Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jejak Misteri Kisah Nyata Tumbal Pabrik Tekstil

Kisah ini dialami oleh kenalan ART yang bekerja dirumah Umi Rere Queen's Greetha, disebuah pabrik tekstil, tempatnya dulu bekerja.

Untuk menjaga privasi, nama dan lokasi disamarkan.

===== Tumbal Pabrik Tekstil =====

Panggil saja aku Bejo. Anak ke tiga dari lima bersaudara. Aku tinggal disalah satu kota pinggiran di Pulau Jawa. Di kota ini terdapat sebuah pabrik tekstil, anak cabang sebetulnya, pabrik pusatnya ada di Ibu Kota. Namun tetap saja pabrik ini merupakan pabrik terbesar dikotaku.

Pabrik ini juga terbilang cukup 'kuat'. Terbukti dari beberapa kali krisis ekonomi, pabrik dengan ribuan karyawan, ini, tak pernah melakukan pengurangan karyawan. Padahal banyak pabrik serupa yang melakukan pengurangan karyawan atau malah gulung tikar. Dan bersyukur aku dapat bekerja dipabrik ini. Walau hanya sebatas Cleaning servise dibagian kantornya.

Karena pekerjaanku ini, aku terbiasa bergaul dengan para staf wanita daripada staf prianya. Bukan karena aku ingin bergenit-genit atau ingin mencari jodoh -kalau bisa dapet jodoh ya sekalian hehehe- tapi karena para wanita ini lebih sering menggunakan jasaku walau untuk sekedar beli gorengan Mak Sri, penjual pecel di kantin pabrik. Hampir semua staf wanita selalu mencariku saat waktu sudah mendekati jam makan siang. Tidak terkecuali dengan Mbak Tri.

Mbak Tri.... Staf kantor bagian logistik. Wanita berhijab yang paling suka beli nasi pecel porsi separo dengan irisan bakwan didalamnya. Masih segar dalam ingatanku wajah ayunya, ditambah softlens warna coklat yang tak pernah absen dari mata almond-nya, sangat kontras sekali degan kulit wajahnya yang putih.

Seminggu yang lalu, Mbak Tri memintaku untuk membelikan nasi padang diwarung luar pabrik ini.

“Tumben nasi padang Mbak, engga di warungnya Bu Sri saja."

“Sekali-kali Mas.... Nasinya dua ya, yang satu buat Mas Bejo. Oiya.... Sama es jeruknya satu.”

Ternyata.... Itu terakhir kali Mbak Tri menggunakan jasaku. Karena setelahnya, ia terjatuh ditoilet pabrik yang paling ujung. Mbak Tri dirawat di rumah sakit selama tiga hari, sebelum akhirnya meninggal. Aneh memang, tapi itulah kenyataannya. Kalo aku tidak salah mengingat, minimal ada dua karyawan pabrik yang meninggal setiap tahun.

Sudah jadi rahasia umum memang tentang keangkeran Pabrik ini, terutama toilet pabrik yang paling ujung. Banyak karyawan yang masuk ke toilet itu berakhir dengan kesurupan. Selain itu, banyak sosok-sosok lain yang menghuni pabrik ini. Kuntil anak merah yang selalu-lalang dikoridor, lelaki berwajah rusak yang selalu mencari tangannya, belum lagi penghuni pohon dekat parkiran. Pokoknya lengkaplah, mulai dari yang biasa saja sampai yang menyeramkan, ada semua pabrik ini.

Tapi itu semua tidak menyurutkan niat kami dalam mencari rezeki untuk menafkahi keluarga dengan jalan yang halal.

Sebagai cleaning servise kantor, aku dan keempat orang patnerku sesama cleaning servise, selalu bergantian menjelajah enam ruangan dari tujuh ruangan yang ada dikantor ini. Hanya satu ruangan yang tidak pernah kami bersihkan, ruangan itu tepat di sisi kanan ruangan Pak David maneger kami.

Dari desas-desus yang pernah aku dengar, ruangan itu merupakan ruang arsip berkas-berkas penting, termasuk didalamnya ada ijazah semua karyawan. Selama kami kerja disini, ijazah akan ditahan oleh perusahaan sebagai jaminan. Itulah alasan kenapa kami semua cleaning servise tidak bisa sembarangan masuk ke ruang tersebut.

Walau terkadang rasa penasaran tentang ruangan itu penghampiri, namun aku sedikit bersyukur karena tak harus membersihkan ruangan arsip. Ruangan itu tak kalah mengerikan dibandingkan ruangan yang lain. Bukan hanya aku yang berfikir demikian, keempat orang rekanku pun begitu. Kami suka mendengar suara-suara aneh, suara rintihan bahkan tidak jarang suara teriakan meminta tolong dari dalam ruangan arsip. Tapi kami tidak mau ambil resiko dengan melanggar perjanjian yang sudah kami sepakati. Lagi pula, kami tidak mau nasib kami sama dengan Pak Imam.

Pak Imam, satpam di gerbang satu, yang telah menghabiskan hampir 10 tahun di pabrik ini, di PHK tanpa pesangon hanya karena terlibat percakapan dengan salah seorang pelamar kerja.

Aku ingat betul waktu Pak Imam cerita padaku tetang apa yang membuatnya dipecat dari pabrik :

"Pak saya titip lamaran. Katanya suruh nitipin di pos satpam Pak."

“ Iya Mas. Letakan disitu saja.”

“Saya numpang istirahat sebetar disini ya Pak.”

“Oh iya silahkan. Saya bawa masuk lamaran Mas dulu ke dalam."

“Iya Pak.... Terimakasih”

Setelah membawa surat lamaran si pemuda itu, Pak Imam kembali ke pos jaganya dan berbincang dengan pemuda itu. Menanyakan asal usul pemuda itu dan bagian apa yang hendak dilamarnya.

"Masnya anak nomor berapa?" tanya Pak Imam.

"Saya bontot Pak, nomor tiga. Kakak-kakak saya sudah pada menikah semua"

"Mas anak ke tiga?? Mas.... Mas.... Kalo kamu anak ketiga Saran saya mendingan jangan ngelamar kerja disini. Bahaya Mas... Percaya saya" Ujar Pak Imam sambil setengah berbisik

"Kok gitu Pak?"

"Sudah percaya saya. Saya sudah sepuluh tahun kerja disini Mas. Sudah paham seluk beluk pabrik ini. Kasihan orang tuamu kalau kamu kenapa-napa Mas" lanjut Pak Imam masih dengan berbisik, tapi sayangnya Pak Imam lupa kalau disana masih ada rekan kerjanya yang biasa dipanggil Jangkrik.

Jangkrik yang memang tipikal orang yang suka cari muka di depan para atasan, mencuri dengar percakapan Pak Imam dan melaporkannya pada Pak Eko. Hasilnya, Pak Imam dipecat. Namun untungnya, si pelamar kerja tidak jadi masuk kerja di pabrik berkat Pak Imam.

Balik tentang ruang arsip. Pernah suatu kali, aku melihat karyawan disini yang kebetulan aku kenal, ada didalam ruang itu. Aku hendak menghampirinya dan bertanya kenapa dia ada diruangan itu

"Bejo, ngapain kamu disitu?!" Pak Eko mengagetkanku ketika aku hampir sampai didepan pintu. Pak Eko salah satu asisten Pak David, bisa dibilang orang kepercayaannya.

"Ee.... Enggak pak, tadi saya lihat ada yang masuk ke ruangan ini pak"

"Ya sudah. Tolong bersihkan ruangan desain, ada tinta tumpah disana"

“Iya pak”

“Ingat.... Jangan masuk tanpa ijin. Kamu bisa dituntut karena melanggar perjanjian kontrak kerja”

“iya pak.... saya pamit dulu” Aku yang hanya lulusan SMA, harus berhadapan dengan hukum dan melawan orang-orang kelas atas, berduit dan berpendidikan? Ciut seketika nyaliku ketika mendengar gertakan dari Pak Eko.

Dijalan menuju ruangan yang tadi diberitahukan oleh Pak Eko, aku menyakinkan diri kalau aku tidak salah lihat dan sekujur bulu ditubuhku langsung meremang ketika aku mengingat orang yang kulihat tadi diruang arsip. Orang itu, sudah meninggal 6 bulan yang lalu.

*****

Hampir sepekan ini aku selalu mimpi buruk, digemblokin si kuntil anak merah, dikejar bayangan hitam, dan mimpi yang menyeramkan lainnya. Seminggu ini juga sering sekali terdengar suara burung gagak, sesekali memekikan suaranya ditengah malam, buat aku selalu bergidik. Alhamdulillah ada ibu yang setiap jam dua malam selalu terbangun untuk melaksanakan tahajud. Sedikit banyak mengurangi kengerian yang aku rasakan.

Seperti hari sebelumnya, rutinitasku sebagai cleaning service di kantor pabrik ini dimulai dengan breafing. Hari ini aku ditugaskan untuk membersihkan kantor staff gudang satu, ruang administrasi dan juga ruang meeting yaitu ruangan Pak David. Bersama rekanku, Andik, kami start pukul 08.10, sebelum karyawan yang lain masuk.

Setelah membersihkan ruangan Pak David, masih tersisa dua puluh menit lagi sebelum karyawan lain datang. Sejak teguran dari Pak Eko waktu itu, rasa penasaranku makin bertambah. Terutama pagi ini. Perasaanku semakin tidak karuan melihat pintu itu. Pintu yang menghubungkan antara ruang Pak David dan ruang arsip yang misterius. Berbeda dengan pintu yang ada diluar, sepertinya pintu ini tidak terkunci.

'Aku harus bekerja sama dengannya' gumamku melihat andik sedang sibuk mengepel lantai dibawah deretan kursi yang biasa digunakan untuk meeting. Aku akan menyusup masuk ke ruangan arsip, untuk mengobati rasa penasaranku. Dan meminta Andik berjaga, jika ada orang yang datang diruangan ini. Aku rasa lima belas menit sudah cukup untuk melihat isi dalam ruangan arsip.

Seperti dugaanku, pintu ini dari ruangan Pak David ini tidak dikunci. Didalam ruangan arsip itu, berjajar rak-rak dokumen berlaci berdasarkan alfabet tersusun dengan rapih. Mataku berhenti sejenak pada rak berlaci dengan tulisan kecil diatasnya "Ijazah". Kupandang sekitar ruangan, sekilas tidak ada yang aneh, sampai mataku kembali terhenti pada sebuah lemari kaca. Lemari dengan tinggi empat susun dan lebih terlihat seperti lemari pajangan. Yang membuatku bingung adalah banyaknya foto-foto didalamnya, foto karyawan pabrik yang telah meninggal.

Aku mencoba menenangkan hatiku dengan berfikir mungkin untuk mengenang mereka. Tapi hatiku kembali gundah saat ku lihat meja disebelah lemari itu. Meja kerja yang seharusnya ditaruh buku, ini malah berjajar rapi bingkai kecil seukuran 4x5 berisi wajah-wajah yang sebagian besar sangat familiar bagiku. Melihat semua itu, benakku dipenuhi berbagai pertanyaan dan hati pun menjadi gelisah.

'Tunggu, bingkai foto itu jatuh.' Batin ku saat hendak keluar dari ruangan arsip.

Aku berniat untuk membantu merapikan, aku ambil foto yang terjatuh itu, betapa kagetnya aku, seketika keringat dingin mengucur dan jantung berdegup kencang. Bingkai itu.... Ada foto diriku lengkap dengan nama, tanggal lahir dan aku anak ketiga!!!

'Laa illaha illallah' sontak teringat akan peringatan Pak Imam.

Dari luar Andik sudah memberi tanda untuk segera keluar. Tanpa pikir panjang aku pungut fotoku dan berusaha mengambil ijazah yang ada diloker itu. Alhamdulillah Allah memudahkan jalanku, mungkin karena doa ibuku di sepertiga malamnya untuk keselamatanku. Ijazahku pun aku temukan, dan bergegas aku keluar ruangan dengan membawa foto dan ijazahku. Aku minta kepada andik untuk tidak menceritakan ini kepada orang lain terutama dengan tim kami. Setelah itu aku izin untuk pulang dengan alasan sakit.

Sejak hari itu aku tidak pernah kembali ke pabrik. Gaji terakhirpun tidak aku ambil. Banyak yang bertanya padaku kenapa aku keluar begitu riba-tiba, namun aku tak pernah memberitahukan alasan yang sesungguhnya. Aku hanya bercerita dengan keluarga, Andik dan Pak Imam alasan yang sebenarnya. Aku juga sudah memutuskan untuk merantau keluar kota ikut suami Budeku. Berita terakhir yang aku dengar dari Andik, selang sekitar tiga bulan sejak kepergianku ada karyawan yang meninggal lagi. Dan kalian tahu? itu adalah karyawan, yang fotonya berada tepat di samping kiri dari fotoku dimeja itu.

======

Demikian sepenggal kisah dari Bejo... Si pria beruntung dan senantiasa dilindungi, yang nyaris saja jadi koban tumbal..

Semoga semua pembaca pun sentiasa dilindungi dan diberkati oleh Allah. Amiin


KISAH MISTERI BERDASARKAN KISAH NYATA
-------------------------------------------------------
~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
close