Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TITISAN


JejakMisteri - Cerita yang akan saya tuliskan disini bukan mengada-ada atau rekayasa. Tapi kisah nyata yang saya alami. Tidak ada niatan mau di bilang hebatlah atau apapun. Dalam kisah ini tubuh saya hanya jadi media leluhur saja atau wadah untuk berkomunikasi dengan alam manusia. Kalau soal saktinya saya tidak sakti, di bacok ya berdarah juga, Yang membuat saya begitu adalah, karena kesaktian Nyi Eyudha sosok perempuan berambut putih nan panjang menjuntai.

Siapakah sosok perempuan itu, akan saya jabarkan lebih lanjut disini..!!

Sebelumnya dari kecil saya hanya tahu bahwa saya adalah orang jawa bukan orang Dayak (Kalimantan). Dan sampai saat inipun teman-teman ku mngetahui bahwa aku orang jawa dan hanya sedikit saja yang tahu kalau aku memiliki atau keturunan berdarah Dayak. Di usia 14 tahun aku sudah bisa melihat mahkluk astral, di sebagian orang mungkin mengatakan itu sebuah anugerah tapi tidak buatku, bagiku itu sebuah kesialan. Awalnya aku takut dan ngeri lama-lama akhirnya sudah terbiasa. Bahkan di sebagian cerita bang lingga sendiri banyak kesamaan dengan di kehidupan saya contoh si fitri si gadis palasik yang mempunyai temen bicara yg hanya si tokoh fitri sendiri yang dapat mendengar atau berkomunikasi dengan makhluk yang ada dalam dirinya. Tapi, sosok temen saya ini justru kebalikannya dia slalu mengarahkan dan mengajari, bahkan mengenalkan budaya orang dayak zaman dahulu, terkadang melalui mimpi dan kadang melalui penglihatan masa lalu secara pokok, memang agak susah aku menjabarkannya.

Terkadang aku bermimpi aneh berkelahi dengan memakai senjata mandau. Ya memenggal kepala lawan hanya untuk dikatakan bahwa sudah dewasa dan biasanya sebagai mahar pernikahan orang dulu itu adalah kepala.

°°°°°°°°°°°

Cerita bermula saat itu aku bermain bola di lapangan yang kami buat sendiri hanya sekedar untuk bermain, saat itu usia ku masih muda 18 tahun. Di saat asik main bola aku mendengar suara gong berbunyi dengan sangat keras membahana aku ingat persis kejadian itu hari jumat 14 februari 2000. Di sinilah kejadian mistis itu bermula. Dentuman suara gong menggelegar di langit berkali-kali. Sempat aku bertanya ke temanku dia orang Bugis. Saat aku bertanya tentang suara gong itu anehnya temenku tidak mendengar apapun.

Oh, iya yang mukul gong itu ternyata seorg wanita berambut panjang dia punya banyak nama

Tapi yang aku tahu dia sering ku sebut Nyi Eyuda

Dialah yang menuliskan mantra tulisan di dahi tiap-tiap orang madura disaat terjadi kerusuhan beberapa tahun yang lalu.

Nyi Eyuda juga pernah ikut berperang di jaman pangeran Antasari

Banyak kisah yang mengatakan dia dari dayak kenyah padahal asli dari Tunjung Benua.

°°°°°°°°°°°°

Terkadang aku pernah bermimpi berperang menghancurkan kapal besar cina dengan menggunakan kayu bulat ukuran besar yang ujungnya di runcingkan lalu orang-orang dayak beramai-ramai menaiki kayu tersebut menuruni tebing yang terjal menghantam kapal sambil berteriak-teriak yang menggetarkan lawan. Bangkai kapal itu yang kini jadi pulau Kumala. Percaya atau tidak, itu ku alami dalam mimpi. Namun itu seakan-akan nyata, aku seperti dibawa ke masa lalu.

Dan sebuah mandau batu yang ukurannya tidak sesuai dengan ukuran tubuhku.

°°°°°°°°°°°

Oh, iya, ketika perang orang Dayak kalteng kewalahan. Tepat tgl 18 Februari 2000 aku di bawa secara gaib ke hutan yang letaknya persis di perbatasan Kaltim dan kalteng. Di hutan itu ada sebuah danau kecil kami hanya berjumlah tidak sampai 100 orang di mandikan disana.

Lalu kami minyaki dan terlihat ada sebuah mangkuk besar terbuat dari batu.

Mangkuknya tidak merah tapi hitam isinya waktu itu darah, mata, telinga dan banyak lagi

Yang kata orang mandau terbang sebenarnya itu adalah orang juga yang memegangnya, hanya di lumuri minyak gaib jadi tidak kelihatan oleh mata manusia biasa.

Ketika perang terjadi bukan Dayak tertentu saja, tapi seluruh borneo dan alam pun ikut juga membantu.

Aku waktu itu seperti kerasukan, tapi bukan otak dan hati, hanya tubuh saja yang ia kuasai

Waktu itu Mandau nya aja gede tidak cocok dengan badanku yang hanya setinggi 165cm.

Mandau yang pernah aku gunakan bukan Mandau sembarangan. Seolah-olah ia memiliki nyawa. Jika menyatu rambut yang ada di gagang mandau akan masuk ke dalam pori-pori mata yang semula hitam putih akan berubah menjadi putih dan kulit yang semula kuning berubah menjadi merah darah penglihatan seperti hitam putih berseluit tidak bisa membedakan malam ataupun siang. Mandau itu memiliki nama yang hingga saat ini takut aku untuk sebutkan.

Di perang yang ke 8 kami berhadapan dengan Abah Guru Sekumpul Martapura. 

Di hadapannya kami seakan tak memiliki kekuatan sama sekali jika bukan karna beliau, pasukan bayangan pastinya sudah memasuki kaltim dan sampai menyerang ke pulau Madura.

°°°°°°°°°°

Satu lagi saya bukan panglima, kakek leluhur saya yang panglima. Saya hanya media saja tanpa Mandau, saya hanya manusia biasa bisa terluka juga kalau kena benda tajam.

Semua cerita itu sudah berlalu semoga ke depan tidak terulang lagi. 

Dan kini, hanya yang bisa ikut masuk ke dalam rumah saya adalah Cupu Retak Seribu.

Kalau minyak dan baju perang, serta Mandau batu dan keris kuning hanya bisa saya simpan di hutan.

Hanya benda berupa cupu retak seribu kata bapak angkatku menyebutkan isinya adalah abu jenazah nenek moyang saya.

Semoga kisah saya bisa menjadi cerita yg dapat membuat orang saling menghargai satu sama lain. Orang pribumi yang sesungguhnya tak ingin di akui hanya cukup di hargai saja sebagai sesama manusia, damai itu lebih indah.

close