Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita Horor Pengantar Jenazah

Kisah ini dari om saya, namanya Om Heri. Simak sampai selesai..

Sebenarnya waktu itu om sempat ragu untuk memenuhi panggilan wawancara kerja itu. Surat panggilan berasal dari yayasan yang menaungi salah satu rumah sakit swasta yang cukup besar di kota Semarang.

Karna tidak ingin lama-lama menganggur, akhirnya om membulatkan tekad untuk memenuhi undangan wawancara.

Pada surat undangan tertera kalau om ditawarkan untuk posisi supir, belum ada penjelasan supir apa.


JEJAKMISTERI - Gedung rumah sakitnya cukup besar, yang om Heri tau rumah sakit itu sudah berdiri puluhan tahun.

Dengan arsitektur bangunan lama, gedung ini terlihat sedikit menyeramkan. Ditemani seorang teman yang bernama Fuad, Om berjalan memasukinya.

Karna ini wawancara kerja pertama setelah baru satu bulan lulus kuliah, om cukup tegang dan gugup waktu itu.

Tapi alhamdulillah, singkatnya..wawancara berjalan lancar.

Om diberi kesempatan beberapa hari untuk berfikir apakah menerima pekerjaan itu atau nggak.

Sebenarnya om yang meminta waktu, karna om cukup kaget ketika mendengar detail pekerjaannya.

Apa yang bikin kaget Om? Tanyaku.

Karna ini bukan pekerjaan sebagai supir biasa, melainkan sebagai supir mobil pengantar jenazah..😖

*****

Selang beberapa hari, dan dengan pertimbangan matang, akhirnya om memutuskan untuk menerima pekerjaan itu. Hitung-hitung, sambil menunggu mendapatkan pekerjaan yang sreg di hati.

Hari pertama kerja, om langsung "diperkenalkan" dengan kendaraan yang akan om Heri gunakan sebagai pengantar jenazah.

Mobil van berwarna putih, produksi Amerika buatan tahun 70an. Pada waktu itupun mobil sudah cukup tua, hampir 20 tahun umurnya.

Tanpa lampu serine di atasnya.

Om juga ditugaskan untuk merawat mobil dikala sedang gak menjalankan tugas, karna gak setiap hari juga ada orang yang meninggal di rumah sakit itu atau di tempat lain.

Om harus memastikan mobil dalam keadaan siap pakai pada saat dibutuhkan.

Ada peristiwa aneh di mobil ini ketika awal bekerja.

Pada suatu siang, om ngantuk berat, mungkin sebelumnya terbiasa tidur siang, karna pengangguran.

Om pun mencoba tidur di bagian belakang mobil.

Oh iya, mobil van ini pada bagian belakangnya ada tempat duduk memanjang dari depan ke belakang pada sisi kanan kirinya, di tengah-tengah ada ruang yang disiapkan untuk keranda jenazah.

Nah, di kursi panjang di belakang itulah om Heri terlelap..

Di dalam tidur, om Heri bermimpi aneh.

Di dalam mimpi, om Heri seperti tersadar, dan ternyata om tertidur di atas keranda jenazah.

Di kanan kiri, duduk orang-orang yang gak om kenal. Mereka berwajah asing dengan raut muka yang sedih, dan ada yang menangis juga.

Dalam kebingungan, om coba menggerakkan badan untuk berdiri. Ternyata badan gak bisa digerakkan, sama sekali gak bisa digerakkan.

Kenapa begitu om?

Karna ternyata tubuh om terbungkus kain kafan, dengan ikatan persis seperti pocong.

Om panik.., ketakutan..

"Mas Heri..bangun Mas.." tiba-tiba om terbangun oleh suara Pak Slamet.

Pak slamet adalah karyawan rumah sakit itu juga, kebetulan beliau melihat om tidur sambil mengigau di dalam mobil jenazah.

Setelah kejadian itu, om gak pernah lagi tidur di dalam mobil itu, gak berani..

*****

Setelahnya, rata-rata sekitar satu minggu sekali om mengantarkan jenazah, kadang ada yang diantar ke rumah duka, ada pula yang diantar langsung ke peristirahatan terakhir, yaitu pemakaman.

Pada awalnya agak aneh dalam menjalani pekerjaan ini, tapi lama kelamaan om jadi terbiasa dengan suasananya, walaupun banyak kejadian seram yang om alami selama hampir satu tahun menggeluti pekerjaan ini.

Kali ini om akan cerita salah satu kejadian seram yang terjadi pada sekitar enam bulan setelah mulai bekerja.

Om masih ingat, malam itu diharuskan menjemput jenazah di rumah duka yang letaknya di daerah Barusari, bagian selatan kota Semarang.

Rencananya jenazah akan di makamkan malam itu juga di kota Solo, cukup jauh memang. Perjalanan ke Solo waktu itu memakan waktu sekitar tiga jam.

*****

Sekitar jam delapan malam om tiba di rumah duka..

Om memarkir mobil jenazah di depan rumah, hanya terlihat beberapa orang berdiri menyambut.

"Tunggu sebentar ya Mas, jenazahnya sedang disiapkan.." ucap salah satu orang yang ada disitu.

"Iya Pak...saya tunggu" jawab om sambil tersenyum.

Yang om tau, jenazah yang akan diantarkan adalah laki-laki berumur 45 tahun, yang meninggal mendadak pada siang harinya, karna serangan jantung.

Rumah duka kali ini suasananya agak berbeda. Sebelum-sebelumnya, ketika om datang ke rumah duka, suasana terbilang ramai dengan keluarga atau tetangga.

Kali ini, walaupun rumahnya terbilang rumah besar dan cukup mewah, namun hanya sedikit orang yang terlihat. Di dalam rumah juga hanya ada beberapa orang yg terlihat mengaji di sekeliling jenazah.

Cukup sepilah untuk ukuran rumah yang sedang berkabung..

Tiba-tiba dari dalam rumah ada pergerakan orang-orang yang mengangkat jenazah, om langsung cepat-cepat menuju mobil, dan menyalakan mesin.

Benar saja, beberapa orang mengangkat keranda keluar rumah. Om membuka pintu belakang, dan membantu orang-orang tersebut memasukkan jenazah ke dalam mobil.

Selesai, jenazah beserta kerandanya sudah berada di dalam mobil, pintu belakang pun ditutup. Om langsung bersiap di belakang kemudi.

Oh iya, dalam bertugas om selalu sendirian, jarang banget ada yang menemani.

Ada yang aneh lagi, kok orang-orang yang mengangkat jenazah tadi langsung masuk semua ke dalam rumah. Meninggalkan om sendirian di dalam mobil.

Sebelumnya ada satu orang yang bilang "Mas, tunggu sebentar ya..."

"Baik Pak..." jawab om,

Setelahnya bapak itu juga ikut masuk ke dalam rumah.

Selama sekitar 15 menit om duduk di belakang kemudi, hanya berdua di mobil bersama jenazah. Entah apa yang dilakukan keluarga di dalam rumah.

Tiba-tiba pintu depan sebelah kiri ada yang membuka, dan masuk seorang bapak berkumis dengan penampilan agak gemuk dan menggunakan peci.

"Ayo mas, kita jalan..." ucap bapak itu sambil tersenyum.

"Oke Pak. Kita hanya berdua saja di mobil ini Pak?" Tanya om,

"Bertiga Mas, ada anak saya di belakang.."

Om langsung menengok ke balakang, dan benar saja, sudah ada seorang remaja laki-laki yang duduk disamping jenazah.

"Kapan anak itu masuk ke mobil?" Gumam om dalam hati.

"Kita gak menunggu anggota keluarga yang lain Pak?" Tanya om lagi.

"Gak perlu mas, nanti juga tiba di Solo berbarengan.." jawab bapak itu.

Gak ambil pusing, om langsung menjalankan mobil ke arah Solo.

Waktu itu jam menunjukkan pukul sembilan malam.

Selama dalam perjalanan kami bertiga lebih banyak diam. Hanya sesekali saja ada percakapan, itupun karna om Heri yang melempar pertanyaan, dan bapak itu hanya menjawab seperlunya.

Apalagi anaknya yang duduk dibelakang, bisa dihitung dengan jari satu tangan jumlah bicaranya.

Om sama sekali gak tau lokasi pemakamannya dimana, hanya bergantung petunjuk jalan yang dibilang oleh Bapak itu.

Percakapan yang om Heri ingat sampai sekarang adalah:

"Kok tadi di rumah sepi ya Pak, apa keluarga lain masih dalam perjalanan?" tanya om penasaran.

"Ah memang hanya segitu adanya mas, keluarga kami memang seperti itu, jarang ada yang peduli dengan anggota keluarga besar lainnya" jawab sang Bapak dengan nada yang datar.

Setelah itu, om dengar remaja yang duduk di belakang menangis tersedu-sedu. Cukup mengiris hati suara tangisannya.

Melalui kaca spion, om dapat melihat kalau remaja itu hanya duduk dengan menundukan kepala. Dan memang terlihat sambil menangis.

Pada tahun 80an akhir, jalur Semarang Solo masih sangat sepi pada malam hari. Hanya sesekali mobil yang kami tumpangi berpapasan dengan mobil lainnya. Sepanjang jalan pun masih melalui beberapa hutan di kanan kiri jalan.

Entah kenapa, malam itu memang suasananya terasa beda. Padahal itu bukan pertama kalinya om melaksanakan tugas. Tapi memang terasa beda aja..

*****

Singkat cerita, Sekitar jam 12 malam akhirnya kami memasuki kota Solo.

Dan gak lama kemudian mobil sudah tiba di kawasan pemakaman, om langsung parkir mobil di dalam halamannya.

"Mas tunggu sebentar ya, saya laporan dulu ke petugasnya.." ucap bapak itu seraya turun dari mobil.

"Iya Pak..., saya tunggu di sini ya Pak" jawab om Heri singkat.

Setelah itu, cukup lama Bapak itu pergi, kira-kira lebih dari 30 menit.

Tiba-tiba om Heri teringat kalau ada remaja yang duduk di belakang bersama jenazah. Sontak om langsung nengok ke belakang,

Ternyata remaja itu udah gak ada, entah kapan turun dari mobil, om gak pernah menyadarinya.

***

Satu jam berlalu, bapak dan remaja itu gak kembali juga ke mobil.

Om sudah mulai merinding dari situ, mau turun mobil pun gak berani, karna om gak pernah diperbolehkan meninggalkan mobil jenazah dalam kondisi apapun.

Itu adalah pemakaman yang cukup besar, yang letaknya gak terlalu jauh dari kampus Universitas Sebelas Maret. Dengan pepohonan rindang disekelilingnya. Halaman parkir mobil berbentuk lapangan besar, om parkir di depan bangunan yang harusnya itu adalah kantor pengurus pemakanan.

Tetapi anehnya bangunan itu seperti gak ada penghuninya, gak ada seorangpun yang terlihat. Selain itu, lampunya pun gak ada yang terlihat menyala.

Gelap gulita..

Jam satu malam, hanya gelap yang bisa terlihat sejauh mata memandang, gak ada ramai-ramai orang yang sedang sibuk mempersiapkan liang kubur selayaknya ada orang yang baru meninggal.

Hening...

Sepi..

Sendirian..

Dengan jenazah terbaring di belakang..

Tiba-tiba...

Tiba-tiba.., Om dikagetkan dengan munculnya seseorang yang berdiri di samping mobil, tepat berdiri di sebelah badan om yang sebagian tangan keluar, karna kaca jendela mobil om biarkan terbuka.

"Oh Bapak, kaget saya Pak, dari mana Pak? Kok sedari tadi menghilang?" Berondongan pertanyaan om lontarkan ketika tau sosok itu adalah Bapak yang mengantar om ke pemakaman itu, di belakangnya berdiri anak remaja yang duduk di belakang selama perjalanan tadi.

"Mas...terima kasih sudah mengantarkan saya dan anak saya"

Om bengong, maksudnya apa..

"Maaf Pak, selama perjalanan kita belum berkenalan, nama saya Heri, Bapak siapa ya?" Tanya om penasaran, sambil mengulurkan tangan mengajak bersalaman.

"Saya Sugeng, dan ini anak saya namanya Joko..",
.Hanya itu yang beliau katakan, dan kemudian pergi begitu saja tanpa menyambut uluran tangan om.

Di dalam gelap mereka berjalan pelan menuju dan masuk areal pemakaman.

Pada detik itu om sangat yakin kalau ada yang gak beres dengan Pak Sugeng dan anaknya. Tiba-tiba badan om merinding...😖

Setelahnya, mereka menghilang dalam gelapnya areal pemakaman itu. 😖😖😖

Kembali, om ditinggal sendirian, satu mobil dengan jenazah baru meninggal terbaring di belakang.

Tiba-tiba..

Tiba-tiba bangunan yang berada di depan mobil parkir lampunya menyala. Suasana jadi sedikit ada cahaya.

Dan tiba-tiba juga, sekelebat lampu mobil terlihat masuk ke areal parkir pemakaman, sekitar tiga mobil.

Om jadi sedikit lega, karna om jadi gak sendirian lagi.

Ketiga mobil parkir sejajar mengapit mobil om. Kemudian penumpangnya turun, dan langsung menghampiri, dengan wajah kebingungan.

"Mas kok tadi berangkat duluan? kok tau kalau almarhum akan dimakamkan disini?" Begitulah, banyak pertanyaan yang ditujukan kepada om dari orang-orang itu.

Om bingung, dan menjawab seadanya aja..

"Maaf pak, tadi saya di mobil ditemani Pak Sugeng dan anaknya, Joko. Beliau yang memberitahu kalau pemakamannya disini, beliau juga yang menunjukkan jalan sampai kesini.."

Suasana tiba-tiba hening,

Dan tanpa memberi penjelasan apapun, mereka langsung melakukan prosesi pemakaman, membiarkan om yang mungkin oleh mereka masih terlihat kebingungan.

Ada yang aneh lagi, ternyata di tempat itu ternyata sudah ada beberapa petugas pemakaman yang menunggu keluarga dari jam sembilan malam.

Mereka mempersiapkan liang kubur yang akan digunakan.

Padahal selama parkir disitu, om gak melihat seorang pun berada di tempat itu..

Biasanya, setelah jenazah turun dari mobil dan dimulai prosesi pemakaman, om langsung pergi dan pulang.

Tapi kali itu om penasaran dan mengikuti proses pemakaman.

Betapa kagetnya om, ketika ada salah satu anggota keluarga yang membawa bingkai besar foto almarhum.

Ternyata foto itu adalah foto Pak Sugeng...😖

Iya..ternyata yang meninggal adalah Pak Sugeng, jenazah yang om antar dari Semarang ke Solo adalah Pak Sugeng, dan yang menemani Om selama perjalanan adalah Pak Sugeng juga.

Trus remaja yang ikut Pak Sugeng siapa?

Setelah om berbincang dengan salah satu keluarga, remaja yang bernama Joko adalah anaknya almarhum Pak Sugeng, yang sudah meninggal sebelumnya karna kecelakaan motor.

Joko dikuburkan persis di sebelah makam ayahnya. Mereka dimakamkan berdampingan.

*****

Pekerjaan om Heri sebagai supir mobil pengantar jenazah ini gak terikat jam kerja, ketika ada tugas mengantarkan jenazah, kapanpun waktunya om harus siap. Om jalankan dengan ikhlas.

Seperti ketika kejadian yang akan om Heri ceritakan berikutnya ini..

Pada suatu malam, ketika baru saja sampai di tempat kost, tiba-tiba ibu kost bilang ada telpon dari rumah sakit.

Waktu itu jam 10 malam, rumah sakit mengabarkan bahwa ada kecelakaan bus yang terjadi di daerah Bergas.

Bergas ini sekitar satu jam perjalanan dari Semarang.

Ketika ada kecelakaan yang memerlukan bantuan mobil jenazah, dapat dipastikan ada beberapa korban yang meninggal. 😢 Innalillahi wainaillahi rojiun.

Om Heri langsung bersiap-siap lagi dan bergegas menuju rumah sakit yang jaraknya gak terlalu jauh dari tempat kost dimana om tinggal.

Sesampainya di rumah sakit, om langsung berangkat ke tempat kejadian kecelakaan. Pihak rumah sakit bilang, sudah ada dokter dan perawat yang berangkat terlebih dahulu.

Seperti biasa, om jalan sendiri...

Singkat cerita, sekitar satu jam perjalanan, sampailah om di lokasi kecelakaan.

Waktu itu waktu sudah menunjukkan hampir jam 12 tengah malam.

Menurut informasi petugas yang ada, kecelakaan terjadi karena ada dua bis besar yang bertabrakan. Belasan penumpang meninggal dunia..😖

Sebagian korban sudah dibawa ke rumah sakit terdekat. Dan om ditugaskan membawa jenazah yang tersisa di lokasi, karna sebagian sudah dibawa oleh ambulan dan mobil jenazah yang datang diawal.

Om perhatikan masih ada beberapa jenazah di pinggir jalan yang masih tergeletak tertutup kain.

Beberapa polisi dan orang yang ada disitu langsung mengangkat tiga jenazah dan membawanya masuk ke dalam mobil.

Ternyata, setelah tiga jenazah itu sudah ada di dalam mobil, ada satu jenazah lagi yang tertinggal. Ruang di mobil jenazah hanya muat tiga orang. Ada seorang bapak disitu yang bilang untuk jangan menumpuk jenazah, kasian katanya, om dan orang-orang lainnya menurut.

~Trus gimana om?

Solusinya adalah, satu jenazah terakhir diletakkan di kursi depan sebelah kursi supir, dengan posisi duduk, tapi wajahnya di tutup kain putih..😖

Om nurut, pikir om waktu itu daripada bolak balik, lebih baik sekali jalan dan pekerjaan selesai.

Setelah selesai semuanya, om pun jalan ke rumah sakit, ditemani empat jenazah dalam satu mobil, dan tanpa pengawalan.

Tahun 80an itu, jalur Bergas Semarang masih sangat sepi. Kanan kiri masih banyak ditemui pohon-pohon besar pada kanan kiri jalan.

Sepanjang jalan hanya terdengar suara mesin mobil.

Jujur, pada saat itu om agak ketakutan, ditambah bau anyir darah yang mungkin masih mengalir dari korban kecelakaan yang om bawa.

Ketika sudah sampai di tengah-tengah perjalanan, ada sesuatu yang mulai terjadi..😖

Om mendengar ada suara tangisan perempuan di bagian belakang mobil, tempat dimana tiga jenazah terbaring..

Bulu kuduk langsung berdiri..

Reflek, om langsung melirik ke kaca spion..

Benar, ada sesuatu di belakang..😖

Om melihat ada orang dengan posisi duduk, bukan hanya satu orang, tapi ada tiga orang yang terlihat..

Posisi mereka duduk berjajar ke belakang..😖

Setelah terdengar suara perempuan, berikutnya ada suara laki-laki yang terdengar seperti mengerang menahan sakit..

Sekali lagi om lirik ke kaca spion, ternyata yang duduk di belakang adalah satu laki-laki dan dua perempuan..😖

Om membaca doa sebisanya, ketakutan, mau berhenti pun gak berani, karna kanan kiri jalan gak terlihat ada rumah penduduk...

Yang ada, om langsung mempercepat laju kendaraan, agar cepat sampai tujuan..😖

Nah, ketika om sedang konsentrasi melihat ke arah jalan dengan mobil yang berkecepatan cukup tinggi, tiba-tiba kain penutup jenazah yang duduk di sebelah, terbuka sendirinya..😟

Terlihatlah wajah jenazah itu, wajah laki-laki yang berlumur darah.. 😟😖

Sampai detik itupun om sudah amat sangat ketakutan, ditambah dengan suara perempuan menangis dan erangan laki-laki yng menahan sakit di bagian belakang mobil.

😟😟😟 itu belum selesai..

Ketika gak sengaja melirik ke arah jenazah yang duduk di sebelah, om melihat kedua matanya terbuka, menatap ke arah om, dan...

Dan...bibirnya mulai tersenyum kecil..😟

Entah itu hanya perasaan om aja, atau bagaimana..

Yang pasti om gak tahan lagi..😟

Amat sangat ketakutan..😖

Ketika melihat ada satu rumah penduduk, om langsung mengarahkan mobil ke tepi jalan.

Setelah mobil berhenti, om langsung lari ke rumah itu, dan mengetuk pintunya..

Alhamdulillah, penghuni rumah muncul. Om langsung menceritakan semua ke Bapak pemilik rumah, dan dia menawarkan diri untuk menemani di sisa perjalanan. Om setuju..

Sekitar setengah jam kemudian, sampailah kami di rumah sakit.

Selesailah tugas om malam itu..

***

Itulah kira-kira dua pengalaman om Heri ketika selama hampir setahun jadi supir mobil jenazah. Setelahnya, beliau bekerja di kebun karet di pedalaman Sumatera.
---==SEKIAN==---
close