NURDIN (Karena sikapmu Aku Akhiri hidupku)
Kali ini saya akan menceritakan satu kisah nyata, yang berjudul "NURDIN'' (Karena sikapmu, aku akhiri hidupku) mohon maaf nama tokoh dan daerah saya samarkan, dan Semoga berkenan. 🙏
Langsung ke cerita,
Yang namanya laki-laki terlahir ke dunia ini sudah pasti melekat di dirinya suatu beban tanggung jawab dalam hidupnya, tidak perlu terlalu jauh untuk mengambil contoh tanggung jawab dalam hidup seorang laki-laki,
Dari sifat dan ucapan saja seorang laki-laki harus tegas, dan bisa mempertanggung jawabkan segala ucapannya, serta perbuatan yang ia lakukan.
Contoh berikut ya, dari hidup yang akan dijalani ya, seorang laki-laki lambat atau cepat akan menjadi kepala keluarga, yang namanya kepala keluarga tentunya kita semua tahu tanggung jawab apa saja yang harus dilakukan oleh seorang laki-laki.
Dari beberapa contoh tanggung jawab laki-laki diatas, memang jelas, semua ada dipundak laki-laki, namun seorang laki-laki tidak akan pernah kuat dalam satu keluarganya bila tidak ada kerja sama seseorang yang dapat mendukungnya dengan baik, untuk lebih spesifik lagi arti tanggung jawab seorang laki-laki, saya akan mengarahkan ke dalam suatu rumah tangga,
Dalam rumah tangga, peran laki-laki jelas sebagai apa, yaaah, mencari nafkah, membina rumah tangga, melindungi serta mengayomi keluarga, dan lain sebagainya, namun tidaklah semestinya semua dibebankan kepada seorang suami saja, atau mungkin bisa saja seperti itu, tapi harus ada penyeimbang, yaitu peran seorang istri, kerja sama yang baik, dalam membangun hidup bahagia, atau minimal seorang istri tidak membebani suami dengan tuntutan yang diluar kemampuan suami.
Seperti halnya yang terjadi kepada Nudin dengan Saminah, hidup di pedesaan lokasi transmigrasi pada masa 1980an, Nurdin seorang pria berparas dapat dikategorikan ganteng, ia berprofesi sebagai petani juga terkadang ia bekerja sebagai buruh harian lepas di perkebunan yang ada di sekitar desa itu.
Nurdin juga seorang seniman, yaitu pemain kuda lumping Banjar negara, Jawa tengah, di desa itu.
Sementara istri yang Nurdin cintai yaitu Saminah, Saminah selain sebagai ibu rumah tangga, ia pun sebagai sinden, yang satu group dengan suaminya.
Nurdin dan Saminah memang terlihat bahagia, walau yaaah, jika dilihat dari paras keduanya, bagai langit dan bumi, Saminah memiliki paras yang maaf, sepertinya jauh dari kata cantik, entahlah dari sisi mananya yang dilihat oleh Nurdin, sehingga ia bisa jatuh cinta kepada Saminah. Namun kembali, jodoh mau dan rejeki Allohlah yang mengatur, walau terkadang warga desa membahas masalah ketidak serasian mereka berdua.
"Mambengi nyong ngrungu ana gledek banter temen",
(Tadi malam, aku mendengar ada petir kuat sekali),
Ujar Narto kepada Slamet, di pos ronda, yang saat itu mereka tengah berjaga,
''sing temenan ya, loh kok nyong ora ngrungu ya",
(Yang beneran ya, loh aku kok gak dengar?).
jawab Slamet, bingung.
''ya gimana mau dengar, rumahmu kan jauh dari rumahnya Nurdin dan Saminah'', jawab Narto lagi.
Mendengar ucapan Narto, seketika tertawa ngakak, dan iapun berkata.
''hahahaha, Wis Tek bedek', mesti rikane ngerasani untune Saminah, sing mrongos kan?"
(Sudah aku duga, pasti kamu ngomongin giginya Saminah yang tonggos kan?)
Balas Slamet, lalu mereka tertawa.
Siang itu dirumahnya Nurdin, seperti biasa waktu sholat Dzuhur pulang dari kebun ia istirahat dan makan siang dan selepas dzuhur Ia kembali kekebun.
Namun setibanya dirumah dan hendak makan, ia tak mendapati makanan apapun, yaaah Saminah istri yang ia cintai itu tidak memasak, Nurdin mencari istrinya dikamar, namun ia tak menjumpai keberadaannya,
Karena dirumah tak ada, lalu Nurdin mencari keluar, dari jauh ia melihat istrinya tengah ngerumpi dengan tetangganya,
Rupanya Saminah menyadari jika suaminya saat itu tengah memperhatikannya, Saminah terlihat berpamitan dan pulang kerumah,
Setibanya di depan dirumah, ia ditanyai Nurdin kenapa enggak masak.
"Dek, mas lapar, tapi kok kamu gak masak?"
Demikian Nurdin bertanya dengan lembut, walau ia sebenarnya kesal.
''masih nanya, apa yang bisa aku masak hah?, apa-apa gak ada, makanya jangan jadi orang miskin, kamu sih gak bisa cari duit yang banyak, bosen aku hidup dengan kamu'',
Bagai disambar petir, Nurdin mendengar ucapan Saminah yang menghardiknya dengan kata-kata yang menyakitkan, seperti biasa Nurdin hanya diam, diluar rumah memang mereka terlihat rukun, tapi sebenarnya Nurdin memang selalu mendapat perlakuan dan sikap yang tidak baik dari istrinya, namun Nurdin selalu mengalah, walau mungkin orang lain berpendapat bahwa Nurdin terlalu lemah dengan sikap istri yang sudah keterlaluan.
'"ya udah kalau ndak masak gak apa-apa, tapi kan baru dua hari kemarin mas gajian dari kebun, dan uangnya mas kasih ke kamu dek, masa sudah habis", jawab Nurdin, dengan pelan.
Mendengar ucapan Nurdin, bukannya sadar, justru Saminah semakin berang.
''ooo, mas sudah perhitungan ya dengan istrimu sendiri?"
Duit itu sudah habis, aku belikan baju,
Faham?, Sambung Saminah lagi.
''ya udah kalau sudah habis, jawab Nurdin singkat, sembari duduk di bangku kayu yang ada diteras rumahnya.
''makanya, cari duit yang banyak, memang kamu laki-laki gak berguna';
Ucap Saminah lagi, seraya melangkah masuk kedalam rumah, serta menghempaskan pintu dengan kuat.
Mendapat perlakuan serta sikap yang selalu menyakitkan itu, Nurdin hanya duduk termenung di bangku itu, terlihat dari raut wajahnya begitu ia bersedih, bukan kali ini saja Saminah bersikap demikian, namun hampir setiap hari.
Dengan perasaan sedih serta fikiran berkecamuk, Nurdin bangkit dari duduknya, lalu ia masuk kedalam rumah untuk mengambil golok dan cangkul, tak lama berselang iapun keluar dan berangkat lagi ke kebun, dengan berjalan kaki.
Dua Minggu kemudian.
Siang yang begitu cerah, panas matahari yang terik menyinari bumi, sehingga para warga memutuskan beristirahat didalam rumah, hanya beberapa warga saja yang memulai aktivitas, selepas dzuhur, tiba-tiba saja, terdengar teriakan seseorang, sehingga memecahkan sunyinya siang itu,
Pak .... Pak RT,
Dua orang anak remaja laki-laki berteriak dan mengetuk rumah pak RT,
Tak lama berselang, pintu rumah pak RT pun dibuka, dengan raut muka terkejut sekaligus heran kenapa tiba-tiba saja gudel dengan Tarno datang dan berteriak-teriak,
"Ada apa dengan kalian kok teriak-teriak?"
Tanya pak RT setelah keluar dan berhadapan dengan gudel dan Tarno didepan rumahnya.
Dengan nafas memburu gudel menjawab,
''Pak, kami tadi mencari sarang burung di hutan sebelah kebunnya mas Nurdin'',
''trus kenapa kalau kalian cari sarang burung dihutan, kok ngelapor ke saya?'' potong pak RT,
''bukan gitu pak RT, kami disana menemukan kepala manusia sudah jadi tengkorak, dan banyak lagi tulang-tulangnya';
terang gudel dan Tarno dengan nafas tersengal, karena mereka berdua berlari dari hutan kerumah pak RT.
Deeeght,
Mendengar info dari gudel dan Tarno, seketika pak RT terkejut, dan berkata,
''Masa iya dek, sing bener jangan-jangan kalian salah lihat?"
"Bener pak RT, kami tidak salah lihat",
Sambung Tarno menyakinkan pak RT,
Singkat cerita, pak RT dengan terburu-buru berpakaian, lalu ia pergi kerumah pak kades yang rumahnya tidak jauh dari rumahnya dan masih satu RT dengannya, untuk melaporkan temuan gudel dan Tarno.
Dirumah pak kades, pak RT mengetuk pintu rumah pak kades, beruntung saat itu pak kades tengah berada dirumah. Singkat kata pak RT menjelaskan semua ke pak kades, lalu pak kades memerintahkan ke pak RT agar segera diumumkan di sepeaker mesjid,
Dalam waktu singkat ratusan warga berkumpul didepan rumah pak kades, setelah mendapat arahan dari pak kades, wargapun secara bersamaan berangkat ke lokasi, dimana gudel dan Tarno menemukan sebuah tengkorak dan tulang belulang di hutan dekat kebunnya Nurdin.
setibanya dilokasi dimana gudel dan Tarno memberi informasi bahwa mereka menemukan tengkorak manusia, dan ternyata benar saja,
di bawah sebatang pohon yang tidak terlalu besar, terlihat benda bulat berwarna putih, yaaah itulah kepala manusia yang sudah menjadi tengkorak, serta telihat juga beberapa bagian tulang belulang yang berserakan.
Astaghfirulloh, ini tengkorak siapa ya?
Pak kades serta warga beristighfar setelah melihat benda tak lazim itu, karena dipedesaan yang tak pernah ada masalah dan keributan tiba-tiba saja ditemukan tengkorak dan tulang berserakan seperti itu, dan pak kades tidak pernah mendapat laporan ada warga yang hilang.
''bapak-bapak, saya mohon bantuannya, segera kita kumpulkan tulang-tulangnya dan bagian kepalanya, masukkan kedalam karung dan kita bawa ke kantor desa, dan bantu juga perhatikan disekitar tempat ini, siapa tau mendapat petunjuk siapa gerangan jenazah ini, demikian ujar pak kades memberi perintah ke warganya.
Tanpa sengaja pak kades melihat sesuatu yang janggal, ketika ia mendongakkan kepalanya ke bagian atas pohon itu, ia mengerutkan keningnya, saat matanya melihat seutas tali tambang berwarna kuning, dengan ukuran kecil di dahan pohon itu,
''Pak, pak RT, kesini sebentar'',
Pak kades memanggil pak RT yang saat itu tengah sibuk, mengumpulkan tulang-tulang manusia, yang belum diketahui siapa pemiliknya.
''iya pak kades, ada apa?"
Jawab pak RT, setelah berada didekat pak kades,
"Coba bapak lihat, sepertinya ada kaitannya tali itu dengan ditemukannya tengkorak dan tulang belulang itu.
Ujar pak kades seraya jari telunjuknya menunjuk kearah dahan yang tak jauh diatas mereka.
''jadi maksud pak kades, orang itu mati gantung diri ya?"
Ucap pak RT dengan raut wajah tegang ke pak kades.
''kalau dugaan saya seperti itu pak RT, tapi sudah diam saja dulu, sekarang kita coba cari dulu bukti yang lain,
''pak, sepertinya ini bajunya''
Tiba-tiba saja seorang warga berteriak ke pak kades menunjukkan sehelai baju kaus berlengan panjang, berwarna coklat tua, serta terdapat motif tulisan putih dibagian dadanya.
Dan tak lama kemudian seorang warga lainnya, melaporkan penemuan bagian celana, celana berbahan kain berwarna hitam,
Yang terakhir warga menemukan sebilah golok yang warangkanya terbuat dari kayu bercat warna merah.
Singkat cerita, pak kades bersama warganya kembali ke kantor desa, dengan beberapa bukti yang ditemukan dilokasi.
Setibanya di kantor desa, pak kades mengumpulkan warga desanya, terlebih warga yang satu RT dengan beliau, semua warga berkumpul di halaman kantor desa, terkecuali nurdin,
"Saminah, mana suamimu?"
Pak RT bertanya ke Saminah, menanyakan kemana suaminya, yaitu Nurdin, karena pak RT tidak melihatnya, padahal TKP penemuan kerengka manusia itu di dekat area kebunnya,
"Suamiku dari subuh ke kebun pak RT, biasanya malam dia baru pulang, sudah 2 Minggu lebih dia seperti itu, berangkat subuh dan pulang malam, sudah tu, gak pakai makan dia langsung tidur, bahkan aku sudah lama gak ditidurin",
Jawab Saminah kepada pak RT.
Mendengar jawaban Saminah, sontak bapak-bapak dan ibu-ibu seketika tertawa,
"Dasar kamu ini bocor nah, masa iya gak pernah ditidurin'',
Pungkas samijem, tetangganya Saminah,
"Serius aku jem, sudah dua Minggu lebih aku enggak dapat jatah dari suamiku, wong dia itu aneh sekarang, jangankan ngomong, ditanya saja gak jawab, aku biarkan saja, yang penting, setiap subuh setelah dia pergi aku temukan duit banyak di atas meja,
Yang penting duiiit, hahaha...
Sambung Saminah lagi dengan tawa ngakaknya,
Assalamualaikum, waroh matullohi wabarokatuh'',
Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian
Hari ini berdasarkan laporan dari warga, bahwa telah ditemukan kerangka manusia di desa kita ini, tepatnya di wilayah perkebunan warga,
Kita semua belum tahu kerangka tubuh siapa yang diketemukan ini, karena selama ini tidak ada laporan dari warga desa kita yang kehilangan keluarganya, namun jika dilihat dari pakaian yang di ketemukan dilokasi tersebut merujuk ke seorang pria dewasa,
Demikian ujar pak kades menuturkan,
Para warga dengan dada berdebar fokus mendengar penuturan pak kades. Lalu pak kades melanjutkan berbicara,
Dan saya mohon perhatiannya, adapun barang yang ditemukan dilokasi yaitu satu stel pakaian pria, sebilah golok, jadi tolong perhatikan siapa tahu ada yang mengenali, pakaian dengan golok ini, ujar pak kades seraya mengangkat barang buktinya,
Seketika ratusan pasang mata tertuju ke depan dimana pak kades tengah menunjukkan barang-barang tersebut.
Tiba-tiba saja, ada seseorang berteriak sembari melangkah kedepan.
''Pak, itukan baju dan goloknya suamiku'', ujar seseorang itu,
Sontak, semua mata memandang ke asal suara, dan ternyata itu suara Saminah yang berteriak.
"Apa benar sudah yakin ini baju dan goloknya suamimu?"
Tanya pak kades kepada Saminah,
"Bener pak kades ini baju dan goloknya suamiku'', jawab Saminah pasti,
"Tapi gak mungkin suamiku sudah mati dan sudah jadi tengkorak, karena suamiku tiap malam pulang pak",
Sambung Saminah,
"Sekarang suamimu dimana?"
Tanya pak Kades ke Saminah, mendapat pertanyaan pak kades sejenak Saminah terdiam, lalu ia menjawab.
"Dikebun pak kades, dia sudah 2 Minggu lebih setiap hari ke kebun, berangkatnya sebelum subuh, dan pulang kerumah sudah malam, aku nggak tau kenapa, karena aku gak pernah ikut ke kebun", demikian tutur Saminah kepada pak kades.
"Kamu gak pernah bertanya kenapa suamimu seperti itu", selidik pak kades.
"Aku pernah nanya ke dia, kenapa selalu pergi sebelum subuh dan pulang sudah malam, Dan kenapa gak mau makan dirumah, tapi dia gak pernah jawab, dan bicara kepadaku pak kades", jawab Saminah lagi.
"O ya pak kades, saya yakin itu baju dan goloknya suamiku'', cuma bedanya, golok suamiku pakai tali warna kuning", ucap Saminah.
Deeght,
Mendengar ucapan Saminah yang mengatakan bahwa itu golok milik suaminya, cuma setahu Saminah, punya suaminya pakai tali berwarna kuning, pak kades merasa jantungnya berdebar, karena ia teringat dengan seutas tali yang tersimpul didahan pohon, dimana ditemukannya kerangka manusia serta pakaian yang kini diakui Saminah milik suaminya
"Sekarang saya minta tolong kepada pak hansip pergi ke kebunnya Nurdin untuk menjemputnya", ujar pak kades ke pak hansip, yang saat itu berdiri di samping pak kades.
Lalu pak hansip dengan ditemani dua orang warga berangkat ke kebunnya Nurdin, karena menurut keterangan Saminah, bahwa Nurdin pulang bila waktu malam saja.
Satu jam berlalu, pak hansip bersama dua warga yang tadi menjemput Nurdin pun kembali, namun tidak terlihat Nurdin bersama mereka, lalu mereka bertiga melaporkan kepada pak kades bahwa mereka tidak menemukan Nurdin dikebunnys, dan mereka menjelaskan bahwa, dikebunnya tidak ada bekas pengerjaan baru, menandakan bahwa kebun itu sudah lama tidak dirawat.
Mendengar laporan dari warganya, semakin kuat dugaan pak kades bahwa penemuan kerangka manusia itu ada kaitannya, dengan Nurdin, cuma sangat berseberangan dengan keterangan Saminah, yang mengatakan bahwa suaminya setiap hari pulang, walau ada keanehan yang tidak biasanya dari sikap suaminya itu.
"Jadi begini para warga sekalian, masalah ini kita tunggu dua hari, dan setelah dua hari ada yang merasa kehilangan anggota keluarganya segera lapor ke saya, agar saya bisa melanjutkan melaporkan ke kepolisian".
Tutup pak kades. Dan pak kades mempersilahkan kepada warga untuk pulang, dan akan di kumpulkan kembali dua hari mendatang.
Malam itu suasana sangat dingin, karena selepas kumpul dikantor desa hujan mengguyur desa itu, walau mulai reda, namun tetap rintik hujan masih terus menitik di bumi ini,
Saminah terlihat gelisah malam itu, dengan penemuan pakaian serta golok milik suaminya di lokasi ditemukan kerangka manusia itu, sementara ia yakin itu bukan suaminya, karena suaminya setiap malam selalu pulang,
Waktu menunjukan jam 9 malam, ia semakin gelisah, karena suaminya belum pulang juga, biasanya jam 9 malam suaminya pulang, Saminah masih duduk dibangku terasnya, ia baru akan masuk ke dalam bila suaminya sudah datang,
''guk... Guk .... Guuukkkk''
Tiba-tiba saja, Saminah dikejutkan oleh gonggongan anjing, tak jauh dari depan rumahnya, entah anjing siapa dan dari mana, Saminah melihat tiga ekor anjing, memasuki halaman rumahnya, bahkan ketiga anjing itu seperti mengitari rumahnya sambil terus menyalak, Saminah merasa ketakutan, lalu iapun masuk kedalam rumah, dan mengunci pintunya, lalu ia memutuskan untuk menunggu suaminya dikamar saja,
Ketika baru saja meninggalkan pintu depan dan melangkah hendak menuju kamar, ia mencium sesuatu yang membuat ia mual,
Hoeeeks, huuuh, bau apa ini, fikir Saminah. Yaaah Saminah mencium bau bangkai yang sangat menyengat, seakan menyeruak memenuhi setiap sudut rumahnya.
Sembari menutup hidung dan mulut dengan telapak tangannya, Saminah terus melangkah menuju kamarnya, dan ketia ia membuka pintu kamarnya, tiba-tiba saja dari dalam kamarnya seketika banyak lalat hijau berhamburan keluar dari kamarnya, sehingga banyak lalat-lalat itu menabrak wajahnya, yang membuat ia lebih terkejut lagi, didalam kamar ia melihat suaminya atau Nurdin tengah duduk di tepi ranjang kayu, dengan wajah tertunduk, serta lalat-lalat hijau itu mengerumuni tubuh dan wajahnya.
Saminah hanya diam terpaku melihat pemandangan itu, matanya terbelalak, menatap kearah suaminya yang saat itu terlihat mengerikan,
Dengan perlahan Nurdin mengangkat wajahnya, dan memandang ke arah Saminah.... Seraya ia berkata ....
Dek, maafkan mas ......
Lalu, tiba-tiba saja, Duk...Duk..Duk..
Kepala Nurdin terjatuh dari badannya, menggelinding hingga di ujung kaki Saminah.
Menyaksikan hal yang sangat mengerikan itu, seketika saminah, terkulai lemas dan tak sadarkan diri, terjatuh di lantai.
Singkat cerita, entah sudah berapa lama ia pingsan, tiba-tiba saja saminah kembali siuman, begitu ia sadar dan menyadari tengah terbaring dilantai di depan pintu kamarnya, ia berusaha mengingat kembali apa yang terjadi, saminah langsung beranjak bangun, dan langsung mengarahkan pandangan matanya ke dipan, dimana sebelum pingsan, ia melihat sosok suaminya duduk disana dengan penampakan sangat mengerikan.
Saat ini ia tidak melihat siapapun didalam kamarnya, hening dan sepi, dengan perlahan kakinya melangkah masuk kedalam kamar, lalu saminah mendekati dipannya, sontak ia terkejut begitu melihat tempat sebelumnya melihat Nurdin duduk, terlihat belatung dengan jumlah sangat banyak disana, saminah langsung teriak menangis ketakutan, seraya ia berlari keluar rumah,
Diluar rumah ternyata hari masih gelap, entah sudah jam berapa saat itu, yang jelas suasana masih terlihat gelap gulita.
Teriakan serta tangisan saminah, tentu saja membangunkan sebagian tetangga dekat rumahnya, satu persatu tetangga datang menghampiri saminah, dan bertanya kenapa ia menangis dan berteriak.
Dengan masih menangis, saminahpun menceritakan yang ia alami, bahkan menunjukkan belatung-belatung di atas tempat tidurnya, tentu saja membuat warga yang melihat bergidik ngeri.
Singkat cerita, esok paginya, saminah dengan didampingi pak RT menjumpai pak kades, dan menceritakan semua yang ia alami, Saminah baru yakin bahwa suaminya telah tiada, walau ia tidak tau apa penyebabnya,
Pak kades dengan sabar mendengarkan cerita saminah, lalu pak kades berkata.
''saminah, sebenarnya, dari kemarin saya sudah ada firasat, memang itu jasadnya Nurdin, hanya saja saya jadi bingung dengan keteranganmu, bahwa suamimu setiap malam pulang, makanya saya tunda untuk mengambil keputusan, dan kemarin saat kita kumpul dikantor desa. Kamu mengatakan bahwa golok tersebut milik suamimu, cuma pakai tali berwarna kuning, benar begitu?
Ucap pak kades ke saminah,
''i ,iya pak kades, golok suami saya pakai tali kuning'; jawab saminah gugup.
''karena tali goloknya sengaja di lepas Nurdin, dan di gunakan untuk dia bunuh diri, dan sekarang tali itu masih terikat di pohon itu'',
Demikian ujar pak kades menjelaskan, sontak begitu mendengar penjelasan pak kades, saminah menangis histeris,
"Maaf bukan saya ikut campur ya saminah, sebenarnya suamimu sebelum melakukannya, pernah datang kerumah saya, ia bercerita bahwa ia tidak tahan lagi dengan sikap dan ucapanmu kepadanya, saya mohon berubahlah, kasihan Nurdin sangat tertekan. Sambung pak RT kepada saminah,
Singkat cerita, setelah pak kades Melaporkan ke pihak kepolisian bahwasanya salah satu warganya telah melakukan bunuh diri, dan ditemukan sudah jadi kerangka, setelah pihak kepolisian melakukan olah TKP serta melakukan pemeriksaan terhadap beberapa saksi, yang akhirnya membenarkan adanya warga setempat telah meninggal karena bunuh diri,
Kemudian jasad Nurdin yang tinggal kerangka dikebumikan.
~~~SELESAI~~~
BACA JUGA : DENDAM Jin Penghuni Hutan Pentas Hulu-Riau
BACA JUGA : DI TEROR LELEMBUT GUNUNG KARANG