Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Disukai Jin Gunung Arjuno

Pada suatu hari tepatnya setelah Tejo selesai dengan aktivitasnya sebagai kuli bangunan dia mendapat telfon dari temannya yang bernama Nurul (cowok) dan mengajak Tejo pergi mendaki ke gunung Arjuno untuk mengantarkan beberapa orang katanya.

Bertepatan karena proyek bangunan yang dikerjakan Tejo ini sudah selesai dia menerima ajakan si Nurul itu, itung-itung buat refreshing juga. Setelah cukup lama ngobrol melalui telepon beberapa hari kemudian tibalah hari dimana dia akan pergi mendaki ke gunung Arjuno.

Tejo yang sudah siap dengan perbekalan yang akan dibawanya pergi ke rumah Nurul yang disana sudah banyak teman-teman lainnya yang juga akan ikut mendaki. Sesampai di rumah Nurul dia menyapa semua orang yang ada disitu untuk berkenalan biar lebih akrab, setelah semuanya sudah berkumpul 12 orang kemudian segera mengendarai motornya masing-masing untuk berangkat ke gunung Arjuno via jalur Lawang.

12 orang itu diantaranya ada 9 cowok dan 3 cewek. Sesampai di pasar Lawang Nurul dan Tejo yang waktu itu berboncengan dengan Nurul mengajak mereka semua untuk melengkapi logistik yang belum lengkap, setelah 30 menit mereka melengkapi logistik perjalanan kembali dilanjutkan menuju ke pos pendaftaran atau basecamp gunung Arjuno via Lawang.

Sesampai di basecamp kurang lebih pukul 3 sore, sesampai disitu mereka mengurus ijin pendakian dan dilanjut dengan packing peralatan, setelah kurang lebih 1 jam mengurus ijin dan packing itu mereka bersiap-siap akan memulai pendakian dan tidak lupa diawali dengan berdo’a bersama.

Perjalanan dimulai pada pukul 4 sore, di awal-awal perjalanan mereka sangat have fun karena melihat pemandangan kebun teh yang sangat luas dan juga keren hingga membuat mereka berhenti sebentar untuk berfoto-foto.

Di dalam pendakian itu ada 1 orang yang dikagumi Tejo yaitu Intan, seorang gadis berkerudung putih yang menutrut Tejo itu Intan itu orangnya beda dengan yang lain, atau bisa dikatankan Tejo ini tertarik dengan yang namanya Intan.

Setelah cukup berfoto-foto di kebun teh itu mereka melanjutkan perjalanan menuju ke pos 2 dan singkat cerita setelah melewati hutan sampailah mereka di pos 2 tepat sebelum masuk waktu maghrib.

Di pos 2 itu terdapat sebuah shelter yang bisa digunakan pendaki untuk bermalam atau hanya sekedar istirahat, di pos 2 itu mereka break untuk menunggu waktu maghrib sekalain istirahat. Sesekali Tejo memperhatikan Intan yang waktu itu terlihat sudah sangat kelelahan.

Awalnya Nurul berniat mengajak mereka semua untuk camp di pos 3, itung-itung agar besok tidak jauh-jauh kalau lanjut jalan lagi tapi, niat itu batal karena Tejo menyarankan pada Nurul agar campnya di pos 2 aja.

Disitu mereka mendirikan tenda di dekat shelter pos 2 untuk bermalam, setelah tenda sudah berdiri mereka masak-masak untuk mengisi perut yang sejak berangkat tadi belum sempat terisi. Setelah selesai dengan semua itu mereka langusng masuk kedalam tenda untuk segera tidur agar besok kembali fit.

Singkat cerita, ke’esokan harinya mereka semua bangun, setelah itu mereka membuat sarapan. Mengingat pagi itu persedia’an air mereka menipis Nurul dan Tejo pergi mengambil air di sumber.

Di jalur pendakian gunung Arjuno via Lawang ni sumber mata air hanya ada di pos 2 itupun letaknya sedikit jauh menuruni tebing dan sumber dari air itu tidak bisa digunakan untuk minum karena airnya tidak jernih, jadi air dari sumber itu hanya bisa digunakan untuk masak, untuk minum kita harus membawa sendiri dari bawah.

Nah ketika Nurul dan Tejo sampai di sumber mata air itu tiba-tiba mereka mencium bau wangi dupa.
“Rul, cium bau dupa gak?”
“Iya biarin aja ayok cepetan isi airnya”, jawab Nurul.

Seketika itu bulu kuduk Tejo berdiri karena dia merasakan ada yang tidak beres di tempat ini entah itu apa. Mereka cepat-cepat mengisi air dan ketika mereka sedang sibuk mengisi air kedalam dirigen tiba-tiba Tejo melihat ada yang melempar batu dari belakangnya ke arah sumber air itu.
(Cemplung)

Spontan Tejo kaget dia langsung melihat kerah belakang tapi tidak ada apa-apa yang dilihatnya, lalu dia bilang ke Nurul,
“Rul denger ada yang lempar sesuatu gak di belakang?”
“Denger tapi biarin aja cepetan isi airnya sampai penuh!”, jawab Nurul dengan gugup.

Setelah sudah terisi penuh mereka berdua kembali keatas dan meninggalkan bau dupa yang terdapat di sumber itu.

Di perjalanan naik kembali ke pos 2 mereka sempat berhenti sebentar untuk mengambil foto karena waktu itu viewnya luar biasa keren, setelah cukup dengan itu mereka kembali ke pos 2.

Singkat cerita.. perjalanan kembali dilanjutkan kurang lebih jam 9 pagi, dalam perjalanan ini Nurul berjalan di paling depan dan Tejo di paling belakang untuk memastikan tidak ada yang tertingal.
Kurang lebih 30 menit berjalan mereka sampai di area sabana yang sangat luas dan hijau.

Dalam perjalanan itu seringkali mata Tejo tertuju ke arah Intan yang waktu itu berjalan di barisan nomor 5, jadi bisa dibilang Intan ini adalah wanita yang dikagumi Tejo dalam pendakian itu.

Nah kira-kira di tengah-tengah sabana yang luas itu jalan mereka berjarak antara 10-15 meter. Tejo yang berjalan di paling belakang kaget karena dia melihat ada 1 pendaki wanita yang asing menurutnya. Wanita itu tidak memakai ransel, berbaju hitam, rambutnya panjang se-pinggang dan wanita itu sedang berjalan membuntuti Intan.

Pandangan Tejo yang awalnya tertuju pada Intan sekarang tertuju ke wanita asing itu.
“Perasa’an cuma ada 3 cewek tapi kok sekarang ada 4?”

Tejo mengabaikan semua itu karena mungkin dia salah lihat atau karena waktu itu dia sedang kelelahan ditambah lagi jarak Tejo dengan wanita itu lumayan jauh.

Kurang lebih jam 1 siang sampailah mereka di pos 3. Di pos 3 ini tidak ada bangunan shelter, hanya saja pos 3 itu ditandai dengan tanah landai dengan beberapa batu besar. Di pos 3 itu mereka istirahat lagi untuk mengatur nafas dan disitu Tejo mencari wanita berbaju hitam yang tadi sempat dilihatnya, setelah dicari-cari dia tidak melihat ada wanita berbaju hitam di grupnya.

Disini Tejo heran padahal tadi dia melihat di rombongan ini ada 4 orang wanita tapi sesampai di pos 3 ini hanya ada 3. Tejo berfikir,
“Berarti tadi aku memang salah lihat”.
Setelah kurang lebih 20 menit istirahat perjalanan kembali dilanjutkan menuju ke pos berikutnya.

Di perjalanan menuju ke pos berikutnya ini mereka memasuki hutan dan masih tetap dalam posisi yang sama dan selama perjalanan dari pos 3 menuju ke pos 4 itu Tejo sudah tidak lagi melihat wanita berbaju hitam yang tadi berjalan dibelakang Intan.

Singkat cerita... sebelum masuk waktu maghrib mereka sampai di pos 4 yang disitu sudah terdapat 1 rombongan pendaki lain sedang nge-camp.

Setelah pos 4 ini jalur akan melewati hutan lali jiwo (Hutan lupa diri)
Sesampai disitu mereka lekas mendirikan tenda untuk bermalam karena mereka tidak ingin berjalan melewati hutan tersebut ketika matahari akan terbenam, itu bahaya.

Setelah selesai makan mereka tidak langsung tidur, mereka santai-santai dulu di depan tenda sambil bakar-bakar ikan, karena kebetulan waktu itu ada salah satu anggota yang membawa ikan.

Mereka juga bergabung dengan 1 rombongan yang terlebih dahulu sudah camp disitu dan ternyata 1 rombongan itu habis tadi dari puncak tapi memutuskan untuk bermalam lagi di pos 4.

Setelah lama berbincang-bincang tidak terasa waktu sudah menunjukan jam 10 malam, karena udara terasa semakin dingin mereka semua memutuskan untuk masuk ke tenda dan tidur.

Malam itu mereka mendirikan 3 tenda dengan posisi berhadapan, tenda 1 diisi oleh Nurul dan 3 orang lainnya, tenda 2 diisi oleh Tejo dan 3 orang lainnya sedangkan tenda 3 diisi Intan dan 2 orang cewek lainnya.

Ketika sedang tidur nyenyak entah jam berapa Tejo terbangun karena dia merasa terusik oleh suara yang bersumber dari luar tenda. Suara itu seperti orang yang sedang beraktifitas diluar tenda (gedebuk gedebuk gedebuk).
Nah disini Tejo mikir, mungkin ada pendaki lain yang baru sampai di pos 4.

Tejo kembali melanjutkan tidurnya dan mengabaiukan suara tersebut tapi, suara itu terus menerus terdengar seperti itu dan tidak berhenti, karena penasaran Tejo duduk dari tidurnya untuk melihat siapa yang ada diluar tenda itu. Dia membuka sedikit resleting tendanya dan... ternyata diluar tenda itu Tejo melihat Intan sedang menari dengan lincah.
Sekilas Tejo tau dengan tarian itu, itu adalah tarian khas jawa timur yaitu tari remo.

Melihat semua itu Tejo hanya tercengang melihatnya, dia mikir,
“Itu si Intan ngapain malam2 ngremo apa dia kesurupan?”
Kira-kira 3 menit lamanya Tejo melihat Intan yang terus menerus menari seperti itu.

Setelah itu terlihat Intan terduduk. Lamaa dia terduduk dan Tejo terus memperhatikannya melalui pintu tenda yang terbuka sedikit, setelah lama diperhatikan Intan tidak juga bergerak dan masih dalam posisi duduknya.

Karena khawatir terjadi sesuatu dengan Intan Tejo berniat keluar dari tendanya untuk menghampiri Intan dan... belum sampai Tejo membuka pintu tenda tiba-tiba terlihat Intan berdiri dengan tegap, spontan Tejo membatalkan niatnya untuk keluar tenda dan pelan-pelan Intan berjalan kearah belakang tendanya yang diisi 3 cewek tadi hingga Tejo tidak bisa melihat keberada’an Intan.

Kembali lagi.. Karena khawatir terjadi sesuatu dengan Intan tanpa berfikir panjang Tejo segera keluar dari tendanya untuk mencari Intan tapi, ketika sudah berada diluar tenda dia tidak melihat keberada’an Intan. Tidak lama kemudian dari arah bawah terdengar suara (srek srek srek) dan terlihat ada beberapa cahaya senter, setelah dilihat itu adalah 3 pendaki lain yang baru saja sampai di pos 4.

Tejo menyapa 3 rombongan pendaki itu,

“Baru nyampek mas?”
“Iya mas”, jawab pendaki lain.
“Mau camp disini apa lanjut jalan?”, tanya Tejo lagi.
“Kayaknya camp disini aja, soalnya udah capek banget”, jawab salah satu pendaki itu sambil melepas tas cariernya. 3 rombongan itu kemudian mendirikan tenda di pos 4.

Karena masih khawatir dengan Intan Tejo membuka tenda 3 yang diisi 3 cewek itu, setelah dibuka terlihat Intan dan 2 cewek lainnya sedang tidur pulas.

Disini Tejo bingung, “Perasaan tadi aku liat Intan jalan kebelakang tenda tapi kok sekarang udah ada didalam tenda?”

Sambil mendirikan tenda rombongan yang baru datang itu bertanya pada Tejo,

“Rombongan dari mana mas?”
“Kami dari Surabaya sampeyan sendiri dari mana?”, jawab Tejo.
“Ooh kami dari Malang”, jawab balik pendaki itu.

Setelah tenda sudah selesai didirikan 3 pendaki itu menawari Tejo kopi hingga akhirnya mereka berempat berbincang-bincang sebentar.

Karena udara semakin dingin dan 3 pendaki itu juga akan istirahat mereka masuk kedalam tendanya masing-masing, sebelum masuk kedalam tendanya sendiri Tejo membuka lagi tenda cewek untuk memastikan keberada’an Intan Intan lagi, setelah dilihat ternyatya benar, Intan masih dalam keadaan tidur begitupun 2 teman ceweknya.

Tejo kemudian masuk kedalam tendanya untuk melanjutkan tidurnya, sebelum tidur dia memikirkan kejadian barusan,
“Kok bisa ya tiba-tiba Intan udah ada didalam tenda, padahal tadi terlihat jelas dia pergi kebelakang tenda dan aku gak liat dia masuk tenda”.
Akhirnya Tejo mengabaikan semua itu yang penting tidak terjadi apa-apa dengan Intan.

Ke’esokan harinya Tejo bangun, setelah bangun ternyata makanan sudah siap, jadi bisa dibilang pagi itu Tejo telat bangun. Setelah bangun mata Tejo hanya tertuju pada Intan karena dia masih teringat sekaligus khawatir dengan kejadian semalam tapi, pagi itu Intan nampak baik dan sehat-sehat aja.

Setelah semua selesai makan mereka semua siap-siap karena pagi itu mereka akan melanjutkan perjalanan summit ke puncak. Ketika sedang siap-siap itu Tejo memberanikan diri untuk bertanya pada Intan,

“Intan gimana keada’aannya sehat kan?”
“Alhamdulillah sehat mas”, jawab Intan dengan keada’an yang fit.

Tepat jam 8 pagi mereka berkumpul untuk berdo’a sebelum memulai perjalanan menuju ke puncak, setelah selesai berdo’a perjalanan dimulai dengan posisi yang sama, Nurul di depan dan Tejo di paling belakang.
Ketika akan meninggalkan pos 4 Tejo melihat tenda dari pendaki yang baru datang semalam masih dalam keada’an tertutup mungkin mereka masih tidur karena kecapekan.

Sebenarnya pagi itu Tejo ingin bilang pada Nurul tentang kejadian yang semalam dilihatnya tapi tidak sempat karena waktu itu posisi jalan Tejo dan Nurul jauh, akhirnya Tejo menyimpan itu dulu untuk menunggu waktu yang pas untuk dia bilang ke Nurul.

Kira-kira 30 menit berjalan sampailah mereka di hutan lali jiwo, ini adalah hutan yang fenomenal di gunung Arjuno yang mitosnya barang siapa yang mempunyai niatan jelek bisa-bisa disesatkan di hutan ini, sesuai dengan namanya yaitu hutan/alas lali jiwo yang berarti hutan lupa diri.

Tapi syukurlah ketika melewati hutan ini mereka tidak ada kendala apapun hingga sampai di area Plawangan, Plawangan adalah sebuah area yang mempunyai vegetasi terbuka yang letaknya tepat berada diatas hutan lali jiwo.

Waktu itu kondisi Plawangan cukup berkabut, sesampai di Plawangan Tejo yang berada di paling belakang sering kali berhenti karena dia sangat kelelahan ditambah lagi persedia’an air yang dibawa Tejo sudah sangat menipis.
Tejo berteriak memanggil 1 orang yang berjalan didepannya yang jaraknya sekitar 10 meter didepannya untuk menanyakan air minum tapi, dia juga sama persedia’an airnya juga tinggal sedikit, melihat itu Tejo tidak tega memintanya.

Pelan-pelan Tejo berjalan menyusuri area ini hingga dia tertinggal cukup jauh dari teman-temannya.
Karena merasa haus Tejo berinisiatif untuk mengumpulkan air bekas embun yang menempel di dedaunan kedalam tutup botol. Sedikit demi sedikit air itu dikumpulkan kemudian diminum dan itu dilakukan Tejo sambil berjalan pelan-pelan.

Kira-kira di pertengahan area Plawangan itu dari belakang terlihat ada 1 orang pendaki yang sedang berjalan naik, disini Tejo sedikit lega semoga saja pendaki itu membawa air lebih dan dia bisa minta sedikit.

Tejo menunggu pendaki itu sambil dia duduk di pinggir jalur, ketika sudah dekat ternyata 1 pendaki itu adalah Intan.

Melihat itu Tejo kaget karena setau Tejo Intan ini udah duluan diatas dan seingat Tejo tidak ada anggota lain dibelakang selain dia tapi ini kok tiba-tiba Intan ada dibelakang.
Tejo bertanya pada Intan,

“Loh Intan kok ada dibelakang bukannya udah duluan didepan?”
“Iya mas tadi sempet istirahat karena capek”, jawab Intan.

Kemudian Intan memberi Tejo air minum yang dibawanya,

“Haus ya mas, ini aku ada air minum aja”

Disini ada yang aneh, air yang diberikan Intan pada Tejo itu wadahnya bukan dari botol tapi dari bambu, karena waktu itu Tejo ini sudah sangat kehausan tanpa berfikir panjang dia langsung menerima air yang diberikan Intan kemudian meminumnya.

Setelah meminum itu Tejo mengucapkan terima kasih pada Intan, lalu Intan bilang,

“Yaudah lanjut jalan lagi mas udah ketinggalan jauh sama teman-teman”

Kemudian mereka berdua lanjut jalan di tengah kabut yang cukup tebal ini dan Tejo, dia meminta Intan agar berjalan didepannya.

Ketika sedang berjalan itu Intan yang berjalan di depan Tejo ini jalannya cepet banget sampai-sampai Tejo tertinggal lumayan jauh dari Intan. Sebenarnya Tejo ingin teriak ke Intan untuk menunggunya tapi karena gengsi Tejo membiarkannya.

Karena saking cepatnya Intan jalan Tejo tertinggal jauh hingga Intan ini tidak terlihat.
Dalam hati Tejo bilang,
“Gila ini si Intan cepet banget jalannya kayak gak ada rasa capek sama sekali”

Singkat cerita.. sampailah Tejo di puncak gunung Arjuno yang masih dalam kondisi berkabut, sesampai di puncak itu dia bertemu dengan rombongannya yang sudah sampai terlebih dahulu dan sedang membuat kopi. Tejo juga melihat Intan sudah berada di puncak.

Sesampi Tejo di puncak Nurul bilang, 
“Gila lama banget bro, ngapain aja dijalan”
“Iya aku kehabisan air tadi”, jawab Tejo yang sangat kelelahan.

Tejo pun bergabung dengan mereka untuk minum kopi, setelah puas minum kopi mereka foto-foto di puncak meskipun waktu itu keada’an puncak sangat berkabut, setelah cukup dengan semua itu sekitar jam 12 siang mereka kembali turun meninggalkan puncak.

Di perjalanan turun Tejo masih di posisi paling belakang, nah sesampai mereka di hutan lali jiwo Intan yang tadinya jalan jauh didepan tiba-tiba berhenti untuk menunggu Tejo.
Disitu Tejo dan Intan ini berjalan di paling belakang, nah ketika mereka berdua berjalan di belakang itu tiba-tiba Intan bilang ke Tejo,

“Mas ada yang suka sama kamu lo”

Mendengar itu Tejo kaget, lalu dia jawab,
“Oh ya? Siapa?”
“Ada tapi dia tidak sama seperti kita”
“Maksudnya?”
“Ada makhluk lain yang suka sama mas tejo dan dia ingin ikut dengan mas Tejo, tapi tenang aja mas dia baik kok, sekarang dia ada disekitar mas Tejo”

Awalnya Tejo menganggap perkata’an Intan itu bercanda tapi setelah ngobrol panjang ternyata yang diucapkan Intan itu serius bahwa ada bangsa jin yang menyukai Tejo dan ingin ikut bersama Tejo sebagai pendamping.

Menurut Intan Makhluk itu sudah bersama Tejo sejak kemarin naik setelah meninggalkan pos 2.

Tejo pun bertanya pada Intan tentang kejadian tadi malam yang dia lihat di luar tenda kenapa malam itu Intan menari, dan menurut Intan yang menari itu bukan Intan tapi itu adalah makhluk lain yang ingin ikut dengan Tejo dan sengaja menjelma menjadi Intan.

Pertanya’annya kenapa Intan bisa tau tentang hal itu?
Ternyata Intan ini mempunyai kelebihan, dia bisa melihat makhluk lain yang tak kasat mata dan bisa berkomunikasi batin dengan mereka.
Mendengar semua penjelasan dari Intan Tejo berfikir, “Berarti yang ngasih aku minum tadi pagi itu bukan Intan, pantas saja wadah minumannya terlihat aneh”

Tejo yang tidak ingin berurusan dengan hal-hal seperti itu bertanya pada Intan bagaimana caranya agar makhluk itu tidak ikut dengannya, lalu Intan meminta pada Tejo agar tenang kalau memang Tejo tidak mau Intan bisa membantunya.

Mereka berdua sepakat untuk tidak mengatakan hal ini kepada yang lain agar yang lain tidak panik. Sesampai mereka di pos 2 Intan mengajak Tejo untuk pergi ke sumber mata air dengan alasan ke teman-teman lainnya untuk mengambil air.

Mereka berdua kemudian turun ke sumber itu, sesampainya disitu Intan memberi Tejo sebuah batu dan memintanya untuk melempar batu itu dalam air, setelah dilempar tiba-tiba terlihat sosok wanita yang sedang duduk membelakanginya, sosok itu berambut panjang dan mengenakan pakaian hitam.

Melihat itu sontak Tejo kaget, dia bilang ke Intan,

“Tan itu siapa?”

Tapi Intan tidak menjawab, dia hanya berdiri tegap sambil memejamkan matanya. Tejo berfikir waktu itu Intan sedang kesurupan tapi ternyata diamnya Intan itu karena sedang berkomunikasi batin dengan sosok berpakaian hitam itu.

Tidak lama kemudian tiba-tiba sosok wanita itu perlahan memudar seperti asap hingga akhirnya dia hilang. Mereka pun segera mengisi air kedalam botol setelah itu mereka kembali keatas ke pos 2.

Di perjalanan kembali keatas itu Intan bilang ke Tejo bahwa sosok itu sudah kembali ke alamnya dan tidak akan ikut lagi dengan Tejo.
Intan juga bilang awal mulanya sosok itu suka dengan Tejo yaitu di tempat ini di sumber, mungkin ketika dia ambil air bersama Nurul kemarin.

Mendengar penjelasan dari Intan bahwa sosok itu sudah tidak akan ikut lagi Tejo merasa lega, sesampai mereka di pos 2 perjalanan turun kembali dilanjutkan hingga sampai kembali di bascamp sekitar jam 4 sore.

Sesampai di bascamp mereka bersih-bersih badan dan setelah maghrib mereka kembali pulang dengan selamat.
~~~SELESAI~~~


close