BERLAYAR DI LAUT ANGKER
Berlayar merupakan salah satu bagian dari tugas polisi perairan untuk melakukan patroli, dengan tujuan yaitu menjaga keamanan di wilayah hukum kesatuan dimana bertugas dari segala hal, yang tentunya mengganggu keamanan dan ketertiban negara ini.
Demikian pula dengan saya yang saat itu bertugas di fungsi polair di kesatuan Polda Riau, dan bertempat tugas di wilayah Tanjung batu.
Suatu hari aku beserta team bertugas untuk melaksanakan patroli, yang akan dilaksanakan pada sore hari hingga batas waktu yang telah ditentukan, sore itu juga kami bersiap diri, tidak lupa segala peralatan yang menunjang dalam pelaksanaan tugas disiapkan pula.
Sekitar pukul 5 sore kami berkumpul di pelabuhan dimana kapal patroli kami bersandar, sembari menunggu rekan lainnya aku duduk di sebuah warung kopi atau kantin yang berada di pelabuhan tersebut.
Dikantin itu tidaklah aku sendiri melainkan ada pengunjung lainnya, walau hanya ada satu orang duduk di sudut warung tengah minum kopi dan merokok.
Seseorang itu sepertinya orang baru, karena walaupun orang sipil aku banyak mengenal orang-orang yang biasa duduk dan berkumpul di warung itu.
Aku memesan segelas kopi dan mie goreng kepada pemilik warung, lalu aku duduk di kursi dan meja yang posisinya berada dekat dengan pintu keluar masuk kantin.
"Mau patroli ya pak?"
Tiba-tiba saja, ada suara yang menyapa yang tentunya itu ditujukan kepadaku, karena saat itu hanya aku sendiri yang tengah menggunakan pakaian dinas.
Aku yang tengah fokus mengutak-atik ponsel mengalihkan pandangan mengarah ke sumber suara, benar saja bapak tua itu yang menyapaku.
"Iya pak mau patroli, ini nunggu teman-teman yang lainnya'',
Demikian jawabku dengan ramah.
''rencana ke wilayah mana patrolinya pak?" Tanya bapak itu lagi kepadaku.
''yaaah kemana saja pak, yang namanya patroli, mungkin nanti kateamnya yang menentukan ke arah mana akan patrolinya",Jawabku lagi.
Sejenak bapak itu manggut-manggut sembari terus menatapku dengan tatapan yang menurutku saat itu tatapannya terlihat aneh, namun aku berusaha berfikir positif saja.
Lalu terdengar lagi ia berkata kepadaku.
"Kalau bisa malam ini enggak usah patroli pak, bahaya''
Demikian ucapnya dengan suara pelan serta tatapan tajam kepadaku.
Tentu saja ucapannya membuatku sedikit terkejut, karena orang yang baru saja bertemu dan tidak aku kenal melarang agar kami tidak melaksanakan patroli, bahkan ia mengatakan Bahaya.
''bahaya kenapa pak?"
Tanyaku penasaran, namun kali ini bapak itu tidak menjawab, ia beranjak berdiri dari duduknya, lalu melangkah menuju kasir membayar minumnya ke pemilik warung, kemudian ia pergi keluar kantin, disaat ia hendak keluar dari warung, sempat ia berdiri dihadapan mejaku sejenak lalu ia berkata dengan sangat pelan, namun jelas dapat aku dengar dengan baik.
''kalau mau berangkat juga, hati-hati ya dan jangan lupa terus berdoa, minta perlindungan kepada Alloh'', demikian ucapnya kepadaku, lalu ia berlalu pergi.
Saat itu aku hanya diam terpaku, tidak menjawab iya atau tidak, karena aku benar-benar merasakan ada yang aneh dengannya. Setelah bapak itu pergi dari hadapanku, disaat itu pula seakan aku baru tersadar, lalu aku memandang kearah dimana bapak tua itu pergi, namun tak terlihat lagi.
''mak cik, siape bapak tadi, aku rase tak pernah tengok die sebelumnya disini?"
Tanyaku kepada pemilik warung itu yang biasa dipanggil Mak cik.
''ntahlah pak, saye baru inilah tengok die disini, tak de pulak saye Tanye tadi'', ucap Mak cik kepadaku.
"Dah lama datang rid?"
Disaat aku tengah memikirkan apa yang baru saja aku alami, tiba-tiba saja, ada seseorang lagi yang menyapaku, seketika aku memandang kearah suara, hmmm ternyata Herman yang datang, salah satu teamku.
Singkat cerita, jam 5 sore semua teamku telah berkumpul dan kamipun memutuskan untuk segera berangkat.
Beberapa saat setelah meninggalkan pelabuhan aku masih memikirkan pesan dari bapak misterius tadi, namun tugas tetaplah tugas, harus dilaksanakan dengan penuh semangat.
Setengah jam sudah kami melakukan perjalanan, suasana normal tidak ada hal apapun yang terjadi, suasana alam sekitar mulai terlihat meredup karena sang mentari secara perlahan mulai masuk ke peraduannya, angin sejuk mulai berhembus tanda hari memasuki senja, tiba-tiba saja, didepan haluan kapal patroli, terlihat beberapa ekor ikan lumba-lumba berenang seakan mengiringi kapal kami, bahkan terlihat pula ikan lumba-lumba itu melompat dari sebelah kiri ke kanan haluan kapal,
''Keeep, kurangi kecepatan, dihaluan banyak lumba-lumba'', teriak rekanku.
Saat itu aku hanya diam sembari terus menatap ke arah dimana lumba-lumba yang terus berlompatan seakan berusaha menghalangi kapal patroli kami, seketika jantungku berdetak keras, karena lumba-lumba yang aku lihat berwarna putih, tidak seperti ikan lumba-lumba kebanyakan.
''ini pertanda buruk'', demikian hatiku berkata, dengan cepat aku melangkah menuju ruang kep, dan setelah diruang Kep aku menyampaikan sesuatu kepadanya,
"Ijin kep, sepertinya bakal ada sesuatu yang tak baik terjadi",
Demikian ucapku kepadanya.
Mendengar ucapanku yang tiba-tiba kepadanya, Kep langsung menatapku dan berkata.
'kenapa begitu rid?"
Tanyanya kepadaku.
''Iya Kep barusan aku lihat ikan lumba-lumba yang berlompatan itu berwarna putih, tidak seperti biasanya.
''trus kalau berwarna putih apa hubungannya dengan kita?" Demikian ucap kep kepadaku seakan memang ia tidak memahami maksud ucapanku.
Sejenak aku menghela nafas berat, lalu aku melanjutkan cerita.
''ijin Kep, menurut cerita kakekku yang seorang pelaut, jika kita tengah berlayar dilaut tiba-tiba dihadang ikan lumba-lumba putih, itu pertanda buruk, dan kita sebaiknya berputar arah tidak melanjutkan tujuan. Demikian tuturku panjang lebar.
''hehehe, sudahlah rid jangan banyak percaya dengan mitos, yang ada kita tidak bisa melaksanakan tugas, lebih baik kita berdoa saja mohon keselamatan'', demikian ucapnya kepadaku seakan memang Kep itu tidak mempercayai ucapanku.
Setelah sedikit berbincang dengan Kep, aku kembali melaksanan tugas sesuai dengan bidangku.
Namun baru saja aku bekerja, tiba-tiba,
Siiit ..... Siiitttt ....
Sontak aku terlejut, karena sebagai anggota polair tentunya aku sangat memahami suara itu, yaaah itu suara hembusan angin yang biasa menandakan badai akan datang, aku arahkan pandangan mataku ke langit, terlihat sang rembulan memancarkan cahaya lembutnya, sehingga dikejauhan aku mulai melihat gumpalan-gumpalan gelombang dengan ukuran sedang mulai memainkan permukaan laut.
Dengan tergesa-gesa aku melangkah menuju ke ruang kep lagi, sembari berteriak memanggil Kep.
Kep .... Kep ....
Sepertinya badai datang, ucapku kepadanya, karena memang saat itu aku dapat melihat gelombang dengan menggunakan teropong.
Mendengar ucapanku seketika Kep kapalpun segera memerintahkan awak kapal untuk bersiap, namun baru saja Kep memberi perintah tiba-tiba saja, kapal kami oleng ke kanan, karena gelombang besar telah menghempas bagian kapal dari sebelah kiri.
Dengan olengnya kapal tentu saja beberapa barang dikapal berjatuhan, belum lagi posisi kapal kembali stabil bruuus....ombak besar kembali menghempas dari arah belakang kapal, sehingga membuat kapal terjungkat kebelakang akibat curahan air dengan volume besar menimpa di bagian belakang kapal,.
''Rid .... Tolong aku ....,
Disaat semua awak kapal panik terdengar seseorang berteriak meminta tolong, aku lihat sisi kanan bagian kapal Rudi bergelantungan berpegangan pada sisi kapal dengan tubuh serta kakinya menjuntai dilaut, ia terpelanting dan terjatuh disaat ombak besar tadi menimpa kapal dari sisi kiri, beruntung Rudi sempat berpegangan, sehingga ia tidak langsung terlempar kedalam laut.
Melihat situasi Rudi saat itu, segera aku mengambil seutas tali yang sudah terikat pada pelampung Oren, namun upayaku tidaklah mudah karena ombak-ombak besar terus menghantam kapal, masih terdengar teriakkan Rudi meminta tolong,
Akhirnya aku berhasil menarik Rudi dengan cara memberikan tali tambang itu kepadanya, aku tarik tubuh Rudi dengan sekuat tenaga, Alhamdulillah akhirnya Rudi berhasil naik ke kapal lagi.
''Riiiid, kau cek mesin kapal'',
Baru saja aku berhasil menarik tubuh Rudi, kembali aku mendengar suara teriakkan, dan ternyata Kep memanggilku dan perintahkan aku untuk mengecek mesin kapal, tanpa banyak tanya akupun langsung melangkah menuju ruang mesin, benar saja, dua dari empat mesin sudah mati, terlihat kepulan asap dari dua mesin yang mati itu.
Dengan rusaknya dua mesin sudah bisa dipastikan pula, sangat berpengaruh besar kepada tenaga kapal, apalagi saat itu tengah diterjang badai, kapal terseok-seok diombang-ambing ditengah lautan yang gelap, Kep tidak bisa banyak berbuat selain mengikuti alur ombak-ombak raksasa itu, tanpa tahu harus mengarahkan kapal kemana, karena saat itu GPS serta radio sebagai alat penunjuk arah dan komunikasipun sudah tidak berfungsi lagi.
Semua awak kapal sudah menggunakan baju pelampung dan pasrah disisa-sisa perjuangan untuk selamat.
Disaat keputus asaan merasuki jiwa, disaat itu pula aku yang saat itu berdiri dengan berpegangan pada salah satu besi stainlist sisi kanan kapal, tanpa sengaja pandangan mataku menatap ke sebelah kiri dimana gumpalan gelombang raksasa, seakan siap untuk menerkam kapal patroli beserta isinya, namun ada sesuatu yang membuat aku terpana.
Diatas gelombang raksasa itu samar terlihat dari keremangan cahaya bulan serta bias sinar lampu sorot kapal, ada sosok mirip dengan seorang manusia, tengah berdiri menatap ke arahku, belum lagi hilang rasa terkejut serta panikku, tiba-tiba saja terdengar olehku seperti seseorang berbisik ditelingaku,
''wahai cucuku, cepat kamu baca doa yang pernah Datuk berikan kepadamu, sekarang saatnya kamu gunakan, lalu kamu minum air laut itu walau seteguk dan basuhlah wajahmu''.
Demikian bisikan itu ditelingaku, seketika aku merasa terkejut, aku palingkan mukaku ke kanan dan ke kiri, namun tak seorangpun aku dapati di dekatku, lalu kembali aku arahkan pandanganku kearah sosok tadi, disana aku tak melihat sosok itu lagi.
Tanpa ragu aku berjuang melangkah mendekati sisi kiri kapal, dengan berbisik aku mulai merapalkan doa pendek yang aku dapatkan dari orang misterius ketika aku masih kecil, setelah selesai aku baca aku lanjutkan dengan berdoa memohon keselamatan kepada Alloh sang pencipta, lalu aku raih air laut, aku minum dan kubasuhkan pada wajahku.
Setelah selesai melakukan perintah dari sosok misterius itu, lalu aku kembali ketempat posisiku semula, dalam hati aku terus berdzikir mohon keselamatan dariNya.
Tak lama berselang tiba-tiba saja angin kencang sangat dingin berhembus hingga dapat menggerakkan posisi kapal yang sudah tidak bertenaga lagi karena dua mesin sudah mati, kapal kami berputar arah, lalu bergerak melesat seakan ada kekuatan besar mendorong kapal yang entah kearah mana tujuannya, karena saat itu disekeliling kapal hanya bukit-bukit tinggi yang hitam, itulah bukit-bukit gelombang badai raksasa.
Tidak ada yang bisa diperbuat selain pasrah dan berdoa,
Bruaak, byuuur ....
Tiba-tiba saja, haluan kapal menabrak gelombang besar nan tinggi, laksana dinding, aku beserta awak kapal lainnya terhempas bahkan terpelanting didalam kapal itu.
Sesaat kemudian, heniiiing, dikegelapan malam yang dingin, tak terdengar riuh dan decit angin, tak terdengar pula deburan ombak badai tadi yang mengobrak abrik kapal patroli beserta isinya,
Sesaat aku hanya diam, aku tidak tahu, tengah berada dimana saat itu.
''ya Alloh, sudah matikah aku saat ini?"
Demikian hatiku berkata, namun sesaat kemudian kedua telingaku mendengar suara kepakan air layak ya ombak-ombak kecil dengan lembut menerpa bagian dinding kapal, perlahan aku membuka kedua mataku, ada rasa ragu dalam hati, namun kucoba untuk menguatkan hati untuk membuka kedua mata ini, dan ternyata benar saja, aku tengah tergeletak dilantai kapal, ada rasa nyeri di kepalaku sebelah kanan,
Mungkin kepalaku terbentur ketika terpelanting disaat kapal dihantam ombak besar tadi, fikirku.
Aku berusaha bangkit dengan berpegangan pada apa saja yang bisa kuraih, karena selain gelap juga kepalaku pusing dan perutku terasa mual, setelah aku bisa berdiri, dengan perlahan aku melangkah, dengan meraba-raba bagian kabin kapal, didalam kabin kapal memang sangat gelap karena mesin kapal mati, dengan demikian semua lampu kapal padam pula.
''uhuk, uhuk'',
Didalam kegelapan aku mendengar suara batuk seseorang, mungkin itu rekanku, aku baru teringat jika dikopel ada senter kecil, aku coba meraba bagian pinggang memastikan kira-kira masih ada atau tidak senter itu, Alhamdulillah ternyata senter kecil itu memang masih ada ditempatnya, aku ambil dan langsung aku hidupkan, walau tidaklah terlalu terang cahayanya, namun lumayan sangatlah berjasa disaat berada didalam kegelapan,
Cahaya senter aku sorotkan ke segala arah didalam kabin itu, terlihat begitu kacau, barang-barang berserakan, genangan air dimana-mana, yang ada didalam fikiranku saat itu dimana semua teman-temanku, aku melangkah menuju ruang kemudi, disana aku mendapati Kep tengah terduduk tak bergerak, mungkin ia pingsan fikirku, aku mengecek kapal, hingga stok BBM kapal, ternyata BBM kapal masihlah tersisa.
Walau aku bukanlah Kep kapal, tapi setidaknya aku sedikit faham bagaimana cara menghidupkan kapal, dengan sedikit rasa panik, kucoba untuk menghidupkan mesin kapal. Alhamdulillah kapal itu hidup, seketika semua lampu kapal menyala, dengan demikian ruang kabin kapal menjadi terang.
Setelah mesin kapal hidup dan lampu-lampunya menyala, aku segera mencari rekan-rekanku, Alhamdulillah semua rekanku selamat walau tampak kacau.
Singkat cerita, kira-kira satu jam semua telah kembali kondusif, walau yaaah belum pulih sepenuhnya, minimal kami bisa mengendalikan diri kembali.
Kuarahkan pandangan mataku kesegala arah, walau hanya kegelapan malam yang terlihat olehku, namun situasi terasa begitu tenang, tak terlihat lagi gulungan ombak laksana monster lagi, berganti dengan riak air tenang dihembus lembut angin malam. Kami kembali melanjutkan perjalanan mengikuti arah naluri saja, karena peralatan yang menunjang ketika dipelayaran sudah tidak berfungsi lagi.
Dengan lambat kami terus melajukan kapal patroli itu, dikarenakan dua dari empat mesin telah rusak pula.
Kira-kira setengah jam melakukan pelayaran, dikejauhan kami melihat kerlip cahaya, mungkin itulah tepian pantai yang berpenghuni, kapal terus diarahkan menuju titik cahaya itu hingga jarak semakin dekat.
Benar saja, kerlip sinar itu adalah cahaya-cahaya lampu dari pemukiman penduduk yang berada di pulau itu.
Alhamdulillah ......
Kami berucap syukur, karena titik harapan telah nyata didepan mata, kami selamat.
Singkat cerita, kami tiba di pulau tersebut kira-kira pukul 05.00 wib dengan selamat, kami bersandar memang tidaklah dipelabuhan, melainkan dipelantar rumah penduduk yang berada ditepian pantai, khas rumah penduduk diarea pesisir, namun itu semua tidak menjadi suatu kendala, yang jelas kami selamat dari terjangan badai yang ganas malam itu.
Lanjut cerita, paginya setelah mencari tempat untuk sarapan serta bebersih diri, kami menghubungi kesatuan dimana kami bertugas, memberitahukan keberadaan serta apa yang terjadi disaat kami melaksanakan patroli tadi malam, menjelang siang akhirnya kami melanjutkan perjalanan kembali pulang dengan dijemput oleh Speedboat dinas sebagai pemandu.
Setibanya dikesatuan, kami dapat menghela nafas lega, namun jika di flashback dari awal kami hendak berangkat tugas memang ada beberapa hal peringatan agar kami tidak melaksanakan tugas saat itu,
seperti orang misterius mengingatkan, alam sekitar mengingatkan bahkan menghalangi langkah kami,
Keterangan penduduk dimana kami terdampar dipulau itu juga membenarkan, jika dilautan dimana kami berpatroli malam itu memang dikenal angker, tak jarang kapal-kapal kecil karam diterjang badai yang tiba-tiba saja datang, namun kami tidak mengindahkan semua itu, bukan karena tidak percaya akan tanda-tanda itu, tapi karena tugaslah apapun tetap harus kami jalani walau nyawa taruhannya demi Nusa dan bangsa ini.
~~~SEKIAN~~~
BACA JUGA : Disukai Jin Gunung Arjuno
KISAH MISTERI BERDASARKAN KISAH NYATA
-------------------------------------------------------
~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~