panggayuh ngelmu iku seko jembar ing manah tinuju pakerti ning laku.. (Sekelumit ucupan tanpa dasar ilmu hanya akan menuju gelapnya langkah.. "kesesatan" Maka menggapai suatu ilmu itu dari kesabaran hati menuju kesopanan dan tingkah laku.. "budi pekerti")

***

SEGARA GENI

Menyebrangi sungai Selo Projo dan menaklukan segala jenis jin juga lelembut penunggu sungai Progo,, aku sudah mencapai seberangan sungai yang disusul oleh Jati Waringin.

Derasnya arus sungai membuat hilangnya Jati Randu saat ini,, dan kami putuskan menyusuri sungai untuk mencari nya.. Sampai tiba dibawah desa yang sedang mengadakan pertunjukan tari ledek.. Antara yakin dan tidak ditengah alas ini ada sebuah desa.

Kami berjalan memasuki kerumunan itu dan melihat among memainkan gamelan juga ada empat wanita yang menari ditonton oleh seluruh warga desa. Sampai kami ditegur oleh seseorang.

"Kisanak,, sugeng rawuh wonten dusun Sangen mbudur" (Kisanak,, selamat datang didesa Sangen mbudur) Seorang perangkat desa yang menegur juga mengucapkan selamat datang.

"Matur sembah nuwun kyai,, dipun tampi wonten dhalem puniko" (Terima kasih banyak kyai,, sudah diterima ke dalam desa sini) Jawabku.

"Monggo pinarak kisanak" (Mari mampir kisanak) Ajak bayan desa itu, mengajak kami ke dalam rumahnya.

Dan ternyata didalam rumah itu sangat banyak orang yang sedang merawat Jati Randu.

"Loh,, muniko sanak kadhang dalem sinuwun" (Loh,, itu saudara saya sinuwun) Ucap Jati Waringin kepada pemipin desa tadi.

"Njih kisanak muniko dipun pinanggih wonten lepen Selo Projo" (Iya kisanak ini ditemukan ditepi sunagai Selo Projo) Jawab bayan desa itu.

Bayan dalam istilah sekarang itu perangkat desa yang menjabat sebagai wakil kepala desa.

Jati Randu ditemukan dalam keadaan pingsan dihulu sungai lalu dibawa oleh warga desa yang kebetulan sedang mengadakan sukuran panen desa yang melimpah ruah.. dan diarea situ rata-rata petani pala wija.. yang bekerja diperkebunan milik pemerintah keraton yang dipegang oleh kolonial Belanda dimasa itu..
Perkebunan pala sekarang dikenal dengan kebon polo,, mungkin warga sekitar akan faham dan tau daerah ini yang masih berada ditanah Tidar (Gunung Tidar).

Keesokan harinya setelah Jati Randu sudah dalam keadaan pulih,, kami bertiga kembali melanjutkan perjalanan menapaki belantara alas Gelangglang (magelang) Yang masih menjadi hutan belantara waktu itu. Era ini masih menjadi kawasan hutan belantara.. yang mau mengetahui sejarah berdirinya kota Magelang silahkan untuk cari kisahnya. 🙏🙏

Selanjutnya di pengembaraan kami bertiga. Saat menapaki perbukitan dimalam itu kembali kami bertiga dihadang oleh makhluk tinggi besar dengan wajah menyeramkan... Taring yang sangar menjadi gading disela bibir besarnya,, mata yang merah melotot... badan berkulit hitam dan dipenuhi bulu seperti beruk gunung,, dengan hanya mengenakan selembar kulit pohon tua untuk menutupi bagian auratnya.

Suara yang serak menyeramkan itu mulai tertawa dan berkata.

"Hahaha,, anak manusia,, Akan ku jadikan kalian makan malamku"

Makhluk jenis gendruwo ini menghadang perjalanan kami bertiga.. dengan cakarnya dia menggaruk-garuk rambut gimbalnya.

"Siapa kisanak,, kami hanya mau melanjutkan perjalanan dan sekedar lewat di daerah bumi Tidar ini" Penjelasan Jati Waringin kepada raksasa berbulu itu.

"Aku utusan kyai semar sesepuh Tidar,, jika kalian melewati area sini maka kalian akan jadi makan malamku,, hahahahaa"

"Kyai semar sudah tertunduk oleh kanjeng kyai Subakir juga kanjeng kyai Jangkung,, kami sanak cucunya hanya melakukan perjalanan ke arah timur"

Hingga makhluk itu tertawa dan angin meniup disekitaran area itu..

Dengan aku mengucapkan dua buah nama itu seketika gendruwo hitam itu menghilang,, seakan takut mendengar dua nama kanjeng kyai tersebut..

***

Perjalanan tiga sahabat ini masih sangat jauh hingga banyaknya peristiwa yang mereka lalui.. sementara keberadaan kakek sakti itu belum juga ditemukan.. 

***

Penelusuran tanah demi tanah yang angker juga penuh prahara selalu mudah mereka lalui. Seakan perjalanan mereka bertiga sudah di ridhoi atau mendapat perlindungan khusus dari Tuhan.

Tanah Tidar mereka lalui dan terus menyusuri angkernya alas Gelangglang,, kini mereka memusuki sebuah desa yang dilanda pagebluk.. gagalnya panen,, tanah kering tandus,, rakyat yang dilanda kelaparan..

Siang yang menyengat mebakar bumi Angin yang berhembus meniupkan debu juga ranting-ranting kering.

"Kenapa disini tanah begitu kering,, sementara kita baru saja keluar dari lebatnya hutan" Seruanku kepada Tunggal Jati.

"Apakah tanah ini terkena kutukan Kang??" Tanya Jati Waringin.

"Sepertinya ada yang tidak beres dengan bumi yang kita pijak ini kang" Jati Randu ikut mebahas prahara ini.

"Sebaiknya kita segera mencari sumber air agar tidak terpanggang dibumi tandus ini kang" Ajakku kepada mereka berdua.

Sampai jauh menapaki tandusnya tanah yang mebelah karena panas,, kami melalui sebuah desa yang hampir semua penduduknya dilanda kelaparan.. mayat bergelimpangan dipelataran rumah,, ruak burung gagak banyak berputar-putar di angkasa. Hingga ada sebuah anak kecil kurus kering tanpa daya tenaga merangkak ke arah kami..

"Lapar... haus..." Rintihan itu sampai akhirnya debu berhembus dari nafas terakhir bocah itu..

"Mati dia kang" Ucap Jati Randu yang mengecek nadi bocah itu.

"Ini pagebluk dari mana, sampai begini keadaan negri" Mengibahku pada mereka yang nanar menyaksikan semua ini.

"Kita bergegas bergerak kang,, sebelum mati kehausan seperti mereka" Ajak Jati Waringin.

"Kita jalan,, setelah menemui mata air bawa kesini untuk manusia yang masih hidup"

Sampai ditengah perjalanan kami menemukan sebuah candi yang mengeluarkan air panas.. dan berbau belerang.. seakan seperti sebuah pemandian yang ditinggalkan dimasa itu..

Nama daerah ini kini dikenal dengan CANDI UMBUL.. menjadi tempat wisata disaat ini. Menurut sejarah yang saya tau tempat ini merupakan tempat pemandian putri raja dari kerajaan Mataram kuno.. Selain itu pemandian ini juga untuk ritual kesatria mataram..

Hingga disini kami mencari air yang bisa diminum tapi tidak ada,, yang ada hanya dua buah kolam berisi air mendidih karena belerang

"Kalian mencari apa ketanah ini" Sebuah suara yang dibarengi munculnya sesosok putri muda yang sangat cantik.

"Kami mencari air untuk kehidupan kanjeng ratu"
Jawabku yang menyimpulkan wanita ini seperti putri dari sebuah kerjaan.

"Jangan panggil aku seperti itu,, namaku ENGGAR KLUWUNG UNGU abdi dalem yang diutus dari keraton kidul,,, untuk melihat bumi yang dilanda kegersangan karena sebuah dosa anak manusia"

Pendejelasan bahwa sosok ini seorang abdi dalem dari kerjaan selatan yang diutus untuk melihat keadaan dibumi ini..

"Maaf gusti,, siapa gerangan manusia yang melakukan kesalahan itu??" Sebuah pertanyaan dari Jati Waringin yang mewakili pertanyaan kami semua.

"Ada seorang manusia yang gagal menyelesaikan pertapaannya karena tidak mampu mebendung godaan hawa nafsunya sendiri,, yang menjadikan dampak kemarau dibumi ini,, sebagai pengganti kesalahannya"

"Ilmu seperti apa itu hingga kegagalannya berdampak keseluruh Negri??" Tanyaku yang keheranan akan penjelasan itu.

"Ilmu iblis betara karang,, yang mengharap keabadian hidup dengan persekutuan manusia dengan iblis"


Note:
Ilmu sesat satu ini yang menganut ilmu tersebut harus melakukan persekutuan dengan iblis,, Dan melakukan pertapaan untuk kesempurnaan ilmu... merubah raganya menjadi jenglot (betara karang).

Keabadian didunia ini hanya tipu daya iblis dan pengikutnya.. menciptakan berbagai ilmu termasuk betara karang,, rawa rontek,,, dan banyak ilmu hitam lainnya.

Untuk itu pelajari keilmuan dengan landasan iman yang kukuh,, semakin tinggi kedudukan manusia akan semakin halus rayuan tipu daya syetan,,, untuk itu belajarlah ilmu hak,, ilmu yang turun dari illahi..

Betapa panjangnya perjalanan mbah Mojo Geni mencari guru dalam hidup...
Ambil hikmah dari kisah ini,, buang yang tidak selayaknya dipakai.

***

Lanjut cerita

Dinegri yang mengalami pagebluk,, kemarau panjang,, kelaparan,, hingga matinya penduduk dibumi timur alas Gelangglang ini. Kami yang menemukan sebuah candi dengan sumber mata air panas,, serasa sia-sia karena air yang mengandung belerang itu tidak dapat diminum.. hingga munculnya dayang ENGGAR KLUWUNG UNGU yang menceritakan bencana yang melanda negri ini.

"Bagaimana kami menemukan air agar bisa kami minum,, dan menyelamatkan penduduk yang lain gusti putri??" Tanyaku kepada sosok itu.

"Akan ku tolong niat mulia kalian bertiga"

Seketika dia mencabut sebuah sindik konde yang melekat dirambutnya dan mencelupkan kesatu kolam air panas yang bercampur belerang itu seketika menjadi air yang sejuk,, jernih,, dan bisa diminum.

"Minumlah,, dan bawa sebagian air dari sini untuk kehidupan rakyat" Ucapnya.

"Terimakasih gusti putri" Ucapku atas pertolongannya.

"Berterimakasihlah kepada tuhan yang memberikan air kehidupan itu,, lanjutkan langkah kalian bertiga sampai ke bukit di timur negeri ini"

Ucapan terakhir pertemuanku dengan dayang Enggar Kluwung Ungu,, sampai dia menghilang digantikan dengan hembusan angin yang menghantarkan bau yang sangat wangi..

Singkat cerita kami kembali menapakan kaki di bukit yang gersang dan menemukan si kakek tua sakti sedang melakukan semedi atau bertapa.. Cukup lama kami bertiga menunggu sekitar tiga minggu lamanya baru beliau menghentikan lelakunya yang sebelumnya terlihat sinar berwarna putih masuk ketubuhnya yang turun dari atas langit.

"Wes sak wetoro aku nunggu lakumu" (Sudah cukup lama aku menunggu perjalananmu) Ucap kyai sakti itu.

"Njih kyai,, katah prahoro ingkang ingsun lampahi wonten sak lebet ing lampah muniko" (Iya kyai,, banyak prahara yang saya jalani didalam perjalanan itu" Ucapku menjelaskan tentang semua perjalanan yang kami alami selama ini.

"Yo,, ngertio,, besok bakal niro kabeh sakseni bumi kene bakale subur makmur,, gemah ripah luh jinawi" (Ya,, mengertilah,, besok kalian semua menyaksilan bumi sini bakal kembali subur dan makmur,, kecukupan dengan segala hasil bumi)

"Sendiko ngestok aken kyai" (Siap menyaksian itu kyai)

Keesokan harinya,
Kami bertiga mengikuti langkah sang kyai turun ke bukit mencari sebuah batu dan berdoa disana hingga keluarlah mata air yang deras nan jernih.. Setelah usai baru kyai sakti itu mengucapkan kalimat..

"Iki sumber panguripan tirto joyo" (Ini sumber kihidupan tirta jaya)

Disini saat ini menjadi sebuah desa yang sangat subur dengan panen yang melimpah,, peternakan ikan yang sangat bagus.. nama desa ini dekenal dengan DESA TERTO..

Setalah beberapa hari kami kembali kepesanggrahan beliau dan memulai penggemblengan raga juga kebatinan..
Dimulai dengan mandi disendang (mata air) tirta di malam selasa kliwom,, dan memulai pengamalan puasa ngidang selama tiga hari,, dilanjut dengan puasa mutih tujuh hari,, selesai sholat fardu di amalkan ilmu lembu sekilan.

Jadi mbah Mojo dan Tunggal Jati dibaiat kemuslim sebelumnya mereka bertiga adalah orang yang tidak mengerti ajaran ilmu Tuhan.

Ilmu lembu sekilan yang terwariskan oleh kyai itu sudah mereka dapati dengan pesan yang mesti dibawa.

"Niro kabeh yen dadi kamanungsan,, dadio kamanungsan kang berbudi luhur,, nembah manah marang gusti pengeran,, jaduk dudu ukuran ngelmu nanging dadio sebarang dadi kesatrio ning gusti pengeran,, Nunduk marang adam asor.. angayomi marang kabeh kagesangan" (Kalian semua jika jadi manusia,, maka jadilah manusia yang berbudi luhur,, menyembah berpasrah diri kehadirat Tuhan,, sakti bukan ukuran ilmu namun jadilah kesatrianya Tuhan.. bertunduk terhadap kelemah lembutan.. mengayomi semua yang hidup).

Note:
Pedekar atau kesatria itu mereka yang memiliki kesabaran yang luas,, mempunyai ungkapan maaf dan saling memaafkan..
Kesatria jadi hanya dimiliki oleh manusia yang berjalan ke arah kebenaran,, menumpas kebatilan (amar ma'ruf nahi munkar).

Namun belum selesai perjalanan keilmuan mbah Mojo Geni dan Tunggal Jati dengan ilmu lembu sekilan.. Mereka akan tetap mencari Jati diri dengan ilmu lainnya.

***

Masih dalam kisah pencarian ilmu jati diri sejati.
Pertarunganku dengan Ki Nandru Braholo yang berlangsung selama tiga hari tiga malam tidak ada kemenangan atau kekalahan.
Kasekten aji barang sudah semaksimal mungkin dikerahkan, hingga berkali-kali perubahan wujud Ki Nandru menjadi sebuah buto raksasa pun tidak terelakan karena ia memiki ilmu sakti Buto Braholo Ijo.
Pukulan aji Lebursaketi yang bisa mebakar jiwa manusia, seakan sama sekali tidak bisa menembus pertahanan tameng wojo yang Ki Nandru miliki.

Sampai perkelahian ditengah belantara yang disaksikan oleh para lelembut penunggu Urat Sewu hanya mebuahkan lelah dikeduanya.
Hingga Ki Nandru Braholo menghentikan perkelahian, lalu menyuruhku pergi dan kembali setelah memiliki ilmu sakti yang lebih mupuni.

"Kasaktian apa lagi yang mesti aku gali" Sebuah tanya yang mebuat keresahan batin.

Mulai kutinggalkan Negri Barat dan dua sahabatku Tunggal Jati di Goa Selarong bersama para kyai dan laskar pejuang.

Sungguh kegelisahan itu mebuatku sangat menyelimuti hati. Dan sebuah suara terdengar menuntun.

"Jika kamu ingin sebuah mantra aji sakti tanpa tanding maka ikut denganku" Suara wanita tanpa wujud.

"Siapa nyai,, silahkan mewujud dihadapanku" Jawabku yang kebingungan.

"Kisanak kamu harus memiliki keteguhan hati,, jangan terlena dengan kesedihan yang dibisikan setan,, yang sebangsa denganku.. mereka hanya mampu mengikiskan keimanan juga memberi keresahan hati"

Hingga sebuah kabut melintas lalu sesosok putri dari negri ghaib itu berwujud

"Nyai dewi" Ucapku terkejut karena yang muncul dihadapanku ini ternyata dayang Enggar Kluwung ungu.

"Ikutlah bersamaku kisanak,, aku akan mengantarkan engkau kesebuah tempat untuk lelaku"

"Saya akan ikuti kemana nyai dewi pergi,, tunjukan padaku tempat itu"

Ku ikuti kangkahnya yang hanya memberikan suara melalui pendengaran ghaib yang disebut telepati, arahan itu menyuruhku untuk menginjakan kaki digunung Lawu.
Disebuah goa yang berbentuk seperti sumur. Aku melakukan hening lelaku pertapaan di sumur jala tunda sampai mendapati ilham.

"Bangunlah kisanak,, lanjutkan lelakumu kecuruk Madakaripura" Subuh bisikan terdengar dan dengan sekelip mata,, kini tempat lelakunya sudah berpindah ke negri sapih.

Curuk ini dikenal tempat pertapaan sang maha patih ditempo dulu. Sebuah tempat lelaku dimana Gajah Mada mendapatkan ilmu sakti aji mundri.

Pertapaan dilakukan selama kurang lebih dua tahun, hingga ilham kesaktian itu didapati olehku, dengan mengalahkan semuah siluman macan putih yang menjadi penunggu curuk Madaripura. Nyai dodo putih adalah siluman macan putih yang memberikan mustika mundri.. hingga aku dapat menggunakan ilmu ini sebagai panutup pasocan (menghilang dari pandangan).

"Tanpo pawarto bayu, tanpo sanak kadang nggegayuh manglipuran ngelmu sejati,, ugem tirakat kati nyirep roso kadonyan... bileh dadi Mongol dadio kesatrio,, bileh mati mergo kundur ing kamulyan pengeran" (Tanpa kabar angin, tanpa sanak saudara mengapai kemenangan ilmu sejati,, menjalankan pertapaan mematikan hawa nafsu duniawi... jika jadi manusia maka jadilah kesatria,, bila mati karena pulang disisi kemulyaan tuhan)

Note:
Menapaki dunia ilmu harus menganut adap,, prilaku yang memumpuni,, meminta restu kepada orang tua agar ilmu yang disandang itu bermanfaat, hormat dan patuh pada guru wujud menjadi rasa hormat yang mencerna tauladan pembimbing,, belajar tanpa restu dan doa itu ilmu Akan jauh dari manfaat.

Hingga kemana harus mencari aji segoro geni mbah Mojo..

***

Pertapaan yang dilakukan dalam dua tempat disumur jolo tundo gunung Lawu, dan dilanjut dicuruk Madaripura. Disinilah mbah Mojo mendapatkan suatu aji sakti, dengan mengalahkan terlebih dahulu danyang Nyai dodo putih yang merupakan siluman macan putih penunggu Madaripura.

Langit yang menghitam disore ini menghalangi bias mentari membakar langit, tetesan gerimis dan kilatan halilintar menjadi teman perjalananku meninggalkan tempat pertapaannya yang ditempuh dua tahun Lamanya.

"Aku akan segera menyelesaikan kepedihan Rayat,, harus aku selesaikan perhitunganku dengan Belanda jaga Nandru Braholo" Batin yang terus berkecamuk amarah tatkala terjajahnya bumi pertiwi, aku menuju Barat untuk segera menyelesaikan tugas yang dituntun oleh batin.

Namun kusempatkan dulu kesendang Tirta Jaya untuk mandi, mebasuh diri setalah pengamalan lelaku.

Setiba pertanahan negri timur alas Gelangglang,, tanah yang dulu dilada kemarau panjang telah berangsur membaik, persawahan yang tandus terlihat menghijau dengan bibit padi yang digarap oleh penduduk, jalan berdebu itu kini rumput liar mulai tumbuh.. Banyak penduduk yang datang dan tinggal diarea sumber air kehidupan.

Kijang liar yang minum disumber air itu melangkah lari menjauh saat mendengar langkah kakiku yang mendekati sumber mata air Tirta Jaya. Ku basuhkan muka sambil berdoa untik bersuci lalu berendam kedalam kolam itu.

"Tunduk marang howo nafsu angkoro murko namung pawinih patenge manah niro" (Tunduk terhadap hawa nafsu angkara murka hanya menumbuhkan kegelapan dalam hati) Ucap kakek tua sakti yang sudah menunggu berdiri ditepian kolam.

"Kyai" Ucapku.

"Janggepono lelakumu kanti sepuluh tahun suwene, bakal ingsung tamurun ake ilmu abang, ilmu SEGORO GENI" (genapilah pertapaanmu sampai sepuluh tahun lamanya, bakal aku turunkan ilmu merah, ilmu SEGARA GENI)

"Nderekan dawuh kyai,, tansah pinaring pangeston ipun" (Siap mengikuti bimbingan kyai,, mohon berikan restunya)

Lalu ku ikuti langkah kakek itu menuju pesanggrahannya diatas bukit.. Malam itu setelah bermunajat kepada tuhan yang maha Esa. Ku mendengarkan penjelasan kasepuhan dari beliau.. juga tata cara lelakunya mendapatkan ajian segara geni.

Ilmu ini sebenarnya ilmu yang diminati oleh pendekar standing golongan hitam. Sebenarnya ilmu ini hampir sama kegunaannya dengan aji Lebursaketi. Beda pengamalan juga cara lelakunya.

"Ngelmu ireng iku bakal muspro kelawan ngelmu abangan" (Ilmu hitam itu bakal musnah melawan ilmu merah) Kata si kakek.

"Dawuh kyai"

"Nyirep niro nglakoni poso sak Jero ning telung wektu,, amiwit anggoro asih" (Bermeditasi lah selama melakukan puasa selama tiga hari,, dimulai anggoro asih)

Yang dimaksud dengan anggoro asih itu hari Selasa kliwon. Menurut primbon jawa kuno.

NIAT INGSUN AMATEK AJIAN SEGORO GENI
DIJABAHI MARANG GUSTI KANG ANGGADHA GENI..
AMERGO INGSUN ANYAKSENI..
SIRO KANG KASEBUT RATUNING GENI..
SIRO KANG KASEBUT JAGADE GENI..
SIRO KANG KASEBUT SEGORONE GENI..
RATUNIRO,, RATUNING GENI..
JAGADNIRO,, JAGAD GENI..
SEGORONIRO,, SEGORO GENI..

Amalan itu diturunkan oleh gurunya.
Ilmu merah yang tidak seharusnya dimiliki oleh pendekar golongan putih, tapi ilmu tenaga dalam yang memiliki telapak api ini akan menjadi ilmu kesempurnaan dengan gabungan aji Lebursaketi. Hasilnya akan tanpa tending untuk menghanguskan jiwa musuh.

"Sampornakno ngelmu iki kanti topo broto ing sak jerone guwo Langse,, pati geni sak suwene nglampahi laku" (Sempurnakan ilmu ini dengan bertapa brata didalam goa Langse,, puasa pati geni selama menjalankan amalan ini)

Didalam gua langse lah pertapaan itu dijalani selama sepuluh tahun lamanya.

Note:
Minimba ilmu itu tidak mengenal jauhnya jarak,, tidak mengenal seberapa lamanya waktu.. satu ilmu akan berhasil jika selalu diamalkan tiap waktu,, dari saat belajar sampai akhir hayat.. ilmu akan abadi dengan menurunkan ke murid,, ilmu akan mengangkat derajat siguru sampai janah dengan manfaat dan menjadi jariah.

Mbah Mojo Geni kini melalukan pertapaan mantek aji di gua Langse

Bagi yang belum tau letak goa langse itu terletak ditebing pantai parang tritis jogjakarta.

***

Pertapaan selama sepuluh tahun yang dibarengi dengan puasa pati geni didalam goa Langse. Mbah Mojo harus mendapatkan ajian Segoro Geni, ilmu merah yang sakti untuk penyatuan ilmu yang sudah beliau miliki.

Malam itu deburan ombak pantai selatan yang menghantam karang seakan getarkan dinding goa yang menjadi tempatku melakukan lelaku.
Gemerincing sebuah kelinting terdengar, dibarengi oleh bunyi telapak laki kuda. Hingga silaunya mata hati ini melihat sebuah kereta kencana milik kanjeng ratu kidul menghampiri.

"Wungu bocah manungso, Wes tinuju pungkas anggonmu lelaku" (Bangun anak manusia, sudah menuju ujung usai pertapaanmu)

"Kanjeng ratu" Ucapku.

"Anakku opo kang niro kasebut milo ingson jabah marang pengestunku lan sekabeh ing ratu tirto sak ombo ning jagad" (Anakku apa yang kamu kehendaki maka akan aku kabulkan dengan restuku juga semua ratu penguasa samudra yang keseluruh luasnya bumi).

"Sembah nuwun kanjeng ratu, ngaturaken samudraning pangaksami kang wonten sak lebet ipon manah, bileh namung ayuwun kadigdayan aji Segoro geni" (Sembah saya kanjeng ratu, mengucapkan keluasan maaf yang ada dalam hati, bila hanya menginginkan kedigdayaan aji Segara Geni).

"Pengestuku anak ku" (Ku restui anak ku).

Sebuah restu yang didapat dari Ratu penunggu laut selatan hingga menghadiahkan ilmu sakti ajian segara geni. Hingga datang sang kakek tua membangunkanku.

"Assalamuallaikum"
"Assalamuallaikum"
"Assalamuallaikum"
"Tangi,, wes wancine niro miwiti urip kang urup" (Bangun,, sudah saatnya kamu memulai hidup yang berkobar layaknya api)

Salam yang mengumandang ditelingaku hingga mebangunkanku dari sebuah lelaku. Yang bertanda sudah selasainya tugasku mengemban amanah sang guru.

Ku buka mata pelan dan kulihat kakek itu meminumkan air kemulutku dari sebuah cawan tanah yang berwarna coklat terbakar.

"Kyai"

Suaraku yang masih terdengar susah untung mengucapkan sebuah kata, lalu aku jatuh terpingsan beberapa saat.
Sampai aku kembali terjaga dengan melihat si kakek menyiapkan makan untuk pertanda selesainya puasaku.
Saat aku terbangun dan melihat keluar hamparan samudra lautan nan luas itu berkobar layaknya hamparan api yang berkobar. Semua kembali normal setelah satu minggu berlalu.

Ingin aku segara tuntaskan kepedihan penduduk Negri ini. Meyudahi peparangan yang terjadi berabad-abad lamanya.
Tanah pertiwi tercengkram tangan penjajah.
Terlintas ingatanku dengan Ki Nandru Braholo penghianat bangsa itu.
Karena saking manahan Luka hati mebayangkan kesengsaraan rakyat..
ku pukulkan telapak tangan ku disebuah pohon yang besar, seketika roboh dan terbakar.

Singkat cerita,,
Aku dengan restu dari guru si kakek tua kembali ke Alas urat sewu untuk mencari Ki Nandru Braholo, pertempuran itu tidak terelakan lagi namun pertempuran yang sangat susah itu hingga berlangsung berhari-hari karena ketika Ki Nandru tergeletak mati dia dapat hidup kembali, melakukan perkelahian dengan berbagai perubahan wujud seperti buto raksasa. Sampai di titik terakhir aku menggabungkan tiga keilmuan, aji Segara geni, aji Lebur saketi, aji mundri.. dengan panglimunan yang tidak terlihat dimata Ki Nandru Braholo ku kerahkan dua tenaga dalam dalam satu pukulan yang membuat raga itu hangus terbakar,, lalu dicabutlah kepala Ki Nandru Braholo dari badannya yang menghitam hangus itu.. meski badan hangus itu kembali bergerak namun tidak bisa berbuat apa-apa lagi sampai dileburkan kepala itu dikawah merapi, dan tubuhnya dilarung kesamudra selatan.

Perjuangan akan terus berlanjut sampai kaki penjajah melangkah pergi dari tanah pertiwi, sangat panjang perjuanganku tidak akan terhenti sampai akhir hayat.

Aku yang dikenal dengan julukan mbah Mojo Geni, pahlawan Negri pertiwi yang dihilangkan namanya oleh sejarah karena rombakan komunis yang tidak pernah mencintai laskar ulama nusantara.
Aku tidak membutuhkan rangkaian melati dimakamku tapi aku sudah mewangi disisi Tuhan yang maha kuasa atas segala bimbingan dan petunjuk guruku si kakek tua yang dikenal dengan nama Kyai Cakragaska atau Sunan Geseng.

Note:
Saya hanya mengungkap sedikit sejarah yang mana mungkin tidak tertuliskan didalam sejarah Indonesia.

Namun beliau pejuang dimasa itu.

Saya tidak menuntut semua suka dengan kisah saya, saya hanya perlu mengingatkan kita yang saat ini berdiri ditanah dengan kesombongan,, selalu ingat lah tanpa perjuangan moyang kita dimasa lalu tidak akan terjadi masa yang jauh lebih nyaman ketimbang masa itu.

Masihkah berkeluh kesah diatas bumi ini??
Pejuang memikirkan kehidupan kita dimasa sekarang,, kenapa kita lalai meberi doa untuk ketenangan baliau yang menghantarkan nyawa untuk kita.

Saya ucapkan terimakasih atas antusias semua pembaca disini. Sehat selalu untuk kita semua, dekatkan diri pada illahi itu tujuan hidup.

SEKIAN
close