Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KISAH NYATA TINGGAL DI RUMAH HANTU

Kejadian ini di sekitar tahun 2002-an, disaat itu saya masih duduk di bangku sekolah SMA. Waktu itu saya tinggal bersama dengan tante saya di Riau Bengkalis. Karena rumah tante mau dibangun ulang. Dan demi menyambung kenyamanan hidup, kami menyewa sebuah rumah. Yang layaknya berlindung dari teriknya mentari dan dinginnya embun malam.

Awalnya, kami pindah ke rumah yang kami nyewa itu tidak ada kejanggalan apa-apa. tapi kalau melihat kondisi rumah, memang ada sedikit angker, itu pun hanya menurut saya. setelah memasuki tiga bulan lamanya, kejadian aneh mulai mengusik kehidupan kami. Kejadiannya adalah, bau busuk yang begitu menusuk hidung, tapi, dicari-cari tidak menemukan bau tersebut.

Mungkin karena rumah lama, apalagi begitu banyak sela-sela yang sukar ditelusuri, dan yang dapat kami pastikan adalah bau busuk itu datangnya dari luar rumah. Lantaran bau itu juga bersifat sementara. Setelah beberapa hari, bau itu pun hilang dari indra ciuman kami.

Setelah seminggu kemudian, kejadian aneh datang lagi, kali ini adalah ditengah malam, kala itu, tante saya lagi sakit (panas tinggi). Melihat kondisi tante saya dan apalagi anaknya besok pagi harus bekerja, maka itu saya pun menukar peran buat anak tante saya, mengantikan menjaga ibunya.

Sedetik demi sedetik waktu berjalan, tidak terasa, jam dinding telah menunjukkan 23:45-wib. mungkin karena cuaca yang panas, serasa mata pun tidak bersahabat untuk di ajak tidur. karena itulah, yang dapat saya lakukan hanyalah nonton tv. "Malam minggu yang membosankan." Bisik saya dalam hati.

Setelah waktu berjalan kira-kira 00:35-wib, saya mendengar ada suara di rumah belakang kami, seperti ada seseorang yang melakukan pembersihan alat makanan. Merasa sangat aneh dengan suara tersebut, sejenak pemikiran saya terlintas, "jangan-jangan ada maling yang masuk? kan sekarang ini banyak kasus pencurian yang sering saya dengar dari sana sini."

Untuk memastikan pemikiran saya itu benar atau salah, setidaknya harus membuktikan asal suara itu. Dengan langkah kaki pelan-pelan saya mendekati pintu belakang, Setelah saya membuka pintu, ternyata dibelakang tidak ada siapa-siapa. "Mungkin saya salah dengar, atau saja ada tikus yang lagi cari makanan," desis saya. Dan saya pun kembali kekamar.

Setelah matahari mulai terlihat dari ufuk timur, menandakan malam telah berganti dengan pagi, dengan suasana begitu cerah di pagi itu. Lagi-lagi saya di buat kaget oleh sebuah pemandangan, ya, saya melihat alat-alat makanan itu pecah semua. "Lho? kok pecah semua? apakah tikus yang melakukan?" Pikir saya.

Membuat saya heran adalah mengapa saya tidak mendengarnya, kalau saja alat-alat makanan itu pecah, tentu ada suaranya, lagipula seisi keluarga kami juga tidak mendengarnya. Karena saat itu penyakit tante semakin parah, maka, soal alat-alat makanan itu dalam sekejap sudah terlupakan.

Untuk mendapatkan fasilitas pengobatan yang lebih baik, kami sekeluarga memutuskan tante saya diberangkatkan ke Malaysia untuk mendapatkan perawatan. Karena saat itu, pengobatan di daerah kami sangatlah minim dengan adanya beberapa dokter lokal saja.

Siang itu, tante saya berangkat, dengan ditemani kedua anaknya ke daerah Dumai, dan dari Dumai pula baru ada kapal menuju Malaysia. Memang pada saat itu, daerah yang kami tinggal tidak ada kapal yang berangkat ke Malaysia (sekarang sudah ada). Karena itulah, yang tinggal di rumah, saya dan anak tante saya yang paling bungsu, kita panggil saja Leni sebagai nama samarannya. Leni tergolong anak yang cukup mandiri dari penilaian saya. tapi saat itu, memang tidak ada kejadian aneh yang mendatangi kami berdua.

Setelah hari pertama kepulangan tante saya dari Malaysia, kejadian mistis itu datang lagi. Malam itu kira-kira jam 22:00-wib, mungkin karena musim kemarau yang berkepanjangan, cuaca disekitar begitu panas. Sampai-sampai tenggorokan juga terasa kekeringan, karena itu, saya pergi ke belakang untuk mencari minuman.

Sesampainya dibelakang, yang membuat saya kaget adalah, saya melihat tante duduk dibelakang sendirian. "Lho, kok bisa tante duduk sendirian disini? padahal badannya kan baru sembuh." Pikir saya waktu itu. Dengan nada yang cukup santun, saya menyuruh tante agar cepat istirahat, tapi tante saya hanya diam saja.

Karena tidak mau di anggap kurang sopan, apalagi saya hanya status menumpang, maka, saya langsung menuju ke kamar tante untuk memanggil Leni. Memang Leni tidur berbarengan dengan tante. Setelah saya membuka pintu, alangkah terkejutnya diriku melihat Leni serta tante lagi tidur.

Ketakutan pun tidak dapat di simpan lagi, bagaikan darah sudah terhenti mengalir. Dengan sisa tenaga yang ada, saya teriak sekuat-kuatnya memecahkan keheningan malam. Ya, teriakan saya bukan saja membangunkan seisi rumah, bahkan, para tetangga pun itu terbangun. Dengan spontan, para tetangga pun berhamburan datang kerumah.

Sementara itu Leni memeluk saya, di sertai tante juga ada disamping untuk tenangkan diri saya. Setelah saya mulai tenang, saya pun mulai bercerita dengan apa yang terjadi tadi. Setelah mendengar penjelasan saya, semua pada bertatapan dengan pandangan yang seakan tidak percaya apa yang saya ucapkan barusan ini.

Tapi, kebingungan ini tidak berlangsung lama, saat itu, kami semua mendengar suara ketawa cekikikan dari arah belakang rumah kami. Suara itu begitu mengerikan, bahkan ada beberapa tetangga yang kabur begitu saja karena ketakutan. Karena bisa dipastikan suara itu bukan berasal dari manusia, apalagi begitu mengerikan. Maka, kami semua langsung lari keluar dari rumah itu menuju halaman depan.

Tapi, suara itu bukannya menghilang, bahkan, lebih keras lagi, seperti di sengajakan. Dengan keadaan seperti itu, kami serta sama tetangga memilih menjauhi dari rumah itu. Di kejauhan, samar-samar suara itu mulai menghilang dari indra pendengaran kami. Dengan keadaan seperti itu, bisa dipastikan kami tidaklah akan berani pulang. Dengan kebaikan tetangga, kami pun diperbolehkan untuk menginap di rumahnya.

Setelah pagi tiba, seperti apa yang di sarankan tetangga, kami memanggil seorang yang mengerti tentang dunia gaib, alias orang pintar (orpin). Setelah kami cerita apa yang semalam kami alami, orpin ini pun mengangguk kepala tanda mengerti. Karena ingin telusuri penyebab dari cerita kami secara detail, maka, orpin ini mengajak kami untuk pulang ke rumah yang kami tinggal itu.

Setelah di selidiki dan melakukan semacam semadi atau layaknya disebut semacam ritual yang tidak saya mengerti itu, dengan memakan waktu hampir dua jam. orpin ini menyatakan sudah aman dengan kejadian semalam itu. Karena di hati saya penuh dengan tanda tanya, sempat saya mempertanyakan kejadian itu.

Tapi, orpin ini enggan menjawabnya, saat itu, orpin ini hanya bilang kalau sudah berlalu biarkanlah berlalu. Apalagi saat itu tante mengisyaratkan kepada saya untuk tidak tanya lagi, maka niat itu saya batalkan. Setelah beberapa hari kemuadian, ternyata kejadian demi kejadian terus menghimpit dikehidupan kami.

Yang mengalami kejadian disaat itu adalah tante. Seperti biasa, saya sama Leni sekolah, dan kedua kakak Leni lagi kerja. Yang tinggal di rumah hanyalah tante sendirian. Kala itu, tante lagi memasak yang seperti dilakukan oleh ibu rumah tangga lainnya, setelah menyelesaikan semua makanan serta lauknya, lalu tante keluar dari dapur. Alangkah terkejutnya tante saya waktu itu, ia melihat anaknya Leni duduk di kursi meja makan itu.

"Mengapa kamu pulang begitu awal nak, ada apa?" Tanya tante. "Badan saya lagi kurang enak bu, maka, saya minta izin untuk pulang." Jawab Leni singkat. Mendengar jawaban Leni, tante segera mengambil sebungkus obat buat anaknya minum. Setelah minum, tante juga menyuruh anaknya pergi istirahat dengan tanpa ada curiga sedikit pun. Saat itu Leni hanya nurut, dan langsung pergi ke kamar.

Pada siang itu, dengan kepulangan saya yang berbarengan sama Leni, tentulah membuat tante saya terkejut bukan kepalang. "Lho? Leni kan lagi tidur di kamar, kok bisa pulang berbarengan dengan Leony?" Tanya tante. "Kapan saya pulang bu?" Leni balik bertanya. "Ha? Jadi yang tadi pulang itu siapa? sekarang masih ada di kamar." Jawab tante penuh kaget. Dengan penasaran, dan ingin tahu apa yang terjadi.

Kami bertiga langsung menuju ke kamar untuk memastikan. Tapi, setelah kamar di buka, ternyata tidak ada siapa-siapa, melainkan hanya ada bau busuk saja. Merasa kejadian ini hampir sama seperti yang saya alami beberapa hari yang lalu, kami langsung ke rumah orpin itu untuk mempertanyakan soalan ini.

Namun, sayang sekali, nasib berkata lain, kalau malaikat pencabut nyawa ingin datang menjemputnya, tidak ada seorang manusia yang dapat menghindari, dan tidak ter kecuali juga sama orpin ini. Setelah kami tiba di rumah orpin ini, ternyata beliau telah menghembuskan nafas terakhirnya beberapa jam yang lalu. Dengan perasaan yang penuh putus asa, kami meninggalkan rumah orpin itu. saat itu, waktu telah memasuki 14:00-wib.

Sebelum kami pulang, kami mampir ke warung nasi untuk makan, memang saat itu, saya sama Leni sudah sangat lapar. Setelah memesan makanan yang telah ada, saya sama Leni mecicipi hidangan itu, tante hanya menyaksikan saja, karena tante tidak lapar saat itu. Setelah siap makan, sempat saya tanya sama tante. "Kita harus gimana tante? apa harus pulang, saya takut tante, apa sebaiknya kita pindah saja?" Tanya saya.

"Tante juga bingung dan takut, soal pindah itu sudah pasti, tapi tidak mungkinkan, kalau hari ini pindah." Jawab tante. "Iya sih, tapi apa mungkin kita harus pulang tante?" Lanjut saya. "Iya, mau tidak mau kita harus pulang, dan kejadian tadi, tante mohon, rahasiakan buat kedua kakak Leni, tante tidak mau membuat kedua kakak Leni ikut panik, selain itu, nanti malam kita tidur bareng saja, untuk bisa saling berjaga." Sambung tante.

Mendengar penuturan tante, maka, saya sama Leni juga setuju. Ya, daripada tidur sendirian, mendingan tidur bareng aja, kan lebih bagus. Walau saya tahu, ini bukan jalan keluarnya. "Sebenarnya apa yang kita alami tante? dan salah apa yang kita perbuat, sehingga teror-teror itu terus mengejar kita, lama-lama saya bisa gila. Mendingan saya pulang saja." Keluhan saya.

Tante terdiam beberapa saat. "Apa ada kaitan dengan masalah itu?" Ucap tante. Ya, tentulah membuat saya sangat terkejut dengan ucapan tante itu, dan saya terus mendesak agar tante menceritakan apa yang di maksud dengan kata-kata itu.

"Masih ingatkan, beberapa minggu lalu ada bau busuk, dan kita cari-cari bahkan tidak menemukan bangkainya, karena kesal, tante sempat melontarkan kata-kata yang kurang sopan. Dan setelah seminggu kemudian, tante kan jatuh sakit, saat tante sakit itu, tante sempat bermimpi di datangi seorang wanita yang berpakaian serba putih dan muka pucat pasi dibelakang rumah kita. Wanita itu sempat berKATA: kurang ajar, lalu seisi alat makanan kita sempat dilemparnya. Setelah tante sadar, badan tante sakit semua. Dan yang paling aneh adalah, semua alat-alat makanan kita pecah semua pagi itu. Memang tante tidak ada curiga apa-apa saat itu, dan waktu tante di Malaysia, kalian berdua juga tidak mengalami kejadian apa-apa. Tapi, setelah tante pulang di hari pertama, kejadian itu datang. Dan yang aneh, bau busuk yang di kamar tadi, sama persis seperti waktu itu yang kita tercium, apakah mungkin kejadian ini ada kaitannya dengan tante?" Tutur tante.

Mendengar penuturan tante, saya hampir di buat pingsan kalau jantung tidak kuat menahannya. Dan seketika itu, ada seorang yang tidak asing lagi di mata saya masuk ke warung membeli nasi. Ya, dia adalah teman sekelas saya, kita panggil saja Wan sebagai nama samarannya. Seperti biasa yang saya kenal, Wan tergolong anak pendiam, tapi hari ini cukup tumben, dia malah menghampiri serta menyapa kami.

kemudian ayah nya Wan juga menyusul menghampiri kami, Setelah itu, kami juga ber ngobrol sebentar. Lalu Wan dan ayah nya pamitan pulang, karena nasinya sudah siap di bungkus. Saat itu kami juga pulang, karena sudah cukup lama kami di warung itu duduk.

Setelah sampai di rumah, kami langsung menuju ke kamar itu, tapi, bau busuk itu sudah tiada! benar-benar tidak masuk akal, saat itu kami bertiga tetap bersama. Ya, karena takut hal-hal yang aneh muncul lagi. Seiring berjalannya waktu, sore sudah berganti senja, Saat itu kedua kakak Leni sudah pulang kerja. Dengan cepat-cepat kami mandi dan makan, lalu pintu belakang langsung kami tutup. melihat gerak-gerik kami bertiga, tentu membuat kedua kakak Leni tampak kebingungan.

Malam telah tiba, kami berlima duduk di ruangan depan, dan pintu depan sengaja kami buka, maksud kami adalah bila ada yang aneh-aneh menghampiri, tinggal kabur saja. Beberapa saat, dikejauhan, saya melihat seseorang memasuki halaman rumah kami, ternyata papa saya, kok tumben, mengapa papa bisa datang tanpa mengabari terlebih dahulu, pikir saya.

Dengan logat sedikit meninggi, papa mempertanyakan saya. "Kalian pada kemana sih tadi siang, kok rumah pada kosong?" Tanya papa. "Oh, tadi siang kami bertiga pergi ke warung makan nasi, papa kan bisa nelphone saya, kok nggak di telp?" Jawab saya. "Tadi pas handphone baterai nya habis." Jawab papa singkat. Sebenarnya saya juga merasa jengkel, kok tidak nanya dulu, langsung dengan logat yang begitu tinggi, padahal biasanya, saya selalu dimanjakan.

Setelah papa bertamu sebentar, papa saya pamit pulang ke hotel, katanya capek. Saya sempat nawarin untuk mengantar, tapi papa bilang tidak perlu, katanya dekat saja. Saat itu saya turuti saja, dan nyuruh papa agar hati-hari di jalan, setelah kepulangan papa saya kira-kira 20-menit.

Seluler saya berbunyi tanda panggilan masuk, ternyata Wan yang nelp, setelah saya angkat, Wan mengatakan kalau ingin datang ke rumah bertamu, karena saat itu baru jam 20:15-wib, maka saya jawab "boleh". Sejenak, Wan sama ayahnya tiba, saya mempersilahkan masuk, dan sempat terjadi ngobrolan sebentar.

Dan kami baru tahu ternyata ayah Wan memiliki kemampuan ilmu gaib. Ayah Wan menjelaskan, kalau waktu bertemu di warung sore itu, dia sudah tahu kalau kami sedang menghadapi sebuah bencana. Setelah ayah nya Wan mendeteksi sebentar, beliau menjelaskan kalau kami sedang di teror oleh makhluk halus yang dijuluki (Kalong).

Dijelaskan oleh ayah Wan, kalau makhluk Kalong ini, sebetulnya diperihara oleh seseorang, tapi, mungkin majikannya meninggal atau melepasnya, Maka, makhluk ini pulang ke asal dimana tulangnya di tanam. Melihat kondisi rumah yang kami tinggali sudah begitu tua, bisa diperkirakan makhluk ini telah mencapai usia 60-an.

Makhluk ini sebenarnya bukan berasal dari roh manusia, tapi, dari roh kera yang dimutasikan seluruh anggota tubuhnya. Kalau saja yang empunya memiliki niat jahat, makhluk ini dapat digunakan membunuh, dan makhluk ini juga mempunyai kemampuan mempengaruhi pikiran. Dengan begitu, apa yang kita lihat dan rasakan seolah-olah nyata.

Seandainya kalau mental tidak kuat oleh pengaruhnya, gila atau bahkan kematian, itu juga sangat mungkin terjadi. Sebenarnya makhluk ini dibangkitkan oleh ilmu hitam yang berasal dari negara Thailand. Ini ilmu tingkat tinggi, jadi sedikit orang saja yang tahu.

Apalagi ingin menguasai ilmu ini, syaratnya adalah keturunannya. Kalau saja tidak ada dendam yang mendalam, tidak ada seorang pun yang mau mempelajari ilmu ini.

Saat itu, ayah Wan menyarankan agar kami cepat pindah, beliau tahu, sebetulnya yang kami alami bukanlah kiriman orang, melainkan adalah asal jasadnya di tanam. Setelah ayah Wan melakukan pemagaran di diri kami, dan menyatakan, kalau dalam jangka waktu dekat ini tidak akan ada teror lagi.

Setelah kepulangan Wan dan ayahnya malam itu, kira-kira jam 22:30-wib. Handphone saya berdering, yang melakukan panggilan adalah papa saya, lalu saya menjawab dengan diawali perkataan "Hello". "Nak, besok papa mau kirim uang buat beli bahan bangunan." Bicara papa saya. "Papa dimana, kok mau pakai kirim segala." Lanjut saya. "Papa di Pekanbaru nak, memang ada apa?" Jawab papa.

Dengar jawaban seperti itu, hampir mati saya seketika itu, lalu saya matikan telepon. Dan saya jelaskan ke tante, bahwa yang telp adalah papa saya, Dan papa saya sekarang berada di Pekanbaru, tentunya tante saya ikut kaget setengah mati setelah mendengar penuturan saya. Saat itu, saya sendiri sudah tidak dapat membedakan yang mana nyata dan yang mana halusinasi.

Dengan kejadian ini, malam itu kami putuskan untuk nginap di hotel, dengan membawa berbekal keperluan sehari-hari. Setelah lima hari kami nginap di hotel, kami sudah menemukan rumah sewa. Tapi, karena takut kalau saja rumah itu angker, sengaja ayah Wan kami undang untuk melihat rumah sewa itu.

Setelah dinyatakan rumah itu tidak apa-apa, maka, kami pun pindah. Memang benar, kejadian mistis itu tidak ada lagi, bahkan sampai rumah kami siap bangun dan pindah kerumah baru kami. Sempat tante saya bercerita, malam itu sebelum penampakan Leni di pagi hari, tante sempat bermimpi didatangi oleh sosok wanita berpakaian serba putih itu

Dan wanita itu mengatakan kalau dia mau membunuh orpin itu, karena telah mengganggunya, dan setelah siang waktu kita ke rumah orpin itu, ternyata orpin itu sudah meninggal dunia. Entah hanya kebetulan saja atau memang benar, sampai saat ini masih menjadi misteri.

Selesai


BACA JUGA : Khodam Pendamping Hutan Bambu


close