Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tersesat Di Dunia Lain Gunung Lawu


Untuk merayakan kelulusan, aku dan beberapa teman sekolah berencana untuk mendaki ke gunung lawu.

Gunung yang terletak di daerah jawa tengah ini menyimpan keindahan yang memukau. Namun didalamnya juga tersimpan cerita mistis yang menyeramkan. 

Hari itu aku dan keempat temanku akan naik ke gunung lawu. Kami menggunakan kereta dari kota bandung menuju kota solo. Rencana yang sudah ditunggu sejak lama ini kami rencakan dengan matang. 

Menginap di Desa Wanita Hamil 

Untuk menuju ke atas puncak, kami menyewa mobil pick up. Di tengah perjalanan, kami dihadang oleh sekawanan tentara. Kita dilarang untuk menuju ke puncak, karena digunakan untuk pelatihan militer. Kami akhirnya memutuskan untuk turun lagi. 

Di perjalanan turun, kami bertemu dengan rombongan lain. memperingatkan mereka kalau ada tentara diatas sana, tapi mereka tetap melakukan perjalanan ke atas. Selang beberapa waktu, kami melihat rombongan tersebut turun juga. Karena merasa rencana gagal, aku dan bagus temanku memutuskan untuk menginap di rumah pemilik pick up dan berjalan-jalan di sekitar gunung. Sedangkan tiga temanku lainnya memutuskan untuk kembali ke bawah dan pulang ke bandung. Saat itu masih ada jadwal kereta yang menuju ke bandung.

Ketika berjalan-jalan di sekitar desa dengan bagus, kami bertemu dengan rombongan sebelumnya. Mereka terdiri dari 4 orang, 3 pria dan satu perempuan bernama mbak rani. Mereka memutuskan untuk tetap naik ke atas puncak dengan melalui jalur yang berbeda. Mereka mengajak kami untuk ikut serta. Setelah dipikir-pikir, daripada hanya berjalan-jalan di sekitar desa saja. kita berenam akhirnya memutuskan untuk langsung naik ke atas gunung lawu sebelum malam semakin gelap.

Jalur ini memang cukup sulit dan tidak banyak orang yang tahu. Kondisi jalannya terjal dan dikelilingi oleh tebing. Aku dan bagus yang masih awam memang cukup kesulitan melaluinya. Kami berdiri di tengah diantara rombongan tersebut. Setelah melalui pos pertama, kami melihat cahaya yang cukup ramai. Seperti sebuah desa. Kami cukup kaget melihat desa di tengah hutan. Namun karena kondisi sudah cukup malam, kami memutuskan untuk singgah di desa tersebut. Kami berencana untuk istirahat disana dan naik ke puncak esok harinya. 

Saat memasuki desa tersebut, ada banyak keanehan yang terjadi. Semua rumah masih berbentuk rumah joglo dan lampu menggunakan lampu minyak. Ketika masuk ke gerbang desa, suasana desa cukup sepi. Kami bertemu dengan seorang wanita yang menggunakan kebaya. Wanita tersebut menyapa kami dan bertanya apa keperluan kami. 

Mas agung pemadu di rombongan kami, mencoba menjelaskan maksut kedatangan kami. Ada yang aneh dari wanita tersebut, perutnya terlihat besar seperti sedang hamil. Dia mengatakan akan memanggil kepala adat di desa tersebut. Datanglah
serombongan wanita yang memakai kebaya. 

Ada satu wanita yang tua, mungkin dialah kepala adat di desa ini. Ada satu lagi yang aneh dari desa ini. Semua wanita disini memakai kebaya dan hamil. Tidak ada satupun pria yang tinggal di desa ini. Kami memang tidak merasa curiga sama sekali, karena badan sudah capek dan butuh istirahat. Kami di ijinkan untuk menginap di desa tersebut.

Namun rani sebagai wanita sendiri di rombongan kami, harus tidur di tempat berbeda. Kami pun menyetujuinya. Rani pergi dengan rombongan wanita dan kami diantarkan ke ruangan yang berbeda. Disini kami belum merasakan kejanggalan, masih berpikir untuk tetap naik ke puncak.

Jam 2 dini hari aku sudah terbangun dan mencoba membangunkan teman lainnya. karena kami akan melanjutkan perjalanan ke puncak. Kami akan melihat matahari terbit diatas puncak gunung lawu.

Sebelum meninggalkan desa, kami menjemput mbak rani. Ada yang aneh dari mbak rani, sekarang dia seperti wanita penghuni desa tersebut. Dia terlihat memakai kebaya dan perutnya menjadi buncit seperti hamil. Kami pun mulai merasa ada keanehan yang terjadi. 

Bertemu Dengan Tentara Hitam 

Kami mencoba mengajak mbak rani untuk tetap ikut bersama kami. Tapi dia menolaknya dan bilang sedang tidak enak badan. Dia berkata akan menunggu kami di desa ini. mbak rani seperti mengisyaratkan kami untuk segera meninggalkan desa tersebut.

Akhirnya dengan terpaksa, kami meninggalkan mbak rani dan berjalan menuju ke puncak gunung lawu. Perjalanan kami menuju ke puncak tidak mudah. Di tengah jalan, kami merasa sedang diawasi oleh banyak mata. Di atas pohon terlihat seperti ada banyak laki-laki yang sedang mengawasi kami.

Apakah mereka perampok yang biasa berkeliaran di gunung lawu?

Mereka terlihat hitam menyeramkan dengan tatapan mata yang tajam. Tiba-tiba semua tentara tersebut turun dan menghadang kami.
Tatapan mata yang menyeramkan membuat kita ketakutan. Kami hanya bisa menunduk ke bawah menuruti kemauan mereka. Aku mencoba melirik, melihat seperti apa sosok orang didepan kami. 

Terlihat aneh dan menyeramkan. Mereka seperti tentara dengan postur tubuh tinggi dan memiliki leher yang sangat panjang. Mereka semua membawa pistol dan menodongkan ke kami.

Salah satu teman kami mencoba untuk memohon dan melepaskan kami. Tapi sia-sia saja, mereka tidak mengindahkan ucapan sama sekali. Karena ketakutan bagus, mencoba melarikan diri. Saat dia melarikan diri, tentara tersebut langsung menembak di kepalanya. Melihat hal itu, kami berempat semakin ketakutan. Kami dibawah ke sebuah tempat yang menyeramkan. Di samping kanan kiri terdapat banyak ular dan orang seperti sedang semedi.

Tentara tersebut marah kepada kita karena naik ke atas puncak. Tiba-tiba terdengar teriakan, lahir, lahir, telah lahir. Dan terlihat kepala adat dari desa wanita datang ke tempat tersebut dengan membawa seorang bayi. Mungkinkan bayi yang dikandung mereka adalah bayi yang diserahkan ke tempat ini? Mas agung terus memohon untuk dilepaskan dan berjanji untuk tidak melakukan hal aneh. Namun hal itu membuat tentara semakin marah dan menembak mati mas agung.

Tinggal kami bertiga yang tersisa, kami tetap diam dan tidak berani berucap sepatah kata pun. Tentara itu berkata, kami akan mengampuni kalian dan silahkan pergi. Ikuti petunjuk yang diberikan. Kami bertiga langsung berlarian keluar dan seperti tidak memikirkan satu sama lain. Saat perjalanan turun ke bawah, aku memikirkan perkataan tentara tersebut. “ikuti petunjuk yang diberikan” kemudian aku mencoba melihat ke atas dan melihat bulan purnama yang sangat terang. Aku pun mencoba untuk mengikuti bulan purnama tersebut. Jalan terjal aku lewati tanpa melihat belakang sama sekali. Suasana gelap membuat mata tidak melihat kondisi jalan sama sekali Setelah berlari cukup jauh, aku melihat cahaya dari desa wanita hamil tadi. Mbak rani terlihat sedang menunggu kami. Dia menyuruh aku untuk segera keluar dari desa tersebut, setelah melewati gerbang lanjutkan perjalanan lurus ke bawah, tidak usah melihat ke belakang sama sekali. Saya mengajak mbak rani untuk ikut, tapi dia nggak mau. 

Karena sudah tidak bisa meninggalkan desa ini lagi. Aku langsung meninggalkan desa dan turun ke
bawah. Aku melihat petani yang sedang mengurus lahannya. Aku langsung bersyukur dan meminta pertolongan. Petani mendekati aku dan bertanya apa yang terjadi. aku diantar diberi teh hangat dan makanan. 

Setelah itu bercerita apa yang terjadi. kata mereka tentara tersebut adalah tentara hitam yang menunggu gunung lawu.
close