Jejak Misteri Kisah Nyata Memedi
Aku Mia Audria anak pertama dari kedua adik ku,, namun satu adik ku harus terlebih dahulu pulang kehadirat Tuhan yang maha Esa.
Aku tinggal dengan nenek ku dikampung setelag papa dengan mama ku berpisah,,
dan harus tinggal dikota masing-masing.
Ini kisah ku saat duduk dibangku SMP,,
Waktu itu usia ku genap 13tahun..
Sebuah kesakaian ghaib.
Awalnya kepekaan ku sudah aku alami sejak masih kecil dengan kejadia-kejadian ghaib namun semua itu sebatas merasakan saja..
Tapi kini sering telinga ini mendengar rintihan kesakitan,, meminta tolong,, juga memanggil nama ku di balik kegelapan.. sering juga suara nenek-nenek juga kakek-kakek memanggil ku..
Namun untuk indra penglihatan belum pernah sama sekali terbuka.
Sementara dikampung nenek ku ini terkenal ada nya beberapa tempat yang disakralkan,, atau dianggap wingit (angker) bagi manusia pada umum nya.
Terbuka nya mata batin ku
Kejadian tu ketika pindah ke Bogor tinggal dengan mama ku.. sebuah kota baru buat ku..
Pertengahan tahun 2007 di Panarangan yang dekat banget dengan sungai cisadane dan hutan lindung milik pemerintah setempat.
Karena disitu aku hanya punya satu teman deket dan orang nya sangat baik,, kakak angkat buat ku.
Andi :Mia entar sore ikut yok ke dalam hutan ada tempat seru
Mia :hah,, apaan itu ndik??
Tanya ku karena memang belum tau daerah situ
Andi :nonton sepak bola dilapangan dalam hutan tu
Mia :ohh ada lapangan didalam sana ya??
Andi :ia Mia ada,, entar sore aku jemput ya sambil main sepeda kesana
Mia :oke deh
Andi ini kalau dari umur tuaan dia jauh karena dia saat ini sudah kelas satu SMA.. tapi dia mau berteman sama aku karena aku memang tomboy saat itu 😁
Sore itu akhir nya Andi hampiri aku dirumah,, setelah berpamitan sama mama kami pun pergi dengan sepeda masing-masing,, sebenar nya kalau jalan kaki itu dekat lapangan bola itu,, hanya tinggal sebrangi sungai cisadane jalan masuk bentar sampai..
Karena kami berdua bersepeda harus mutar lewat jalan raya baru masuk kegerbang hutan.
Pas mau masuk digerbang itu aku mendengar suara kakek-kakek
"Hati-hati neng"
Tapi aku cuek saja dengan bisikan itu,, kami terus masuk kehutan yang sangat rimbun dengan pepohonan yang besar,, terkadang juga melewati kayak labolatorium untuk penakaran tumbuhan juga penelitian dari dinas perhutani..
Akhirnya kami sampai disebuah tangga yang mana sepeda hanya sebatas sini untuk masuk kehutan
Andi :Mia,, kita istirahat dulu ya
Mia :oke dah,, masih jauh ya ndik??
Andi :ga,, dibawah sana sudah sampai
Kami yang duduk ditangga paling atas dengan melihat kearah anak tangga yang menurun itu.
Andi :Mia kamu percaya ga kalau ada mitos ditangga ini.
Mia :hah,,. Mitos?? Apaan emang??
Aku yang kebingungan soal mitos didaerah situ,, ya maklum lah ya aku baru pindah kesini jadi sama sekali ga tau apa-apa..
Andy :kata orang nih ya,, kalau kita manuruni anak tangga ini jumlah nya pas seratus terus berdoa akan dikabulkan,, atau yang datang bareng pasangan hubungan nya akan langgeng.
Mia :masih saja percaya dengan mitos begituan (sambil ketawa ngakak donk aku)
Kenapa kamu ga ajak teh Devi pacar kamu ndik??
Namun dia malah cuma nyengir sambil obrolkan yang lain sampai kami duduk disitu cukup lama kurang kebih lima belas sampai dua puluh menit gitu.
Tiba-tiba kurasakan angin yang tiba-tiba berhempus pelan,, bikin adem dan terasa sejuk..
Namun aneh nya pohon bambu dibelakang kami bergerak nya seperti dihembus angin yang kenceng banget.. batang-batang bambu yang berderit,, melanting kesegala arah,, dan daun-daun yang bersuarakan berisik banget..
Dan tiba-tiba anak tangga itu hilang menjadi jalan yang lurus menurun..
Disaat itu juga Andi malah kebelet kencing
Andi :bentar ya Mia,, aku kebelet pipis nih
Mia :hah,, mau pipis dimana ndik??
Andi :bentar aja,, tembak semak-semak situ juga kelar
Mia :ehhh ndik...
Saat aku mau cegah dia tapi keburu dia lari duluan,, mau aku kejar juga ga mungkin kan..
Sementara diarea ini aku merasa ada yang tidak beres.
---Note---
Saat dialam terbuka sebaik nya kalau kebelet pipis dan tidak bisa ditahan lagi,, lakukan dengan permisi terlebih dahulu.. karena kita tidak tau jika itu mengusik atau mengganggu mereka yang tidak terlihat oleh mata
---xxx---
Dengan kejadian itu entah hanya aku sendiri yang merasakan atau Andi juga sama merasakan nya.
Namun ditengah keganjilan itu dia malah berlari disebuah semak dibawah rimbunan bambu itu untuk buang air kecil.
Sore itu aku putuskan untuk pulang saja, tidak usah dilanjut jalan kelapangan, hal aneh sudah aku alami juga takut nya Andi yang buang air sembarangan ada apa-apa dengan nya.
Sesampai dirumah ku lihat mama yang sedang duduk diteras rumah habis menyiram bunga-bunga kesayangan nya.
Mama :Mia kok sore pulang nya.
Mia :iya main keliling hutan tadi ma
Mama :iya lain kali ga boleh sampai sore main disana ya, pamali anak gadis main dihutan, Andi jangan jauh-jauh ajak Mia main ya nak.
Andi :iya tante,, tadi cuma bersepeda bentar terus duduk ditangga.
Lalu aku bercerita kemama soal kejadian tadi, sampai cerita soal Andi yang pipis sembarangan.
Namun disitu Andi potong cerita ku
Andi :ehhh mana ada aku kencing disitu ya, bohong banget mia
Mia :lah tadi kan emang kamu pamit buang air dibawah pohon bambu itu ndik
Andi :engga lah, aku kan duduk disebelah mu ga kemana-mana Mia
Mama :loh.. loh... kok jadi begitu cerita nya beda antara kalian berdua
Andi :engga lah tante mana berani Andi kencing sembarangan ditempat begitu,, serem.. bagus ditahan sampai dirumah.
Mia :loh jadi,, tadi....
Antara bingung atas kejadian itu dan Andi juga menceritakan berbeda kemama kalau tidak ada hal-hal aneh seperti Mia alami.
"Jadi siapa yang sama Mia tadi, yang berlari mau buang air kecil itu"
Rasa bingung ku yang menjadi sebuah tanya, sementara aku menunggu dia balik sambil mendengarkan musik dari walkman yang aku bawa.
Sedangkan aku juga menahan mual saat menunggu Andi datang lagi.
Rasa mual yang disebabkan karena benturan sebuah energy ghaib.
Sementara sebelum kami berdua beranjak pulang, saat mengambil sepeda ku lihat dibawah rimbunan bambu sebuah sosok berkebaya merah,berkemben warna hijau, berkain coklat, terhias selendang tipis warna hijau,, seperti seorang penari ronggeng.
Namun setelah obrolan itu aku tiba-tiba terbangun disore hari masih mengenakan seragam sekolah dikamar ku.
Hah apa itu semua mimpi??
Mia :mah, Mia pernah cerita ga sama mama kalau Mia pernah kehutan bareng Andi??
Mama :ya ampun Mia itu kan seminggu yang lalu sayang, masak lupa.
Mia :ohh seminggu lalu ya mah
Mama :kenapa kamu mimpi ya, dah lah mandi sana udah sore
Sungguh kenapa aku mengira itu baru tadi aku lalui semua itu, tapi sudah seminggu berlalu.
Dan seminggu ini apa yang aku lakukan, bagai orang amnesia yang tidak mengingat apa pun selain kejadian itu.
Dua hari setelah aku terbangun dari tidur, aku berniat datang kehutan itu sendirian tanpa memberi tau mama atau pun mengajak Andi.
Ku kayuh sepeda ku hanya berpamitan sama mama untuk muter komplek perumahan saja.
Saat kembali melewati gapura masuk itu sebuah bisikan kakek-kakek terdengar
"Mau kemana neng?
Ku lalui saja gerbang masuk itu dan abaikan pertanyaan ghaib itu. Terus ku masuk kedalam hutan dan tiba ditangga menurun itu yang gelap karena rerimbunan pohon bambu.
Aku duduk ditangga paling atas dengan posisi yang sama saat datang kesini dengan Andi.
Tidak seberapa lama mulai semua berubah.
Alam yang semula tenang berhembus angin dengan wangi bunga melati,, anak tangga yang berubah menjadi lorong yang berkabut.
Posisi duduk ku sudah tidak diatas anak tangga namun disebuah batu yang besar ukuran nya.
Lalu dari dalam lorong yang tertutup halimun itu berjalan pelan sebuah wanita yang aku lihat waktu itu, wanita bekebaya merah itu kini berdiri dibawah batu yang aku duduki.
"Neng ngapain sendirian disini"
Suara yang sangat lembut terdengar oleh ku
Aku hanya menggelengkan kepala lalu turun dari posisi duduk ku, hingga kami saling berhadapan yang berjarak sangat dekat.
"Ayo ikut masuk,, sudah ditunggu didalam"
Ajak nya
Mia :iya teh
Jawab ku mengiyakan namun hati ku bertanya mau dibawa kemana aku, siapa yang menunggu ku didalam Sana?
---Note---
Anugrah keistimewaan mata batin memang akan menjadi sangat janggal bagi mereka yang tidak memiliki, terkadang dianggap omong kosong bahkan gila bagi mereka yang tidak pernah tau kehidupan alam lain itu.
Jangan pernah menyangkali yang bulum terlihat oleh mata, misteri itu ada menyelimuti dimensi kita yang akan mudah tertembus.
----xxx----
Mia yang kembali kehutan sore itu seorang diri tanpa meberi tahu siapa pun.
Akhir nya sampai ditangga itu, ia yang duduk dengan posisi yang sama seperti pertama kali datang kesini dengan sahabat nya Andi.
Semua berubah dan ia tertuduk disebuah batu yang besar hingga sosok berkebaya merah itu keluar lorong didepan nya, lalu mengajak Mia mengikuti nya masuk kedalam lorong itu.
"Ahhh ini pasti hanya mimpi"
Batin Mia yang serasa tidak percaya dengan kejadian yang ia alami saat ini
Mia :teh, teteh ini siapa?
Aku yang mulai bertanya karena memang belum tau siapa sosok ini.
"Aku nyai ayu puspa dewi"
Jawab nya
Mia :kita akan kemana ya?
Aku yang kembali bertanya.
"Panggil saja saya nyai ayu, nanti neng akan tau saya yang diutus untuk menjemput neng"
Mia :iya teh.
Mia yang hanya mengikiti langkah itu menyusuri lorang hingga masuk jauh kedalam.
Dan aku yakinin ini semua hanya mimpi semakin aku tidak mengerti semakin yakin jika semua ini hanya bunga tidur ku.
Semakin jauh kami berjalan semakin menipis kabut dilorong ini, terlihat sebuah gapura yang samar didepan sana menyala sinar keemasan.
Namun seakan langkah kami tidak sampai mendekati gapura itu; apa karena jalan nya terlalu pelan.
Lalu tangan nyai ayu menggandeng ku, serasa lembut tapi dingin kurasa kan.
Baru lah tiba-tiba dia berhenti melangkah didepan gapura emas itu dengan jarak yang tidak begitu jauh.
"Neng tunggu disini sebentar"
Lalu sosok itu masuk meninggalkan ku sendirian
Kulihat sekeliling semua terselimut halimun putih tidak ada yang bisa aku lihat kecuali gapura didepan ku, yang jalan tengah nya pun tertutup kabut. Sisi belakang hanya lorong yang menghitam.
"Ini dimana ya?
Sebuah tanya yang kini mulai muncul didalam hati. Ahhh mimpi kok seperti ini.
Sampai sosok itu kembali menghampiriku
"Neng boleh masuk, tapi yang dibawa eneng tidak boleh dibawa"
Ungkap nya
Sementara aku ga tau apa yang telah aku bawa, sampai keras berfikir..hanya walkman yang aku bawa, ku lepas handfree yang masih melekat ditelinga ku ini.
Mia :ini Nyai
Jawab ku sambil menunjukan walkman
"Bukan itu neng"
Mia :saya ga bawa apa-apa lagi teh, cuma ini !
Lalu sosok nyai ayu itu tersenyum
Sambil berkata
"Itu yang dibelakang neng"
Sepontan ku nengok kebelakang ku
"Asragfirullah"
Teriakku yang ketakutan berlari kebelakang Nyai ayu.
Jantung berdegup kencang menahan rasa kaget juga ketakutan ku yang tidak terelakan lagi.
Ternyata yang dibelakang ku sudah ada sesosok nenek-nenek dengan kebaya putih dengan kain bawahan warna coklat; yang bikin merinding bukan nenek ini tapi disebelah nya harimau loreng yg segede sapi besar.
Mia :i..... it... itu siapa?
Tanya ku yang ketakutan
"Harusnya saya yang bertanya sama eneng mereka itu siapa"
Jawaban Nyai ayu.
Mia :sumpah Nyai saya ga tau
Sambil menahan takut sampai badan ku bergetar menggigil terasa.
"Ya sudah neng, apa yang neng bawa tinggal saja diluar, ayo masuk"
Nyai ayu yang menggandeng tangan ku, mengajak ku masuk kedalam dan meninggal nenek yang berdiri dengan kedua tangan dibelakang seakan diumpetin, yang disamping nya hewan buas yang sangat besar.
"Tunggu,, jangan masuk,, kalau anak itu masuk kedalam kami juga masuk mengikuti anak itu pergi"
Terdengar suara nenek yang seakan marah melihat ku akan diajak masuk kedalam gapura emas itu.
Juga terdengar geraman harimau itu sangat menakutkan, geraman itu terus terdengar sampai tangan Nyai ayu melepaskan tangannya dari tangan ku.
Sambil tersenyum Nyai ayu berkata padaku
"Jadi gimana neng, semua terserah neng mau dibawa atau ditinggal"
Mia :ya udah biarkan mereka ikut Nyai.
Jawab ku yang tidak tau harus berkata apa.
"Kalian boleh ikut, kamana pun gadis ini pergi"
Kata Nyai ayu.
Dan seketika kebulan asap putih kehitaman menutup mereka, namun sebelum hilang terlihat seperti kesedihan diwajah nenek itu,dan terlihat air mata mengalir dimata harimau itu. Sampai semua asap itu menghilang diikuti dua sosok tersebut.
---Note---
Terkedang manusia tidak pernah tau siapa mereka, berniat apa mereka. Sampai terkadang juga tidak pernah menyangka jika ada yang selalu menjaga diri kita melalui maghluk astral.
Kembali kekeyakinan hati sebagai mana pun kita yang tercipta sebagai insan, sama hal nya mereka yang tercipta juga sebagai hamba illahi.. tetap berpegang dengan kunci keimanan.
----xxx----
Mia yang mengijinkan sosok nenek dan harimau itu ikut, lalu menghilang seketika.
Mia masuk kedalam dengan mengikuti langkah Nyai ayu. Menembus kabut itu, yang ternyata dibalik kabut itu suasana agak remang-remang dengan hutan yang sangat indah, pepohonan cemara yang rapi disisi kanan juga kiri.. angin yang menerpa sejuk mebelai mebuat ku betah rasa nya.
Mia :ini dimana ya?
"Ikut saja neng"
Jawab Nyai ayu dengan senyum nya.
Aku hanya melangkah dengan diam kan sambil menyaksikan dua kupu-kupu berwarna kuning yang ikut mengiringi langkah kami berdua.
Seakan mereka menjadi pengawal ku; atau mereka jelamaan nenek dan harimau besar tadi?
Sebuah tanya yang tidak mampu menemukan jawab nya.
Hingga sebuah pasar dengan keramaian aktivitas riuh dengan penjual juga pembeli nya, layak nya pasar traditional dipinggiran desa.
Pakaian khas adat lama yang wanita mengenakan kebaya, ada yang hanya kemben sedada, laki-laki nya mengenakan baju warna hitam dengan dua macam ada yang berlengan panjang ada juga yang tidak berlengan.
Mata mereka salalu meperhatikan kami ketika melintas. Terlebih kearah Nyai ayu, sambil tersenyum dengan kepala agak merunduk tanda menghormati.
Sampailah disudut pasar dengan perkampungan yang asri, rumah-rumah seperti dijaman dulu berdindingkan anyaman bambu denga pintu kayu berwarna biru, atap dari tatanan jerami, disemua depan rumah nya pasti terdapat bale untuk tepat duduk, ada lampu damar disisi pintu depan rumah.
Sebuah desa yang sangat indah jalan tanah dengan pinggiran pagar bambu yang memanjang mebuat seakan melintasi dimensi waktu kembali kemasa lalu.
Sepanjang melewati desa kami tidak mengobrol sama sekali. Sampai tiba-tiba gerbang emas seperti tadi kini terlihat lagi. Kalau pun ada gerbang ini harus nya dari kejauhan sudah terlihat
Sampai langkah kami berhenti.
"Kita sudah sampai neng"
Nyai Ayu yang kini mebuka omongan
Mia :ini dimana nya?
"Masuk saja nanti juga neng tau"
Kembali ku ikuti langkah wanita itu setelah melintasi gapura kedua namun sama ini. Suasana seketika berubah. Panas, badan terasa berat, sangat jauh digantikan suasana adem nya pedesaan nan asri itu kini suasana sangat panas, kurasakan peluhan keringat yang menetes dari dahi ku.
Didalam mata ini melihat keanehan, terdapat sebuah kolam yang berbentuk lingkaran yang tidak sempurna, ukuran yang aku kira-kira kan sekitar dua meter. Diatas kolam itu terdapat sebuah kolam lagi diatas nya dengan ukuran yang lebih kecil, lalu diatas nya ada sebuah patung buaya yang dililit seekor ular berkepala tiga.
Semakin aku amati patung itu terasa sakit di ulu hati. Sakit yang sangat susah untuk digambarkan.
Sampai
"Neng kenapa"
Sebuah tanya keluar dari suara lembut Nyai Ayu.
Mia :ga Nyai, kenapa setiap saya lihat kedalam patung itu ulu hati saya terasa sakit.
Namun tidak ada jawaban dari mulut Nyai Ayu hanya senyuman yang terlihat berbeda kini, sebuah senyum sinis mengarah pada ku.
Dia hanya melanjutkan langkah yang aku ikuti meninggalkan kolam itu, sampai kesebuah bangunan kono yang megah, bangunan yang sangat penuh ukiran unik dengan pelataran yang sangat luas. Disebelah kan ada sebuah gasebo beratap kubuah berwarna putih dengan angrek yang mengelilingi, bunga yang berwarna nya menyala hijau kekuning-kuningan.
Lalu disebelah kiri ada seperti danau yang tidak begitu luas.. lalu ada tangga yang menaik menuju sebuah bangunan lagi diatas nya.
Kami yang terus berjalanan meniti anak-anak tangga itu yang terlihat seperti altar bangunan kuno yang unik. Sesamepai diatas kembali hiasan patung yang sama seperti dikolam depan tadi terlihat.
Setiap mata ku melihat kearah patung itu, ulu hati sangat sakit terasa.
"Nanti jangan takut dengan apa yang neng lihat didalam sana"
Nyai Ayu meberikan ku isyarat
Mia :memang nya ada apa didalam sana?
"Nanti neng lihat sendiri, jangan takut"
Imbuh nya.
---Note---
Gelap jika semakin dimasuki hanya akan menapaki gulita, untuk itu selalu melangkah lah dengan hati yang penuh keyakinan. Sedikit keraguan akan mebawa kedalam lubang yang semakin kelam.
----xxx----
Mia yang menaiki anak-anak tangga mengikuti langkah didepan nya, telah mencapai bangunan kedua yang seperti altar kuno itu. Sebuah peringatan untuk tidak boleh merasa takut ketika sudah masuk kedalam.
Jantung yang berdetak kencang menahan rasa tamut dalam dada ku seakan terbaca oleh Nyai Ayu, dengan senyum sinis nya ia mengajak masuk kedalam.
Terbuka lah pintu yang besar itu
Nyessssssss
Sangat dingin hawa didalam ketika memijakan kaki kedalam ruangan itu.
Mia : ass....
"Sttttttttt"
Ketika aku mau mengucapkan salam yang sering aku ucapkan dimana pun ketika mau memasuki rumah, atau ruangan. Tiba-tiba langsung dipotong ucapan salam ku oleh Nyai Ayu dengan telunjuk jarinya yang menempel dibibir, dengan tatapan seakan tidak suka..
Ku lihat semua nya gelap.
Ingin aku bertanya "tempat apa ini", namun terpendam sudah pertanyaan itu dengan diam ku yang mengikuti langkah nya menuju kedalam. Hingga semua menjadi terang benderang.
"Yang menunggu eneng ada disana"
Kata Nyai Ayu sambil menunjuk kedepan yang silau akan cahaya.
"Ikuti saya"
Ia mengajak dengan berjalan.
Namun posisi kini aku yang didepan Nyai Ayu dengan kedua tangan nya ada dipundak (seperti mendorong dari belakang); sesekali tangan nya menepuk-nepuk pundak ku, dengan tanda semakin dekat, dan berlahan semakin memudar cahaya dihadapan ku ini.
Sesampai semua terlihat jelas.
Sebuah pemandangan yang benar-benar membuatku takut untuk menyaksikan itu, hingga aku berlari balik badan dengan menepiskan kedua tangan Nyai Ayu. Aku berlari sekencang-kencang nya meninggal kan ketakutan itu namun semua gelap, ruangan itu seakan tidak ada ujung.. hanya terdengar tertawa cekikian wanita yang terus aku dengar.
Sampai sebuah tangan menepuk bahu ku dan terkulai jatuh tidak sadarkan diri lagi.
Hingga aku ditemukan warga yang mebawa ku pulang dalam keadaan pingsan pas diatas anak tangga itu.
Mia :ma,, mama
Mama :ia syg kamu sudah sadar nak
Ku buka mata yang kini terbaring dikamar ku. Dengan mama yang menunggui ku.
Terdengar banyak orang ada diruang tamu, yang membicarakan tentang aku juga keangkeran area yang menuntun ku ke alam ghaib.
Jalan pulang akan ada selagi kita tidak tenggelam oleh tipu daya setan.
Maghluk yang mebuat ku lari ketakutan didalam sangat banyak maghluk yang setengah manusia bawah nya hewan, ada yang badan ular,, buaya hitam, kadal warna hijau,, yang mengerumuni maghluk berbadan buaya warna putih.. saat aku melihat semua maghluk itu menoleh kearah ku dengan wajah yang semua mengerikan, tatapan mata yang tajam seakan menyala.. mulut dengan taring-taring nya.
Dan yang menepuk bahu ku saat berlari itu adalah nenek tua yang ikut masuk dengan harimau besarnya. Yang setelah ditanyakan oleh Beberapa kyai juga ustadz beliau adalah moyang dengan ilmu nya.
Kini aku tetap menjalani kehidupan normal selayaknya yang lain, dengan segala ghaib yang akan menjadi bagian dari hidup ku. Tugas ku kini hanya menuntun juga menjaga Mia yang lain dengan apa yang telah terwarisi oleh leluhur ku.
Kekuatan mutlak bersumber dari suci nya hati, rasa takut itu kikisan rasa yang mesti dibalut dengan keyakinan bahwa Tuhan ada selalu menuntun juga menjaga.
Dihari libur sekolah ku, minggu pagi yang terlihat cerah, kota Bogor dengan kesibukan nya, Akan terasa tidak asik jika hanya dirumah mengurung diri didalam kamar. Kadang melihat keluar jendela menyaksikan mama yang sibuk mengurus bunga-bunga Indah nya.
"Aghhhhhh bosan
Mia :mama,, Mia main sepeda kehutan.
Teriak ku kemama sambil ku kayuh sepeda ku keluar rumah.
Mama :Miaaaaaaa
Wassallam
BACA JUGA : Sepenggal Kisah Teluh
KISAH MISTERI BERDASARKAN KISAH NYATA
-------------------------------------------------------
~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~