Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tali Pocong Bayi (Part 3) - Guru Spiritual


JEJAKMISTERI - "Hari ini tanah Pak Kades laku terjual, bapak punya uang banyak!" ucap Rohim dengan wajah tersenyum bahagia.

Somad tersentak kaget mendengar suara tawa yang menggema. Itu bukanlah hal wajar, pasalnya keluarga ini baru saja berduka atas kehilangan anak Somad dan Tatik, cucu bagi ayah dan ibunya Somad.

Tawa sang ayah membuat Somad tersentak kaget, dia terdiam kemudian melihat ke wajah sang ayah yang terlihat bahagia setelahnya beralih ke wajah sang ibu yang tampak cemas melihat Rohim tertawa bahagia.

Sang ibu mengalihkan pandangannya ke arah Somad, dia melihat wajah Somad memerah, giginya saling beradu menunjukan kemarahan yang berusaha untuk ditahannya.

Malam itu sang ibu menghampiri Somad yang menangis memeluk Tatik. Somad memeluk Tatik dengan sangat erat.

"Maafkan Aku..." ucap Somad lirih di telinga Tatik.

"Nak..." sang ibu memanggil Somad di depan pintu. Melihat sang ibu Somad menangis lebih kencang, sang ibu menghampiri Somad dan memeluknya sangat erat.

"Kenapa bu?" tanya Somad dalam tangisnya, sang ibu hanya bisa terdiam memeluk sang anak dan ikut menangis bersama, menangisi seorang bayi yang telah pergi terlebih dahulu.

Setelah malam itu Somad menjadi pribadi yang berbeda, Somad mudah sekali marah kepada ayah dan ibunya. Suasana dirumah itu sudah berbeda sudah berubah.

Di pandangan masyarakat Somad dan Tatik tidak bisa menerima kematian buah hati mereka, membuatnya berubah, depresi dan menakutkan para warga sekitar.

Hingga di hari ke tujuh Somad pergi meninggalkan desa, sebelum pergi dia memeluk sang istri, meminta maaf atas segala yang terjadi dan berpamitan... bahwa mungkin dia tidak akan kembali lagi !!!!

Tatik yang masih tenggelam dalam duka tidak begitu mendengarkan segala ucapan Somad.

Tatik hanya menjawab

"Hati-hati mas di jalan nanti pulangnya bawa mainan untuk anak kita ya," ucap tatik membuat Somad kembali menangis.

Dua minggu setelah kepergian Somad, Tatik semakin parah, Tatik sudah hilang tenggelam dalam kesedihan. Ibu mertuanya setiap hari dengan sabar membersihkan badannya, menyuapinya makanan dan menemaninya.

Pernah suatu ketika mereka berdua terlihat pergi bersama, ibu mertuanya pergi ke desa sebelah untuk berobat.
Terkadang ada beberapa mahasiswa kedokteran yang datang berkunjung ke desa. Tak jarang ada calon dokter kejiwaan diantaranya.

Setelah Rohim berhasil menjual tanah Pak kades banyak orang yang datang ke rumahnya untuk meminta tolong menjualkan tanah, hal tersebut membuatnya bingung.

Karena semakin banyak orang yang datang meminta tolong untuk menjualkan tanah maka Rohim semakin banyak membutuhkan tali pocong bayi.

Hal itu Membuatnya bertindak dengan sangat kejam. Rohim mencari wanita yang sedang hamil tua.

Awalnya Rohim mencari informasi mengenai nama, tanggal lahir, Serta usia kandungan wanita hamil tersebut. Setelah Rohim mengetahuinya maka dia akan pergi ke rumah Mbah Wiro untuk memberikan segala informasi yang telah di peroleh.

Mbah Wiro akan membacakan mantra dan menyebutkan nama, tanggal lahir dari wanita hamil tersebut.

Pada saat wanita hamil tersebut melahirkan maka nyawa bayinya sudah tidak tertolong lagi, bayi tersebut dijadikan tumbal untuk penglaris makelar tanah.

****

Setelah Somad pergi meninggalkan kampung halamannya, Somad pergi untuk menenangkan diri. Dia pergi berkunjung ke rumah teman lamanya. Temannya Somad memiliki sedikit ilmu kebatinan.

Sesampainya di rumah temannya, Somad dikenalkan kepada guru spiritual temannya. Guru tersebut melihat somad, sang guru sempat menghentikan langkahnya seakan melihat sesuatu, matanya terlihat memejam dan kemudian beberapa detik guru tersebut melanjutkan langkahnya.

"Sabar...."

Hanya satu kata yang keluar dari mulut sang guru ketika menghampiri Somad yang masih terdiam menunduk, seolah guru tersebut mengetahui penderitaan yang dialami oleh Somad, mendengar kata sabar membuat Somad menangis tersedu-sedu.

Sang guru selalu menasehatinya dan memintanya untuk bermeditasi agar hatinya tenang, dengan perlahan rasa amarahnya menghilang.
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya

close