Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TAKDIR YANG TIDAK BISA KULAWAN (Part 8)


Di perjalanan pulang aku masih saja memfikirkan tentang kelakukan Pak Bima, dan jujur saja di dalam hati kecilku aku merasa senang, mungkin karna Pak Bima menyukaiku. Sekitar 40 menit di jalan aku pun sampai di rumah, aku pun lekas memasukan mobil ke garasi dan naik ke kamarku untuk langsung tidur.

Keesokan harinya akupun memutuskan untuk tidak pergi kemana-mana dan hanya diam di rumah karna hari ini ialah hari Minggu, Akupun menyeduh teh hangat dan ku bawa ke ruang tamu sekedar untuk bersantai. Sempat terfikir bahwa 2 bulan lagi aku akan menghadapi Ujian Nasional, dan rencana ku untuk meinggalkan rumah setelah lulus pun tidak lama lagi.

"heh bengong aja". Ucap ka' dina yang melompat ke arahku yang sedang duduk sambil merangkul leherku.

"ya allah, engga bengong, cuma lagi berfikir aja ka.. Oiya ka, kaka udah mutusin mau kemana setelah lulus nanti?". Tanyaku.

"Udah.. mau ke Universeitas negeri aja di jakarta, kaka khawatir sama mamah kalo kaka tinggal jauh, apalagi papah juga masih 6 bulan lagi kan baru resign dari kantor, kalo ade?". Ucap kakak ku yang meminum teh yang ku buat tanpa seizinku.

"kepo". Ucapku yang langsung meninggalkan-nya untuk naik ke lantai atas.

"heh.. ditanya malah pergi". Ucapnya yang sedikit meneriakiku.

Namun aku tidak menghiraukan-nya dan tetap pergi menuju kamarku, sesampainya di kamar aku pun mengunci pintu dan membuka jendela, agar aku dapat merokok. Aku pun tidak mau mengambil pusing apa yang akan ku jalani setelah lulus nanti, semakin ku berfikir malah akan membuyarkan keputusanku yang sudah bulat.

Lalu aku pun membuka laptop untuk chating sebentar dengan Hani dan langsung di lanjutkan dengan bermain game. Sekitar 3 jam lebih aku bermain, aku mendengar panggilan kakak ku yang berada di lantai bawah memanggilku. Aku pun langsung turun ke bawah dan ternyata thomas yang datang, aku pun langsung menghampirinya yang sedang duduk di ruang tamu. Kami mengobrol sebentar dan memutuskan untuk bicara di luar karna jika di rumahku kami tidak dapat merokok bebas. Aku pun izin untuk shalat ashar terlebih dahulu dan mengganti baju, setelah itu kami pun langsung pergi menuju 7-11 yang tidak jauh dari rumahku, setelah memarkirkan mobil kami pun membeli makanan dan minuman untuk bekal perbincangan kami.

"Vin.. thanks ya, sekarang bokap udah jauh lebih baik, dan udah ga pernah ngomong kasar sama aku". Ucapnya.

"Sama-sama tom, yang penting semuanya udah baik-baik aja, oiya ibumu gimana kabarnya?". Tanyaku yang ingin memastikan tingkah laku ibu tirinya.

"Dia memang dari dulu baik ko, cuma kesini-sini dia agak jadi pendiem aja.. emang kenapa ?". Tanya tomas

"ah gapapa, cuma sekedar tanya kabar aja". Jawabku yang masih belum ingin membokar rahasia ibu tirinya.

"oiya vin.. kamu bisa berkelahi kaya gitu belajar dari mana?". Tanyanya.

"Dari perguruan aku tom, kamu mau nyoba masuk?" ucapku

"Hmm pengen sih, tapi aku fikir-fikir dulu deh ya". Jawabnya.

"oh iya vin nih aku ada titipan dari bokap, katanya kalo ngasih langsung pasti kamu tolak, makanya dia nitipin aku" ucapnya sambil memberikan sebuah kotak Iphone kepadaku.

"Aduhhh... ini Iphone 5 ya? pasti mahal, gak usah tom aku ikhlas ko' ngebantu kamu". Ucapku yang menolak pemberian-nya.

"haha bokap juga ikhlas ngasihnya, yaudah ambil aja sih vin toh ini memang rezeki buat kamu, dan biar komunikasi juga gampang." Ucapnya

Karna desakan dari Tomas aku pun tidak dapat lagi membuat alasan untuk menolak, lagi pula sebenarnya aku juga senang mendapatkan sebuah ponsel baru, namun alasan aku sempat menolaknya ialah karna aku takut pahalaku menghilang karna menerima imbalan. Namun aku akan menganggap ini sebagai hadiah dari Pak Tomy.

Kami pun berbincang-bincang sampai tak sadar sebentar lagi sudah waktunya mahgrib, dan kami pun memutuskan untuk pulang ke rumahku, sesampainya di rumah aku pun menaruh ponsel yang di berikan oleh tomas dan langsung mengambil wudhu karna sudah waktunya shalat mahgrib dan tak lupa di lanjutkan zikir, sebenarnya aku ingin melanjutkan zikir sampai dengan waktu isya namun karna Tomas masih menungguku di ruang tamu aku pun mengurungkan niatku, setelah zikir singkatku, aku pun langsung menghampiri tomas di bawah dan kami pun melanjutkan obrolan kami.

"vin.. nanti setelah lulus kamu tinggal di rumah aku aja dulu, bokap juga pasti seneng". Ucapnya

"duh ga usah tom, salah satu niatku untuk keluar dari rumah kan karna ingin coba mandiri". Ucapku yang menolak tawaran-nya.

Lalu saat adzan isha berkumandang tomas pun izin untuk pulang, aku pun mengantarnya sampai ke depan rumah, setelah tomas pergi aku pun langsung pergi mengambil wudhu dan melaksanakn shalat isya, sebenarnya aku ingin mengajaknya untuk shalat, namun melihat dirinya yang sekarang sepertinya belum bisa, karna sebuah perubahan itu butuh adaptasi dan waktu, aku biarkan dia selalu melihatku shalat, berdoa dan berzikir. Dengan harapan timbul perasaan di dalam hatinya untuk shalat denganku.

Selesainya shalat aku pun membuka Kerdus Ponsel pemberian tomas dan karna aku cukup Gaptek (gagap teknologi) untuk masalah smartphone, aku pun menanyakan kepada ka' dina.

"Ciee HP baru, Iphone 5 lagi.. kaka aja belom ke beli". Ucap ka' dina yang meledeku.

"yaudah tuker aja sama punya kaka gapaa, lagian kevin bingung pakenya". Ucapku

"gak usah nanti kaka' beli sendiri, ini kan punya kamu de, sini kaka' ajarin". Ucapnya yang mengajak ku untuk duduk di sampingnya sambil mengajarkanku menggunakan iphone ini.

Sekitar 1 jam lebih di kamar ka' dina, aku pun kembali ke kamarku, namun ketika aku baru saja sampai di kamar, aku mendapatkan bisikan dari salah satu khadam ku.

"ia sudah bertindak". Bisik khadamku

Mendengar itu aku pun langsung menggelar sajadah dan memulai penerawanganku, dan aku pun tau siapa yang khadamku maksud, pasti ibu tomas. Di dalam penerawanganku aku pun melihatnya seperti sedang mengubur sesuatu di dekat pohon besar yang berada di belakang rumah, melihat itu aku pun sungguh sangat kesal, apakah dia tidak kapok dengan apa yang sudah kulakukan padanya, dan apakah ia tidak takut jika aku akan melapor kepada pak tomy.

Aku pun dengan sigap dan tidak main-main langsung mengirimkan khadam terkuatku, ya.. siapa lagi kalau bukan Rijalul ghaibku, aku pun meminta tolong kepada kakek untuk membuatnya jerah dan mengutus salah satu khadamku yang lain untuk pergi memeriksa sang Guru dari Bu Rina. Tak lama aku pun kembali mendapat laporan bahwa Sang Guru itu memang sedang melakukan Ritual dan benar saja, ketika aku sedang menerawangnya, tiba-tiba pintu di kamarku seperti ada yang menggebrak begitu kencang sampai membuatku kaget. Karna kesal aku pun langsung menyuruh beberapa khadamku untuk mengirim balik ke padanya dengan kekuatan penuh, aku sudah tidak perduli lagi jika sang guru akan mati di tanganku. Karna aku sudah tidak bisa melihat keluarga tomas hancur karna kelakuan wanita dan gurunya tersebut. Dan terlihat tubuh Dukun itu terlonta-lonta kesakitan, tubuhnya tidak berhenti kejang-kejang hebat dan sekali lagi... Aku tersenyum ketika melihat pemandangan seperti ini, kesenangan menyiksa seseorang yang telah berbuat jahat kepada orang yang kulindungi masih tidak dapat kuhilangkan. Namun ketika tubuhnya sedang kejang-kejang hebat ia pun seperti mencoba mengatakan sesuatu.

"A..AM..MPUN". Ucapnya dengan gagap.

Mendengar itu aku masih tidak memperdulikan-nya, aku ingin menyiksa pria ini sebelum aku membunuhnya, dia terus berteriak kesakitan sampai terus mengulangi kata-kata "ampun". Mendengar itu hati nuraniku tidak tersentuh sama sekali, rasa kesal dan emosi sudah menutupi hati nuraniju, dan Kakek pun tidak dapat menghentikanku karna beliau sedang pergi ke tempat Bu Rina. Ia terus dan terus melonta-lonta, terlihat kupingnya mulai mengeluarkan darah segar begitu juga mulutnya, mulai mengeluarkan busa, matanya melotot seperti ingin keluar. Namun Aku tersadar setilah melihat seseorang datang...

Seorang wanita beserta anak kecil menghampiri Dukun itu, mereka langsung memeluknya dan menangis, terlihat wanita itu sampai menangis tersendat-sendat melihat kondisi dukun itu, Aku pun langsung beranggapan bahwa wanita itu adalah istri dari Dukung itu. Melihat pemandangan seperti itupun secara tak langsung aku seperti mendapatkan tamparan hebat tepat di wajahku, Tidak kusadari air mataku pun menetes melihat pemandangan menyedihkan seperti ini, Seolah rasa benci dan rasa kesal yang sedang ku rasakan ini berubah menjadi rasa iba. Aku pernah mengalami kejadian ini sebelumnya, lagi-lagi rasa Ibaku mengalahkan Emosiku, jika sudah menyangkut istri atau pun anak, Hatiku pun berubah menjadi lunak. Aku pun langsung menarik kembali seluruh khadamku darinya dan menghentikan terawanganku, karna aku tidak tahan melihat hal seperti itu. Aku pun langsung menutup mata dan menarik nafas panjang di lanjutkan dengan membaca surat Al-ikhlas dan ayat kursi, untuk membuat jiwaku kembali tenang. 

Setelah perasaanku mulai tenang, aku pun kembali memeriksa keadaan Bu Rina, terlihat ia sedang di gotong oleh beberapa security beserta pak tomy ke kamarnya, mungkin kakek hanya membuatnya pingsan, aku pun memutuskan untuk menerornya terus menerus, aku ingin memberi ia kesempatan ke 2 kalinya, karna aku sudah cukup lelah mengurusi gurunya itu, sampai-sampai membuatku mengeluarkan keringat dingin. Setelah itu aku merasa ada yang aneh dalam diriku, tiba-tiba aku ingin berdiri dan mengambil sebungkus rokok dan korek yang ku taruh di laci meja belajar ku, aku pun menuruni tangga dan hebatnya di depan ibuku sendiri aku menyalakan sebatang rokok dan mulai menghisapnya, namun ibu dan kakaku yang sedang duduk di meja dapur hanya melihatku dengan rasa takut, mereka diam seribu bahasa, terlihat dari sorot mata mereka seperti melihat orang lain di dalam diriku, namun satu-satunya ekspresi yang dapat ku keluarkan waktu itu hanya ekspresi datar dengan tatapan serius, aku melihat sesaat ke arah mereka lalu aku memalingkan wajahku dan menuju ruang tamu dan duduk di sofa dengan kaki ku angkat menyilang, aku pun hanya melihat ke arah depan tanpa berfikir apapun, pada saat itu fikiranku sungguh kosong, dan aku pun tidak dapat memikirkan apapun. Dan sesaat kemudian aku melihat seluruh khadamku berada di sekitarku, mereka melihat ke arahku, lalu mereka menundukan kepala ke arahku, seolah mereka ingin menunjukan bahwa mereka menghormatiku tidak terkecuali kakek dan Nyai, namun... aku yakin suatu hal, bahwa yang mereka lihat bukanlah aku, walau pun aku yakin mereka sedang menatapku. Lebih anehnya aku pun mematikan rokok di telapak tangan kiriku, namun aku tidak merasa panas sedikitpun, bahkan tidak ada bekas luka sedikitpun. lalu aku mengatakan

"kau tau siapa aku? aku adalah ***** *********, Dengan bantuanku, kau bisa menjadi manusia yang kaya raya, dengan bantuanku, kau bisa menyingkarkan siapa pun yang kau inginkan. Tapi apa kau mau?". Ucapan yang keluar dari mulutku, dan aku yakin apa yang ku katakan barusan tertuju untuk diriku, diriku sendiri.
Lalu aku pun kembali ke dalam kamar dan mengunci pintu setelah itu aku merebahkan tubuhku ke kasur, lalu aku pun mulai memejamkan mata, dan tanpa ku sadari akupun sudah tertidur

Ketika aku bangun, aku melihat ibu dan kakak ku mengetuk-ngetuk kamarku. Lalu aku pun mencoba berdiri dan membuka kan pintu.

"Kevin... ini kevin kan?". Tanya ibuku sambil memegang erat tanganku.

"Iya mah, ini kevin lah, emangnya siapa lagi". Ucapku yang masih belum mengingat kejadian tadi.

"tadi tuh kamu aneh banget vin, mamah sama ka' dina sampe takut.. yaudah sekarang kamu istirahat lagi ya". Ucap ibuku.

Aku pun kembali menutup pintu kamar, dan duduk di meja belajarku, aku mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya, sampai-sampai ibuku mengatakan hal aneh seperti itu. Aku kembali menyalakan sebatang rokok untuk membantuku mengingat, walaupun mungkin ini hanya sekedar sugestiku. Dan.. ya... akhirnya aku dapat mengingat segalanya, secara tidak sadar aku pun menjatuhkan sebatang rokok yang sedang ku pegang, aku begitu kaget ketika mengingatnya. Apa aku kerasukan? siapa yang merasuki ku? aku terus bertanya-tanya dalam hati, dan akhirnya aku memutuskan untuk bertanya kepada kakek.

"Ada apa kevin? sampai membuatmu sebingung itu?". Tanya kakek yang tiba-tiba muncul di sampingku.

"eh kakek, padahal belum kevin panggil". Tanyaku.

"kakek hanya merasa kevin ingin bertemu kakek". Jawabnya.

"aku ingin bertanya kek, siapa kah yang telah merasuki tubuh kevin? dan mengapa seluruh khadamku tunduk kepadanya". Tanyaku.

"maaf kevin, untuk itu kakek tidak berani memberi taukanmu, suatu saat nanti kau akan mengetauinya, dan beliau juga salah satu khadan milikmu". Ucapnya yang membuatku sedikit kaget.

"baiklah kek, bisakah aku bertanya kepadanya secara langsung, seperti yang biasa aku lakukan dengan kakek dan nyai". Tanyaku.

"tidak.. ilmu yang ia miliki berkali-kali lebih tinggi dari kakek, dan beliau belum ingin bertemu langsung dengan mu". Jawab kakek.

"jika aku tidak boleh bertanya siapa beliau, aku ingin menanyakan alasan beliau mengapa samapi merasuki tubuhku". Tanyaku.

"mungkin beliau ingin mencoba memberitaumu sesuatu". Ucapnya

Lalu setelah itu kakek pun kembali menghilang, aku pun tidak habis fikir, kekuatan yang kakek miliki sudah lah sangat besar menurutku, namun.. kakek sampai nenundukan kepalanya kepada khadam itu, dan kakek pun mengatakan kepadaku bahwa kekuatan yang khadam itu miliki berkali-kali lebih besar dari kakek. ketika aku sedang serius berfikir, tiba-tiba Ponselku berbunyi tanda ada panggilan masuk. Setelah aku melihat ternyata itu adalah panggilan dari tomas, aku pung langsung mengangkatnya.

"Halo vin? bisa ke rumah gak sekarang? ibu aku vin.... ibu aku seperti orang gila, bahkan aku tidak dapat melihat titik hitam di matanya, setelah melihat kamu melakukan hal seperti kemarin, aku kira kamu mengerti apa yang sedang terjadi kepada ibuku". Ucapnya dengan suara yang jelas terdengar sangat khawatir dan gugup

"oke.. sekarang kamu tenang, aku kesana sekarang". Ucapku.

Lalu aku pun segera mencuci muka dan mengambil jaket, lalu pergi ke garasi dan mengambil sepeda, karna waktu itu ibuku sedang pergi berbelanja. Aku pun mengayuh sepedaku dengan santai dan terkesan tidak buru-buru, karna aku sudah tau siapa yang merasuki Bu rina. Sekitar hampir 1 jam di perjalanan menggunakan sepeda, aku pun sampai di rumah tomas, security seolah sudah tau akan kedatanganku, tanpa bertanya mereka langsung membukakan pintu gerbang. Lalu aku pun menaruh sepedaku di dekat lapangan basket dan langsung pergi ke dalam.

"Vin.. ibu aku di lantai atas". Ucap tomas dengan tergesa-gesa.

Aku pun mengikutinya untuk menuju kamar Bu Rina yang berada di lantai 2, Terlihat di sana Bu Rina sedang melonta-lonta dan di pegangi sejumlah securit dan terlihat Pak Tomy pun juga membantu memegangi istrinya, siapakah yang sedang merasuki tubuh Bu Rina? yang pasti bukanlah khadam ku, Melainkan ialah khadamnya sendiri, yang di perintahkan oleh kakek untuk merasuki tubuh Bu Rina. Sudah pasti karna Khadam milik Bu Rina takut akan kekuatan yang kakek miliki, karna itu ia menuruti suruan kakek.

Aku pun menghampiri Bu Rina yang sedang dalam posisi tertidur dan di pegangi oleh 4 security, Aku pun perlahan mendekat dan membisikan sesuatu. Setelah mendengar bisikanku, Bu Rina pun langsung tersadar dari kerasukan-nya, namun tanpa bisa mengucapkan satu hal pun ia langsung pingsan. Melihat itu Pak Tomy pun langsung memeluk dan mengusap-usap kepala istrinya yang sedang pingsan itu.

"Pak tomy, sepertinya dengan sangat terpaksa saya harus memberi taukan sesuatu yang mungkin akan membuat Pak Tomy sangat terkejut". Ucapku yang langsung membuatnya mengalihkan pandangan kepadaku.

"Apa itu dek kevin?". Tanyanya yang masih memluk istrinya.

"Tidak enak kita mengobrol disini, lebih baik kita mengobrol di bawah saja, dan biarkan Bu Rina untuk istirahat". Ucapku

Lalu Pak Tomy pun menyetujui permintaanku, dan kami bertiga pun turun ke lantai bawah menuju ruang keluarga. Sesampainya kami pun langsung duduk.

"Begini Pak Tomy". Ucap ku.

"Sebenarnya saya ingin mengatakan ini saat pertama kali datang ke rumah ini, hampir seluruh hal negatif terjadi di rumah karna ada pihak ke 3". Ucapku dengan serius.

"pihak ke 3? siapa?". Tanya Tomas

"iya tom, dan pihak ke 3 yang saya maksud ialah Ghaib, jin dan pesugihan". Ucapku yang mengagetkan mereka ber 2.

"walau pun saya jarang shalat, Demi allah saya tidak pernah yang namanya melakukan hal sebodoh itu". Ucap pak tomy.

"iya pak saya tau, dan maksud saya pun bukanlah pak Tomy, melainkan istri bapak sendiri". Ucapku.

"apa maksudmu? kau menuduh istri ku". Ucapnya yang langsung berdiri dan menunjuku sambil memelototiku.

"tenang pak, saya hanya mengatakan apa yang memang terjadi, dan saya yakin bapak juga melihat waktu Bu Rina mulai ke surupan bukankah dia sedang menggali sebuah lubang di pohon belakang? dan tidak kah bapak merasa semenjak kedatangan beliau, pak tomy selalu berkata kasar kepada tomas". ucapku yang mencoba menenangkan pak tomy.

Sambil menundukan kepala, terlihat wajah mereka berdua seperti tidak percaya apa yang barusan saja ku katakan, namun terlihat mereka mulai mempercayai perkataanku, sehingga nampak jelas kebingungan di wajah mereka.

"Sebenarnya saya sudah mengusir jin milik Bu Rina di pohon belakang, sampai-sampai iya memohon kepadaku untuk tidak mengatakan kepada pak tomy, dan aku mengiyakan ucapan-nya, karna aku ingin memberikan kesempatan terakhir kali kepadanya, namun ternyata ia mengulangi kebodohan-nya itu, ia kembali menghubungi guru Pesugihan-nya, namun aku sudah berhasil mencegah Bu Rina sebelum dia berhasil menanamkan santet di rumah ini lagi". Ucapku.

"tapi.. percaya atau tidaknya saya serahkan kepada Bapak dan Tomas, karna sungguh demi allah, sebenarnya saya tidak ingin mencampuri urusan rumah tangga bapak, namun karna saya sudah tidak tahan melihat pertikaian tomas dan bapak yang mana di belakangi oleh Bu Rina". Kembali ucapku.

Mereka masih belum bisa merespon ucapanku, yang mereka lakukan masih menundukan kepala.

"Baiklah, aku akan mencoba mempercayaimu, namun berikan saya sebuah bukti kuat, yang bisa membuktikan semua ucapanmu". Ucap pak tomy.

"Baiklah, ikut dengan saya". Ucapku.

Lalu aku mengajak mereka berdua untuk pergi ke pohon belakang tempat dimana Bu Rina melakukan penguburan syarat santet, sesampainya disana akupun mulai menggali dengan tanganku. Dan betapa kagetnya mereka berdua melihat sebuah kotak kayu yang berisi sebuah rambut panjang dan kain kafan yang memiliki bercak seperti darah. Tidak sampai disitu, aku mengajak mereka untuk pergi ke kamar Bu Rina, ketika sampai di kamarnya, terlihat Bu Rina masih pingsan karna kelelahan. Aku pun mengarah ke sebuah lemari besar berwarna putih yang terletak dekat dengan jendela. Lalu aku pun meminta bantuan tomas untuk membantuku mendorong lemari itu. Dan mereka kembali terkaget melihat apa yang tertempel di belakang lemari, disitu terdapat sebuah foto Pak Tomy yang di balut dengan kain kafan dengan bercak seperti darah. Melihat semua itu tiba-tiba pak tomy pun terjatuh, ia begitu terkejut dengan apa yang ia lahat, ia hanya bisa duduk di lantai dan bersender di kasur dengan tangan yang memegangi kepala, terlihat air mata mulai menetes dari wajahnya.

"Sany... maaf sany.... maafin akuu". Ucap pak tomy yang sudah tidak tahan menahan air matanya.

Pak Tomy pun menangis sambil menjambak rambutnya dengan kedua tangan, terlihat sebuah penyesalan yang begitu hebat tampak diraut wajahnya. Lalu Tomas pun memeluk ayahnya yang sedang terduduk di lantai. Namun aku sedikit penasaran dengan nama seseorang yang ia sebut tadi. Lebih baik untuk sekarang aku menahan rasa penasaranku ini, melihat kondisi Pak Tomy yang sangat syok. Aku pun meninggalkan mereka berdua di kamar dan menuju pintu depan, karna aku ingin menyalakan sebatang rokok.

"sudah berapa kali aku menyaksikan hal ini, sudah berapa kali aku melihat hal bodoh seperti ini, harus berapa kali lagi aku harus melihat hal seperti ini". Ucapku sambil perlahan menghisap sebatang rokok filter.

Sekitar 1 jam aku di teras bawah, tomas pun menghampiriku dan menyuruhku untuk masuk karna pak tomy ingin menemuiku. Akupun menurutinya dan pergi menemui pak tomy yang sudah menungguku di saung belakang. terlihat jelas di wajahnya tampak kekecewaan yang begitu besar,

"pak tomy". Ucapku yang memanggilnya, sambil duduk di sampingnya.

"sebenarnya beberapa rekan di tempat kerjaku, pernah memperingatkanku tentang istri ke 2 ku ini, namun aku selalu marah jika mereka menjelek-jelekan Rina, wanita itu.. wanita yang sangat cantik, dan begitu lembut. Dia adalah salah satu manager di kantorku, aku jatuh cinta kepadanya, saat aku masih memliki Sanny, Sanny ialah istri pertama yang mana ialah ibu kandung dari tomas. Hari ke hari, bulan ke bulan... akhirnya aku memutuskan untuk memiliki istri 2 yaitu Rina, namun Sanny tidak menyetujuinya dan lebih memilih menceraikanku jika aku nekat untuk menikah lagi, tapi aku tidak memperdulikan-nya dan tetap menikah dengan Rina, dan akhirnya sanny benar-benar menceraikanku, setelah itu ia memutuskan pergi membawa tomas, namun aku tidak mengizinkan jika tomas pergi dengan-nya, akhirnya kami berebut hak asuh sampai menuju persidangan, dan akulah yang memenangkan-nya. Tapi.. aku malah membuat tomas menjadi tempat pelampiasan segala amarahku, aku... sungguh menyesal". Ucapnya yang langsung kembali menjambak rambutnya sendiri dengan kedua tangan-nya dan menundukan kepala.

Mendengar itu, aku pun tidak dapat mengatakan apapun, aku hanya diam dan menyaksikan penyeselan pak tomy, ketika aku menengok ke arah tomas, ia pun terlihat meneteskan air mata, tapi ia mencoba menahan-nya sekuat tenaga.

"aku.. akan mengusirnya sekarang juga.. ya.. aku akan membuangnya sekarang juga, dan akan ku pastikan dia menderita seumur hidupnya". Ucap pak tomy yang terlihat begitu kesal.

Aku bukanlah seorang ustad dan aku bukanlah seorang Habib, aku tidak dapat mencari alasan lain untuk mencegah pak tomy melakukan itu, aku hanya manusia biasa yang juga memiliki emosi, dendam dan amarah. Namun untuk kasus seperti ini, aku tidak akan menahan kesabaranku, dan membiarkan pak tomy memuaskan amarahnya. 

Lalu beliau pun pergi ke tempat Bu Rina dengan tatapan yang begitu garang, dan tomas mengikutinya. Akupun masih duduk di saung, dan kembali menghisap rokok.

"cukup sampai disini". Ucapku pelan.

Aku pun pergi ke depan untuk mengambil sepedaku, untuk pulang ke rumah, karna aku sudah selesai disini, untuk selanjutnya aku serahkan kepada Pak Tomas, mungkin aku terlihat kejam, ya.. aku akui aku memang memiliki sifat yang kejam, karna aku ingin membuat Bu Rina merasakan pembalasan atas seluruh kelakuan yang ia lakukan sebelum ia mati. Karna aku lebih suka membalas di dunia dari pada harus menunggu di akhirat, ya.. itulah aku.

***

KELULUSAN

Hari ini adalah hari pengunguman kelulusanku dari sekolah, Aku senang duduk dibangku yang berada di pinggir lapangan sekolahku sambil meminum jus mangga yang ku beli di kantin.

"Tidak terasa". Gumamku dalam hati, dengan sedikit senyuman.

Aku sedikit merenungkan 3 tahun yang telah ku lalui di sekolah ini, begitu banyak permasalahan, keributan, suka maupun duka. Walaupun lebih banyak duka yang kurasakan selama 3 tahun ini, namun aku tidak ingin menyesali semua itu, karna itu semua aku mendapatkan begitu banyak pelajaran hidup, aku ingin menjadi sesuatu yang mengubah dunia ini, dan aku akan melakukan-nya dengan caraku.

"vin.. belum mau pulang?". Ucap Tomas yang tiba-tiba merangkulku dari belakang dan ikut duduk di sampingku.

"ah tom.. aku kira siapa, sebentar lagi ya.. lagi nyaman disini". Ucapku yang juga ikut merangkul bahunya.

Tomas... semenjam kejadian itu, Bu Rina masuk penjara dengan tuduhan yang menurutku sungguh tidak masuk akal, Bu Rina di tuduh karna telah melakukan penganiayaan terhadap tomas dan pak tomy. Memang.. jika uang sudah mulai bicara, semuanya dapat di rubah. Dan tentu saja, pak tomy langsung menggugat cerai dan sekarang, Bu Sanny yang tak lain adalah ibu kandung tomas, kembali rujuk dengan pak tomy. Oiya Ka' Dina dan Tomas sekarang sudah menjadi sepasang kekasih, itu semua terjadi karna aku yang menjodohkan-nya. Karna aku sudah sangat percaya dengan sahabatku ini.
Tomas kesekolahku karna aku sudah berjanji akan menemaninya pergi mencari laptop baru, di tempat langgananku yang berada di daerah kota.

"yaudah slow slow.. eh dina mana vin? aku WA belom di read". Ucapnya sambil menunjukan isi ponselnya.

"lagi jalan, sama cowo kali". Ucapku yang meledeknya.

"idih.. aku tau dia bukan perempuan kaya gitu..". Ucapnya sambil meminta jus manggaku.

Lalu kami pun berbincang-bincang sampai ka' dina datang menghampiri kami.

"duh.. jadi kambing conge dah". Ucapku yang menyindir mereka.

"apaan sih de.. makanya Hani di ajak". ucapnya yang tak mau kalah meledek ku.

Hani.. aku jadi teringat dengan-nya, akhir-akhir ini ayahnya sering sekali mengundangku untuk bermain ke rumahnya, namun karna aku merasa tidak enak jika terlalu sering ke rumahnya, akhirnya aku pergi kesana paling sering 2 minggu sekali. Tentu saja hubunganku dengan orang tua hani kian membaik, bahkan ayahnya sempat mengajak ku untuk jalan-jalan bersama dengan mereka. Akupun hanya bisa bersyukur dengan perlakuan ayahnya kepadaku. Ngomong-ngomong tentang hani, aku masih memiliki sebuah janji kepadanya, janji setelah aku lulus aku akan menjadikan-nya kekasih. Jika mengingat janji itu, aku serasa gugup, karna aku tidak pernah mengatakan hal yang cukup memalukan seperti itu. Tapi aku bukanlah tipe pria yang hanya berani mengirimkan pesan singkat untuk menyatakan-nya.

"yuk vin, kita cabut". Ucap tomas sambil menarik-narik tanganku dan melambaikan tangan ke ka' dina.

"eh. eh.. sabar". Ucapanku yang tidak di gubris olehnya.

Akhirnya aku pun menurutinya dan menuju ke depan sekolah, tempat tomas memarkirkan mobilnya.

"dihh.. mobil baru mulu". Ucapku yang sedikit kaget melihat mobil barunya.

"enak aja mulu, di kasih nyokap.. ulan tahun kemaren, cuma baru aku pake aja". Ucapnya.

Lalu aku pun masuk ke dalam mobil, dan langsung pergi menunu ke daerah mangga dua. Di perjalanan terlihat di wajahnya seperti ingin mengatakan sesuatu, namun seperti tertahan.

"ngomong mah ngomong aja tom". Ucapku.

"eh.. tau aja, aku mau nanya". Ucapnya yang sedikit kaget.

"kamu gak mau fikirin lagi vin? tentang pergi dari rumah? jika memang sudah bulat dan kamu pergi dari rumah, kamu kan juga gak mau tuh tinggal di rumah aku, kamu kerja sama bokap ya. Nanti aku ngomong, pasti dikasih yang enak kerjaan-nya.. tenang aja hhe". Ucap tomas.

"haduhh engga deh tom, untuk itu aku emang udah bulat banget, dan untuk modal awal, aku punya tabungan dari uang jajan yang udah aku kumpulin dan pemasukan yang lain, bisalah untuk ngekos atau ngontrak selama 3-4 bulan, setelah itu aku mau nyari kerja, sambil nunggu waktu aku kuliah". Jawabku.

"ibu kamu udah nyetujuin memang?". Ucapnya.

"yahh kamu kaya gak tau ibu aku aja tom, aku bersyukur banget punya ibu seperti ibu aku sekarang, beliau tidak pernah berfikir negatif tentang apa yang ingin aku lakuin, ya walaupun sebenarnya beliau merasa berat". Jawabku.

Sekitar 1 setengah jam kami di perjalanan tibahlah kami di sebuah pusat perbelanjaan, setelah memarkirkan mobil aku pun langsung mengajak tomas untuk pergi ke toko langgananku yang berada di lantai atas, sesampainya di toko akupun memilihkan beberapa laptop untuk merekomendasikan-nya kepada tomas, sekitar 1 jam lebih memilih aku dan tomas pun setuju untuk memilih sebuah laptop dengan spesifikasi yang cukup mampu memainkan Game dengan grafis tinggi. Setelah itu kami langsung kembali ke parkiran dan segera pulang ke rumah, karna aku sudah cukup lelah, dan mataku sudah tidak bisa menahan kantuk, karna semalaman aku begadang bermain game. Sekitar 2 jam perjalanan akupun sampai di rumah, dan tomas memutuskan untuk langsung pulang karna sudah tidak sabar ingin bermain dengan laptop baru miliknya. Akupun langsung bergegas untuk naik ke kamar, tanpa mengganti baju, aku pun langsung merebahkan badanku ke kasur. Dan tidak terasa aku sudah tertidur dengan lelapnya.

"vin.. vinn..." terdengar suara pria memanggilku.

Lalu dengan mata sayup aku memaksa membuka mataku.

"papah !!.. kapan pulangnya?". Tanyaku yanh begitu kaget melihat ayahku.

"baru aja, papah udah kangen mau liat kamu sama dina". Ucapnya

Lalu tanpa bisa berkata apapun aku langsung memeluknya, bau ini.. bau yang sangat ku rindukan, akhirnya aku dapat mencium bau ini lagi, mungkin sudah hampir 2 tahun lebih ayahku tidak pulang, karna ayahku memiliki kendala pekerjaan yang membuatnya tidak dapat pulang.

"nih ayah bawain hadiah dari sana, dan bonus". Ucapnya dengan senyum lebar sambil mengelus kepalaku.

Aku saat itu tidak memperdulikan pemberian-nya dan hanya ingin memandanginya. Melihatnya membuat mataku yang sayup ini berubah menjadi begitu segar. Lalu ayah mengajak ku turun ke bawah untuk berkumpul dengan keluarga di bawah, karna ada yang ingin ia katakan. Lalu aku pun lekas pergi ke bawah tanpa mencuci muka terlebih dahulu, karna aku sudah sangat penasaran apa yang ingin ayahku sampaikan. Setelah sampai di bawah terlihat kakak ku sedang membuka Hadiahnya yang berisi Ponsel baru, dan pakaian yang sangat ia sukai.

"ciee HP baru". Ledek ku kepada kakak ku yang sedang sibuk dengan hadiahnya.

"biarin weee... kamu dapet apa de?". tanya kakak ku.

"gak tau belom kevin buka, nanti aja". Jawabku.

Lalu ayah menyuruh kami berkumpul di ruang keluarga karna ada yang ingin ia sampaikan, aku dan ka' dina pun lekas berkumpul.

"Begini mah, kevin dan dina.. papah mau nyampein sesuatu, papah sekarang sudah resign dari kerja". belum sempat ayahku menyelesaikan perkataan-nya.

"beneran pah? trus papah mulai sekarang tinggal sama kita kan?". Tanya kaka ku yang memotong pembicaraan ayah.

"bawel amat ka, sabar..". Ucapku.

"ugh ia ia". Jawab kakak ku.

"haha kalian emang belum berubah ya... yaudah papah lanjutin ya, ia benar apa yang di tanyakan kaka, kalau papah memang sekarang sudah resign dari pekerjaan papah dan akan terus tinggal disini, dan papah mau fokus dengan bisnis showroom dan bengkel mobil milik ayah". Ucapnya yang begitu membuatku senang saat mendengarnya.

"bagus dong yah, jadi ayah bisa fokus sama usaha ayah dan bisa deket terus sama keluarga". Jawab ku.

"Tapi.... ayah mau kevin bantuin ayah di bengkel selama kevin gak kuliah setahun ini, dan ayah gak mau denger alesan satupun okey". Ucap ayahku yang membuatku kaget.

"yahh.. ko gitu sih pak, gak sesuai kesepakatan awal nih". Ucapku

"setelah papah fikirin, kamu gapapa nyoba hidup sendiri setelah lulus sekolah nanti, tapi papah mau tetep ngawasin kamu, dengan kamu kerja di showroom, papah kan jadi bisa ngawasin kamu, dan kamu juga akan di gaji hasil keringet kamu kan? terus salahnya apa". Ucap ayahku yang membuat ku tidak bisa memberi alasan lain.

"yaudah kevin setuju, tapi.. kevin minta waktu 4 bulan setelah lulus, kevin gak kerja dulu di showroom papah". Ucapku yang meminta sedikit toleransi.

"memangnya kamu mau ngapain?". tanya ibuku.

"pokoknya ada yang mau kevin lakuin, dan kevin janji yang pasti tidak akan macem-macem". Jawab ku.

Setelah perundingan yang cukup panjang, ayah dan ibuku menyetujui rencanaku, yang mana aku meminta izin selama 4 bulan awal untuk tidak bekerja di showroom ayah, karna aku ingin segera mengamalkan zulfikar yang sudah ku tunggu kurang lebih 1 tahun. Setelah itu kami pun mengobrol untuk melepaskan rindu dengan ayah, karna jarang sekali kami ber 5 bisa berkumpul bersama. Kehangatan yang jarang sekali dapat kami nikmati, setelah menunggu cukup lama, akhirnya terbayar sudah, Ayah akan menetap di rumah dan tentunya tidak akan meninggalkan kami untuk pekerjaan seperti sebelumnya.

"de' de.. dapet apa dari papah?". tanya kakak ku kepada Rina yang mana ia adalah saudara terkecil ku.

"mau tau aja kaka wee". Jawabnya yang tidak ingin memberitau hadiah apa yang ia dapat.

"idih.. pelit banget.. kalo kamu vin? buka dong, kakak penasaran nih". Tanya kakak ku.

"ntar aja, lagi males". Jawabku singkat yang sedang serius menonton TV di bawah.

"idihh.. punya ade dua-duanya gak ada yang koopeartif". Ucapnya yang jengkel.

Aku pun tidak terpancing dengan muka ngambeknya, justru aku sangat menyukai saat kakak ku menunjukan ekspresi seperti itu. Namun setelah ku fikir-fikir, sepertinya aku tidak adil jika aku saja yang mengetahui hadiahnya, sedangkan ia tidak. Aku pun mengajaknya ke kamarku untuk membuka hadiahku.

"yuk". ajak ku singkat, sambil berdiri dari sofa.

"yuk kemana?". Tanyanya yang masih duduk di sofa.

"mau tau gak hadiah kevin". Ucap ku.

"serius? nah gitu dong". Ucapnya yang kegirangan, karna rasa penasaran-nya akan terjawab.

Aku pun mengajaknya menuju kamar ku, namun ketika aku sedang menaiki tangga, tiba-tiba ayahku mengatakan sesuatu.

"awas.. kalau hadiah ayah sampe di tolak, ayah paling gak suka". Ucapnya yang berbicara sendiri sambil membaca koran dan menghisap sebatang rokok.

Namun aku mengetahui yang sedang ia bicarakan itu ialah aku, karna biasanya aku selalu menolak jika di tawarkan sesuatu jika menurutku fungsi tidak sebanding dengan harganya. Seperti saat aku di belikan sebuah Jam tangan dengan harga yang cukup lumayan, aku pun menolaknya dan menyuruh ayah yang memakainya. Karna ku fikir jika hanya sekedar ingin melihat waktu, kita tidak perlu menghabis berjuta-juta uang hanya sebuah jam tangan. Aku malah lebih menyukai jam tangan karet yang berharga 30 sampai 50 ribuan.

Setelah mendengar itu aku pun jadi ikut penasaran dengan hadiah yang ayah akan berikan kepadaku, Sepertinya akan seperti saat ia membelikan jam. Sesampainya di kamar akupun membuka sebuah dus ringan yang kurang lebih memiliki ukuran berdiameter 40cm, ketika aku membuka dus itu, aku menemukan sebuah dus yang sedikit lebih kecil dari dus sebelumnya yang terdapat di dalamnya, ketika aku membukanya lagi, aku kembali menemukan dus yang lebih kecil. Melihat ini aku malah jadi sedikit jengkel.

"hahaha... sabar de, mungkin kamu di beliin tali sepatu baru... hahaha". ledek kakaku yang sedang melihatku kerepotan.

"au amat". Jawabku singkat.

Aku terus dan terus membuka kerdus itu, sampai aku menemukan sebuah kerdus dengan diameter kurang lebih sekitar 8cm, ketika aku buka, aku akhirnya menemukan sebuah kotak, seperti kotak cin-cin. lalu dengan penasaran aku pun membuka kotak itu. dan.... Aku menemukan sebuah kunci mobil, melihat ini aku dan kakak ku pun sangat kaget, karna ayahku tidak pernah bercanda dalam hal memberikan sebuah hadiah. Setelah itu akupun membawa kunci mobil yang ku temukan dalam kotak hadiahku kebawah, sesampainya di bawah aku pun langsung bertanya kepada ayah.

"yah.. ini apa? ko isinya konci mobil". tanyaku.

"ya memang kenapa? ". Jawabnya.

"ia maksud kevin kan...". belum sempat aku menyelesaikan omonganku, ayah ku sudah memotongnya

"apa? kan ayah udah bilang, ayah gak suja kalau hadiah ayah di tolak, terima aja.. ini hadiah buat kamu, dan ini rezeki kamu.. sekarang kamu ke depan rumah, mobilnya udah ayah taro parkir di depan". Ucap ayahku.

Mendengar ucapan-nya aku tidak dapat mengtakan apapun lagi, karna rasa penasaran juga akupun pergi ke depan rumah, dan benar saja aku menemukan sebuah mobil sedan berwarna Silver.

"kamu suka kan? mamah cerita sama papah, kalau kamu lagi pengen mobil, dan setelah papah fikir-fikir kenapa ga? toh kamu hampir gak pernah minta sesuatu ke papah, anggep aja ini rezeki kamu dari allah, dan papah hanya sebagai perantara aja". Ucapnya yang tiba-tiba merangkulku, sambil memandangi mobil baru yang ia berikan.

Sebenarnya di dalam hati, aku memang sangat senang sekali telah di belikan sebuah mobil baru oleh ayah, walau pun memang ada rasa ingin menolaknya, tapi rasa ingin memilikinya sungguh lebih besar. Ayahku pun langsung menyuruhku untuk mencobanya, tanpa fikir panjang aku pun langsung masuk kedalam dan segera menyalakan-nya, dengan rasa yang berdebar-debar mungkin karna kegirangan, aku pun menjalankan-nya.
Setelah setengah jam lebih aku mencobanya aku pun memarkirkannya kembali, namun kali ini ku parkirkan ke dalam garasi rumahku, dengan wajah sedikit malu-malu aku pun menghampiri ayahku yang sedang duduk santai di teras depan sambil membaca koran, Lalu tanpa basa basi aku pun langsung mencium tangan-nya dan mengatakan.

"Makasih ya pah, kevin gak tau mau ngomong apa lagi selain makasih". ucapku yang sedang terbawa suasana.

Semakin senangnya aku pun kesulitan menyingkirkan senyum tipis di wajahku ini, sampai-sampai ka' dina meledek ku.

"cieee mobil baru...senyum-senyum sendiri". Ledek kakak ku dengan ekspresi yang cukup menyebalkan.

"tali sepatunya bagus ka". Ledek ku yang membalas ledekan-nya saat tadi membuka dus hadiah dari ayah.

Mendengar ucapanku dia tidak bisa membalasnya, akupun pergi ke kamar untuk mencari model mobil milikku, jujur pada saat itu aku tidak mengetui tipe atau pun model mobilku, yang ku tau ialah merknya. Karna aku tidak mau semakin malu untuk menanyakan hal itu, di tambah ka' dina pasti akan punya bahan lebih untuk meledek ku. Aku pun membuka laptop dan setelah lama mencari akupun dapat menemukan jenis dan modelnya. Setelah puas mengetauinya, aku pun dapat istirahat dengan nyenyak. Namun baru ku ingin memejamkan mata tiba-tiba ponsel ku berbunyi.

"assalamuallikum vin, lagi apa?". ucap Hani melalaui telfon.

"wallaikumsalam, lagi tiduran aja.. kenapa?". Tanyaku.

"gapapa sih, kalo gak lupa aja". ucap nya.

"lupa apaan?". Tanyaku kembali.

"janjiii... janjiii....". Ucapnya dengan sedikit jengkel.

"janji? hmm oh iya, masa aku lupa". Jawab ku.

"Malem ini jam 7 di restorant biasa titik.. assalamauallikum". Ucapnya dengan cepat di lanjutkan dengan mematikan telfon.

Aku baru kembali teringat dengan janji itu, sebuah janji yang sudah ku buat bertahun-tahun lalu, dan akan ku tepati malam ini. Belum berhenti jantungku berdebar dengan hadiah ayah, kini Hani makin membuatku makin berdebar. Namun aku tidak akan menarik perkataanku lagi.

Aku sedang berdiri di depan cermin yang berada di kamar ka' dina, karna cermin di kamarnya jauh lebih besar di bandingkan dengan kamarku. Aku merapihkan kemeja pendek hitam dengan motif garis merah yang sedang ku kenakan, dengan celana jeans hitam dan jaket kulit berwarna coklat.

"ade kaka udah ganteng ko". Ucap Ka' Dina yang sedang berada di belakang ku.

"emang udah ganteng dari lahir, gak perlu di bilang". Jawabku.

"dihhh" ucapnya sambil mengelus rambutku dengan kasar.

Tidak tau mengapa, jantungku masih tidak dapat berdegub dengan normal, aku hanya akan bertemu dengan hani seperti sebelum-sebelumnya, tapi perasaan ini.. seperti saat aku pertama kali mengajaknya pergi bersama. Aku begitu gugup, karna pertemuan kali ini akan berbeda dengan berbeda dengan sebelumnya. 

Aku sudah menyiapkan beberapa kejutan untuknya, dan aku harap ia akan menyukai kejutan yang akan ku berikan disana nanti. Sekiranya sudah terlihat rapih aku pun langsung pergi menuju garasi untuk mengambil mobil dan langsung pergi menuju restoran langganan kami berdua yang berada di kemang. Selama di perjalanan aku memainkan lagu di mobilku dengan keras, dengan harapan dapat mengobati perasaan yang makin tidak karuan ini. Mungkin aku terlihat berlebihan, tapi memang inilah yang aku rasakan kini. Aku berharap aku terkena macet di perjalanan menuju kesana, karna aku tidak ingin buru-buru kesana, namun saat aku mencapai jalan protokol bukan-nya macet yang ku temukan, melainkan jalanan terbuka lebar. Dan akupun sampai di restorant hanya dengan waktu 20 menit yang mana biasanya menghambiskan waktu 30 menit lebih. Mungkin takdir mengatakan hal berbeda dari yang ku inginkan. Sesampainya di resotrant aku pun langsung masuk dan menemui sang manajer karna aku sudah membuat janji dengan-nya dari sore nanti, ketika semua persiapan kejutan sudah selesai, sekarang tinggal menunggu Hani. Dengan detak jantung yang kian berdebar, aku menunggu sambil memegangi gitar dan duduk di sebuah panggung kecil yang memang biasa di pakai untuk pengiring lagu di dalam restorant ini. Sekitar 5 menit menunggu, dari jendela terlihat seorang wanita yang sedang keluar dari taksi, siapa lagi kalau bukan Hani. Kali ini ia memakai Kerudung berwarna putih dan memakai baju terusan putih, dengan balutan kardigan berwarna merah muda cerah, membuatnya begitu cantik malam itu. Setiap langkah yang ia pijakan menuju pintu masuk resorant, membuatku semakin gugup, namun aku tidak mau gagal membuat kejutan untuknya, aku mengirup nafas panjang dan ku hembuskan perlahan, dan aku pun mencoba fokus. Dan ketika ia membuka pintu restorant...

"You look so beautiful today
When you're sitting there it's hard for me to look away
So i try to find the words that i could say
I know distance doesn't matter but you feel so far away
And I can't lie
Every time I leave my heart turns gray
And I wanna come back home to see your face tonight
Cause I just can't take it

Another day without you with me
Is like a blade that cuts right through me
But I can wait
I can wait forever
When you call my heart stops beating
When you're gone it won't stop bleeding
But I can wait
I can wait forever" sebuah lagu dari Simple Plan.

Saat mendengar suaraku, ia pun langsung menyadari bahwa aku lah yang sedang bernyanyi, dan ia pun langsung melirik ke arah podium dan betapa terkejutnya dia saat melihatku sedang menyanyikan sebuah lagu untuknya, ia pun langsung menutupi hidung dan mulutnya dengan kedua tangan-nya. Air matanya pun mulai menetes saat aku mulai memasuki bagian reff. Semua pengunjung melihat ke arah hani yang sedang menangis melihatku, Hani pun tidak bergerak sedikit pun dari depan pintu, ia hanya fokus melihat ke arahku, sampai pertengahan lagu, aku menaruh gitar ku dan segera menghampirinya dengan perlahan. Ketika di depan-nya aku pun memberikan sebuah kotak berwarna merah kepadanya.

"Aku harap semua ini udah bisa ngasih tau kamu apa yang aku rasain, tanpa aku harus berkata langsung". Ucapku sambil membuka kotak merah yang berisi sebuah cin-cin perak, walau pun pemberianku ini tidak mahal, namun aku harap ia menyukainya.

Lalu ia pun menyodorkan tangan kirinya dan membiarkanku memasukan cincin ini ke jari manisnya, dan setelah aku memakaikan cincin itu, ia refleks langsung memeluk ku dengan begitu erat, dan tiba-tiba pengunjung lain langsung memberikan tepukan tangan yang cukup keras kepada kami, yang mana pada saat itu memang cukup ramai. Dan beberapa dari mereka meneriaki kami dengan kata selamat.

"eh.. ga boleh, di liatin banyak orang juga". Ucapku, namun ia tidak sedikit pun mengendurkan pelukan-nya.

"Thanks vin, a..aku ga tau mau ngomong apa lagi, thanks for everything" ucapnya yang masih belum melepaskan pelukan-nya.

Beberapa saat kemudian akhirnya ia pun melepas kan pelukan-nya, dan terlihat air mata masih belum berenti menetes dari kedua matanya, yang membuatnya terisak-isak ketika bicara, akupun mencoba menghapus air matanya dengan jariku. Lalu aku pun mengajaknya untuk duduk di sebuah meja yang sudah ku siapkan. Karna aku sudah menyiapkan sebuah hal yang sangat spesial untuk seseorang yang spesial. Ketika di mejapun ia masih belum berenti menangis, melihatnya membuatku kebingungan apa yang harus ku lakukan, dan beberapa pengunjung lain masih melihat ke arah kami.

"eh han.. udah dong nangisnya, ga enak sama pengunjung lain". Ucapku

"Eng..engg..engga bisa ber..berenti". ucapnya yang masih terisak tangis.

Lalu akupun menyuruhnya pergi menuju ke toilet untuk mencuci muka dan menangkan diri, sungguh aku tidak menyangka respon yang ia berikan akan seperti ini. Sekitar 10 menit di dalam toilet ia pun akhirnya keluar dengan mata yang masih terlihat berwarna merah, dan ia pun kembali duduk di depanku.

"Lebay banget sih kejutan-nya". Ucapnya yang mencoba meledek ku.

"gapapa lebay, yang penting aku gak sampe nangis". Jawab ku.

"tapi bener loh aku gak nyangka kamu akan kasih aku kejutan, karna setau aku, kamu bukan orang yang romantis kaya gini". Ucapnya.

"jujur ya... aku tuh sebenernya terinspirasi dari film yang aku tonton, di situ peran prianya gak berani ngomong langsung untuk nyatain langsung perasaan-nya, akhirnya dia memakai cara lain untuk nyatain-nya. ya walaupun cara dia berbeda dengan apa yang aku lakuin sekarang.". Jawab ku.

Lalu tanpa bisa berkata apa-apa lagi dia hanya terdiam, dan memberikanku wajah yang penuh dengan kebahagiaan, andai saja aku harus melakukan sesuatu untuk wajah ini lagi, mungkin aku dapat melakukan apapun sehingga aku dapat melihat wajah ini lagi. Sekitar 1 jam kemudian kami pun memutuskan untuk pulang, dan makanan yang ku pesan masih tersisa cukup banyak, karna kejadian berusan membuat nafsu makan kami menghilang. Akupun akan mengantarkan-nya sampai ke rumah, ketika sampai di mobilku.

"mobilnya beda vin, kamu pake punya tomas ya?". Tanyanya yang sudah duduk di sampingku di dalam mobil.

"engga.. ini hadiah dari ayah, baru hari ini di kasih". Jawab ku.

"wahh.. congrats ya, kamu pasti gak nyangka di kasih mobil". Ucapnya.

"Aku akuin memang aku senang, tapi aku jauh lebih seneng pas tau ayahku akan tetap tinggal di rumah, dan gak akan pergi-pergi lagi karna kerjaan nya". Jawab ku.

Kami pun berbincang-bincang di selama di perjalanan, sekitar 40 menit lebih kami pun sampai di rumah Hani, dan aku tau pasti aku tidak akan di biarkan pulang oleh ayahnya setelah mengantar hani pulang, dan karna itu juga aku sengaja pulang dari restorant jam setengah 9 malam. Lalu kami pun mengetuk pintu, dan yang membukakan pintu ialah ibunya Hani, kami pun di persilahkan masuk dan aku duduk di ruang tamu karna hani ingin berganti baju. Lalu ibu Hani kita sebut saja Bu Irma menghampiriku, dan membisikan sesuatu.

"Itu hani kenapa matanya merah? kalian abis berantem?". Tanyanya kepadaku.

"haha gak ko tante, nanti juga hani yang cerita ke tante". Jawab ku.

Aku memang sudah cukup dekat dengan kedua orang tuanya, bahkan Bu Irma pun sering mengajak ku untuk berbincang ketika aku sedang main kesini. Lalu sambil menunggu hani berganti baju, aku pun mengobrol dengan bu irma sambil tertawa terbahak-bahak, selain parasnya yang cukup cantik di usianya, ia juga sangat humoris yang mana mirip sekali dengan pak bima suaminya. Dan tak lama benar saja, pak bima pun datang menghampiri kami yang sedang asyik berbincang, ia pun langsung masuk ke dalam perbincangan kami, sesekali pak bima membukak masa lalu hani yang membuatku tidak bisa menahan tawa, dibantu dengan cara ia menyampaikan-nya, sungguh konyol. ketika kami bertiga sedang tertawa-tawa mendengar celenehan pak bima yang menceritkan Hani. Hanipun datang, kami bertiga pun langsung diam dan tidak mengatakan apapun.

"ihhh ko aku dateng pada diem? lagi ngomong aku ya?". Ucapnya yang bingung melihat tingkah laku kami bertiga.

"GR banget kamu, orang kita lagi ngomongin de kevin, ya kan vin?". Ucapnya yang mencoba membohongi hani.

"bohong, pasti ngomongin aku.. au dah, aku diem aja". Jawabnya yang sudah jengkel.

Namun melihat tingkah lakunya, aku semakin menyukainya, karna aku sangat menyukai tingkah lakunya yang begitu menggemaskan. Lalu kami ber empat pun mengobrol sampai tak terasa sudah pukul 11 malam, aku pun izin pulang karna sudah larut malam, dan hani pun mengantarku ke depan.

"Thanks ya, untuk hari yang gak akan aku lupain.. love u". Ucapnya yang langsung berlari meninggalkanku.

Aku pun sedikit kagok saat ia mendengar kata terakhir yang ia ucapkan barusan, namun aku mencoba untuk tenang dan masuk ke dalam mobil dan langsung pergi ke rumah.

"love u too". Gumamku pelan di dalam mobil, dengan senyum tipis.

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya

close