Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dusun Angker: Korban Berjatuhan (Part 8)


JEJAKMISTERI - "Apa-apaan ini? Kok sudah gelap saja?" Arhan tersentak kaget saat menyadari hari telah berangsur gelap.

"Ada yang tidak beres. Ini bukan malam hari tapi ada seseorang yang sedang mengawasi kita. Orang itu pasti sangat sakti," tukas Pak Tohar seraya memutarkan pandangannya.

"Firasatku mengatakan, orang-orang gelap itu yang sedang mengintai kita," kata Cayut saat melihat kelebatan banyak siluet di antara pepohonan yang memisahkan antara posisi ia dan kawan-kawan dengan rumah-rumah dan gapura tersebut.

"Berarti orang-orang itu bukan berasal dari dusunnya Pak Ihsan. Lalu dusun ini? Pak Ihsan tidak pernah mengatakan bahwa ada dusun lain yang tidak jauh dari dusun yang ia pimpin," tukas Pak Tohar seraya menyipitkan kedua matanya, melihat ke arah empat siluet yang sedang bergerak cepat di antara pepohonan.

"Tidak, tidak, sebaiknya kita tinggalkan tempat ini. Ini bahaya!" ujar Arkim seraya bergegas diikuti yang lain.

Mereka segera meninggalkan tempat itu ketika dirasa keadaan menjadi mencekam karena kehadiran kelebatan sosok-sosok gelap itu.

Namun kemudian tiba-tiba terdengar suara mendesis yang datang dari arah belakang diikuti suara jerit Cayut yang tengah berlari bersama Dani.

Cayut tiba-tiba jatuh telungkup setelah menjerit.

Semua orang lantas menghentikan langkahnya kemudian berbalik ke arah Cayut.

"Yut, Cayut, kamu kenapa?" pekik Arkim seraya menghampiri rekannya yang kini telungkup dalam kondisi lemah.

"Astaga! Dia terkena panah!" pekik Arhan.

Pak Tohar segera menyoroti punggung Cayut dan mendapati sebatang anak panah menancap di punggung Cayut.

"Allahu akbar! Kita sedang diserang. Kita harus segera mencari tempat aman," ucapnya seraya membantu Arkim memapah Cayut.

"Darahnya terus merembes. Apa di antara kita tidak ada yang membawa kotak P3K?" ucap Dani yang tampak menyoroti punggung Cayut seraya celingukan.

"Awas!" teriak Arhan seraya mendorong Dani hingga terjatuh saat sebatang anak panah melesat ke arahnya.

Anak panah tersebut mengenai sebatang pohon yang berada dekat dengan Dani.

Di saat mereka hendak mencapai tepian sungai kecil, mendadak beberapa sosok gelap bermunculan menghadang. Mereka semua menodong Pak Tohar dan kawan-kawan menggunakan berbagai jenis senjata. Beberapa di antaranya yang datang dari belakang langsung memukul jatuh Pak Tohar dan yang lain.

Dalam keremangan saat itu, Pak Tohar diseret oleh beberapa orang pengepung dalam kondisi dari wajah hingga ujung kaki dipenuhi tetesan darah. Laki-laki itu terlihat tidak berdaya saat orang-orang semi telanjang tersebut membawanya melewati gerbang dari tumpukkan batu yang mengarah masuk ke perkampungan itu.

Teman-temannya tidak kalah menderitanya dari dia. Mulai dari Arkim hingga Dani, dalam kondisi yang serupa dengannya. Apalagi Cayut yang kini dalam kondisi tidak sadarkan diri.

Laki-laki itu dalam kondisi koma setelah terluka oleh sebatang anak panah yang menembus punggungnya.

Pak Tohar masihlah tersadar, ia dapat melihat kiri dan kanan jalan tanah dengan lebar kira-kira dua meter yang dilewatinya. Jalan tersebut berada di tengah-tengah rumah-rumah yang rata-rata terbuat dari kayu, dan bambu serta beratap daun ilalang atau rumbia.

Pak Tohar terkesiap saat melihat sebuah tiang pancang kayu yang menancap ke tanah. Bagaimana tidak, di atas tiang pancang tersebut, terdapat sesosok tubuh manusia yang dipajang dalam kondisi sebagian tubuhnya telah rontok hingga memperlihatkan tulang-tulangnya.

Ia bergidik ngeri saat melihat itu. Apalagi saat ia menyadari bahwa mayat yang dipajang itu sudah tidak berkepala.
Yang lebih membuatnya terkejut adalah ternyata mayat tersebut bukan satu-satunya. Ia melihat mayat lainnya yang dipajang di atas tiang pancang yang juga dalam kondisi telah membusuk.

Mayat-mayat yang dipajang tersebut rata-rata sudah tidak berkepala. Namun bukan berarti semuanya. Ada satu mayat yang terlihat masih memiliki kepala namun terbungkus semacam kantung yang terbuat dari karung goni.

Mayat yang satu ini lebih terlihat jelas karena adanya sebuah obor yang menyala tepat di seberangnya.

Tak lama kemudian orang-orang dari dusun angker itu tiba di depan sebuah bukit kecil yang bagian puncaknya berupa dataran rata. Tampaknya bukit tersebut sengaja ditata seperti itu dengan tujuan tertentu.

Sesampainya di depan bukit yang dikelilingi rumah-rumah itu, mereka berhenti sejenak. Setelah salah seorang dari mereka berlari memutari bukit tersebut, iring-iringan yang membawa Pak Tohar dan yang lain melanjutkan langkah menaiki bukit tersebut.

Dalam keremangan saat itu, mereka mengikat buruannya di bawah tiang pancang yang berjumlah sama dengan jumlah buruannya yaitu lima.

Salah seorang dari mereka menyalakan beberapa obor yang telah tersedia di bukit tersebut. Obor-obor tersebut kemudian menerangi tempat tersebut.

Terlihatlah orang-orang yang kebanyakan adalah laki-laki itu hanya mengenakan pakaian yang minim bahan pertanda mereka adalah suku primitif yang memiliki peradaban yang terbelakang.

Mereka tampak mengacung-acungkan senjata ke arah para buruannya. Salah satu dari mereka tampak berbicara kemudian mendekat ke salah satu buruan yaitu Pak Tohar.

Ia membawa sebilah senjata sejenis parang yang tampak berkilat terkena cahaya dari obor yang menyala. Mungkinkah ia akan mengakhiri hidup Pak Tohar menggunakan parang tersebut?

Namun yang jelas ia terpaku pada seorang kakek yg muncul sambil membawa suatu wadah seperti mangkuk tapi terbuat dari tanah liat atau gerabah. Kakek itu juga membawa sebuah tongkat kayu dengan gagang seperti kepala ular kobra.

Kakek ysng semi telanjang seperti orang-orang dusun angker itu terlihat komat-kamit seperti sedang membaca mantra. Ia kemudian mengacungkan tongkatnya ke udara.

Selanjutnya ia menghampiri orang yang tengah bersiap menghabisi buruannya yang dalam hal ini adalah Pak Tohar. Ia memberi isyarat berupa gerakan tangan di depan leher yang artinya "Habisi dia!" seraya menaruh wadah dari gerabah tepat di hadapan Pak Tohar.

Mungkin wadah itu akan digunakan untuk menampung darah dari korban yang sebentar lagi akan dihabisi.

Orang tersebut mengangguk kemudian mengangkat parangnya dan mengarahkannya ke tengkuk Pak Tohar kemudian secepatnya menebaskannya.

Namun mendadak ia membatalkan gerakannya ketika sesosok nenek-nenek berwajah menyeramkan serta berambut mengembang, menampakkan diri tepat di hadapannya.

Eksekutor Pak Tohar itu lantas mundur sembari melotot ke arah sosok mistis yang sebelumnya adalah sosok yang mengganggu Pak Tohar dan kawan-kawan. Sosok itu menyeringai kemudian tertawa berderai.

"Eheheheheheheheheheh......"

Sosok nenek tersebut kemudian melayang, meliuk ke arah Arhan yang dalam kondisi lemah. Selanjutnya sosok itu memasuki tubuh Arhan di mana pemuda tersebut langsung beringas, memutuskan tali ikatannya.
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya

close