Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TAKDIR YANG TIDAK BISA KULAWAN (Part 11)


"Siapa kau?" tanyaku kepada seorang wanita.

Seorang wanita dengan tiba-tiba saja duduk di sampingku, padahal aku tidak merasakan hawa keberadaan apapun di dekatku sebelum nya, wanita itu memakai pakaian seperti gadis modern pada umum nya, dengan kaus putih pendek dan jeans biru gelap, Rambut nya yang di gerai panjang. Ia memandang ke arah danau dengan senyuman terlukis di wajah nya, seperti pelengkap akan kecantikan nya.

"Kau bertanya padaku?" ucap wanita itu.

"Ya aku bertanya pada mu, bukan kah tidak ada seorang pun di sini, kecuali kau dan aku". ucap ku kembali

"haha ia benar, kenalkan nama ku devi" ucap wanita itu.

"aneh.. kau bukan lah jin atau pun sebangsa nya, apa kau seorang manusia?" tanya ku.

"ya aku sama seperti mu". ucap nya.

"apa maksud mu sebenarnya? kau adalah manusia sama seperti ku?". tanya ku kebingungan.

"haha tentu aku manusia sama seperti mu, apa kamu kira hanya kamu saja yang dapat kesini " ucap dengan senyum lebar dan lipatan mata ke arah ku.

"haha tentu saja tidak, banyak yang jauh lebih hebat dari ku". balas ku.

"ngomong-ngomong apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya nya.

"aki sedang mencari aji musti" ucap ku.

"aji musti? ada urusan apa kamu dengan beliau?" tanya wanita itu dengan wajah penasaran.

"maaf aku tidak dapat memberitaukan mu, oia apa kah kau tau dimana aku dapat menemukan beliau?" tanya ku.

"sesunggug nya aku belum pernah bertemu dengan aji musti, namun aku sering mendengar bahwa beliau memiliki ilmu pengasihan yang begitu tinggi". ucap nya.

"hmm aku sudah mencari nya cukup lama, namun tidak ju-" ucapan ku yang terpotong.

"kau sedang mencari ku?" suara pria yang berasal dari arah belakang ku.

"apa kah kau Aji Musti?" tanya ku yang kaget melihat seorang pria parubaya.

"ya aku adalah aji musti, bukan kah kau adalah utusan Iwan?" tanya nya.

"ia benar, aku adalah utusan Abi Iwan" ucap ku.

"ikut lah dengan ku". ucap nya.

Aku pun melihat ke arah devi dengan rasa tidak enak karna harus meninggalkan nya.

"gpp ko vin pergi aja, aku masih mau di sini" ucap devi.

Aku pun meinggalkan devi dan mengikuti Beliau, Kami pun berjalan ke sebuah kebun yang cukup luas, kami pun masuk ke kebun itu cukup dalam, dan tak lama Beliau pun berhenti di sebuah pohon besar.

"lihat ini kevin, aku akan mengajari mu sesuatu yang sangat berharga". ucap nya.

Aku pun fokus melihat apa yang akan di lakukan beliau, Beliau pun seperti membaca sebuah amalan yang tidak dapat ku dengar, lalu beliau menancapkan tangan kanan nya ke dalam tanah, dan beliau kembali membacakan sebuah amalan, tak lama beliau menarik tangan kanan nya, dan sesuatu yang sangat di luar nalar ku terjadi. Aku melihat butiran batu keluar dari tanah itu tempat beliau menancapkan tangan nya seperti sebuah air mancur, namun batu ini berwarna hijau dan biru yang mengeluarkan sepercik cahaya saat terkena sinar bulan. Dan beliau mengambil salah satu batu itu dan memberikan kepada ku.

"Apakah kau tau, batu apa ini kevin?" ucap nya.

"sebuah mustika?" ucap ku sambil membulak balik batu di tangan ku.

"itu adalah berlian murni". ucap nya.

Aku pun sangat kaget mendengar ucapan nya, batu berlian yang ada di tangan ku berukuran setengah telapak tangan orang deawasa, dan Harga berlian yang berada di tangan ku saja, aku yakin harga nya ratusan milyaran rupiah bahkan mungkin lebih, karna harga berlian memang sangat mahal. Dan masih banyak lagi di tanah.
Aku pun masih belum bisa berucap apa-apa.

"kevin Guru mu Iwan lah yang mengajarkan ku ini, dan ia pernah berkata,( jika aku hanya ingin sekedar mencari kekayaan dunia itu sangatlah mudah, namun yang aku cari adalah sebuah ilmu yang harga nya tidak bisa di bandingkan dengan apa pun)" ucap nya.

Setelah mendengar ucapan beliau, aku pun terdiam dan sejenak memfikirkan tentang abi iwan, beliau bahkan tidak punya sebuah mobil dan hanya memiliki sebuah motor keluaran lama yang sangat ia rawat, dan ia tidak pernah menonjolkan sesuatu yang bersifat materi.

"kevin, sesungguh nya tujuan utama iwan menyuruh mu kemari bukan lah hanya untuk mengambilkan sebuah pusaka. karna jika ia meminta kepada ku, aku sendiri yang akan mengantarkan nya tanpa perlu menyuruhmu. Karna ia ingin kau belajar tentang pelajaran hidup, jangan lah kau banggakan apa pun yang kau miliki, karna sesungguh nya itu bukanlah selulurh nya hak mu. Karna jika aku mau memperkaya diri, mungkin aku sudah menjadi orang terkaya di dunia sekarang, begitu juga dengan iwan. Dan aku akan mengajari mu cara melakukan apa yang baru saja ku lakukan." ucap nya.

Lalu akupun meneruskan perbincangan yang cukup panjang, dan beliau pun mengajari ku apa yang ia lakukan barusan, karna beliau bilang dengan khadam ku yang sekarang, aku dapat melakukan nya bahkan lebih dari ini, namun sebenarnya aku mempelajari ilmu ini bukan lah untuk memperkaya diri, melainkan hanya ingin menambah ilmu dan pengetahuan ku. Aku jadi teringat cerita seorang Fisikawan dahulu, Fisikawan itu terkena hukuman mati dengan cara di penggal kepala nya, karna ia berkata bahwa ia yakin manusia dapat melakukan transplatasi kepala, sebelum ia menjalani hukuman nya, ia mengatakan kepada sesama rekan fisikawan nya.

"lihatlah mataku ketika aku sudah terpenggal nanti, apakah mataku masih dapat berkedip"

Dan ketika hari dimana sang fisikawan tersebut ingin menjalani hukuman matinya, ia terus mengedipkan matanya sebelum kepalanya terpenggal, dan benar saja setelah kepala nya terpenggal dan jatuh ke tanah, mata dari fisikawan tersebut masih terus mengedipkan mata sampai 30 detik kedepan, dan rekan sesama fisikawan yang telah ia beritaupun begitu terkejut.

Begitulah sedikit contoh extreme tentang seseorang yang ingin mencari ilmu, janganlah pernah bilang "tidak mungkin", karna kemungkinan memang pemikiran manusia saja yang belum sampai ke tahap itu.

Setelah perbincangan panjang dengan Aji Musti, aku pun dititipkannya 3 kantung berwarna hitam yang aku sendiru pun tidak tau apa isinya, dan ia menyuruhku untuk memberikan ini kepada Abi iwan.

Setelah itu akupun berpamitan karna harus segera mengantarkan pusaka ini sebelum pukul 10 malam, dan ketika aku kembali melewati danau itu, aku masih melihat Devi, seorang wanita yang tadi sempat berbincang kepadaku, masih duduk di tepi sungai, sebenarnya aku masih ingin banyak berbincangan dengan nya, namun karna waktu yang memaksa ku untuk segera pergi, aku pun harus menahan nya.

Singkat cerita, setelah aku berhasil mendapatkan pusaka dari Aji Musti aku pun segera pergi ke rumah abi iwan untuk memberikan nya, dan di sana aku sedikit berbincangan dengan abi iwan, sebenarnya aku ingin lebih lama berbincang dengan beliau, namun karna sudah larut malam aku pun tidak enak dan memutuskan untuk izin pulang. Sekitar setengah jam di perjalanan dengan mengendarai sepeda, aku pun sampai di rumah dan menuju kamar ku. Dan duduk di meja belajar ku, sekedar untuk mengambil nafas, karna aku sangat terburu-buru saat pergi ke rumah abi. Namun tanpa sadar aku melihat ke arah Kalender..

"besok ya.." ucap ku dengan senyum tipis sambil menundukan kepala.

Hari ini adalah kepergian Hani ke USA untuk kegiatan pertukaran pelajar, dan aku pun sedang mengantar nya menggunakan mobil.

"hei kok nunduk terus kepala nya?". tanya ku sambil menyetir.

"gpp ko" ucap nya sambil mengelap air mata dengan buru-buru.

"Gak usah di sedihin, toh aku bakal tetep di sini gak kemana-mana". ucap ku.

"bukan masalah itu juga". ucap nya.

"trus masalah apa?". tanya ku.

"masalah nya kita kan ga akan ketemu bertahun-tahun, nanti siapa tau kamu di sini ketemu perempuan lain, trus kamu suka sama dia". ucap nya.

"Bagus dong kalo gitu, berarti aku bukan cowo yang cocok buat kamu" ucap ku sambil tersenyum lebar.

"ihh dia mah, aku lagi serius ini, yaudah ga jadi ke USA". ucap nya dengan nada tinggi.

"haha lagian lebay banget deh kamu han, tenang aja.. perempuan cantik memang banyak, tapi yang mau sama aku cuma kamu, jadi ga perlu was-was hehe". ucap ku.

Kami pun melanjutkan obrolan kami yang cukup panjang di mobil, dan sampai tak terasa kami pun telah sampai di bandara.

Terlihat Hani pun masih murung, sejujur nya aku tidak ingin melepas nya seperti ini, namun aku juga bingung mesti berbuat apa lagi.

"enak ya di sana, bisa main salju". ucap ku yang mencoba menghiburnya.

"hmm ya". balas nya singkat.

Lalu aku pun mengeluarkan sesuatu dari tas ku, ini adalah sebuah hadiah terakhir sebelum kepergian nya ke USA, sebuah syal dan sarung tangan.

"nah kan kalo gini gak akan kedinginan di sana". ucap ku sambil mengalungkan syal ke leher nya.

Dan melihat ku melakukan itu, ia pun langsung menangis dan memeluk ku dengan begitu erat nya.

"its ok hani, ull be fine". ucap ku yang berbisik di kuping nya.

"Makasih ya kevin". ucap nya

Sebuah ucapan terimakasih, yang begitu berarti untuk kami berdua dan sekaligus sebuah ucapan terakhir Hani sebelum ia pergi.

Langkah demi langkah aku perhatikan ia pergi meninggalkan ku, dada ku pun mulai terasa sesak.

"ia akan pergi, wanita yang hampir setiap hari nya dapat ku lihat senyum nya, kini harus pergi jauh untuk cukup yang lama, apakah aku akan merindukan nya? ya jelas. aku pasti akan sangat merindukan nya". ucap ku dalam hati.

Aku pun beserta orang tua Hani melambaikan tangan untuk melepas nya pergi, dan ia pun membalas nya dengan senyum lebar dan lambaian tangan. Aku pun tidak mau menunjukan rasa sedih ku ini sekarang, karna aku ingin ia tau bahwa aku akan baik-baik saja selama ia pergi.

"Ya allah, mohon ampun atas segala dosa hamba mu ini, yang mungkin telah menduakan cinta ku kepadamu Ya Gusti". kembali doa ku dalam hati.

Lalu tak lama Hani pergi, ayah nya menepuk bahuku dan berkata.

"bapa mau ngucapin makasih yang sebanyak-banyak nya nak kevin, semenjak ada kamu Hani kian hari menjadi anak yang lebih baik, dan saya sendiri ga pernah menayngka hani bisa kuliah di luar negri, dan saya harap kamu tetep dukung dia ya". ucap beliau.

"Bukan berkat saya om, Hani berbuah seperti itu memang karna kemauan nya sendiri, dan tentu saja saya akan terus ngedukung dia ko om hihi". balas ku.

Dan tidak lama aku pun meninggalkan bandara untuk pulang, aku pun berpisah dengan orang tua hani karna kami berbeda mobil. Di sepanjang perjalanan aku pun terus penepis perasaan khawatir yang kian membesar, mungkin karna Hani akan pergi jauh, namun aku tidak ingin terbawa suasana akan hal itu, aku pun mencoba memfokuskan fikiran ku ke arah lain, yaitu YUNI.

Aku sedang menunggu malan jumat kliwon yang akan datang 2 hari lagi, dan aku pun sudah mempersiapkan segala yang di butuh kan, mungkin penantian yang sudah lama ku nanti ini akan segera terwujud, ya.. untuk menyelamatkan yuni, aku sendiri pun tidak tau mengapa aku sangat memperdulikan nya, aku bahkan tidak tau siapa dia sebelum nya, dan aku bukanlah tipe orang yang suka mengorbankan banyak hal untuk seseorang, namun... aku hanya sangat membenci air mata yang selalu tertetes dari mata nya, ya hanya karna alasan konyol itu aku sampai melakukan ini semua, sampai-sampai 2 kali aku sudah mempertaruhkan nyawa, dan 2 hari lagi akan menjadi ke 3 kali nya. Aku sampai tertawa sendiri ketika sedang menyetir.

"konyol..konyol" gumam ku.

Ucap ku sambil mencoba menyalakan sebatang rokok, aku pun merogo-rogo kantung celana ku, namun..

"BBUUKKK"

Aku mendengar suara tabrakan yang cukup keras, aku fikir aku telah menabrak sesuatu, aku pun segera memberhentikan mobil ku, seluruh tubuh ku merunding hebat, apakah kejadian tomas akan terulang lagi, jujur saja jika memang terjadi lagi mungkin aku akan benar-benar berhenti menyetir mobil seumur hidup ku. Aku pun secara perlahan keluar dari mobil ku dan melihat ke belakang arah belakang mobil untuk memeriksa apa yang baru saja kutabrak, dan aku pun begitu kaget melihat seekor kucing berwarna hitam pekat telah tergeletak lemas dengan beberapa organ tubuh nya yang sudah keluar, tanpa fikir panjang aku pun melepas kaus ku satu-satu nya yang sedang ku pakai dan langsung mengambil tubuh nya dengan menjadikan kausku menjadi kain kafan nya, aku pun terpaksa bertelanjang dada. 
Aku pun langsung kembali kedalam mobil, dengan memegangi mayat kucing yang sudah terbungkus oleh kaus ku, aku berniat untuk mengubur nya di taman belakang rumah ku, karna kebetulan tempat ku menabrak tadi, sudah tidak jauh dari rumah. Dengan perasaan tidak tenang dan tangan ku yang menggigil aku pun dengan perlahan membawa mobil, sesekali aku memukul kepalaku dengan tangan ku, karna merasa begitu kesal mengapa kebodohan ku ini bisa menghilangkan nyawa seekor kucing, aku tidak perduli mau itu manusia ataupun hewan, karna bagi ku Nyawa adalah salah satu anugrah terindah yang miliki.

Dan sekitar 10 menit perjalan aku pun sampai di rumah ku, aku pun tanpa memberi salam langsung pergi kehalaman belakang, terlihat ayah dan Ka Dina yang kaget melihat ku berlari membawa sebuah bungkusan yang memiliki bercak darah, mereka pun sontak bertanya namun aku tidak memperdulikan nya, dan tetap berlari ke halaman belakang. Setelah sampai aku pun menggali tanah menggunakan skop kecil sampai kira-kira kedalaman 1 meter, aku pun langsung mengubur nya beserta dengan kaus ku. Dan aku pun berlari ke kamar ku untuk mengambil kaus baru dan Peci, karna rasa nya tidak sopan jika aku berdoa dengan bertelanjang doa.

Setelah mendoakan nya, aku pun berdiri dengan tangan yang lemas karna cukup lelah menggali tanah tadi, aku pun duduk di meja makan untuk menenangkan perasaan ku, mungkin aku bisa sepanik ini karna aku masih trauma dengan kejadian tomas dulu. dan tidak lama sesuai dugaan ku, ka dina menghampiri ku dan ikut duduk di meja makan.

"ade kenapa?" tanya ka dina.

"udah gpp ka cuma rada panik aja tadi". balas ku.

"itu tadi yang kamu bungkus pake baju apa? ko banyak darah nya". tanya nya kembali yang penasaran

"itu kucing ka, tadi kevin nabrak kucing di jalan, kevin langsung panik banget, mungkin karna masih trauma sama kejadian tomas waktu itu". ucap ku.

Lalu ka dina memegang tangan ku yang masih sedikit gemetar dan memgang nya dengan erat sambil berkata..

"yaudah sekarang kamu tenang, toh kamu ga sengajakan, dan juga kamu udah nguburin kucing nya dan mau tanggung jawab." ucap ka dina.

Aku pun menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya secara perlahan, dengan niatan dapat menenangkan diri.

Setelah berbincang-bincang dengan Ka Dina, akupun kembali ke kamar untuk bersiap shalat mahgrib dan akan ku lanjutkan dengan shalat isya. Sehabis shalat pun aku tidak lupa untuk mendoakan kucing tersebut, walaupun ia adalah hewan.

Lalu aku pun memutuskan untuk tidur, karna aku sudah cukup lelah dengan kejadian hari ini, yang pertama adalah Hani dan Kucing tadi, aku pun berfikir bahwa hari ini aku sedang cukup sial. Tanpa sadar aku pun sudah memejamkan mata ku.

"Meoongg....meeooonggg"

Terdengar suara kucing yang samar-samar di kepalaku, namun aku pun berfikir bahwa itu hanya kucing di depan rumah, dan memutuskan untuk kembali tidur, karna ketika aku melihat jam, sudah jam 12 malam.

"meeeooongg".

Kembali terdengar suara kucing, dan kali ini suara nya cukup kencang dan terdengar cukup dekat. Sekujur tubuh ku merinding hebat, sudah lama aku tidak merasakan rasa takut seperti ini.

"mmeeeonng".

kembali suara kucing itu terus dan terus berbunyi, seolah-olah dia memanggil ku. Aku pun begitu takut, dengan suara itu, dan memutuskan untuk tidak memperdulikan nya, sampai aku merasakan ada yang meng elus-elus telapak kaki ku dengan bulu lembut.....

kembali suara kucing itu terus dan terus berbunyi, seolah-olah dia memanggil ku. Aku pun begitu takut, dengan suara itu, dan memutuskan untuk tidak memperdulikan nya, sampai aku merasakan ada yang meng elus-elus telapak kaki ku dengan bulu lembut.....

***

Akupun secara perlahan membuka mataku secara perlahan, untuk melihat apakah ada sesuatu di kaki ku, namun akupun tidak melihatnya, akupun bangun dengan posisi masih duduk di kasur dan melihat sekeliling ruangan ku, namun aku tidak menemukan apa pun, sampai - sampai ....

"ALLAHU AKBAR !!" teriak ku yang begitu kaget.

Seekor kucing berwarna hitam pekat melompat tepat di pelukan ku, aku pun reflek melempar nya dan langsung berdiri di kasur, namun aneh nya aku tidak mendengar suara jatuh nya, padahal walaupun tidak ku sengaja aku yakin telah melempar nya ke lantai, aku pun perlahan mengintip ke bawah kasur (bukan kolong), dan aku melihat kucing itu sedang menatap ku dengan begitu tajam sambil menjilati salah satu kaki depan nya. Lalu aku pun kembali reflek dan mundur ke tempat semula, aku pun berfikir sejenak mencoba menenangkan fikiran, aku yakin bahwa kucing itu adalah kucing yang aku tabrak sore kemarin, namun ada gang aneh.. ekor nya begitu panjang, bahkan mungkin sampai 3x lebih panjang dari panjang tubuh nya.

"Kucing itu bukanlah kucing biasa". ucap kakek yang tiba-tiba saja muncul di samping ku.

"kakek? apa maksud kakek?". tanya ku.

Di sela-sela perbincanganku dengan kakek, kucing hitam itu melompat naik ke atas kasur, dan masih melihat ke arahku dengan tatapan tajam, matanya yang berwarna merah terang membuatku semakin merinding, tidak tau apa alasannya aku bisa setakut ini melihat kucing, bahkan jin/iblis yang memiliki wajah 5 sampai 10 kali lipat lebih seram dari ini tidak membuat aku bergeming apa lagi takut.

"Jangan-jangan.." gumam ku.

"ya benar kevin, patigaman-nya lah yang membuatmu sampai merinding ketakutan seperti ini". ucap kakek.

"Pantas saja aku begitu takut untuk menatap matanya secara langsung". gumam ku dalam hati.

Lalu kucing itupun mendekatiku secara perlahan, sambil melibas-libaskan ekornya yang sangat panjang ke segala arah, seolah-olah dia ingin menunjukan kekuatan nya.

"Hai anak manusia, aku datang kesini di utus oleh Abah". ucap kucing itu dengan suara bergemah.

"Abah? beliau menyuruhmu kesini untuk apa?" tanyaku

"Aku akan menemanimu selama 7 hari 7 malam, sesuai perintah nya, dan aku tidak perlu tau apa alasan nya". ucap nya.

Akupun terdiam sesaat, karna bingung ingin mengatakan apa lagi, dan ya.. aku teringat dengan kucing yang tertabrak kemarin, apakah itu dia.

"A..aku ingin menayakan sesuatu, apakah kau ada hubungannya dengan kucing yang ku tabrak kemarin". tanyaku.

"kucing yang kau tabrak? itu tidak ada hubungannya dengan ku". ucapnya

Akupun sedikit merasa lega jika memang benar tidak ada sangkut paut nya. namun jujur saja aku masih bertanya-tanya tentang tujuan abah mengirimnya untuk menemani ku salam 7 hari 7 malam, dan aku yang membuat ku lebih penasaran siapakah kucing ini sebenarnya sampai-sampai abah yang mengirimkan nya secara langsung.

"mungkin kau bertanya-tanya siapa aku, tanyakan saja pada orang tua di sampingmu siapa aku". ucap ku.

"apa maksud mu kakek?" sambil melihat ke arah kakek.

"bukan, orang tua yang berada di pojok sana". ucap nya.

Akupun langsung menengok ke arah yang dia tunjukan, dan aku melihat Patih sedang berdiri di pojok sambil melihat ke arah kucing itu, namun tidak tau mengapa aku merasakan hawa marah yang begitu besar berasal dari patih.

"Patih? apa yang ia maksud adalah kau". tanyaku

"ya, yang ia maksud adalah aku, nama kucing iblis itu ialah Singgih ********, aku pernah bertarung dengan nya di Paguyuban". ucap nya.

"Kucing iblis? apa maksud mu? bukan kah dia utusan abah". tanya yang makin kebingungan.

"Kevin, apa kau ingat dengan geboy atau macan besar yang pernah kau temui di bali?" tanya kakek yang menyela perbincangan kami.

"Iya kek aku ingat, memang apa ada sangkut paut nya?". tanya ku kepada kakek.

"Kucing besar waktu itu sebenarnya adalah hanya salah satu pasukan miliknya, karna Inti Geboy hanya ada 3 yaitu, putih, tutul dan hitam. dan mereka memiliki gelar masing-masing, yang aku sendiri pun tidak tau. Dan seperti nya kucing ini adalah salah satu dari 3 inti itu, yang berarti ia adalah raja dari ras nya". ucap nya.

"Tidak usah kau bicarakan tentang ras ku, aku sebenarnya tidak mau untuk menemani manusia lemah sepertimu. Jika saja bukan karna abah yang memerintahkanku untuk menjagamu". ucap kucing itu.

"sikap sombongmu masih belum berubah singgih, ku rasa kau telah kalah telak dengan orang yang memperintahkan mu sekarang untuk ke sini". ucap patih yang menyela perbincangan.

"DIAM KAU !! aku sudah tidak ada urusan dengan Jin rendahan seperti mu". ucap nya.

Aku pun sedikit merinding ketika ia berani mengucapkan hal seperti itu kepada patih, yang mana patih adalah salah satu Khadam terkuat ku saat ini. Yang aku khawatirkan sekarang adalah, respon dari patih sendiri, aku takut terjadi perkelahian antara mereka. Ketika aku melihat ke arah patih, aku cukup kaget melihat nya hanya diam dan tidak membalas ucapan Singgih, seolah dia tidak berani untuk melanjutkan perdebatan dengan Singgih, namun aku merasakan hawa amarah yang kian membesar dari patih.

"Lalu kakek, mengapa kau bisa mememiliki salah satu pasukan milik singgih". tanya ku kepada kakek.

"Karna di berikan oleh seseorang, yang mana aku tidak dapat memberi taumu siapa orang itu, karna aku sudah berjanji kepadanya". ucapnya.

"haha". tawaku.

"kenapa kau tertawa kevin?" tanya kakek dengan di ikuti tatapan patih dan singgih ke arah ku.

"inilah yang membuat ku tidak pernah bosan dengan dunia ghaib, setiap ku menuruni 1 anak tangga ke dunia ini, akupun juga akan menemukan betapa luasnya ilmu yang ternyata masih belum ku ketahui". ucap ku sambil sedikit tertawa.

"apa maksud mu?" tanya singgih.

"aku hanya sangat bersyukur dengan jalan yang telah ku pilih, walaupun aku hampir mati 2x dan terjatuh berkali-kali karna jalan yang ku pilih ini". ucapku sambil tersenyum.

Setelah mendengar ucapan ku, Singgih pun pergi meninggalkan kami.

"kemana dia pergi kek?" tanya ku.

"dia tidak pergi, hanya menyembunyikan wujud nya". ucap nya

Suasana yang sebelum nya begitu tegang, berubah menjadi begitu hening setelah Singgih pergi.

"Kevin". ucap patih.

"ya patih, ada apa?". tanya ku

"berhati-hati lah dengan nya, karna saat terakhir aku bertemu dengan nya, ia adalah iblis yang sangat liar, ia senang sekali mencari tumbal untuk makanan nya". ucap patih.

"baiklah patih, tapi aku punya perasaan bahwa dia tidak lah seperti dulu, karna Abah mengirim nya kepada ku pasti ada suatu alasan". ucap nya.

Setelah mendengar ucapanku, patih pun pergi dengan di ikuti oleh kakek. Aku pun memutuskan untuk kembali tidur, karna aku pun sudah cukup lelah, dan aku akan menyimpan rasa penasaran ku ini untuk nanti. Aku pun membereskan kasur ku terlebih dahulu yang berantakan, karna kejadian tadi, setlah itu aku pun langsung memejamkan mata.

"kevin... jagalah dia untuk 7 hari 7 malam, dia akan membantumu".

Terdengar suara yang tidak asing bagi ku.

"siapa itu?" ucap ku.

Aku pun terbangun setelah mendengar ucapan itu, yang mana ternyata sudah pagi.
Aku langsung mengingat-ingat suara siapa yang ku dengar barusan. Aku seperti pernah mendengar sebelum nya, dan setelah ku ingat ternyata itu adalah suara Abah.
Dan akupun hanya akan meng ia kan ucapan nya, tanpa perlu bertanya lebih jauh.

"Hai kamu lagi apa?" tanya Hani.

"Lagi maen Laptop aja, kamu udah sampe?" tanya ku.

"udah dari semalem". ucap hani

"ko ga ngabarin?". tanya ku.

"abis nya pas nyampe ngantuk banget, ga ke fikiran lagi buat megang hape/laptop". ucap nya.

"oh yaudah lanjut istirahat gih". ucap ku.

Kami pun berbincang via telfon cukup lama, sampai aku harus mengakhiri panggilan dari hani, karna ada panggilan dari Heru, ia adalah salah satu murid ku.

"Assalamualikum A". ucap heru.

"wallaikumsalam her, tumben nelfon saya" tanya ku.

"Gini A, saya habis tangani pasien kesurupan di dekat rumah saya, kebetulan dia saudara perempuan saya, namun saya bingung A, sudah hampir 1 jam saya coba sembuhkan, namun tidak juga ada perkembangan, bahkan teriakan nya semakin kencang". tanya heru.

"tumben kamu bisa, yaudah saya kebetulan lagi ga ada acara, saya jalan ke rumah kamu ya". ucap ku.

"aduh maturnuwun A, padahal niat nya mau sekedar nanya solusi, tapi alhamdulilah A'a mau kesini, yasudah A saya tunggu". ucap Heru.

Aku pun segera mempersiapkan beberapa benda yang sekira nya akan berguna nanti, setelah tu aku pergi menuju garasi untuk mengambil sepeda, karna rumah Heru tidak terlalu jauh dari rumah ku.
Dan sekitar 15 menit aku pun sampai di rumah Heru, terlihat keramaian di sebelah rumah nya, aku menebak rumah itu adalah rumah perempuan yang tadi heru katakan di telfon.

"nuhun A ganggu waktu nya" ucap Heru sambil mencium tangan ku.

"gpp santai aja kaya siapa aja kamu, yaudah langsung aja biar cepet". ucap ku.

Ia pun mengantarku ke rumah wanit itu, yang berada di sebelah rumah nya, persis sesuai dugaan ku, aku pun masuk di kerubunan. Sampai aku bertemu dengan orang tua nya yang mana mereka ada lah paman dan bibi dari heru.

"Ini om, guru heru yang tadi heru ceritain". ucap Heru kepada paman nya.

"Wah masih mudah banget ya, mungkin lebih muda dari kamu her". ucap paman nya.

Aku pun hanya tersenyum menanggapi ucapan nya.
Aku merasa aneh, aku sama sekali tidak merasakan hawa jin di sini, yang mana selama ini setiap aku memasuki rumah seseorang yang kesurupan atau terkena santet biasa nya aku sudah merasakan hawa nya dari depan pintu. Aku pun di buat penasaran.

"Yasudah pak obrolan nya kita lanjutkan nanti, lebih baik sekarang kita coba sembuhkan anak bapak." ucap ku.

"oh ia ia mas kevin". ucap paman heru, kita sebut saja pak yasin.

Lalu beliau dan heru mengantar ku ke kamar wanita itu, sesampai nya di kamar nya, terlihat heru terlebih dulu membukakan kunci, dan ketika kami masuk, aku langsung tersenyum.
terlihat seorang wanita berambut pendek sedang duduk di kasur nya, yang berumur sekitar 16-18 tahun, dengan baju yang compang-camping, ia masih berteriak kencang dengan tangan yang sibuk mencakar-cakar kasur.

"Bapak dan heru tolong keluar sebentar ya, saya minta waktu 5 menit untuk berdua saja dengan anak bapak". ucap ku.

Lalu mereka pun menuruti ucapan ku dan pergi keluar. aku pun menaruh tas ku dan mengambil sebatang rokok filter dan ku nayalakan, aku mendekati wanita itu dan duduk di samping nya, terlihat ia memelototi ku, seolah ingin menakut-nakuti ku.
Dia pun terus menggerang, sambil menyobek-nyobek seprai di kasur nya.

Lalu aku mendekati wajah nya dan berbisik di kuping nya.

"Ga usah pura-pura kesurupan lagi, atau mau saya sundut pakai rokok?". ucap ku.

Terlihat perubahan ekspresi nya seperti begitu marah melihat ku, dan semakin kencang berteriak. Aku pun hanya bisa tersenyum menahan geli. dan sesuai perkataan ku, aku pun menyundut betis mya dengan rokok ku.

"AU AU SAKITT PANASS" ucap wanita itu yang kita sebut saja Ana, ia merintih kesakitan sambil membersihkan bara rokok yang masih tersisa di kaki nya.

"panas? padahal belum saya bacain ayat-ayat, setan nya KW nih". ucap ku yang semakin sulit menahan tawa.

Lalu wanita itu pun langsung menangis dan menundukan kepala, sambil tangan kiri nya mengelus-ngelus kaki yang terkena sundutan rokok ku.

"Kamu kenapa harus sampe kaya gini". ucap ku.

"A...aku juga ga mau mas k...kaya gini, aku cuma pingin di beliin hape baru, tapi ga pernah di beliin" ucap nya yang masih menundukan kepala nya dan masih terisak tangis.

"hmmm memang nya kamu ga punya hape?" tanya ku sambil kembali menyalakan rokok.

"punya, tapi kan udah jelek". ucap ana.

"kamu ga malu na? kalau sampai tetangga-tetangga kamu tau kalau kamu cuma pura-pura kesurupan?.. lagi pula kamu ga kasian sama orang tua kamu, mungkin mereka memang lagi ga ada biaya buat beliin kamu hape baru, kamu udah kelas berapa sekarang?" tanya ku.

"kelas 3 SMA" ucap nya.

"nah sebentar lagi kamu kan udah lulus sekolah, kamu cari kerja biar dapat uang, dan misal pun kamu mau kuliah, kamu kan bisa kuliah sambil kerja, tapi jangan lupa ya kasih sebagian untuk orang tua kamu". ucap ku.

mendengar nasihat ku dia tidak merespon ucapan ku, dan masih menundukan kepala nya, namun ia sudah berhenti menangis.

"yaudah saya pergi dulu, dan masalah kamu berbohong ini, tenang saja saya ga akan bilang ke yang lain termasuk orang tua kamu, asalkan kamu janji ga akan ngulangin". ucap ku sambil mengelus-elus kepala nya, dan pergi.

Aku pun menghampiri orang tua ana, dan hanya mengatakan bahwa aku sudah berhasil menenangkan hana, dan tidak bilang tentang sebenarnya terjadi, bukan nya aku ingin menutupi kesalahan nya, namun aku harus memfikirkan kondisi mental Ana yang sangat tidak stabil, dia butuh ketenangan dan yang paling penting.. dia butuh kepercayaan.

"aduh cepet banget A, padahal saya sampe stress banget tadi". tanya heru sambil mengantar ku keluar.

"sebenarnya mudah her, cuma untuk kali ini saya ga bisa share ke kamu gimana cara nya". ucap ku dengan senyum.

Terlihat wajah heru pun sedikit kebingungan, aku pun hanya bisa tersenyum melihat nya.
Lalu aku pun kembali mengayuh sepedaku untuk pulang kerumah, sesampai nya di rumah aku pun langsung melaksanakan shalat ashar dengan di lanjutkan bermain laptop.

"Kevin, apa kau sudah mempersiapkan segala nya". tanya nyai yang tiba-tiba saja muncul di belakang ku.

"tentu sudah nyai, di tambah dengan hadir nya Singgih, menambah kepercayaan diri ku" ucap ku yang sudah tidak kaget dengan kemuncul nyai secara mendadak.

"bagus lah, karna esok lah malam dimana ia akan muncul". ucap nyai.

"maksud nyai?" tanya ku.

"siluman yang ingin kau tahklukan". ucap nyai.

"tentu aku tau, yang aku tanyakan adalah apa maksud nyai mengatakan bahwa esok adalah malam kemunculan nya". tanya ku

"kau akan tau ketika sesampai nya di sana, dan jangan lupa kevin... lakukan lah karna Allah, bulatkan lah tekad mu hanya karna Allah, bukan karna hal lain". ucap nyai.

"tentu nyai, aku akan selalu mengingat nasihat mu itu". ucap ku.

"oia nyai, aku boleh minta tolong sesuatu?" ucap ku.

"tentang apa?". tanya nyai.

"Tentang..............

(Singkat cerita)

Pukul sudah menunjukan pukul 1 malam, dan aku masih juga belum bisa tidur, karna masih terus memikirkan tentang apa yang akan terjadi nanti, kembali rasa takut muncul, namun aku terus menepis perasaan itu, karna aku sudah menunggu moment ini,hari ini, dan tinggal menunggu hitungan jam sampai penantian ku berakhir.

"Istirahatkan lah batin dan raga mu kevin". ucap singgih.

"akhirnya kau mau berbicara dengan ku singgih". ucap ku yang melihat nya sedang berada di dekat jendela.

"Karna aku memiliki firasat buruk untuk esok". ucap singgih.

"Firasat buruk? apa maksud mu mengenai apa yang akan kulakukan nanti?". tanya ku yang penasaran.

"entahlah, firasat ini yang pernah ku rasakan, ketika aku membantu Abah untuk melawan Raja Kuntilanak Merah". ucap singgih.

"memang apa yang terjadi". ucap ku.

"Banyak hal terjadi di sana, bahkan sampai aku, Rakhsan dan Imkar. Hampir tidak dapat melakukan apa pun untuk membantu Abah kala itu, padahal sebelum nya rasa percaya diri ku memuncak, tapi ketika melihat ilmu nya secara langsung membuat ku ingin pergi untuk kabur, namun Abah.. ya Abah... ia terus berdiri dengan tatapan begitu tajam, seolah tidak ada rasa takut di dalam diri nya, ia terus memanjakatkan kanuragan dan amalan-amalan yang akhir nya ia berhail mengalahkan Mahkluk itu, walaupun menghabiskan waktu 13 Hari 13 Malam". ucap nya.

"Apa 13 hari? bukan kah itu terlalu lama". ucap ku kembali.

"mungkin untuk kau yang hanya mendengar cerita ku berfikir itu terlalu lama, namun tidak hal nya jika kau melihat nya secara langsung, itu begitu cepat". ucap singgih.

"Yasudah aku tidak ingin membuat mental mu semakin jatuh sebelum pertarungan, istirahatkan lah raga dan batin mu". ucap singgih yang langsung pergi menghilang.

Aku pun terdiam sejenak setelah mendengar Cerita singgih, namun aku tidak boleh larut seperti ini, aku tidak bisa terus berfikir negatif seperti ini, karna aku pasti akan bisa seperti Abah, dan seperti apa yang Abah lakukan.

"Yuni, aku akan menjemputmu"

"Di mana ini?". ucap ku

Aku terbangun di hutan yang begitu gelap, padahal semalam aku yakin bahwa aku tidur di kamarku.

"Tenang kevin, akulah yang membawa sukma-mu kemari." ucap kakek.

Aku cukup di kagetkan dengan kemunculan seluruh khadam milik-ku, terkecuali Nyai.

"Dimana kita kakek?." tanyaku.

"Kita berada di gunung Salaka, tempat dimana kau akan menemui iblis itu " ucap kakek.

"Lalu reruntuhan apa itu kakek?" tanyaku.

"Itu adalah reruntuhan dari kerajaan Salakanagara." ucapnya kembali.

Ketika aku sedang berbincang dengan kakek, aku di kagetkan dengan perubahan wajah cakara yang menjadi cukup beringas.

"Ada apa cakara?" tanyaku.

"dia... tak lama lagi ia akan datang" ucap cakara.

"Anjing memang hebat mencium bau." ucap singgih.

Kali ini Singgih menampakan wujud aslinya, dengan tinggi sekitar 15-17 meter, bahkan aku sampai sulit untuk melihat wajahnya, dia memiliki wujud persis seperti macan hitam dengan taring tajam dan begitu tajam, dan ia memiliki mata berwarna hijau terang di sebelah kiri dan putih redup di sebelah kanan, entah itu abu-abu atau memang berwarna putih, sampai sekarangpun aku masih belum bisa memastikannya.

"Diam saja kau kucing besar, aku akan membuatmu mengakui kekuatanku, lagipula aku bukanlah siluman anjing" ucap cakara.

"Kenapa tidak sekarang kau buktikan? anjing kecil ..... " ucap singgih yang mendekatkan wajahnya ke cakara.

"Hentikan singgih, kita di sini bukanlah untuk berkelahi satu sama lain". ucap ku yang mencoba melerai perkelahian mereka.

Mendengar ucapanku, merekapun langsung menurut dan menenangkan diri.

"Kevin.. sebaiknya kita segera ke tempat iblis itu sekarang, aku rasa dia sedang menunggu kita" ucap patih.

"bukankah cakara mengatakan dia akan segera datang?" tanya ku.

"ya memang, dia akan datang ke rumahnya, dan kita tidak memiliki waktu banyak, sebelum ia kembali pergi." ucap patih.

Lalu patihpun memimpin perjalanan kami menelusuri gelapnya hutan, tapi entah mengapa, ketika aku sudah memasuki hutan, aku melihat cukup banyak obor menyala yang tertempel di pohon-pohon, seolah-seolah sudah ada yang menyambut kedatangan kami.

Ketika kami sudah cukup lama berjalan, tubuhku di buat gemetaran, dengan suara tangisan yang begitu hebat, suaranya tidak memilili sumber yang tepat, melainkan seperti kami di kelilngi oleh suara tangisan.

"36 tidak.. 57 tidak... 172 tidak.... 202... yaa 202." ucap cakara.

"Apa maksudmu cakara?" tanyaku.

"Kita di kelilingi oleh 202 iblis sekarang, dan semuanya adalah kuntilanak... tidak... ada 1 yang berbeda, sepertinya ia adalah pemimpinnya." ucap cakara.

"Kevin... mulai sekarang, seluruh amalan terkuatmu tidak akan berguna, terkecuali kanuragan dan patigamanmu lah yang hanya dapat kau gunakan sekarang". ucap kakek.

"Berarti kita akan bertearung secara fisik? bagaimana itu bisa terjadi kek?". tanya ku.

"Karna iblis yang akan kita hadapi, memili tingkatan ilmu di luar fikiranmu, kemungkinan besar seluruh amalan yang kau miliki sekarang, tidak akan berpengaruh padanya." ucap kakek.

Setelah mendengar ucapan kakek, aku akui mentalku cukup jatuh saat ini, dan kembali terlintas di fikirkanku apakah aku bisa mengalahkan-nya hanya dengan mengandalkan kanuraganku.

"SIAPA KALIAN !! BERANI NYA KALIAN MEMASUKI DAERAH KANJENG DWI PRASNOWO." Ucap seorang JIN yang memiliki tubuh ular dan berkepala manusia.

"Aku kemari untuk melenyapkannya." ucap cakara.

"MELENYAPKANNYA !!! KAU BAHKAN TIDAK AKAN PERNAH DAPAT MENEMUI NYA." ucap makhluk itu kembali.

Lalu tidak lama aku merasakan tekanan energi yang sungguh luar biasa hebatnya, sampai-sampai aku hampir terjatuh karna tekanannya itu.

"Nama makhluk itu adalah Hanum angkaraksa, dia adalah tangan kanan dari Dwi prasnowo, sebelum kita dapat mengalahkannya, kita tidak mungkin dapat menemui tuannya." ucap kakek.

"HAI SILUMAN ULAR, TURUNLAH KEMARI... BIAR KU TELAN KAU." ucap singgih yang terlihat cukup marah.

"Jangan kau kira aku akan takut hanya karna kau keturunan amsyah." ucap makhluk itu.

Dan tanpa di duga Hanum langsung menghampiri singgih dengan begitu cepat, sampai singgihpun terpental cukup jauh, teelihat Singgihpun tidak mau kalah diapun memberikan perlawanan yang cukup sengit.

"Biarkan siluman ular itu bertarung dengan Singgih, lebih baik kita bersiap-siap karna ratusan kuntilanak itu akan segera menyerang." ucap patih yang yang sudah mulai melafalkan beberapa amalan.

Akupun tidak mau kalah, dan sudah cukup lama aku selalu di lindungi oleh kakek, nyai dan khodam-ku yang lain, kali ini aku harus bisa bertarung dengan tanganku sendiri.

Tiba-tiba aku tidak mendengar lagi suara tangisan, suara itu berhenti serentak, suasana berubah begitu hening, hanya terdengar suara patih dan hanum yang sedang berterung.

"HHAAAAAAAAHAAAAAAAHAAAAAAAA"

Salah satu makhluk menghantamku begitu kencangnya sambil berteriak, akupun sampai kaget dan sedikit terdorong, untung saja aku sudah membangun benteng badan sehingga dampak serangan yang ia berikan dapat di minimilasir, akupun langsung menarik tangannya dan ku banting ke tanah dengan kencangnya.

"Aku berhasil." ucapku.

"Jangan senang dulu kevin, pertarungan sesungguhnya baru akan di mulai sekarang." ucap patih yang sedang sibuk bertarung dengan gagahnya.

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya

close