Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KISAH MISTIS PENDAKI GUNUNG LAWU PADA BULAN SURO

Kisah ini terjadi pada bulan suro tahun 2016.
Waktu itu Diki dan temannya yang bernama Hanif sedang mendaki ke gunung Lawu, ketika di gunung lawu Diki bertemu dengan sosok orang dan memberinya sebuah barang misterius.

Diki dan Hanif adalah teman akrab, mereka tinggal satu kost di Jogja untuk menempuh pendidikan S1 di salah satu kampus di Jogja. Diki bertempat tinggal di Nganjuk Jawa Timur, sedangkan Hanif di Solo Jawa Tengah.


JEJAKMISTERI - Awal cerita, waktu itu kuliah sedang ada libur cukup panjang yang mengharuskan mereka berdua pulang dan tinggal di rumahnya masing-masing.

Setelah satu bulan mereka berada dirumah mereka kangen, pengen bercanda bareng lagi dan ngopi bareng lagi seperti halnya di kost.

Diki menghubungi Hanif melalui telefon hingga akhirnya Diki berencana untuk pergi ke Jogja dan bertemu dengan Hanif disana tapi, Hanif menyarankan pada Diki, 
“Dari pada ketemu di Jogja mending kita mendaki aja sekalian liburan” Ucap Hanif mengajak Diki mendaki gunung.

Melalui telefon mereka berunding kemana mereka akan mendaki dan Hanif memberi saran untuk mendaki ke gunung Lawu.

Singkat cerita, satu minggu kemudian mereka berangkat dari rumahnya masing-masing menggunakan motor dan sepakat bertemu di bascamp Cemoro Sewu.

Sore itu Hanif sampai terlebih dahulu di basecamp Cemoro Sewu dan tidak lama kemudian Diki pun sampai disana, setelah bertemu mereka sangat senang karena bisa kumpul dan bercanda bareng lagi.

Kemudian mereka pergi ke pos pendaftaran untuk megurus simaksi dan sore itu itu pendaki sangatlah ramai. Maklum, kalau bulan suro gini gunung Lawu memang sangat ramai oleh pendaki, termasuk pendaki spiritual.

Setelah selesai mengurus simaksi mereka berunding,

"Kita berangkat sekarang atau besok aja Nif?" tanya Diki pada Hanif.
"Sekarang aja Dik itung-itung nyicil, nanti kita camp di pos 2 dan lanjut besok" jawab Hanif.

Diki hanya menurut, karena Haniflah yang lebih tau tentang gunung.

Sore itu mereka mulai berjalan dan selangkah demi selangkah sampailah mereka di pos 2 ketika hari akan gelap, sesampai disitu mereka ngecamp dulu dan berniat melanjutkan perjalanan besok sesuai dengan rencana awal.

Mereka mendirikan tenda di dekat shelter pos 2. Ketika sedang mendirikan tenda di dekat shelter Diki melihat ada orang berjubah putih yang sedang berjalan di jalur pendakian tapi, Diki tidak begitu meresponnya karena waktu itu dia sedang sibuk dengan tendanya.

Setelah tenda sudah berdiri mereka memasukan barang bawa’annya kemudian dilanjut memasak di depan tenda, karena waktu itu mereka sudah mulai lapar.

Ketika sedang sibuk memasak tiba-tiba orang yang tadi dilihat Diki datang ke tenda mereka dan meminjam korek api untuk menyalakan sebatang rokok. Melihat orang itu yang tiba-tiba datang mereka berdua kaget, karena kedatangan orang itu secara tiba-tiba.

Diki meminjamkan korek api kepada orang itu, setelah meyalakan rokoknya orang itu pergi dan mengucapkan terima kasih, dia berjalan kearah belakang tenda mereka.

Setelah orang itu pergi Hanif bilang ke Diki,

“Dik, ada yang aneh gak dari orang tadi?”
“Aneh kenapa Nif?” jawab Diki.
“Aku gak denger jejak kakinya pas datang, tapi tiba-tiba udah ada disini” jelas Hanif.
“Sama, tapi aku tadi dempet ngeliatnya pas kita sibuk pasang tenda, mungkin dia pendaki spiritual” jawab Diki.

Kalau dilihat dari cara berpakaiannya orang itu memang seperti pendaki spiritual, lalu Hanif berdiri dan menengok kebelakang tendanya untuk mencari orang itu tadi tapi sudah tidak terlihat.

Ketika Hanif sedang berdiri Diki menarik tangannya Hanif dan bilang,

“Jangan diliatin Nif, kesannya gak sopan”

Hanif kemudian duduk lagi dan mereka berdua mengabaikan orang itu.

Mereka lanjut memasak, setelah selesai masak dan makan mereka bersantai di depan tenda sambil minum kopi dan malam itu di pos 2 terlihat cukup rame oleh pendaki.

Malam semakin larut, kurang lebih jam 10 malam Hanif merasa ngantuk, lalu Hanif masuk kedalam tenda untuk tidur tapi Diki masih tetep duduk di depan tenda untuk menghabiskan kopinya sambil mendengarkan lagu dari hpnya.

Ketika sedang sendiri di depan tenda tiba-tiba orang yang tadi meminjam korek datang lagi untuk meminjam korek lagi.

Melihat kedatangan orang itu Diki bener-bener kaget karena orang itu tiba-tiba datang dari belakang tendanya tanpa ada suara langkah kakinya.

Setelah meminjam korek api dan menyalakan rokoknya orang itu bertanya pada Diki,

“Temannya tadi kemana mas?”
“Udah tidur pak katanya udah ngantuk” jawab Diki. 

Setelah selesai bertanya orang itu pamit pergi dan berjalan ke arah belakang tenda, setelah orang itu sudah pergi Diki berfikir,

“Di belakang kan ada banyak tenda lain, kenapa pinjam koreknya kesini?”

Dan anehnya lagi, ternyata yang dibilang Hanif tadi benar, orang itu datang secara tiba-tiba tanpa suara.

Karena merasa sedikit takut Diki segera menghabiskan kopinya dan bergegas masuk kedalam tenda, ketika sudah di dalam tenda tidak lama kemudian Diki mendengar ada suara,

“Srek, srek, sreek”

Terdengar seperti orang yang sedang berjalan di dekat tendanya.

Diki tidak mau berfikir aneh-aneh dia mengira mungkin itu suara pendaki lain yang memang sedang berjalan di dekat tendanya.

Tidak lama kemudian suara itu sudah tidak terdengar lagi, tapi setelah suara itu sudah tidak terdengar tiba-tiba terlihat ada bayangan orang yang sedang berjalan mengitari tendanya.

Kurang lebih 2 menit bayangan itu terus berjalan mengitari tendanya dan Diki, dia hanya berfikir itu adalah pendaki lain tapi anehnya, kalau itu orang berjalan pastinya terdengar suara langkah kakinya, tapi waktu itu tidak ada suara langkah kaki sama sekali hanya bayangan saja.

Lalu Diki memasang Headset dan mendengarkan musik dari hpnya dengan tujuan agar tidak mendengar suara aneh-aneh lagi, hingga akhirnya dia tertidur hingga pagi.

Pagi harinya sekitar jam 6 mereka bangun, setelah bangun tidak lupa mereka memasak untuk sarapan. Ketika sedang masak Diki memikirkan kejadian yang semalam dilihatnya dari dalam tenda dan tidak tahu kenapa tiba-tiba Diki merasa kendor kalau harus melanjutkan perjalanan ini tapi, melihat Hanif yang begitu bersemangat akhirnya dengan berat hati dia tetap melanjutkan perjalanan.

Setelah selesai makan mereka berkemas dan kurang lebih jam setengah 8 pagi mereka melanjutkan perjalanan.

Di sepanjang perjalanan Diki mengajak Hanif untuk bergurau dengan tujuan agar dia lupa kejadian semalam dan agar semangat mendakinya kembali lagi.

Setelah cukup lama berjalan tidak dirasa sampailah mereka di pos 3, di situ mereka break sebentar untuk melepas lelah dan ketika sedang break di pos 3 itu tidak sengaja Diki mendengar percakapan rombongan pendaki lain yang waktu itu sedang turun.

Dia mendengar sedikit kalau salah satu rombongan itu berbicara dan membahas tentang orang yang memakai jubah putih.

Mendengar itu Diki bilang pada Hanif dengan pelan,

“Nif, coba denger percakapan rombongan itu”
“Memangnya kenapa Dik?” tanya Hanif dengan pelan.
“Udah dengerin aja” tegas Diki.

Hanif menguping percakapan rombongan itu, tapi ketika Hanif sedang menguping rombongan itu sudah tidak membahas apa-apa lagi, lalu Hanif bertanya pada Diki,

“Mereka gak ngomong apa-apa gitu Dik?”
“Tadi mereka membahas tentang orang yang semalam pinjem korek sama kita di pos 2” jawab Diki menjelaskan.
“Berarti itu memang pendaki spiritual Dik, soalnya kalo suroan gini banyak pendaki spiritual disini” jawab Hanif memberitahu Diki.

Tidak lama kemudian mereka lanjut berjalan ke pos 4, di tengah perjalanan tidak tahu kenapa langkah kakinya Diki ini terasa sangat berat hingga sebentar-sebentar dia berhenti.

Karena merasa keberatan dia mengajak Hanif untuk istirahat di pinggir jalur pendakian, nah setelah mereka berhenti Diki menaruh barang bawa’annya diatas tanah dan baru aja dia menaruh barang bawaannya itu tiba-tiba dia terjatuh rasanya seperti ada yang mendorong badannya.

Melihat Diki yang terjatuh Hanif malah tertawa kecil tapi sambil menolongnya.

“Hati-hati lah bro, duduk aja dulu istirahat” ucap Hanif.

Diki terduduk lelah waktu itu tapi dia tidak bilang tentang apa yang dirasakan waktu itu karena dia menganggap mungkin dia hanya sedang kelelahan.

Singkat cerita, setelah kurang lebih 30 menit istirahat mereka lanjut berjalan hingga sampai di Hargo Dalem ketika matahari sudah akan terbenam, disana mereka memutuskan untuk ngecamp, setelah menemukan tanah yang datar mereka mendirikan tendanya disitu.

Lokasi tempat mereka mendirikan tenda itu cukup jauh dari pendaki lain dengan tujuan agar bisa merasakan ketenangan.

Malam itu ketika mereka sedang asyik bergurau di depan tenda sambil mendengarkan musik, tiba-tiba orang yang tadi bertemu di pos 2 datang lagi dan kali ini dia ingin ikut ngecamp di dekat tenda mereka.

"Mas mas ini yang ketemu di pos 2 semalam ya?" tanya pendaki spiritual kepada Diki dan Hanif.
"Iya pak betul" jawab Hanif.
"Kebetulan, aku tak ngecamp disini aja kalau gitu" ucap pendaki spiritual itu.

Orang itu kemudian mendirikan tenda tepat di samping tenda mereka, melihat orang itu yang sedang sibuk mendirikan tendanya sendiri Diki dan Hanif membantunya hingga akhirnya tenda itu berdiri, setelah itu mereka bertiga duduk santai dan mengobrol di depan tenda sambil minum kopi,

"Bapak sendirian ya?" tanya Hanif pada orang tersebut.
"Iya, setiap suroan saya mesti kesini untuk sowan pada para leluhur tanah jawa" jawab orang itu.

Awalnya mereka takut dengan kedatangan orang itu, tapi setelah saling mengobrol dan nyambung akhirnya mereka tidak takut lagi dan menganggap dia memang benar-benar pendaki spiritual.

Setelah cukup lama ngobrol-ngobrol orang itu bilang,

"Mas ada sedikit makanan gak? Kebetulan persediaan makanan saya sudah habis, mau ke warung tapi nanggung"

Hanif mengeluarkan semua makanannya dan dimakan bareng malam itu.

Ketika kurang lebih jam 12 malam orang itu pamit pergi sebentar dan meninggalkan tendanya disitu tapi, setelah lama kemudian orang itu tidak juga kembali ke tendanya, karena hari sudah larut malam mereka berdua masuk kedalam tenda untuk tidur.

Pagi pun tiba, dan pagi itu mereka tidak melihat pendaki spiritual itu di tenda, tendanya terlihat terbuka tapi tidak ada orangnya, mereka berfikir kalau orang itu mungkin sedang melakukan kegiatannya sebagai pendaki spiritual.

Karena pagi itu akan summit mereka menutup tenda pendaki spiritual itu dan meninggalkannya bersama tendanya disitu.

Mereka berdua kemudian berjalan ke puncak, setelah sampai di puncak mereka melampiaskan kesenangannya dan berfoto-foto.

Setelah puas di puncak mereka kembali turun dan kembali ke tenda, sesampai mereka di tenda ternyata tenda pendaki spiritual tadi sudah tidak ada, mereka berfikir kalau orang itu mungkin sudah turun.

Diki membuka tendanya untuk mengambil peralatan masaknya, ketika tenda sudah dibuka dia terkejut karena di dalam tendanya itu banyak sekali makanan, ada nasi kuning, tumpeng, dll.

Melihat itu Diki bilang pada Hanif,

"Nif, coba lihat kesini!"
"Ada apa Dik?"
Diki menunjuk ke dalam tenda kearah makanan itu.

Hanif bergegas melihat ke arah yang ditunjuk Diki, mengetahui kalau didalam tendanya itu banyak makanan Hanif kaget, dia bilang,

"Loh, kok bisa banyak makanan?"

Mereka hanya terdiam dan saling menatap.

Mereka tidak berani menyentuh apalagi memakan makanan itu, lalu Hanif menyimpulkan,

"Mungkin ini makanan dari pendaki spiritual tadi Dik"
"Bisa jadi sih, mungkin tadi dia dapat makanan dan mau ngasih ini tapi kita gak ada, mangkanya ditinggal di tenda" jawab Diki yang sepemikiran dengan Hanif.

Mereka berniat memakan makanan itu tapi rasanya tidak akan habis karena itu sangat banyak, akhirnya Hanif berinisiatif untuk membawa makanan itu ke pendaki lain dan dimakan bersama.

Setelah selesai berkemas, mereka membawa makanan itu ke rombongan pendaki lain.
Rombongan pendaki lain itu sempat bertanya dari mana mendapat makanan ini dan Hanif memberitahu mereka kalau makanan ini di dapat dari pendaki spiritual yang sedang ngecamp bersama tadi.

Akhirnya makanan itu dimakan bareng rombongan lain hingga habis dan rombongan pendaki itu juga mengucapkan terima kasih pada Diki dan Hanif. Setelah selesai makan mereka berdua pamit turun.

Singkat cerita, sampailah mereka di basecamp Cemoro Sewu kurang lebih jam 3 sore dan mereka memutuskan untuk langsung pulang sore itu.

Sebelum pulang tepatnya masih di camp area dekat bascamp, mereka bertemu dengan pendaki spiritual itu lagi dan mereka bertanya pada orang itu,

"Pak tadi sampeyan ya yang taruh makanan di tenda kami?" tanya Diki pada orang tersebut.

Orang itu menjawab,
"Iya, tadi saya dapat makanan dari Hargo Dalem, tapi melihat sampeyan ndak ada di tenda jadi saya taruh di dalam aja"

Diki berterima kasih pada orang itu dan memberitehunya kalau makanan itu sudah dihabiskan bersama rombongan pendaki lain.

Lalu bapak itu bilang pada mereka berdua,

"Mas, sampeyan pulangnya ke arah mana?"
"Saya ke solo pak, dan teman saya ke Nganjuk" jawab Hanif.
"Saya boleh numpang ke Madiun? Soalnya saya ketinggalan rombongan" ucap orang tersebut dengan sopan.

Karena waktu itu Diki yang satu arah dengan orang itu Diki mau memberi tumpangan, hitung-hitung untuk balas budi kebaikannya tadi.

Singkat cerita, sore itu Diki dan Hanif berpisah untuk pulang kerumahnya masing-masing dan Diki membonceng bapak itu dengan motornya.

(Disinilah kejadian mistis akan dialami oleh Diki)
Awalnya Diki mengira orang ini adalah manusia biasa tapi ternyata bukan, dia adalah bangsa jin yang menjelma sebagai manusia.

Waktu itu kurang lebih jam 7 malam. Ketika Diki sudah sampai di daerah Madiun dan membonceng orang itu, tepatnya di hutan, bapak itu minta belok ke dalam gang yang katanya itu adalah gang rumahnya.

Diki menurutinya dan belok kedalam gang itu, tidak jauh setelah dia masuk kedalam gang sampailah dia di rumah orang itu.

Sesampai disitu ternyata orang tersebut sangat kaya raya, rumahnya sangat megah seperti istana hingga Diki terheran melihat rumah semewah itu.

Kemudian orang itu mempersilahkan Diki untuk mampir dulu kerumahnya tapi Diki menolak dengan alasan takut pulangnya kemalaman.

Orang itu masuk kedalam rumah dan meminta Diki untuk menunggunya sebentar di depan. Tidak lama kemudian orang itu keluar lagi dengan membawa koper kotak yang ukurannya tidak begitu besar dan koper itu diberikan kepada Diki.

Karena sungkan Diki menolak tapi, orang itu memaksa Diki untuk menerimanya dengan berucap,

"Mas, nolak rejeki itu gak baik"

Akhirnya dengan terpaksa Diki menerimanya, setelah diterima orang itu berpesan pada Diki.

"Ini rejeki buat sampeyan, tapi pesan saya, jangan buka koper ini sebelum sampeyan sampai di rumah"

Sebenernya Diki ingin menanyakan apa isi koper itu tapi dia tidak enak, orang udah dikasih kok pake tanya segala.

Diki mengiyakan kata-kata orang itu dan memasukan koper kedalam bagasi seperda motornya, karena kebetulan bagasi motornya Diki cukup luas sehingga cukup untuk menampung koper itu.

Setelah koper itu dimasukan Diki pamit untuk pulang, di perjalanan di dalam otaknya Diki penuh dengan tanda tanya,

“Apa isi koper itu dan kenapa koper itu tidak boleh dibuka sebelum sampai rumah?”
Dia juga berfikir, kok ada orang se-kaya itu?

Sekitar menempuh perjalanan 6km meninggalkan rumah tersebut Diki melihat ada sebuah warung kopi dan dia memutuskan untuk mampir ngopi dulu di warung itu agar tidak ngantuk di perjalanan.

Di warung itu ada beberapa orang bapak-bapak yang juga sedang ngopi, melihat Diki dengan penampilan mendaki salah satu bapak-bapak itu bertanya,

"Habis muncak kemana Mas?"
"Habis dari lawu pak" jawab Diki.
"Sendirian? ga ada temennya?" tanya bapak itu lagi.
"Ada tadi tapi udah pisah soalnya rumahnya gak satu jalan tapi ada satu lagi rumahnya deket situ tadi"

Karena masih merasa penasaran dengan rumah megah tadi Diki bertanya pada salah satu bapak-bapak yang ada di warung itu,

"Pak, kok ada ya orang kaya banget di situ tadi?"
"Dimana mas?" tanya bapak itu.
"Dissana tadi gak jauh dari sini kok pak, rumahnya gede banget kayak istana" jawab Diki sambil menunjuk kearah rumah yang dilihatnya tdi.

Mendengar perkataan Diki bapak itu terlihat heran, kemudian beliau berkata,
"Mas, di deket sini ga ada rumah besar, sampeyan salah lihat mungkin?"

Diki tetap berusaha meyakinkan pada bapak itu,
"Enggak pak beneran, tadi dia pulang dari Lawu bareng saya kok"

Bapak itu semakin heran dengan perkata’an Diki.

"Ah sampeyan ini bisa aja mas, didekat dini gak ada rumah gede, disana itu hutan"

Mendengar pernyata’an itu Diki semakin penasaran, "Masa rumah segede itu gak tau?"

Setelah kopi sudah habis Diki berpamitan pada penghuni warung itu untuk pulang, tidak jauh setelah meninggalkan warung dia berfikir "Apa benar yang dikatakan bapak-bapak itu tadi?"

Karena benar-benar penasaran dia menepi ke pinggir jalan dan berencana membuka koper pemberian pendaki spiritual tadi.
Sebenernya dia canggung mau buka koper itu, karena tadi pesan dari pendaki spiritual itu tidak boleh dibuka sebelum sampai dirumah.

Tapi rasa penasaran tidak mengurungkan niat Diki untuk membuka koper itu, dia membuka bagasi motornya dan membuka koper itu di dalam bagasi.

(Tau nggak apa isi dari koper itu?)
Ternyata isi koper itu adalah daun nangka yang sudah kering.

Melihat isi koper itu Diki syok, dia duduk di dekat motornya dan menghisap sebatang rokok.

Sambil menghisap rokok dia berfikir, "Mungkin kata orang yang tadi di warung itu benar, tapi tadi jelas-jelas aku melihat rumah itu jadi gak mungkin aku salah lihat"

Diki semakin penasaran dengan semua ini, setelah rokok yang dihisapnya sudah habis dia putar balik kearah rumah pendaki spiritual tadi untuk memastikan.

Sesampai dijalan yang terdapat gang masuk tadi Diki tidak melihat ada gang itu lagi, disitu hanya ada hutan dan jalan setapak menuju kedalam hutan.

Melihat kejanggalan itu dia cepat-cepat pergi dari tempat itu karena takut. Ternyata rumah sebesar istana yang tadi dilihatnya tadi adalah rumah gaib, dan orang yang tadi menumpangnya dari gunung Lawu itu adalah makhluk halus atau jin yang memang menjelma menjadi manusia.

Untung saja itu jin baik sehingga dia tidak mencelakai Diki sama sekali. Dan andaikan waktu itu Diki membuka koper itu dirumah mungkin isi koper itu bukanlah daun.

~SEKIAN~
close