Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PESAN GAIB GUNUNG MERAPI

Jika alam boleh unjuk gigi menunjukkan kesangarannya, gunung ini akan berdiri paling depan diantara kemegahan lain di Pulau Jawa. Kokoh menantang dengan luapan yang kerap menggebu. Sekalinya mengamuk, porak-poranda sudah kehidupan sekeliling. Merapi tak pernah ingkar janji katanya. Selalu ditakuti karena kemampuan memusnahkan yang mematikan, juga ditakuti karena kelambu misteri yang masih menyelimuti sampai detik ini.


JEJAKMISTERI - Tanyakan ke beberapa pendaki, maka akan terucap kengerian dalam ragam versi tentang Merapi. Sedangkan bagi kami tim "Jejak Misteri" sendiri, Merapi selalu mempunyai kenangannya sendiri. Bagaimana tidak, awal perjalanan kami dimulai dari tempat ini. Dan bagaimana kesannya? Kami telak dipukul mundur oleh koloni Genderuwo yang sudah menyambut langkah kami yang baru beberapa meter berjalan dari zona nyaman.

Sebut kata Merapi, maka nama Pasar Bubrah lah yang menduduki peringkat pertama sebagai tempat yang konon katanya adalah sumber dari segala sumber kengerian dari keseluruhan gunung ini. Padahal bagi para pendaki, pasar bubrah adalah surga peristirahatan terbaik. Berbeda dengan anggapan masyarakat yang kerap berasumsi bahwa tempat ini adalah pasar dari sebuah kerajaan gaib. Ya meski sebetulnya bisa dikatakan memang benar adanya. 

Berbicara tentang Merapi, maka kurang afdol jika hanya mewaspadai keberadaan Pasar Bubrah saja. Bukan bermaksud menakuti, karena yang sedang kita bicarakan disini memang sebuah kerajaan dari lain dimensi. Sebuah organisasi yang sebegitunya terstruktur dari kaki hingga puncaknya. Sebuah tempat yang menjadi hunian idaman bagi banyak lelembut untuk tinggal dalam hingar bingar kemakmuran Kerajaan Gaib Merapi.

Cobalah untuk mengabsen satu persatu lelembut yang kalian tahu, niscaya pasti ada satu… satu koloni maksudnya, yang mendiami tempat-tempat di keseluruhan areal Merapi. Setiap koloni punya kuasanya dan setiap koloni pula punya kewajiban untuk menjaga keseimbangan alam Merapi. Bukan lantas hanya sembarang menakuti, karena kami percaya semua makhluk akan selalu punya satu tujuan baik agar semua lestari.

Dimulai dari areal kaki Merapi, pasukan gaib sudah senantiasa disebar dan bertugas sesuai tugasnya. Kebanyakan dari mereka adalah siluman-siluman yang siap mengabulkan berbagai pinta melalui ragam pesugihan. Kami pernah menuliskan artikel tentang Pesugihan Kyai Molor, dan Kyai Molor adalah satu dari banyak siluman yang ditugaskan untuk memfilter niatan dan keinginan buruk manusia yang hendak menginjakkan kaki ke Merapi. Jangan sampai terkotori, kata mereka; karena spiritual disana tidak sereceh itu.

Naik sedikit ke areal hutan, disinilah sebenarnya segala kengerian tentang Merapi berada; mungkin malah lebih mengerikan dari hiruk pikuk suara tawar menawar di Pasar Bubrah. Kepercayaan menyebutkan, hutan-hutan di Merapi memang diperuntukkan untuk penggembalaan satwa-satwa gaib Kerajaan Merapi. Salah satu yang terkenal adalah Hutan Patuk Alap-Alap yang menjadi tempat penggembalaan favorit Eyang Merapi, pemimpin tertinggi Kerajaan Gaib Merapi. 

Jika ada pertanyaan, siapa pemimpin tertinggi di Kerajaan Merapi? Eyang Merapi jawabnya. Bukan Mak Lampir atau nama-nama panglima lainnya. Konon usia beliau sudah sangat sepuh (tua) dan jika ditanya wujudnya, siapapun yang memiliki kepekaan mata batin dan spiritual yang tinggi pun enggan untuk menggambarkannya. Segala tongkat komando kepemimpinan ada di tangan beliau, termasuk salah satunya tentang kapan Merapi baiknya akan meluapkan lahar panasnya.

Salah satu catatan desas-desus pernah menyebutkan, di masa lalu kala Merapi sudah bersiap melepaskan lahar panasnya, pemimpin tertinggi Yogyakarta kala itu sempat turun langsung untuk berkomunikasi dengan Eyang Merapi yang konon katanya bersemayam di dalam kawah Gunung Merapi. Beliau bertamu dan benar-benar turun ke bibir kawah untuk menyampaikan semua dari maksud kedatangannya. Ajaibnya semesta, Merapi kala itu tidak jadi meletus.

Jikalau nanti ada pertanyaan menyoal: bukannya suratan alam ada di tangan Yang Maha Esa? Memang, tapi tentang bagaimana Sang Pencipta berkomunikasi dengan alam ini sampai kapanpun akan selalu menjadi misteri. Bukan hak kita pula yang serba kekurangan ini untuk mengetahui cara-Nya berkomunikasi. Karena makhluk ciptaan-Nya bukan hanya manusia semata dan semua ciptaan-Nya berhak mendapatkan perhatiannya.
close