14 HARI TERSESAT DI KAMPUNG BUNIAN
Masih dalam misteri kisah nyata, yang berjudul 14 hari tersesat di kampung bunian, kejadian cerita ini di daerah simpang gaung kanan, tepatnya dihutan pentas hulu, Inhil.
Langsung Ke Cerita;
Mencari rezeki untuk menafkahi keluarga tentunya sudah menjadi kewajiban serta tanggung jawab setiap kepala keluarga, seorang kepala keluarga yang bertanggung jawab atas keluarganya akan terus berjuang, walau terkadang harus mengorbankan jiwa raganya demi keluarga yang ia cintai.
Dalam hidup sudah pasti setiap orang ingin hidup layak, berkecukupan serta bahagia, namun kembali garis hidup setiap orang itu berbeda, ada yang miskin dan ada yang kaya,
Untuk orang kaya jika hanya untuk urusan perut tidaklah menjadi suatu yang sulit, namun bagi orang miskin, jauh untuk kemewahan, hanya untuk perut sejengkal saja harus rela bersusah payah memeras keringat bahkan kehilangan nyawa, namun tetaplah harus bersyukur, karena patokan kebahagiaan adalah bersyukur.
Dikisahkan dalam satu cerita didaerah simpang gaung, tepatnya simpang gaung kanan yaitu wilayah hutan pentas hulu, tembilahan riau.
Pernah terjadi sesuatu hal yang sungguh tidak dapat dicerna oleh logika kejadiannya, namun itu nyata terjadi kepada seorang pekerja pencari kayu.
Pada masa itu sekitar tahun 90an, didaerah simpang gaung masih banyak penebangan kayu untuk diolah, baik dilokal maupun dikirim keluar negeri, karena memang pada masa itu didaerah tersebut masih terdapat banyak kayu berkualitas, sehingga banyak para pekerja dari berbagai daerah datang sebagai pekerja pencari kayu, yang tentunya bekerja Dengan para pengusaha kayu.
Sebut saja Samin, salah seorang pekerja yang berasal dari sambas Kalimantan, dia datang kesimpang gaung bersama beberapa temannya, ia bekerja disatu perusahaan kayu, Samin datang ke daerah simpang gaung hanya bermodalkan tenaga sebagai buruh, yang penting ia dapat bekerja yang tentunya mengharap gaji untuk menghidupi anak-anak dan istrinya di kampung.
Para pekerja ditampung oleh perusahaan serta ditempatkan di lokpon, dengan tempat tinggal di bedeng, bedeng adalah bangunan yang terbuat dari papan atau terpal plastik, digunakan hanya untuk tempat tinggal sementara saja, tinggal dibedeng bukanlah pilihan tapi sebentuk perjuangan dalam hidup.
Dilokpon terdapat beberapa bedeng, setiap bedeng dihuni oleh beberapa orang, dan dalam pekerjaan mereka berbeda tugas.
Pada suatu hari Samin bersama beberapa rekannya ditugaskan oleh perusahaan untuk melakukan survei kayu, yaitu kata lainnya menyisir area hutan untuk mencari kayu yang baik yang tentunya sudah bisa diolah sesuai kreteria perusahaan.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan pemilik perusahaan yang kebetulan memang berasal dari daerah tersebut, yang tentunya sangat memahami daerah itu, faham dalam kisah ini yaitu Segala sesuatu yang menyangkut wilayah daerah tersebut, mulai dari hal yang nyata hingga ke hal mistis.
Dengan demikian sebagai putra daerah juga pemilik perusahaan ia senantiasa memberikan arahan kepada seluruh karyawannya, agar dalam pelaksanaan pekerjaan dapat terhindar dari segala yang tidak diinginkan tentunya.
"Selamat pagi bapak-bapak semuanya, pagi ini kita akan melaksanakan survei kayu masuk ke hutan di area hutan pentas hulu, namun sebelumnya saya akan menyampaikan sedikit tentang situasi wilayah disini, kebetulan saya asli warga disini.
Jadi bapak-bapak semua, daerah disini bisa dikatakan wingit atau angker, mungkin karena hutannya masih asli belum pernah terjamah manusia sebelumnya, yang konon kata orang-orang tua, di hutan ini bermukim mahluk-mahluk tak kasat mata, hendaknya bapak-bapak ketika melaksanakan survei bisa menjaga sopan santun, supaya kita terhindar dari segala gangguan.
Demikian penjelasan dari pemilik perusahaan panjang lebar.
Setelah pengarahan dari pemilik perusahaan tersebut, semua karyawan berangkat ke lokasi yang sudah ditentukan.
Dalam survei kayu itu terbagi menjadi beberapa kelompok, satu kelompoknya terdiri dari lima orang, dalam pelaksanaanya dimulai dari pinggiran area, berbaris, dengan tugas yang paling tengah sebagai pembuka jalan, serta dua orang dikiri dan kanan sebagai pencari dan penanda kayu yang ditemukan. Mereka terus memasuki hutan sampai batas yang ditentukan oleh teamnya, yaitu orang yang posisi paling tengah sebagai pembuka jalan.
Pada saat itu Samin berada disisi paling kiri, surveipun mulai dilakukan,
Mereka terus memasuki area hutan, disela survei sesekali mereka berkomunikasi dan tentunya dengan cara memukul batang kayu atau pentungan yang terbuat dari bambu, karena satu dengan yang lainnya berjarak tidak berdekatan, serta sesuai arahan pemilik perusahaan di hutan tersebut tidak boleh memanggil teman yang jaraknya jauh dengan berteriak, melainkan dengan cara memukul kayu atau pentungan bambu sebanyak tiga kali sebagai isyarat.
Setibanya di ujung batas survei sesuai regunya mereka berkumpul, dan tentunya menghitung jumlah kayu dan jenisnya yang telah ditemukan dalam survei tersebut.
Regu Samin terdiri dari Rizal pembuka jalan, Azis dan Sarman berada di sisi kanan dan Samin, Muas di sisi kiri.
Sejenak mereka beristirahat di bawah pohon yang cukup rindang, minum serta menyulut sebatang rokok, pekerjaan itu memang lumayan menguras tenaga, tentu saja berjalan di area hutan yang tak pernah terjamah manusia, dengan tanah gambut, bukan hal yang mudah.
"Mu, mana Samin kok belum keluar?
Tanya Rizal ke Muas disela istirahatnya, karena saat itu dari mereka berlima hanya Samin yang tidak terlihat.
''o iya ya, mana Samin?
Jawab Muas yang baru menyadari jika rekan kerjanya yang berdampingan dengannya belum terlihat bergabung.
Tok .... Tok ... Tok ...
Muas memanggil Samin, ia berdiri menghadap ke arah hutan yang telah mereka lalui.
Seperti arahan pemilik perusahaan itu jika dihutan tersebut jika berkomunikasi jarak jauh, hendaknya dengan cara isyarat saja, dengan memukul kayu sebanyak tiga kali, tidak diperbolehkan dengan teriakan, karena jika dengan cara teriak justru itulah gangguan akan datang.
Heniiing, tak terdengar jawaban dari Samin, padahal Muas yakin beberapa saat survei tadi akan selesai, ia masih mendengar langkah dan suara dari samin.
Kembali Muas memukul pentungan bambunya, namu masih tetap hening tak ada tanda-tanda keberadaan Samin.
''kemana ya Samin, padahal tadi aku masih mendengar dia disebelah ku, bahkan sesekali aku melihatnya pas kebetulan diarea yang tidak terlalu rapat pohonnya';
Ucap Muas merasa heran.
Karena hari sudah mulai senja, Rizal dan Muas serta dua teman lainnya pun memutuskan untuk mencari Samin dengan cara menyisir kembali berbalik arah ke area yang telah dilalui.
Namun hingga di ujung start survei Samin tidak jua ditemukan.
Hari sudah mulai gelap, apalagi didalam hutan tentulah semakin gelap, akhirnya mereka memutuskan kembali ke lokpon, dan melaporkan kepada perusahaan bahwa Samin hilang.
Mendengar berita salah satu karyawannya hilang, tentu saja pemilik perusahaan itu terkejut, dan tanpa menunggu hari esok, pemilik perusahaan itu mengarahkan semua karyawannya bahkan dibantu warga kampung simpang gaung kembali ke hutan untuk mencari Samin.
Malam itu dengan membawa berbagai penerangan semua karyawan dengan dibantu warga mencari Samin, selain membawa persenjataan seadanya, warga juga membawa pentungan dan gong atau alat yang bisa menghasilkan suara keras.
Didalam hutan pentas hulu pentungan bambu yang biasa digunakan para peronda malam dan gong pun terus di bunyikan, karena menurut orang pintar atau paranormal memang dengan cara demikianlah jika tengah mencari seseorang didalam hutan, walau entahlah apa tujuannya.
Mencari Samin dengan menyusuri hutan pentas hulu bukanlah hal yang mudah, apalagi diwaktu malam hari, karena selain karena gelapnya malam dan rapatnya pepohonan, tanah diarea hutan itu tanah gambut yang tebal.
Belum lagi ancaman binatang buas yang setiap saat bisa saja menerkam, karena didalam hutan tersebut masih banyak binatang buas, seperti harimau, beruang serta ular dengan ukuran besar.
Tiba-tiba saja,
Aaaaa... Tolong aku .....
Terdengar suara berteriak meminta tolong,
Teriakan itu tentunya membuat terkejut semua orang yang tengah menyusuri hutan itu dan berpaling mencari sumber suara, serta berusaha mendatangi suara seseorang yang meminta tolong itu.
"Ngape engkau zal?''
Muas bertanya kepada Rizal yang saat itu tengah berada di dalam lubang tanah gambut, tubuhnya terperosok masuk kedalam lubang hingga sebatas pinggang, ternyata seseorang yang meminta tolong tadi adalah Rizal,
Dengan raut wajah terlihat pucat pasi Rizalpun kembali meminta tolong,
''cepat tolong aku muas''
Kakiku ada yang narik nih, ucap Rizal panik.
Dengan sigap Muas menarik tangan Rizal berusaha mengeluarkan Rizal dari lubang tanah gambut yang dalam itu, namun Muas merasakan ada sesuatu yang sangat berat dan sulit untuk mengeluarkan tubuh Rizal dari lubang tersebut,
"Sarman, bantu aku, cam manelah engkau ni, pake tengok je''
Ucap Muas ke Sarman yang saat itu hanya diam terpaku berdiri tak jauh dari Muas.
Sarman pun terkesiap seakan baru tersadar, ia langsung bergerak membantu muas mengeluarkan Rizal.
Dengan dibantu Sarman akhirnya Rizalpun dapat ditarik dan dikeluarkan dari lubang itu. Begitu Rizal berhasil dikeluarkan, terlihat ia seperti menahan rasa sakit pada kedua kakinya, Rizal hanya bisa duduk dengan kedua kakinya menyelonjor ke depan dan kedua telapak kakinya masih berada di bibir lubang itu.
"Man tolong senterkan kakiku ni, sakit betul nih". ucap Rizal meminta tolong kepada Sarman yang saat itu memegang senter, sarmanpun segera mengarahkan cahaya senternya ke bagian kaki Rizal,
''astaghfirulloh zal, ngape kaki engkau ni?"
Sarman dan Muas beristighfar begitu melihat kedua kaki Rizal, kedua kaki Rizal terlihat membiru kehitaman tepat mulai dari bagian pergelangan kakinya hingga ke seluruh bagian kakinya, seperti bekas cengkraman tangan yang teramat kuat.
Belum lagi rasa terkejut mereka hilang, tiba-tiba saja mereka dikejutkan lagi dengan sesuatu berwarna hitam mengkilat keluar dari lubang itu, yaaah itu sepasang tangan dengan ukuran tidak lazim, tangan yang sangat besar yang keluar, berusaha menggapai hendak menarik kembali kaki Rizal, yang saat itu memang masih berada di bibir lubang tersebut, benar saja tangan besar dan hitam itu mencengkram kaki kiri Rizal dan kembali menariknya, Rizal berteriak kesakitan,
''aaaa, tolong tarik aku''
Teriak Rizal.
Sontak Muas dan Sarman menarik tubuh Rizal agar tidak kembali dibawa masuk kedalam lubang itu,
Disaat situasi sangat menegangkan itu, tiba-tiba saja,
Allohuakbar, craaakh
Muas dan Sarman tersurut mundur dan berhasil menarik tubuh Rizal menjauhi lubang itu,
Cepat, bawa Rizal balek,
Ucap seseorang yang baru saja datang bahkan menolong rizal, ternyata dialah pemilik perusahaan bersama seorang pria tua yang yang datang.
Pemilik perusahaan itu memang ikut mencari Samin yang hilang, ia mengajak sekalian orang pintar karena ia yakin hilangnya Samin berkaitan dengan hal mistis.
Ketika pemilik perusahaan bersama sang dukun itu berjalan mencari Samin mereka berdua melihat cahaya senter dan teriakan, lalu dengan susah payah mendekati, dan ternyata Muas dan Sarman tengah berusaha menolong rizal dari tarikan mahluk mengerikan dari lubang gambut,
Pemilik perusahaan itu sangat terkejut, dengan sigap ia menebaskan parang tajam yang berada di genggamannya pada tangan besar dan hitam itu, dan melukainya, cairan hitam muncrat dari luka tebasan, lalu tangan besar itupun melepaskan cengkeramannya pada kaki Rizal dan masuk kembali kedalam lubang tanah gambut.
Dengan masih tersengal-sengal, Rizal dan Muas baru menyadari siapa yang baru saja datang dan membantu mereka.
Makasih banyak pak haji, ucap mereka ke pemilik perusahaan, yang biasa disebut pak haji.
"Sekarang kita pulang saja kembali ke bedeng, besok pagi kita lanjutkan kembali mencari saminnya, karena malam-malam begini akan lebih sulit dan berbahaya kita didalam hutan ini.
Ucap pak haji atau pemilik perusahaan itu.
Tanpa banyak bicara lagi, akhirnya semua kembali ke bedeng, demikian pula dengan warga lainnya. Dan akan dilanjutkan pencariannya pada esok hari.
Keesokan harinya pagi itu semua karyawan dengan di bantu warga kampung setempat kembali melakukan pencarian Samin, terkecuali pemilik perusahaan, karena pagi itu ia pergi ke Polsek untuk membuat laporan kehilangan orang, dan sekitar pertengahan hari pemilik perusahaan bersama beberapa orang anggota kepolisian datang ke lokasi hilangnya Samin, melakukan pencarian bersama warga.
Hingga hari kedua sore pencarian Samin di kawasan hutan simpang gaung kanan tepatnya di pentas hulu, belum juga membuahkan hasil, pemilik perusahaan sangat merisaukan Samin, atas saran warga agar ia coba kembali meminta bantuan paranormal yang berada di kampung tersebut, iapun mendatangi rumah paranormal itu untuk meminta petunjuk sekalian bantuannya.
Setibanya di rumah paranormal iapun bertanya apakah kira-kira Samin masih hidup dan bisa ditemukan kembali.
'Kite tunggu je sampai tige hari, kalau tak juge dapat ditemukan, die masih hidup, cume die dibawa orang halus''
Ujar paranormal itu ke pemilik perusahaan itu menjelaskan.
"Iyelah tok, semoge je die masih hidup, ksian keluargenye''.
Ucap pemilik perusahaan itu dengan penuh harap.
Dihari ketiga, dengan segala upaya pencarian, namun Samin tidak juga ada tanda-tanda dapat ditemukan.
Karena belum juga ditemukan pemilik perusahaan kembali mendatangi Polsek untuk melaporkan perkembangan, lalu berdasarkan prosedur serta koordinasi bersama Polsek hilangnya saminpun dilanjutkan melaporkan ke Disnaker, akhirnya dengan segala pertimbangan dikeluarkan surat keterangan kematian Samin, dan surat kematian tersebut dikirimkan ke pihak keluarganya di Sambas, tentunya semua sudah sesuai prosedur hukum yang berlaku dinegara ini, serta santunan dari pihak perusahaan.
Hari-hari berikutnya pencarian Samin masih terus dilakukan para karyawan serta warga kampung, walau dari kepolisian serta Disnaker sudah mengeluarkan surat kematian, tentunya atas permintaan pemilik perusahaan itu, berdasar keterangan paranormal bahwasanya Samin masih hidup, atas dasar itulah mereka semua masih penasaran dan semangat untuk terus melakukan pencarian.
Dihari ke 14, di sungai beruang.
Siang itu cuaca sangat cerah, seorang warga dengan menggunakan pompong kecil menyusuri sungai yang lumayan besar untuk mencari ikan, karena di wilayah perairan tentunya rata-rata warganya mencari ikan sebagai tambahan pendapatan atau hanya sekedar untuk lauk sendiri, di pinggiran sungai itu banyak terdapat Bagan-bagan warga.
Tepat di sebuah Bagan nelayan di sungai beruang yang posisinya di sebelah kiri sungai, seorang nelayan tiba-tiba saja dikejutkan oleh seseorang yang tergeletak dibagannya, seorang pria dengan menggunakan kaos lengan panjang berwarna biru, serta celana panjang berwarna hitam, menggunakan sepatu karet sebatas mata kaki, dipinggangnya terdapat kapak dan sebilah golok.
Saat itu nelayan yang memang salah satu warga kampung simpang gaung seketika berfikir,
''jangan-jangan orang ni orang yang hilang dan tengah dicari itu'', demikian fikirnya.
Lalu ia dengan perlahan mendekati sosok itu dan mencoba menyapanya, namun sosok itu tidak menjawab walau saat itu ia membuka kedua matanya, ia terlihat pucat pasi serta terlihat bingung, serta tatapan matanya terlihat kosong.
Nelayan itu semakin kuat dugaannya jika pria dihadapannya saat ini dialah Samin, karyawan yang beberapa hari lalu hilang.
Lalu tanpa bertanya lagi, nelayan itu menuntun pria itu dibawa naik ke pompongnya, dan ia bawa ke simpang gaung.
Setibanya di kampung simpang gaung ia langsung membawa pria tersebut ke rumah pak haji atau pemilik perusahaan tersebut, dan benar saja, pria yang ditemukan pak nelayan tersebut dialah Samin yang selama 14 hari mereka cari, Samin masih hidup dan sehat walau saat itu Samin belum bisa diajak komunikasi, Samin hanya diam dan terlihat kebingungan dengan tatapan kedua matanya kosong.
Diketemukannya Samin tentu saja membuat semua pihak senang, pemilik perusahaan itupun segera melaporkan kepada dinas terkait.
Hari kedua Samin diketemukan terlihat Samin mulai berbicara, namun hanya satu kata, yaitu "aku Lapar",
Samin meminta makan.
Hari ke tiga dan ke empat Samin sudah mulai berbicara dan mengobrol dengan yang lainnya, walau belumlah terlalu jelas, namun dapat difahami, tentunya semua itu berkat bantuan paranormal yang terus berusaha mengobatinya dengan cara yang hanya para normal itu sendiri yang tau.
Hari ke lima, akhirnya Samin dapat kembali normal, kondisi pisik serta psikisnya sudah kembali seperti semula.
Ia telah dapat bercerita dengan panjang lebar apa yang ia alami selama 14 hari itu.
''jadi engkau kemane je selame 14 hari ini min?"
Tanya pak haji atau pemilik perusahaan ke Samin, yang saat itu Samin berada di rumah pak haji.
Sejenak Samin terdiam, seakan ia tengah berusaha mengingat kembali apa yang ia alami, lalu iapun mulai berbicara,
''hari itu sewaktu aku tengah survei dan hampir selesai, tiba-tiba saja, kakiku terperosok ke dalam lubang, aku kaget dan mengumpat, sialan dasar hantu hutan, ucapku saat itu, lalu akupun berusaha menarik kaki dari lubang itu dan aku kembali melanjutkan berjalan, dan tiba-tiba saja aku ingin buang air kecil, akupun buang air keci di rawa yang tak jauh dari tempat aku berdiri saat itu",
Ucap Samin bercerita sambil sesekali ia menghisap rokoknya, lalu iapun melanjutkan ceritanya.
Setelah buang air kecil aku kembali melanjutkan berjalan, namun disitu ada keanehan, penat aku berjalan tapi aku tak sampai-sampai, aku hanya berputar-putar di tempat itu, dimana sebelumnya aku buang air kecil.
Sebenarnya aku melihat sewaktu Rizal, Muas dan yang lainnya mencariku, dan saat itu aku memanggil mereka, namun sepertinya mereka tidak melihat dan mendengar suara dan keberadaan aku, aku sedih dan ketakutan disaat mereka meninggalkan aku sendiri dihutan itu, haripun mulai gelap, akhirnya aku memanjat pohon, karena kalau dibawah aku takut banyak binatang buas.
Pada saat aku diatas pohon bajuku di lepas untuk aku gunakan mengikat badan pada pohon itu, dan ketika siang aku turun dan berusaha kembali berjalan untuk pulang, namun yaaah masih saja hanya berputar-putar di situ saja, aku juga melihat kawan-kawan serta warga kampung mencari aku selama ini, namun sepertinya tidak ada yang bisa melihat aku.
Setelah tiga hari, malam itu seperti biasa aku diatas pohon, tiba-tiba saja aku didatangi oleh tiga orang yang tidak aku kenal, yang pertama seorang laki-laki tua memggunakan baju serba putih, bersorban, jenggotnya panjang dan putih, yang dikiri dan kananya diapit oleh kedua pria tinggi besar, yang sebelah kanan terlihat ramah dan baik, namun yang sebelah kirinya dia galak dan seram, mata sebelah kirinya ditutup kain hitam seperti bajak laut,
Aku dijemput dan dibawa oleh ketiga orang tersebut, aku tidak tahu hendak dibawa kemana. Yang jelas aku dibawa berjalan ketempat keramaian seperti pasar atau perkotaan, aku di ajak makan dirumah makan mewah, namun anehnya ketika aku berbicara dengan orang-orang yang ada disana seakan-akan mereka tak mendengar suaraku.
Suatu malam aku di ajak kerumah sang rajanya, rumahnya besar bak istana megah, dirumah itu aku dijamu dengan mewah, makanannya enak-enak, dan setelah acaranya selesai aku disalami rajanya dan banyak lagi orang yang menyalamiku, dan ternyata rajanya itu yang salah satunya menjemputmu sewaktu didalam hutan, laki-laki tua berjubah serta bersorban putih itu. Dua laki-laki kiri dan kanan itu pengawal pribadinya.
Setelah acara selesai dan bersalaman, aku dipersilahkan untuk istirahat disebuah kamar yang besar dan mewah, dengan kasur yang empuk dan tebal, seumur hidupku baru kali itulah tidur dikasur empuk dan setebal itu.
Mungkin saking nyamannya kamar itu, tak memakan waktu lama akupun tertidur lelap.
Entah berapa lama aku sudah tertidur saat itu, namun masih dalam keadaan terpejam kedua mataku, samar aku mendengar suara kicauan burung, secara perlahan aku membuka kedua mataku ini, dan betapa terkejutnya aku begitu kedua mataku terbuka, seketika aku beranjak bangun dari baringku, aku sapukan pandangan mataku kesegala arah, ternyata saat itu aku tengah berada dibawah rumpun pohon Nibung yang rimbun, aku lihat kasur tebal dan empuk semalam saat itu yang ada hanya tumpukan daun Nibung,
Astaghfirulloh, aku dimana nih, seketika sekujur tubuhku merinding, segera aku bangkit berdiri, di sekelilingku hanya semak belukar, mana rumah yang megah semalam?
Demikian fikirku,
Lalu aku melangkah meninggalkan tempat itu dengan segera, aku mengikuti jalan setapak yang terlihat olehku, fikiranku berkecamuk memikirkan keanehan yang aku alami, aku terus melangkah dan kira-kira 40 meter di hadapanku, aku melihat sungai yang lumayan luas, aku teruskan melangkah hingga akhirnya aku berada di tepian sungai itu.
Saat itu aku merasa sangat haus, tidak ada air minum selain air sungai itu yang berwarna merah layaknya air teh, yaaah itu ciri khas warna air dikawasan tanah gambut, aku berjongkok, menyatukan kedua tanganku untuk mengambil air dan ku minum, lalu aku mencuci muka dan kepalaku, lumayanlah sedikit membuatku lebih segar.
kembali aku sapukan pandangan mataku kesegala arah, dan diseberang sungai aku melihat ada Bagan nelayan,
''mau gak mau, aku harus menyeberangi sungai ini, karena kalau aku disini bagaimana aku bisa pulang atau bertemu dengan orang lain, kalau dibagan itu pasti lambat atau cepat pemilik Bagan itu akan datang dan bisa menolongku, demikian fikiranku saat itu.
Saat itu aku hanya bisa pasrah jika memang saat aku berenang menyeberangi sungai ada buaya dan memangsaku, dengan membaca bismillah akupun menyeberangi sungai itu yang luasnya kira-kira 50 meter. Tidak ada kesulitan bagiku untuk menyeberangi sungai, karena sejak kecil aku sudah terbiasa berenang disungai, setibanya di seberang sungai Alhamdulillah aku selamat, namun yaaah lumayan lelah aku berenang, akhirnya aku terbaring di pelantar Bagan itu, yang akhirnya aku ditemukan nelayan itu dan dibawankemari.
Dekian tutup cerita Samin dengan panjang lebar, warga yang saat itu berkumpul bergidik ngeri mendengarnya, namun dibalik cerita dan kembalinya Samin dengan selamat setelah 14 hari, ada seseoramg yang berusaha menolong Samin, tentunya dengan cara yang tidak dapat dicerna logika, namun itu ada.
Melalui pemilik perusahaan itulah yang meminta bantuan kepada seorang paranormal agar Samin dapat kembali, karena ketika baru 3 hari Samin hilang, paranormal itu berkata jika Samin hilang karena dibawa oleh mahluk halus atau biasa disebut orang bunian, dan itu akibat ada kesalahan yang telah diperbuat oleh Samin atau temannya saat survei kayu di wilayah simpang gaung kanan atau tepatnya di pentas hulu.
Paranormal itupun menyanggupi permintaan pemilik perusahaan itu, dan berusaha dengan caranya berkomunikasi dengan pemimpin dari orang bunian atau orang halus itu, yang menurut Samin sang raja dari orang bunian itu adalah yang menjemputnya.
Dan akhirnya mediasi dengan cara gaib antara sang paranormal dengan raja atau pemimpin dunia gaib simpang gaung kanan membuahkan hasil, Samin dikembalikan.
Singkat cerita, setelah beberapa hari samin ditemukan, pemilik perusahaan pun kembali melaporkan ke Polsek dan Disnaker, kemudian pihak perusahaan mengembalikan Samin ke keluarganya di sambas, dengan segala sesuatunya dipenuhi serta diberi pesangon oleh pihak perusahaan.
Kejadian yang dialami Samin, itu hanya salah satu cerita mistis yang ada dikawasan simpang gaung saja, masih banyak lagi kisah mistis yang pernah terjadi, hilang tak ke,Bali, hingga merenggut nyawa didaerah tersebut, membuktikan jika wilayah itu masih sangat wingit, namun semua itu tergantung diri kita, jika kita bisa menjaga diri, saling menghargai, menjaga atitude, insyaalloh kita akan selamat dan aman, karena didunia ini selain kita sebangsa manusia, juga ada mereka yang gaib.
S E L E S A I
BACA JUGA : Titisan Leluhur Orang Dayak