TAKDIR YANG TIDAK BISA KULAWAN (Part 7)
Mobilku seperti menghantam sesuatu yang keras, sontak ka' dina pun juga langsung terbangun dan kaget..
Akupun langsung keluar dari mobil dan betapa terkejutnya aku....
"INNALILAHI !" ucapku kaget melihat seorang Pria tergeletak tak berdaya di depan mobilku, dengan darah berlumuran di kepalanya.
Akupun tidak mau panik dan langsung membawanya ke dalam mobil di bantu oleh ka' dina, dan akupun langsung tancap Gas secepat mungkin menuju rumah sakit dengan keringat yang sudah membanjiri tubuh lku.
"Gimana nih de, kalo sampai gak bisa selamat", tanya kakak ku dengan paniknya dan terlihat sedang menangis
"hufff.. kakak sekarang istigfar, dari pada membuat bayang-bayang gak jelas, kita pasrah saja sama Allah, dan berharap hasil yang terbaik". jawabku yang mencoba menenangkan-nya.
Di sepanjang perjalanan aku pun tidak mau memikirkan apa yang akan terjadi nanti, aku hanya berzikir dalam hati mencoba menenangkan hatiku yang sebenarnya sangat panik ini, karna baru kali ini aku menabrak seseorang.
Untung saja tempatku tidak jauh dan jalanan pun sepi, dan tak menghabiskan banyak waktu untuk sampai di rumah sakit, sesampainya di rumah sakit aku langsung menggendongnya dan menunjukan ke pada salah satu perawat, dan Perawat itu menyuruhku membawanya ke ruang UGD menggunakan Kasur berjalan (saya gak tau namanya). Sesampainya di UGD aku dan Ka' dina tidak di persilahkan untuk masuk, Hatiku berdebar begitu kencang, dan berdoa kepada Allah meminta untuk di angkat penyakitnya, aku terus berdoa, setiap dokter/perawat yang keluar masuk ke dalam ruang UGD membuat jantungku kian berdebar, terlihat bercak-bercak darah di baju perawat itu, aku sangat ingin menanyakan-nya, namun aku terlalu takut mendengar hasilnya, aku pun memutuskan untuk terus dan terus berzikir sampai dokter memberikan hasil.
"De' mama lagi di jalan kesini". ucap ka' dina yang barusan menelfon ibu.
"ia ka, sekarang kita berdoa untuk yang terbaik aja", jawabku.
"ia de, kamu gak usah nyalahin diri kamu sendiri ya, ini sudah takdir". ucap ka' dina sambil mengelus kepalaku.
Akupun memutuskan untuk keluar hanya sekedar merokok karna kepalaku sudah sangat pusing memikirkan pria itu, di lorong rumah sakit aku banyak sekali melihat Jin-jin menatap tajam padaku, aku yang pada saat itu sedang tidak stabil, mengatakan kepada mereka dalam hati.
"jika kalian mengganguku akan ku bakar kalian semua", gumamku dalam hati, untuk mengancam mereka, sekaligus untuk melampiaskan emosi.
Sesampainya aku di depan rumah sakit, aku duduk di sebuah taman dan mengeluarkan rokok untuk ku hisap. dalam 15 menit mungkin sudah 3 batang rokok ku habiskan, sampai aku mendengar suara wanita di belakangku.
" Kevin, ia baik-baik saja". ucap nyai yang berbisik.
Mendengar suara nyai yang memberitauku bahwa ia baik-baik saja, aku pun langsung berlari dengan kencang menuju Ruang UGD, dan terlihat disana sudah ada ibu bersama adik ku dan juga Ka' Dina. Ketika aku menghampiri ibuku terlihat wajahnya begitu khawatir beliaupun langsung memeluku.
"ya allah kevin, kaki mamah sampe lemes banget dengernya tapi yang penting kamu sama Dina gapapa, dan kita doakan Pria itu sembuh". ucap ibuku yang masih belum melepas pelukan-nya.
Dan tak lama kami berbicara, Dokter pun menghampiri kami.
"Permisi ini pihak dari keluarga ya". tanya dokter.
"ia pak", ucapku yang tidak mau bertele-tele.
"Alhamdulilah mas, Saudara mas sekarang sudah baik-baik saja, walaupun mengeluarkan darah yang cukup banyak namun kondisinya kini sudah kembali stabil, jika mas terlambat 10 menit saja, nyawa saudara mas mungkin tidak terselamatkan". ucap dokter.
"Ia Pak dokter, terimakasih banyak". ucap ibuku.
Akhirnya pria itu yang belum kami ketahui namanya di pindahkan ke ruang perawatan, dan kami pun di izinkan untuk melihatnya. Saat itu pria dengan rambut panjang seleher dengan beberapa luka baret di mukanya, aku pun memutuskan menginap di rumah sakit sendirian dan menyuruh ibu dan lain-nya untuk pulang, karna aku tidak mau merepotkan mereka lebih dari ini hanya karna kecerobohanku apa lagi aku sampai membuat seseorang terluka cukup parah. Aku sebenarnya ingin menghubungi keluarganya, namun aku tidak menemukan Ponsel maupun dompet di kantung celana dan jaket pria ini. Aku menemaninya sampai aku sangat mengantuk dan tanpa sadar aku pun tertidur di sebelahnya.
Ketika aku membuka mata, dan kulihat jam, ternyata sudah menunjukan pukul 5 pagi, aku pun bergegas menuju mushola untuk melaksakan shalat Subuh. Selesainya shalat aku pun memutuskan untuk sarapan dan membeli bubur pada penjual kaki lima yang berada di depan rumah sakit. Selesainya makan aku pun kembali ke kamar untuk kembali menemaninya, Sesampainya di kamar. Betapa bahagianya aku melihatnya sedang duduk di kasur sambil memandang keluar jendela, lalu ia pun memalingkan wajahnya ke arahku, yang ku fikirkan saat itu ialah aku sudah pasrah jika ia mau mencaci makiku, karna pada dasarnya aku yang menyebabkan-nya seperti ini. Tapi respon yang ia berikan berbanding balik dari yang ku perkirakan.
"Makasih ya mas" ucap pria itu dengan senyum tipi di wajahnya, dan terlihat wajahnya pun masih pucat.
"Ah ko' mas yang makasih, saya yang harusnya terimakasih dan meminta maaf karna kecerobohan saya, mas jadi begini". Ucapku yang baru saja duduk di sampingnya.
"haha.. Sebenarnya waktu itu saya lagi kebingungan karna baru saja kecopetan, dan saya rasa itu salah saya mas, saya gak merhatiin kalau ada mobil di jalan". Ucapnya dengan tawa dan berubah menjadi serius.
"Sekarang sudah gak penting mas, yang terpenting mas sudah baik-baik saja, oiya perkenalkan nama saya kevin, dan keliatannya mas umurnya gak beda jauh dari saya". Sambil menyodorkan tangan kepadanya untuk bersalaman.
"nama saya Tomas haha.. ia mas umur saya baru 21 tahun". Jawabnya yang menerima salam tangan dariku.
Kami pun berbincang-bincang, dan tidak tau mengapa walaupun aku baru pertama kali bertemu dengan-nya aku merasa sudah bisa sangat dekat dengannya, dan aku merasa ia memiliki jalan fikiran yang sama denganku. Ia bercerita bahwa ia baru saja kabur dari rumah karna sikap ayah dan ibunya selalu bertengkar di rumah. Aku pun mencoba memasukan beberapa sugesti positif kepadanya dan menyuruhnya untuk kembali pulang, dan aku bersyukur ia pun mengerti dan berjanji akan pulang ke rumah ketika nanti sembuh, dan ia juga menuntut sebuah janji kepadaku, jangan pernah mengatakan kepada orang tuanya bahwa ia kecelakaan, dan aku pun menyetujuinya.
Dari sinilah petualanganku dengan Tomas di mulai, sesosok teman yang sudah sangat lama ku nanti.
NOTE :
UNTUK CHAPTER KALI INI AKAN BERISI BEBERAPA KATA-KATA KASAR, NAMUN SUDAH SAYA COBA SENSOR.
Selama kurang lebih 4-5 hari Tomas di rawat di Rumah Sakit, Pihak Rumah Sakit pun mengizinkan Tomas untuk pulang ke rumah, dan saat ia masih di rawat akupun selalu datang menemuinya setelah jam pulang sekolah.
Ketika di lobby rumah sakit, ia mengatakan.
"Thanks ya vin udah mau nemenin aku terus di rumah sakit". Ucapnya.
"Ia tom sama-sama, lagi pula alasanku untuk menemanimu selama di rumah sakit bukan karna lagi rasa bersalah, melainkan kau sudah ku anggap sebagai temanku". Jawabku dengan senyum lebar di wajah.
"haha aku udah tau ko itu...oiya nanti lulus SMA mau langsung kuliah?" tanyanya kembali.
"engga tom, ada urusan yang harus aku selesaikan dulu". Jawabku.
"urusan? kalau kamu gak keberatan, aku siap bantu ko". Jawabnya.
"liat nanti aja hehe". Jawabku kembali.
Lalu aku pun menyuruhnya menunggu di depan loby, sementara aku mengambil mobil ibu yang berada di parkiran, setelah itu aku pun kembali menuju mobil untuk menjemput Tomas yang berada di depan loby, lalu aku pun mengantarnya menuju rumahnya, di tengah perjalanan tomas mengingatkanku kembali dengan janjiku.
"Vin jangan lupa janji kamu waktu itu". Ucapnya.
"Ia tom tenang aja, trus nanti aku harus bilang apa, kalo di tanya aku siapa kamu". Tanyaku kembali.
"Bilang aja temen, dan aku nginep di rumah kamu". Ucapnya kembali.
"oh yaudah, yang penting gak tambah rumit masalah". Jawabku.
Aku memang sudah berjanji kepadanya bahwa aku tidak akan mengatakan kepada kedua orangtuanya bahwa ia habis kecelakaan, mungkin maksudnya agar kedua orang tuanya tidak khawatir. Sekitar setengah jam di perjalanan, kami pun sampai di depan pagar rumahnya, dan terlihat 3 Security berjaga di Pos depan, lalu salah satu Securiy itu menghampiriku.
"Permisi, ada urusan apa?". Tanyanya yang masih belum mengetahui bahwa aku sedang membawa tomas.
"Saya mau mengantar Tomas pak". Jawabku.
Lalu Ketika ia menengok ke arah bangku samping, ia pun langsung kaget, dan segera menyuruh ke 2 teman-nya untuk membukakan gerbang, jujur saja aku sebenarnya kaget, sebenarnya siapa orang tua Tomas, sampai-sampai rumahnya di jaga seketat ini, bahkan mobilku pun ikut di periksa sebelum masuk ke rumahnya. Setelah pemeriksaan aku pun di persilahkan masuk, dan sungguh tidak habis fikir betapa megahnya rumah ini, terlihat beberapa mobil sport mewah terparkir dan bahkan ada lapangan basket di samping perkarangan rumahnya, dan di tengahnya terdapat air mancur yang cukup besar. Dan aku pun semakin tegang ketika harus bertemu dengan orang tuanya, sebenarnya aku sangat ingin bertanya kepada tomas siapa orang tuanya, namun aku lebih memilih menahan rasa penasaranku karna aku akan segera menemui lnya.
Lalu Tomas menyuruhku untuk memarkirkan mobilku di dekat lapangan basket, dan ia pun menyuruhku ikut menemaninya untuk berbicara dengan orang tuanya. Lalu sampailah kami di depan pintu rumahnya, lalu sebelum aku ingin membunyikan bel, tiba-tiba saja ada seorang wanita berseragam membukakan pintu yang menyuruh kami masuk dan sepertinya itu asisten rumah tangganya. Lalu tomas menyuruhku untuk duduk di ruang tamu sambil menonton tv, dan ia pun menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Namun baru saja ia meninggalkanku untuk menuju ke lantai atas, tiba-tiba aku mendengar suara...
"DASAR ANAK S*T*N, UDAH DI KASIH ENAK MALAH NGELUNJAK, OT*K LU DIMANA?". terdengar suara triakan yang begitu kencang dari lantai atas.
"PAKK !!!". terdengar suara tamparan yang begitu kencang.
Dan setelah ku coba menengok ke lantai atas, ternyata suara itu berasal dari ayahnya yang sedang mengomeli Tomas. Dan aku tidak mengerti mengapa darahku ikut mendidih melihat perlakuan orang tua terhadap anaknya seperti itu. Suara teriakan pun terus dan menerus terdengar, dan terlihat tomas hanya berdiri dan memlototi ayahnya dengan tatapan penuh dendam.
"BUNUH AJA SEKALIAN !!!... NGAPAIN LU GEDEIN GUA KALO BUAT JADI BAHAN SAMSAK?? HAHH !!!...." teriak tomas yang sudah tidak tahan dengan kelakukan ayahnya.
Dan tentu saja ayahnya pun tidak terima dengan perlakuan anaknya itu, dan ayahnya pun mengambil sebuah stick golf dan mengayunkan ke tubuh tomas. Aku pun tidak lagi dapat menahan diri, mungkin sudah 5 kali lebih Stick Golf itu menghantam ke tubuh tomas dengan kencan nya. Aku pun berlari menuju ke tempat mereka dan..
"TAAANGGGGG !!!!".. suara patahan stick golf
Ya.. aku menghajar stick golf itu dengan tangan kosong sampai membuat stick itu terbelah menjadi 2, aku terpaksa menggunakan kanuraganku karna aku sudah tidak tahan melihat perlakuan ayahnya. Dan sontak mereka berdua dan 1 pembantunya menatapku dengan wajah yang sangat heran, beberapa detik suasana sunyi setelah aku mematahkan stick itu.
"Siapa kamu?". Tanya ayahnya.
"Saya teman tomas om, saya sungguh minta maaf dengan perlakuan saya yang sungguh sangat kurang ajar dan mencampuri urusan rumah tangga om, tapi saya sudah tidak tahan melihatnya, mengapa harus menggunakan cara kasar? anak om ini sungguh orang yang baik". Ucapku yang mencoba melerai perkelahian mereka.
"baik? dari mananya baik? anak s*tan ini udah keterlaluan, selalu ngebangkang omongan gua". Jawabnya yang masih dengan nada emosi.
"Om tenang dulu, kita bisa omongin semuanya baik-baik om, saya yakin tomas juga punya alasan mengapa dia berbuat seperti itu". Jawabku yang kembali mencoba menenangkan ayah tomas.
"Ga usah lu bela-bela'in,.. lu tau apa??... SECURITYYY !!!! USIR NIH ANAK".. teriaknya yang memanggil security untuk mengusirku.
Lalu apakah aku takut? apakah aku akan pergi dan meninggalkan tomas dengan keadaan seperti ini? jika ku biarkan tomas pasti akan melakukan hal yang lebih nekat lagi, aku tidak mau temanku jatuh ke jalan saiton.
"maaf om, untuk sekali ini saya tidak dapat menuruti omongan om". Jawabku.
Lalu tak lama sekitar 5 security menghampiriku dengan mencoba memegangi tanganku dan leherku, dan yang membuat ku naik darah, ada salah satu security yang menepuk kepalaku.
Aku pun merapalkan beberapa amalan dan ku fokuskan diri, dan 2 security yang memegangi tubuhku terpental seperti terkena sengatan listrik, dan 3 lain-nya seperti ragu-ragu ingin menangkapku, dan 2 dari 3 security yang tersisa kembali mencoba menangkapku dan aku pun mengeluarkan sedikit jurus-jurus yang ku pelajari dari perguruanku untuk mengalahkan mereka, dan akhirnya mereka pun ikut terjatuh dan tersisa 1 lagi security yang masih ragu-ragu ingin menangkapku, dan bukan-nya menangkapku ia malah lari ketakutan.
"Kamu belajar ilmu dari mana?" tanya ayah tomas
"tidak penting saya belajar ilmu dari mana, yang terpenting sekarang saya hanya ingin om tenang dan biarkan tomas berbicara dengan om apa yang sebenarnya ia simpan selama ini". Ucapku.
"huffff.. sepertinya saya memang tidak punya pilihan lain selain menurutimu". jawabnya yang mencoba untuk tenang dan duduk di sofa.
Lalu aku pun mendekati tomas yang masuh dengan wajah keheranan dan bercampur dengan ketakutan.
"ungkapkan semuanya tom, ini saatnya kamu jujur, aku tau selama ini kamu tidak pernah jujur dengan perasaanmu, jangan lagi kau pasang senyum palsu itu untuk menutupi guncangan mental dan jiwa yang kau rasakan selama ini, menangislah jika kamu ingin menangis teriaklah jika kamu ingin teriak, aku hanya bisa membantumu sampai disini, dan sekarang adalah giliranmu". Ucapku kepada tomas.
Dan Tomas pun mendekati ayahnya dengan wajah yang penuh amarah dan berdiri tepat dimana ayahnya duduk.
"LU TAU GAK PERASAAN GUE GIMANA SAMPAI SEKARANG ? APA MAU GUE? APA YANG GUE PENGENIN SEBENARNYA... LU AYAH TERBURUK YANG PERNAH GUE PUNYA.. TAPI...." ucapnya dengan teriakan yang dapat terdengar sampai keluar rumah.
Dan mendengar itu terlihat wajah ayahnya kembali murka, namun kali ini terlihat ia mencoba menahan emosinya sekuat tenaga.
Lalu tomas pun menundukan badannya, dan menundukan kepalanya di lutut ayahnya, sambil mengatakan.
"tapi... kau juga adalah ayah terbaik yang ku punya, tomas tau ayah udah sekuat tenaga memberikan tomas segalanya, tapi ayah... tomas gak ingin hal-hal yang terlalu mewah, tomas hanya ingin ayah balik lagi kaya dulu, ayah yang selalu menjadi panutan tomas, ayah yang selalu ada saat tomas butuhin. Ayah tau ga? semakin tomas mencoba benci sama ayah, semakin tomas gak bisa benci sama ayah". ucapnya dengan tangisan deras yang tumpah dari matanya.
Dan melihat anaknya mengatakan itu, ayahnya pun mengangkat tubuhnya dan..
"PAAKKKKK" kembali tamparan di terima tomas.
Namun kali ini berbeda, setelah menampar anaknya, ia langsung mengangkat badan tomas yang masih menunduk di lututnya dan memeluknya.
"anak bodoh, kenapa baru bilang sekarang". Ucapnya yang juga meneteskan air mata, sambil memeluk tomas.
Melihat hal ini pun, aku pun tidak dapat lagi menahan air mataku.
Setelah konflik yang sangat menegangkan, terlihat ayahnya yang sudah melunak, mungkin karna melihat pengakuan dari tomas yang tidak pernah ia sangka, karna aku tidak ingin menggangu kehangatan keluarga yang sudah lama tidak mereka rasakan aku pun secara perlahan-lahan meninggalkan mereka, namun ketika aku menuruni tangga secara tiba-tiba merasakan energi yang begitu buruk padahal ketika aku datang aku tidak merasakan energi ini, aku melihat-lihat ke arah sekitar namun aku tidak dapat melihat apa pun. Aku menyuruh salah satu khadamku untuk mencari sumber Energi ini, aku pun melambatkan langkahku agar aku mengetahui sumbernya sebelum aku meninggalkan rumah ini. Ketika aku ingin melewati pintu depan sekelibat aku melihat bayangan hitam yang benar-benar sangat besar mungkin setinggi 10 meter terbang melewati atap rumah.
"Kevin.. ada yang tidak suka dengan kehadiranmu". Ucap kakek yang membisiku.
"Aku tau ke". Balasku.
Aku bertanya-tanya apa yang mahkluk itu lakukan, karna sungguh tidak mungkin mahkluk dengan energi sebesar itu hanya mendiami tempat ini, pasti ada yang mengirimnya. Dan akhirnya aku mendapatkan laporan dari khadamku, bahwa energi ini dari pohon besar yang berada di taman belakang rumah. Aku pun kembali berfikir, apakah aku harus memeriksanya?. Ketika aku sudah berada di dekat mobilku yang terparkir, terlihat sebuah BMW Serie M baru masuk saja memarkirkan ya di garasi. Dan seorang perempuan keluar dari mobil itu, Wanita dengan rambut pendek dan kulit putihnya menggunakan dress pendek yang menggunakan kaca mata hitam. Wanita itu memarkirkan mobilnya hanya sekitar 10 meter dari tempatku parkir, tentu aku dapat melihatnya dengan jelas. Namun ketika aku melihatnya, aku mengetahui 1 Hal.
"Ternyata kau". Ucapku dengan sedikit tawa.
Aku melihat 4.. bukan... mungkin 6 atau lebih sosok Iblis mengikutinya, kemungkinan besar wanita ini mengikuti sebuah pesugihan. Wanita itu berjalan mendekatiku.
"ade.. kesini mau ketemu siapa?". tanyanya
"temen-nya tomas mba, nih saya mau pulang". Jawabku.
"tomas udah balik? saya ibunya". ucapnya yang sekaligus mengagetkanku
"i..iya bu baru aja pulang". Jawabku.
"kamu gak mau makan atau minum dulu?". Tanyanya kembali.
"Engga usah bu makasih banyak ngerepotin, saya mau pulang aja". Jawabku.
Lalu setelah perbincangan dengan wanita yang tidak ku sangka-sangka ialah ibu dari Tomas itu. Akupun masuk ke dalam mobil, namun ketika baru aku ingin menyalakan mobil, ada seseorang yang mengetuk-ngetuk kaca mobilku, dan ternyata itu adalah seorang security yang tadi terkena kanuragan ku. Akupun membuka jendelaku dan bertanya apa maunya.
"ada apa lgi pa?". Tanyaku dari dalam mobil.
"eng..engga mas, mas di panggil tuan, katanya mau ngomong sama mas". Ucapnya.
Mendengar hal itu, aku pun langsung menghentikan niatku untuk pulang, karna akan merasa tidak enak jika aku menolaknya. Lalu aku pun pergi menemuinya, ketika aku memasuki pintu terlihat Ayah, Ibu tomas dan juga tomas sendiri sedang duduk di ruang tamu di bawah seperti sedang menungguku. Lalu ketika aku menghampiri mereka.
"Kamu kenapa buru-buru pulang?" tanya ayah tomas, dan kita sebut saja Pak Tomy.
"gapapa pak, saya gak mau ganggu bapak sama tomas aja". Jawabku yang ikut duduk bersama mereka.
"Gini loh nak kevin, saya mau terimakasih banyak karna nak kevin sudah mau mengantarkan tomas pulang dan tentu saja, saya juga sangat berterimakasih juga karna nak kevin, Tomas sudah mau ngungkapin apa yang ia pendam selama ini. Dan saya rasa kalau hanya rasa terimakasih saja tidak akan cukup, begini saja nak kevin mau apa? akan saya berikan apa pun yang nak kevin minta?". Tanya ayahnya dengan wajah yang sungguh berbeda dari sebelumnya, terlihat senyuman yang mulai tumbuh perlahan di wajahnya.
"Bener nih pak boleh apa aja?" Tanyaku.
"tentu.. kamu boleh minta apa aja, tinggal kamu sebutin". Ucapnya kembali.
"izin kan saya menginap di rumah ini semalam saja". Ucapku
Mendengar jawabanku, terlihat ekspresi mereka bertiga cukup kaget.
"Menginap? itu saja? kamu bisa loh minta mobil atau apa pun akan saya kasih". Ucapnya kembali.
"Engga pak, permintaan saya hanya satu, saya hanya mau sekedar menginap di runah bapak, untuk mengobrol panjang lebar dengan tomas hehe". Jawabku.
Lalu Pak Tomi pun menyetujui permintaanku untuk menginap di rumahnya, dan terlihat tomas pun senang mendengarnya. Kami pun berbincang panjang sampai tidak terasa terdengar lantunan adzan mahgrib.
"Pak maaf, saya boleh pinjam sajadah? saya mau izin shalat". Ucapku.
"Sa.. sajadah ya... jujur kami tidak punya nak kevin". Ucapnya yang sekaligus cukup mengagetkanku.
Lalu aku pun mengambil sebuah sarung yang ada di mobilku untuk ku jadikan sajadah yang akan ku pakai untuk shalat mahgrib. Setelah shalat tomas pun mengajak ku untuk bermain basket di perkerangan rumahnya, sambil bermain aku sempatkan untuk bertanya.
"Tom ayah kamu kerja apa sih sebenarnya". Tanyaku.
"Ayahku ketua dewan komisaris di ********, dan juga beliau seorang mantan menteri *************". jawabnya.
"mantan menteri? pantas saja wajah nya cukup familiar, mungkin pernah aku lihat di tv". Jawabku.
Lalu setelah bermain cukup lama sekitar 1 jam aku pun memutuskan untuk mandi, karna badanku sudah di basahi dengan keringat, dan setelah mandi aku meminjam kaus dan celana tomas karna aku tidak membawa baju ganti. Setelah itu aku menghabiskan waktu dengan-nya sambil bermain PS dan mengobrol. Ia sempat bertanya bagaimana aku dapat melawan 5 security dengan badan sebesar itu. Namun seperti biasa aku hanya menanggapinya dengan candaan.
Kami berbincang sampai membuat tomas megantuk dan ia memutuskan untuk tidur terlebih dahulu karna pukul sudah menunjukan setengah 12 malam. Dan setelah tomas tidur.
"Akhirnya bisa kumulai". Gumamku pelan.
Sebenarnya aku memiliki sebuah alasan mengapa aku ingin menginap di rumah ini, Dan alasan itu adalah karna aku ingin mencari tau tentang misteri Mahkluk besar yang tadi siang ku lihat dan.. Siapa sebenarnya Ibu Tomas. Mungkin aku sudah melanggar privasi keluarga mereka, namun aku hanya ingin mengobati rasa penasaranku, tujuan mahkluk itu. Apakah mungkin ayah tomas melakukan pesugihan? atau kah ibu tomas?. Dari pada aku membuat spekulasi tanpa dasar yang jelas, aku lebih memilih mencari semua jawaban dari semua pertanyaan ku itu.
Lalu aku dengan perlahan membuka pintu kamar tomas untuk keluar, lalu aku pun berpura-pura untuk pergi menuju mobilku, sesampainya di mobil yang berada di perkarangan depan aku pun mengambil jalan memutar untuk menuju perkarang belakang. Di sepanjang kakiku melangkah, Sangat terasa Angin malam yang begitu menusuk kulitku, Malam itu cukup mencekam semakin kakiku melangkah menuju perkarangan belakang, seolah semakin berat. Namun aku sama sekali tidak takut dengan hal sepele seperti ini. Mungkin bagiku ini seperti bejalan di tengah taman bunga. Sekitar 5 menit aku berjalan sampailah aku di sebuah pohon rindang persis berada di pojok halaman belakang rumah ini.
Aku melihat 3 sosok jin, yang pertama ialah Genderuwo dan kedua ialah nenek dengan leher yang sangat panjang, dan terkahir aku melihat sesosok kuntilanak merah. Mungkin kalau aku masih menjadi murid dan melihat sesosok kuntilanak merah, aku akan langsung lari terbirit-birit karna ilmu kanuragan-nya sungguh luar biasa. Namun sekarang dengan izin allah aku siap jika memang harus menghadapinya.
Lalu aku pun perlahan mendekati pohon itu dan telihat mereka bertiga seperti menggerang seolah ingin mengancamku, namun tentu saja aku tidak takut. Aku terus berjalan mendekati pohon itu, dan mereka semakin menggerang semakin kencang, namun terlihat tidak 1 pun dari mereka yang mencoba berani menyerangku, mereka perlahan-lahan mundur.
"Pergilah jika tak ingin merasakan Panasnya ayat-ayat yang akan ku lafalkan". Ucapku.
Lalu merekapun Genderuwo berbadan besar itu seperti menelan ancamanku dan pergi meninggalkan 2 jin yang masih menggerang di pohon itu. Lalu karna merasa jengkel aku pun membaca beberapa amalan pengusir jin, dan mereka pun terbakar dengan teriakan yang mungkin tidak ingin kalian dengar seumur hidup, lengkingan teriakan kesakitan itu sungguh menyeramkan.
"SUDAHHHHHHHHHHHHH". teriak salah satu mahkluk itu.
"Kalian akan pergi?". Tanyaku.
"BAIKLAH KAMI AKAN PERGI, PADAMKAN API INI KU MOHON". teriaknya yang mengemis kepadaku.
Lalu aku pun melepaskan mereka dan membiarkan mereka pergi, aku pun segera memeriksa pohon bosae ini. Aku merasakan energi negatif yang cukup besar memang berasal dari sini. Akun membaca amalan penarikan Pusaka, karna aku sangat yakin ada pusaka yang terpendam di bawah pohon ini. Aku mencoba menariknya, dan benar saja...
Aku menemukan Sebuah keriss dengan 2 mata pisau mungkin ukuran-nya sebesar telapak tanganku. Aku mencoba untuk menetralkan Pusaka ini dan memancing keluar khadam yang berada di pusaka ini, namun ketika sedang proses tiba-tiba..
"HEH.. NGAPAIN DI SINI MALEM-MALEM" teriak ibu tomas, yang sudah ku prediksi dia akan datang.
"datang juga kau wanita iblis". Jawabku.
"jadi kau bisa melihat mereka?". tanyanya
"aku bahkan bisa mengusir mereka dan juga khadam-khadam kafir yang kau miliki". Ucapku dengan nada ancaman.
"apa maumu? ini semua tidak ada hubungan-nya denganmu". Ucapnya yang mulai meneteskan air mata.
"tentu ada.. karna tomas adalah sahabatku, dan kau sengaja menanam Jin pada tubuh pak Tomy untuk dapat kau kendalikan bukan? sehingga kau dapat mengusir tomas, dan kau bukanlah ibu kandung dari tomas". Ucapku
"kumohon.. jangan katakan kepada suamiku, aku mohon...". Ucapnya sambil memohon-mohon di kakiku.
"Kau harus mengetahui apa itu hukum alam". Ucapku yang meninggalkannya.
"AKU AKAN BERIKAN UANG... BERAPA PUN YANG KAU MINTA". Ucap yang dengan air mata yang makin deras.
"uang ya... boleh juga....". Jawabku, yang menghentikan langkahku.
"Ia uang.. sebutkan saja, 200 juta? 500 juta?" akan aku berikan sekarang juga.
"boleh juga untuk di sumbangkan ke anak yatim". Ucapku yang enggan melihat wajahnya.
"Aku tidak akan mengatakan kepada pak tomy apa yang sudah kau lakukan.. tapi ini terakhir kalinya kau melakukan. kejahatan seperti ini, dan aku akan mencabut semua khadam yang kau miliki dan pusaka ini.. akan ku netralkan, dan ingat jika kau ulangi, aku yang akan menyantetmu sampai mati". ucapku dengan ancaman dan meninggalkan-nya.
Aku sebenarnya tidak ingin mencampuri urusan mereka, namun kurasa tindakan ibu tiri tomas sudah di luar kendali, dan dapat menyebabkan musibah terhadap sahabatku tomas. Setelah menetralkan pusaka yang ku temukan, aku pun kembali menguburnya. Dan aku pun kembali ke kamar tomas dengan wajah tanpa dosa.
"Abis dari mana vin?" tanyanya dengan setengah sadar.
"Habis jalan-jalan aja nyari angin biar ngantuk."
Aku tidak ingin memberitaunya, karna sekarang bukanlah waktu yang cocok untuk memberitaunya, dan aku akan melihat kedepan-nya dan memutuskan apakah aku akan memberitaukan tentang kelakukan ibu tirinya atau tidak, karna aku ingin melihat perubahan dari ibu tirinya itu. Dan aku sudah mengutus salah satu khadamku untuk terus mengikuti nya kemana pun, untuk sekedar mengawasi gerak-geriknya.
Aku pun memutuskan untuk tidur karna sudah tidak kuat menahan kantuk karna pukul sudah menunjukan pukul 2 pagi.
Terdengar suara alarm pada ponselku, tanda untuk segera bangkit dan melaksanakan shalat subuh. Aku pun langsung menuju ke kamar mandi untuk sekedar mengambil wudhu, namun di tengah perjalanan menuju kamar mandi aku kembali bertemu dengan Ibu tiri tomas, kita sebut saja dengan ibu Rina. Terlihat di wajahnya begitu mengantuk dan bekas air mata masih berada di pipinya, tatapan matanya sungguh kosong. Itu lah efek samping karna aku menarik paksa khadam yang ia miliki, ia akan seperti itu kurang lebih 3 hari. Lalu ia pun melihat ke arahku, dan seolah tidak berani menatapku ia kembali menundukan kepala dan berjalan menuju lantai 2. Aku pun tidak terlalu ingin memperdulikan-nya, aku pun segera menuju kamar mandi, setelah mengambil wudhu aku pun kembali ke kamar tomas untuk melaksanakan shalat subuh segera.
Setelah shalat subuh, aku pun berzikir sampai tak terasa tomas pun bangun dan melihat ke arahku, seolah ia tau aku sedang tidak dapat diganggu, ia hanya melihatku dan pergi keluar kamar. Setelah dzikir yang cukup panjang aku pun keluar kamarnya dan mencari tomas, dan aku melihatnya sesang duduk di teras lantai 2, aku pun segera menghampirinya.
"Pagi-pagi udah bengong aja". Ucapku sambil menepuk pundaknya.
"eh vin.. siapa yang bengong, lagi nyantai aja.. eh mau rokok ga?" ucapnya sambil memberikan bungkusan rokok miliknya.
"Boleh.. kebetulan rokokku habis, btw emang kamu udah boleh ngerokok?" tanyaku, sambil mengambil sebatang rokok.
"boleh, aku udah ngerokok dari SMA, dan bapak juga udah tau, karna dia juga dulu ngeroko dari pas sekolah". ucapnya
"ohh haha.. mungkin dia seperti ngeliat dirinya sendiri mungkin ya, jadi gak ngelarang hehe". Ucapku yang mulai membakar rokok.
"lah kamu sendiri udah di bolehin ngeroko vin? kan masih kelas 3 SMA". tanyanya.
"sebenarnya sih gak tau juga, karna aku juga ngumpet-ngumpet, kalau di rumah mana berani aku". Jawabku.
***
HUKUM ALAM
Setelah perbincangan singkatku di teras dengan tomas kami pun pergi ke lantai bawah untuk sarapan bersama. Terlihat di meja makan ada pak tomy dan bu Rina yang sudah terlebih dahulu menyantap sarapan, dan masih terlihat wajah pucat dengan tatapan kosong yang masih belum lepas dari wajah Bu Rina, seperti yang sudah ku bilang sebelumnya, bahwa ia akan terus seperti ini selama 3 hari karna aku menarik paksa khadam miliknya. Terlihat wajah pak tomy yang mulai khawatir tentang keadaan istrinya.
"Kamu sakit mah?" tanya pak tomy yang memegang dahi bu rina untuk sekedar mengecek suhu tubuhnya.
"engga ko pah, cuma lagi kurang fit aja". Ucap bu rina.
Setelah selesai menyantap sarapan bersama mereka, aku pun izin untuk pulang.
"Lah ko' buru-buru banget vin, nginep aja lagi, besok om ajak jalan-jalan sama tomas". Ucap pak tomy
"ah gausah pak ngerepotin, di suguhin sarapan aja saya udah seneng banget, saya gak enak sama ibu di rumah hehe". Jawabku.
Lalu setelah berpamitan dengan mereka aku pun langsung menuju mobilku yang terparkir di perkerangan depan, lalu aku pun segera menuju ke rumah. Saat sampai di gerbang depan aku kembali di hampiri oleh salah 1 security.
"Mas kevin udah mau pulang". tanyanya
Lalu aku pun keluar dari mobil dan mencium tangan security tersebut, karna aku merasa tidak enak telah melukainya kemarin.
"Maaf ya pak kemarin saya sudah mukul bapak". Ucapku.
"a..ahh ia mas kevin, saya beserta teman-teman saya juga minta maaf karna kami hanya nurutin perintah, ngomong-ngomong mas kevin... mas kevin ini berguru dengan siapa ya?". tanyanya.
"ada deh pak hehe". Jawabku
Lalu aku kembali memasuki mobil dan pintu gerbang pun di bukakan olehnya, lalu aku pun langsung menancap gas untuk segera pulang ke rumah, di sepanjang perjalanan aku memikirkan tentang keluarga tomas sambil menghisap rokok yang baru saja ku beli. Tomas mengatakan ibu kandungnya meninggal secara mendadak karna penyakit yang tidak jelas, dan selang 2 sampai 3 bulan semenjak kepergian ibundanya, ayahnya menikah kembali dengan bu Rina yang umurnya cukup berbeda jauh sekitar 15 tahun. Dan semenjak itu lah ayah tomas sering sekali marah-marah tidak jelas dan sering berkata kotor terhadap tomas yang membuatnya tidak betah di rumah dan memutuskan untuk kabur. Aku sebenarnya menaruh curiga apakah Bu rina juga yang telah sengaja merenggut nyawa ibu kandung tomas, untuk dapat menikah dengan Pak Tomy. Namun jika aku terus berfikir seperti itu aku hanya akan su'uzon dan membuat dosa, ku rasa aku harus mencari tau dimana ia berguru, dan aku yakin sekarang gurunya sedang mencariku dan ingin membalas dendam karna aku sudah menarik santet dan membersihkan pohon belakang dan juga khadam milik Bu Rina, ya.. aku sangat yakin itu dan tentunya aku sangat menunggu saat ia ingin menyerangku. Agar ku tau siapa sebenarnya Guru tersebut, Karna aku ingin bersenang-senang dengannya.
"haha". Tawa kecilku yang keluar tanpa ku sadari.
Aku memang senang sekali bila ku memikirkan tentang hal ini, karna aku akan mendapatkan kesempatan untuk dapat menyiksa seseorang yang telah membuat keluarga kecil tomas berantakan.
Dan tak terasa setengah jam sudah kulewati dan aku pun sampai di rumah ku, Namun aku melihat sebuah mobil terparkir di depan rumahku yang tak pernah ku lihat sebelumnya. Lalu aku pun memarkirkan mobil di garasi dan masuk ke dalam rumah, namun betapa kagetnya aku, aku melihat seorang pria yang ku rasa pernah ku lihat sebelumnya, dan ketika aku mulai mengingat, ternyata pria itu ialah saudara jauh Pak ikhsan, apa kalian masih mengingat Pak Ikhsan? Seseorang yang pernah ku tolong anak ya waktu terkena santet dan istrinya yang meninggal karna kecelakaan?, dan apakah kalian ingat... seorang dukun yang pernah mencoba menyantetku namun tak berhasil waktu aku sedang di rumah?. Pria ini adalah dukun itu yang mana sekaligus saudara jauh pak ikhsan. Ia menungguku di ruang tamu dengan wajah penuh keringat. Lalu ketika aku hampiri.
"Masss tolong cabutt masss saya minta ampunnn, saya udah gak kuattt... sekarang saya dan keluarga jatuh miskin karna rezeki saya yang mas cabut sampai sekarang". Pria itu langsung menghampiriku dan menyembah-nyembah di kakiku dengan air mata yang begitu deras mengucur dari matanya.
"kau menangis? sakit? menyesal? sedih? ini tidak ada apa-apanya di bandingkan pak ikhsan yang kehilangan istrinya". Jawabku.
"Itu semua karna permintaan istrinya, dan bukan kehendakku". Ucapnya kembali yang masih berada di kakiku.
"Jangan bohong, ini semua juga ada campur tanganmu, kenapa kau tidak menolak?... aku sudah menarik semua khadam, jin, siluman, mustika bahkan pusaka yang kau miliki. Sekarang kau tidak dapat berbuat apa-apa lagi". Ucapku yang enggan memaafkan-nya.
"Aku mohonnnn aku sangat menyesal mas, aku sudah jauh-jauh datang dari Solo hanya untuk bertemu dengan mas. Dan aku bersumpah demi allah.. demi tuhann aku tidak akan mengulanginya dan tidak akan berurusan dengan keghaiban, tolong kasihanilah istri dan anak ku yang masih kecil". Ucapnya
Mendengar ia menyebut anaknya, hatiku pun ikut tersentuh, yang bersalah ia lah pria ini bukan lah anak nya, dan karna kebodohan pria yang sedang ada di kakiku ini, anak dan istrinya pun harus ikut menderita. Aku pun mencoba untuk memikirkan sesuatu.
"Baiklah akan ku cabut namun dengan beberapa syarat". Ucapku.
"Apa itu, aku akan lakukan semua yang mas inginkan". Jawabnya.
"Kau membawa mobil bukan? Jual sekarang juga mobilmu, lalu sumbangkan lah setengah hasil penjualan mobilmu kepada anak yatim dan setengahnya lagi kau sumbangkan ke masjid-masjid yang akan kau lewati saat pulang ke rumahmu. Dan sisahkan uang 100 ribu untuk perjalanan kau pulang, namun dengan berjalan kaki.". Ucapku.
"Berjalan kaki? rumah ku berada di solo mas, dan itu sangat jauh.. dan aku pun tidak membawa BPKB mobilku". Jawabnya.
"itu pilihanmu, anggap saja itu sebagai salah satu penghapus dosa, jika kau mau melakukan-nya pergi dari sini sekarang, karna aku sudah muak melihat wajahmu, dan ingat.... jangan mencoba-coba berbohong denganku, atau kau akan mendapatkan 10 kali yang lebih perih dari ini". Ancamku kepadanya
"baiklah-baiklah mas aku akan menuruti semua perkataanmu, dan akan ku jual mobilku sekarang juga, namun aku ingin mas berjanji setelah ini semua mas akan mencabut semua nya". Ucapnya
"baiklah, aku tidak akan melanggar janji ku". Ucapku.
Lalu Pria itu pun berdiri dan mencoba untuk mencium tanganku, namun ku hempaskan tangan-nya, karna sungguh semakin mencoba untuk sabar semakin aku jadi emosi saat melihat wajah seseorang yang sudah membuat 1 keluarga hancur.
Lalu ia pun pergi menuju mobilnya dan tentu saja aku akan terus mengawasi dengan mengutus salah satu khadam ku, sampai ia menepati janjinya dan aku pun akan menepati janjiku juga. Setelah Drama yang baru saja terjadi, aku pun memutuskan untuk kembali ke kamar, namun baru saja aku ingin menaiki tangga.
"ya allah kevin, tadi itu kenapa ko dia sampai mohon-mohon sama kamu". ucap ibuku.
Lalu aku pun tidak mungkin berbohong kepada ibuku, karna aku tidak ingin menjadi anak yang durhaka, akhirnya aku pun memutuskan untuk menceritakannya semua dengan ibuku di meja makan. Dan setelah mendengar penjelasan sekaligus ceritaku yang cukup panjang terlihat di matanya seperti mencoba membendung air mata yang tidak ingin ia keluarkan.
"Astaghfirullah, ada ya orang tega begitu vin". Jawab ibuku.
Aku menjadi mudah menjelaskan perihal permasalahan tadi, karna ibuku sudah mengetahui bahwa aku memang sudah mempunyai khadam dan belajar ilmu ke ghaiban.
"Ia mah, kadang kevin juga berfikir seperti itu dan bertanya seperti itu dalam hati kevin, namun kevin coba menela'ah semua kejadian itu dan mengambil hikmahnya, bahwa sesungguhnya seseorang yang di butakan oleh rasa iri, dendam dan benci akan melakukan segalanya, dan ia pun akan mendapatkan ganjaran-nya. Karna hukum alam memang selalu akan terjadi". Ucapku.
Lalu setelah perbincangan panjang dengan ibuku aku pun kembali ke kamar dan langsung membuka laptop dan bermain Game Online yang biasa ku mainkan. Berjam-jam ku habis dengan bermain game sampai tak terasa sudah pukul 12 siang dan adzan zuhur pun sudah berkumandang, aku pun segera mengambil wudhu dan melaksanakan shalat zuhur.
Setelah melaksanakan shalat isya aku pun kembali duduk di meja belajarku, namun bukan untuk belajar, melainkan melanjutkan bermain game. Sedang asyik-asyiknya bermain tiba-tiba ponselku mendapat panggilan, setelah ku lihat ada panggilan dari James. apakah kalian masih mengingat James? salah satu temanku yang ku jumpai saat wisata di Bali, dan kebetulan ia pun tinggal masih 1 kota denganku.
"Hei james... ada apa tumben". Tanya ku.
"gapapa vin, main yuk main aja bareng kan udah lama nih". Jawabnya
"oh boleh-boleh, kapan?". Tanyaku kembali.
"hmm kalo malam sabtu bisa? kalo bisa ajak dong si Hani penasaran nih hha". Ucapnya.
"boleh lagi kosong juga kalau malam sabtu.. haha gak enak, nanti aja kapan" aku kenalin". Ucapku.
"hehe ok deh, see u". Ucapnya.
Kami memang sudah lama merencanakan untuk bertemu di jakarta semenjak pulang dari bali, namun kami sulit menentukan waktu, karna ia sibuk membantu usaha ayahnya setelah pulang kuliah dan aku? sibuk bermain game setelah pulang sekolah.
Karna hari ini adalah hari kamis aku ada jadwal pengajian di cabang, namun bukan jadwal untuk mengajar melainkan nanti Abi lah yang akan mengajar, namun waktunya agak di undur menjadi jam 8 karna Abi sedang ada urusan. Lalu setelah bermain game aku pun mengambil wudhu dan bersiap untuk pengajian, setelah itu aku pun langsung berangkat ke cabang menaiki sepeda. Sekitar 15 menit aku mengayuh sepeda aku pun sampai si depan rumah abi, terlihat ada Ibrahim yang kini ku panggil dengan A'im, ya itu adalah sebutan baruku untuknya. Selain dirinya aku juga melihat banyak murid lain-nya yang sedang menunggu, setelah mereka melihatku, mereka bergerombol untuk mencium tangan, namun ku tahan.
"Nanti saja selesai pengajiannya". ucapku kepada mereka.
Lalu aku pun mengeluarkan sebungkus rokok dan ku hisap sambil duduk di samping A'im.
"im.. abi mana?". Tanyaku
"gak tau vin, di telfon juga gak di angkat, lagi di jalan kayanya". Ucapnya
"Bunda ada di dalam?". Tanyaku kembali. (Bunda disini jalah istri Abi dan kami memanggilnya dengan Bunda).
"ada ko di dalem". Ucapnya.
"Lah kenapa gak masuk?". Tanyaku.
"Ini nungguin kamu dulu". Ucapnya.
Ketika kami sesang mengobrol, Bunda pun membukakan pintu dan menyuruhku dan A'im untuk masuk.
"Eh kevin sini masuk, Ibrahim juga.. Abi sebentar lagi dateng ko". Ucapnya sambil menyuruh kami masuk.
Lalu aku dan A'im masuk sambil menunggu Abi di dalam, Namun para murid tetap menunggu di luar sampai pengajian di mulai. Lalu sambil menunggu Abi aku pun menceritakan tentang kejadian yang terjadi pada keluarga thomas kepadanya sekaligus meminta solusi terbaik darinya. Dan ia pun memikirkan hal yang sama dengan ku, yaitu awasi terus pergerakan Ibu Rina dan beserta Guru Ghaibnya. Aku memang berniat untuk memberitaukan kepada Pak Tomy jika Ibu Rina mengulangi kesalahan-nya. Lalu sedang asyiknya kami berbincang, tiba - tiba ponsel ku berbunyi, setelah ku lihat ada panggilan dari Hani, karna tidak enak aku pun izin keluar untuk mengangkat telfon.
"Assalamuallikum vin". Ucap hani
"wallaikumsalam han, kenapa?". tanyaku
"Malem sabtu jalan yuk, anterin aku nyari Baju sama mau beli HP Baru". tanyanya.
"wahh gak bisa han kalo malem sabtu, aku udah janji duluan sama James mau pergi". Ucapku.
"yahh, yaudah malem minggunya kosongkan?". Tanyanya kembali.
"ia kosong, yaudah ngobrolnya lanjut nanti ya, aku mau ada pengajian". ucap ku.
Lalu kami pun mengakhiri perbincangan singkat kami melalui telfon, dan aku pun kembali masuk ke dalam rumah abi.
"Vin, Abi gak bisa ngajar katanya malem ini, masih ada urusan di pusat". Ucapnya.
"Oh yaudah terus gimana? mau di gantiin, atau di cancel aja malem ini". Tanyaku.
"hmm saya ajalah ya yang gantiin". Ucapnya.
Lalu setelah itu aku pun menyuruh 2 murid senior untuk masuk dan persiapan pengajian, sekiranya sudah selesai, aku pun menyuruh mereka untuk memanggil murid lain-nya untuk masuk ke dalam, dan melanjutkan pengajian dan menjelaskan kepada mereka bahwa abi malam ini tidak dapat mengajar dan di gantikan oleh Ibrahim.
Setelah 2 jam pengajian berlangsung, aku pun memutuskan untuk mengobrol di depan rumah abi sampai jam 11 malam, dan ketika aku ingin pulang, aku melihat Abi iwan baru pulang.
"Assalamuallikum Bi". Ucapku sambil menghampirinya lalu mencium tangannya.
"Wallaikumsalam, mau pulang vin? ibrahim mana?". Tanyanya.
"Ia bi baru mau pulang nih bi, Ibrahim udah pulang dari tadi". Ucapku.
Setelah perbincangan singkat dengan Abi aku pun memutuskan untuk langsung pulang, namun ketika baru saja aku memalingkan tubuhku dari Abi.
"Vin.. ngobrol dulu yuk, di halaman belakang". Ucapnya yang sekaligus menghentikan langkahku untuk pulang.
"oh boleh bi". Jawabku singkat.
Aku pun segera menelfon Ibu ku untuk izin pulang larut malam, karna biasanya kalau sudah mengobrol dengan abi bisa sampai jam 2 atau jam 3 pagi. Lalu aku pun membeli 4 kopi dingin untuk bekal kami berbincang melewati malam, setelah itu aku pun menyusul Abi yang sudah menungguku di halaman belakang, ketika aku sampai disana terlihat abi sedang duduk santai di saung belakang rumahnya sambil menghisap rokok filter ke sukaan-nya.
"misi bi.. nih kopi buat temen ngobrol hehe". Ucapku yang menghampirinya dan memberikan kopi dingin yang tadi ku beli.
"oh ia makasih vin, ada yang ingin kamu tanyakankan?". Ucapnya.
"ohh ia bi, memang ada.. sepertinya saya sudah tidak perlu menjelaskan ceritanya, saya fikir abis sudah tau.. saya hanya ingin menanyakan siapa Guru dari Ibu Thomas bi? karna sampai sekarang Gurunya tersebut belum bertindak setelah saya mencabut paksa khadam yang ia miliki". Tanyaku sambil menyalakan sebatang rokok dan meminum kopi dingin.
"hmmm misalnya saya kasih tau mau kamu apain?" Tanyanya.
"saya hanya ingin tau bi, dan mengawasinya.. selama ia tidak kembali mengusik keluarga sahabat saya, saya janji bi tidak akan menyerangnya.". Ucapku.
"yaudah nanti saya kasih tau". Ucapnya.
"oh ia bi makasih". Jawabku kembali.
Lalu kami pun berbincang-bincang dan tak lama kami berbincang terlihat Ibrahim datang, karna Abi memang menyuruhku untuk menyuruhnya datang kesini, namun aku tidak tau alasannya.
"Assalamuallikum Bi". Salam Ibrahim yang baru datang dan langsung mengambil dan meminum salah satu kopi dinginku.
"tindakan kriminal ini Bi". Ucapku.
Aku sekarang memang sudah sangat dekat dengan ibrahim, bahkan dia sudah ku anggap sebagai kakak ku sendiri, namun aku tidak mau bercanda melampaui batas walaupun kami ber 2 sama-sama guru, namun ia lebih senior dan juga lebih tua dariku, ya walaupun ia lebih suka kalau aku terbuka dengannya dan tidak memandang umur dengan-nya.
"kalian sudah tau tujuan saya memanggil kalian untuk apa kesini?" tanyanya.
"belum bi". Jawab Ibrahim.
"Begini.. saya ada tugas untuk kalian berdua, malam sabtu datanglah ke pusat nanti akan saya kasih tau disana". Ucap mnya.
Mendengar itu aku pun langsung teringat janjiku dengan James yang akan bertemu pada malam sabtu, dan aku memiliki firasat tugas kali ini akan menghabiskan waktu lama dan mungkin aku juga harus membatalkan janji dengan Hani, karna jika Abi yang sudah menyuruhku, aku sama sekali tidak berani menolak dan hanya ada 1 Kata untuk setiap perintahnya.
"SIAP BI". Jawabku dan ibrahim yang mengiyakan .
"yasudah saya duluan ya". Ucap abi yang berdiri dan berjalan menuju semak-semak dan tidak kembali lagi.
Aku pun kaget melihatnya, dan langsung bertanya kepada Ibrahim.
"im tadi Abi kan ya?". Tanyaku.
"bukan.. tadi itu khadam milik Abi yang diutus oleh Abi menemui kita, dan Abi sampai sekarang masih di Pusat". Ucapnya.
"Khadam? kenapa aku tidak menyadarinya sama sekali". Tanyaku keheranan.
"Awalnya juga aku tidak menyadarinya, namun melihat ia tidak meminum kopi dingin kesukaan-nya sedikit pun, itu yang membuatku menyadarinya, dan aku sudah pernah menjumpai khadam Abi 1 kali." Ucapnya.
Aku pun baru menyadarinya bahwa Abi tidak meminum sama sekali kopi dingin yang ku beri, padahal biasanya dia bisa menghabis kan 2 botol dalam waktu singkat.
"Inilah perbedaan kita dengan-nya vin, aku pun tidak dapat melakukan-nya". Ucap Ibrahim.
"ia im". Jawabku singkat.
Lalu Kami pun memutuskan berbincang dahulu sambil menghabiskan kopi yang sudah terlanjur aku beli, Sambil membahas tugas apa yang akan di berikan abi nanti. Dan tak terasa sudah hampir 2 jam aku mengobrol dengannya dan Kopi pun sudah kami habiskan. Lalu kami pun memutuskan untuk pulang.
Lalu aku pun mengambil sepeda dan segara mengayuhnya untuk pulang, di perjalan pulang aku memikirkan kira-kira kapan abi akan memberitauku tentang siapa Guru dari Ibu Rina, namun aku yakin Abi akan menepati janjinya walaupun yang tadi mengatakan itu hanya khadamnya. Sesampainya di rumah aku pun langsung membasuh wajah dan memutuskan untuk tidur karna mataku sudah tidak kuat menahan kantuk dan besok pagi aku harus ke sekolah.
Aku pun mulai memejamkan mata dan tak terasa aku sudah tertidur..
Tapi aku melihatnya....
Aku melihat sesosok pria berjenggot hitam mengenakan pakaian serba hitam sedang tertidur di sebuah kamar, dan kamarnya di penuhi oleh jin-jin peliharaan-nya.
Lalu aku pun terbangun dari mimpiku, Dan aku mengingat jelas dengan apa yang ku alami di mimpi tadi, seperti yang di katakan Abi sepertinya pria itulah guru dari Ibu Rina. Namun untuk sekarang lebih baik aku sampingkan masalah itu terlebih dahulu, karna aku harus segera bangun karna waktu subuh hampir habis, dan aku pun langsung mencoba berdiri dari kasur dengan kepala pusing, karna aku baru tidur sekitar 1 setengah jam. Sebenarnya aku sudah biasa tidur 1 sampai 3 jam dalam sehari, karna kadang amalan yang harus ku amalkan menuntutku untuk melakukan-nya.
Lalu aku pun segera menuju kamar mandi untuk mandi sekaligus mengambil wudhu, dan langsung melakukan shalat subuh setelah kembali dari kamar mandi. Selesainya shalat aku pun turun ke bawah untuk menyantap sarapan pagi. Setelah itu seperti biasa aku dan Ka' dina berangkat sekolah dengan diantar oleh ibu. Sesampainya di sekolah aku pun melakukan kegiatan belajar seperti biasa, dan nilai-nilaiku mulai membaik dan juga pada pelajaran matematika, biasanya aku mendapatkan nilai 2 sampai 4 untuk pelajaran itu. Namun kali ini aku mendapatkan nilai 6, sebuah angka yang sulit ku capai untuk pelajaran matematika, nilai ini ku raih bukan karna aku belajar di rumah, namun aku lebih memilih untuk memahami bukan untuk di mengerti, jika aku paham dasar dari sebuah dasar "Hal" maka aku akan dapat menulusuri segala pondasi dari "Hal" itu.
Setelah Bel pulang berbunyi Ka' dina izin untuk tidak pulang bersamaku karna ingin pergo bersama teman-nya, sebenarnya ia mengajak ku namun aku menolaknya, karna aku sedang tidak mood untuk jalan-jalan. Lalu akupun menunggu ibu di parkiran, tak lama ibu pun datang dan menjemputku, ibu sempat menayakan kemana Ka' dina lalu aku memberitaunya alasan ka' dina tidak ikut pulang bersama. Lalu kami pun pulang menuju rumah, sekitar 20 menit di perjalanan aku pun sampai di rumah dan langsung menuju kamarku untuk mengambil ponselku. Karna aku harus membatalkan janji dengan James dan juga Hani. Lalu dengan segera aku pun menelfon James dan menjelaskan kepadanya alasan mengapa aku tidak dapat menepati janjiku, dan ia pun mengerti alasanku, yang membuatku khawatir sekarang ialah Hani, ya.. wanita ini pasti akan marah jika aku membatalkan janji, karna aku sendiri yang mengajarinya untuk tidak dengan mudah membatalkan sebuah janji, namun kalo ini aku harus menelan ludahku sendiri dan harus membatalkan janjiku kepadanya karna Permintaan Abi yang tidak mungkin ku tolak. Lalu aku memberanikan diri menelfon-nya.
"Assalamuallaikum Han". Ucapku
"wallaikumsalam vin, kenapa? udah kangen aja nelfon-nelfon". jawabnya
"Engg... gini han, untuk malem minggu kayanya aku ga bisa deh nemenin kamu". Ucapku
"kenapa emang? ohhh ada janji yaa sama cewe lain". Ucapnya dengan tuduhan kosong.
"huss enak aja, aku mau ke bogor ada urusan urgent, tpi maaf gak bisa aku jelasin kenapa ya". Jawabku.
"tuh ke bogor? pasti ke puncak kan? sama temen-temen cewe tuh pasti, yaudah lah terserah...... tutttt..tutttttt...tutttt". Ucapnya yang langsung mematikan telfon.
"hadehh sudah ku duga". Jawabku
Lalu aku mengirimkan pesan kepadanya untuk kembali meminta maaf karna masih merasa tidak enak. Dan ia pun tidak kunjung membalas Pesan yang ku kirim bahkan sampai ku selesai shalat mahgrib, aku pun tidak mau terlalu memikirkan-nya karna aku tidak mau menjadi pria yang terlalu memikirkan hal seperti ini. Lalu aku pun tiduran sesaat di kasur untuk merebahkan badan karna malam ini aku akan melakukan perjalanan panjang menuju pusat bersama Ibrahim.
"Kevin..". ucapnya yang tiba-tiba muncul di sampingku dan langsung mengelus-ngelus kepalaku.
"Eh nyaii, kenapa nyai?". Tanyaku yang tidak kaget dengan kehadiran yang muncul tiba-tiba.
"tidak ada apa-apa, hanya ingin menyapamu". Ucapnya yang terus mengelus kepalaku yang sungguh membuatku sangat begitu nyaman.
"oiya kevin mau tanya nyai, Bisakah Khadam berubah wujud menjadi tuannya ketika tuannya menyuruh, seperti yang di lakukan Abi iwan semalam?" tanyaku.
"tentu bisa, namun nyai tidak dapat melakukan-nya, yang bisa melakukan nya itu seperti kakek". Ucap nyai
"kamu ingin aku melakukan-nya kevin". ucap kakek yang juga tiba-tiba muncul di sampingku.
"eh kakek... engga ko kek, kevin hanya sekedar bertanya kepada nyai, karna kevin penasaran saja". Ucapku.
Perbincangan yang seru dan cukup panjang dengan nyai dan kakek harus di akhiri setelah ku mendengar suara adzan isya berkumandang. Lalu aku pun pergi menuju ke kamar mandi untuk, mengambil wudhu dan melaksanakan shalat isya, setelah shalat isya aku pun langsung mempersiapkan sekiranya apa yang akan ku bawa untuk ke pusat, selesainya berkemas aku pun menelfon Ibrahim untuk menayakan kesiapannya, dan memeberi taunya kali ini aku akan membawa mobil ibu, agar bisa masuk tol dan meringkas waktu perjalanan. Dan ia pun menyetujui dan aku pun langsung ke bawah untuk meminta izin kepada ibu untuk membawa mobilnya menginap ke bogor dan untungnya beliau mengizinkanku. Setelah itu aku pun menuju garasi dan langsung menuju rumah ibrahim dengan menggunakan mobil. Sesampai di rumah ibrahim aku pun di suruh masuk dulu oleh ayahnya, karna ibrahim baru selesai shalat isya. lalu aku pun meminta izin agar dapat menunggu di teras depan saja karna dan tidak masuk, karna aku ingin merokok. Dan beliau pun menemaniku mengobrol di teras depan, dan tak kusangka di umurnya yang mungkin sudah berkepala 6 aku dapat berbicara dengan lepas dalam arti masih memiliki batasan. Setelah perbincangan kami yang membuatku nyaman ibrahim pun keluar dan mengajaku untuk langsung berangkat. Aku dan Ibrahim pun mencium tangan beliau sekaligus meminta izin untuk pergi, sebelum naik mobil aku meminta tolong ibrahim yang membawa mobil karna aku ingin tidur sejenak di dalam mobil, dan ia pun menyetujuinya. Kami pun langsung pergi menuju pusat, baru sekitar 10 menit di jalan aku pun meminta izin untuk menutup mataku karna mulai mengantuk.
"vin.. sudah sampai". Ucap Ibrahim sambil menggoyangkan badanku.
"ahh ia 'im, maaf ya di tinggal tidur". ucapku sambil mengusap-usap mata ku.
"tenang aja, yaudah yuk beli kopi dulu biar seger". Ucapnya yang mengajak ku keluar.
Lalu ketika aku membuka pintu mobil ku, betapa dinginnya udara disini, karna pusat perguruanku memang berada di Gunung. Aku pun menarik nafas panjang untuk menyegarkan badan, setelah itu aku pun menghampiri Ibrahim yang sudah duduk di sebuah warung kopi yang berada dekat dengan pusat. Sesampainya di warung kopi, aku sudah di pesankan kopi hitam hangat olehnya.
Lalu kami pun mengobrol di warung sampai mendapatkan panggilan telfon dari Abi, karna sebenarnya abi menyuruh kami datang kesini jam 11 malam, sedangkan kami sampai disini jam 9. Setelah kami menunggu lama aku pun mendapat panggilan telfon dari Abi, dan beliau pun menyuruh kami untuk masuk dan menemuinya di dalam. Lalu kami pun langsung pergi menemui abi.
Sesampainya di dalam aku melihat Abi dengan Dewan guru lain-nya sedang berkumpul dan berbincang riangnya, lalu kami pun mengampirinya tanpa melupakan sopan santun kepada dewan guru lain dengan mencium tangannya. Lalu kami pun di ajak oleh Abi ke sebuah Empang yang berada di perkarangan belakang dekat dengan lapangan basket, dan abi pun mulai mengutarakan apa yang ingin ia bicarakan.
Aku pun sudah tidak sabar mendengar apa yang ingin di katakan oleh abi, karna memang aku sudah sangat penasaran karna baru kali ini beliau sampai menyuruh aku dan ibrahim untuk datang ke pusat hanya karna sebuah permintaan oleh Abi.
"Begini vin dan ibrahim, saya puya permintaan buat kalian berdua". Ucapnya.
***
MUSTIKA
"apa bi?". Tanyaku.
"kita tunggu pukul 12 malam nanti akan saya kasih tau, sementara kita tunggu saja disini sambil mengobrol". Tandasnya
Lalu dengan rasa penasaran yang kian tinggi aku pun harus kembali menahan rasa penasaranku tentang permintaan abi sampai jam 12 yang mana sekarang sudah menunjukan pukul 11:30. Lalu kami pun duduk di sebuah saung yang berada di pinggir empang, abi pernah mengatakan dalam empang ini mencapai 5 setengah meter dari permukaan, dan yang membuatku bingung di empang ini tidak ada ikan sama sekali bahkan tidak bisa di sebut dengan empang, aku dulu sudah pernah bertanya tentang hal ini namun abi hanya mengatakan "Nanti kau pun tau", sungguh sebuah kalimat yang membuatku penasaran.
Kami pun berbincang-bincang sambil menikmati cemilan keripik dari Abi.
Sampai tak terasa jam sudah menunjukan pukul 12:00 dan abi pun menyuruh kami untuk mengikutinya ke pinggir empang.
"Sekarang buka baju kalian dan sisakan celana kalian". Ucap abi.
Lalu tanpa fikir panjang kami berdua pun membuka pakaian kami dan hanya menyisakan celana, sungguh udara dingin di puncak gunung ini langsung menusuk ke dalam tulang, sampai-sampai tanganku tidak berhenti bergetar setelah ku membuka pakaianku.
"Lalu ambilah sebuah batu yang berada di dasar empang ini, jika sudah.. temui saya di saung depan". Ucapnya yang sekaligus menganggetkanku.
Lalu aku melihat ke arah ibrahim, aku ingin melihat bagaimana ekspresi wajahnya setelah mendengar perintah abi tadi, dan terlihat di wajahnya tidak ada rasa kaget dan tidak ada rasa ragu maupun takut, malah ia sedang bersiap-siap untuk menyelam ke dalam empang dengan kedalaman 5 setengah meter ini. Aku sebenarnya memang bisa berenang, namun tidak terlintas di dalam fikiranku, aku akan menyelam di dalam empang yang tidak dapat kuliah dasarnya ini, bahkan aku tidak dapat melihat dasarnya waktu siang hari. Dan aku harus berenang sampai ke dasar pada waktu malam.
"Byurrrrrr". terdengar lompatan ibrahim kedalam empang itu.
Lalu aku pun tidak mau tertinggal darinya, aku menarik nafas panjang lalu ku hembuskan, dan tak lupa aku meminta pertolongan kepada Allah. setelah persiapan singkat itu, aku pun mulai mendekati bibir empang.
"Byurrrrrrr". Aku pun melompat ke dalam empang.
Dingin-nya.... itu yang pertama kali aku rasakan saat jatuh ke air, aku bahkan sempat kehilangan fokus sesaat karna kaget dengan rasa dingin yang langsung menyerang telak ke kulitku, aku mencoba untuk melihat ke dalam air namun percuma.. di dalam aku tidak dapat melihat sama sekali melainkan hanya kegelapan total, dan aku pun memutuskan untuk menutup mataku selama penyelaman ini. Namun baru ku menutup mata, aku mendapat bisikan dari kakek.
"janganlah kau tutup matamu, bukalah sehingga kau dapat melihatnya". Ucapnya.
Mendengar itu aku pun berfikir, memang apa yang dapat kulihat di dalam empang yang begitu gelap ini. Lalu aku kembali membuka mata dan... aku melihat sebuah cahaya berwarna ungu bercampur dengan biru, cahaya itu begitu terang bahkan aku sempat menutupi mataku dengan tangan saat pertama melihatnya. Akupun mengikuti asal cahaya itu yang berasal dari dasar Empang, aku terus mengayuh kaki dan tanganku untuk berenang secepat mungkin karna nafasku yang mulai habis. Dan ketika aku sampai di sumber cahaya itu, Aku menemukan sebuah batu yang ternyata batu ini adalah sumber cahaya, namun saatku genggam cahaya itu seperti hilang begitu saja. Aku yang waktu itu sudah mulai kehabisan nafas tidak mau berfikir panjang dan langsung berenang kembali menuju atas. Terlihat kaki Ibrahim yang hampir sampai ke permukaan. Aku pun tidak mau kalah dengan aku mengayuh kaki dan tangan ku sekuat tenaga karna sungguh pada waktu itu aku hampir mati kehabisan nafas.
"HOOAAHHHHHHHHHHHHH". Suara panjang tarikan nafasku yang berhasil mencapai permukaan.
Lalu di bantu oleh ibrahim yang lebih dulu sudah naik ke bibir empang, ia pun mengulurkan tangan dan menarik ku ke atas. Sesampainya di daratan aku pun langsung batuk-batuk dan merebahkan badan, aku sempat berfikir aku akan mati di dalam sana karna baru kali ini aku berenang sedalam itu.
Namun sekali lagi, aku percaya setiap perintah abi memiliki arti tersendiri, jika aku di suruh untuk melompat ke jurang olehnya, aku akan tetap menurutinya. mengapa? karna aku yakin beliau memiliki alasan yang baik untuku, dan tidak selamanya jurang itu memiliki arti yang buruk.
Lalu Aku beristirahat sejenak untuk menormalkan aliran nafasku, namun ketika aku melihat ibrahim, ia tidak seperti terlihat habis menyelam, bahkan dia tidak menggigil sama sekali waktu aku perhatikan tangannya.
"memang beda kalo senior". Ucapku yang masih terkapar kelelahan.
Dan ia pun hanya memberikan senyuman tipis, tak lama ia pun membantuku berdiri dan kami pun memakai kembali pakaian kami dan langsung menuju saung depan, sesampainya di saung depan aku melihat abi duduk bertiga bersama dewan guru lain-nya. Kami pun langsung menghampiri abi.
"Sudah dapat?". Tanya abi.
"sudah bi". Jawab ibrahim.
Bahkan aku masih tidak bisa menjawab pertayaan abi, karna masih di balut rasa dingin yang menusuk tulangku.
"Abis dari kutub vin haha?" ucap abi edo yang menertawaiku karna melihatku masih merinding kedinginan.
"hehe.. ii...iaa bi". Jawabku dengan gagap.
Lalu seperti mengerti, dewan guru lainnya meninggalkan kami bertiga di saung, mungkin karna abis iwan ingin mengatakan sesuatu kepada kami.
"Sekarang simpan saja, itu untuk kalian". Ucap abi.
Mendengar itu aku pun sedikit kaget, karna ternyata permintaan abi itu melainkan hanya ingin memberikan sebuah mustika kepada kami, walau pun dengan cara yang cukup extreme, dan biasanya Mustika yang berasa dari pusat memiliki energi yang begitu dahsyat. Terlihat di wajah ibrahim seperti seseorang yang menahan rasa bahagia, Itulah ia.. seorang guru yang tidak mau menunjukan rasa senang ketika bahagia dan tidak akan menujukan rasa sedih ketika ia kalut.
"Sekarang kalian temain saya disini, besok pagi saya ikut pulang dengan kalian, karna saya kesini kemarin dengan Abi stevan". Ucap abi yang mengajak kami untuk duduk.
Aku sebenarnya sangat ingin menanyakan fungsi dari mustika ini, Namun di dalam pengajianku di ajarkan agar mencari tau sendiri fungsi dari mustika yang di dapat, karna kami memang di didik untuk tidak manja.
Lalu aku pun menawarkan mereka sebuah kopi yang akan ku belikan, setelah itu aku pun pergi ke warung kopi yang berada tak jauh dari sini, di perjalanan menuju warung aku merasakan sesuatu yang begitu aneh di tubuhku, seperti ya ada yang berubah, aku mencoba untuk merasakan apa yang berubah dari tubuhku, dan akhirnya aku pun menyadari satu hal, rasa dingin yang ku rasakan tiba-tiba menghilang begitu saja, dan udara dingin di puncak gunung ini seolah menghembuskan udara hangat ke tubuhku, apakah ini efek dari mustika yang baru saja ku dapatkan? atau mungkin hanya sugestiku saja?, aku tidak mau memikirkan-nya, aku hanya ingin menikmati hembusan angin hangat yang sesang ku rasakan ini.
Sesampainya di warung aku pun membeli 2 kopi hitam dan 1 kopi susu, sebenarnya aku memang tidak terlalu suka kopi hitam, namun jika sudah di pesankan lebih dahulu, aku tidak akan menolak, karna aku ingin menghargai pemberian. Setelah itu aku pun langsung pergi kembali ke tempat Abi dan Ibrahim.
Sesampainya disana kami pun menikmati kopi hangat yang baru saja kubeli, sambil berbincang-bincang agar rasa kantuk di mataku ini menghilang. Lalu di tengah perbincangan ini aku menyadari 1 hal.
"jika ini sudah selesai, berarti aku masih dapat pergi dengan hani sabtu malam". gumamku dalam hati.
Dan tanpaku sadari bibirku tersenyum-senyum sendiri menyadari hal itu, dan ketika sampai di rumah aku akan menelfon hani dan sekaligus akan menemaninya.
***
TIPS NABI KHIDIR AS
Lalu setelah menyelesaikan shalat subuh berjamaah, kami bertiga pun langsung memutuskan untuk pulang, dan kali ini yang membawa mobil ialah aku. Sepanjang perjalanan banyak sekali yang kami perbincangkan seperti bagaimana mengembangkan cabang dan membuat seluruh murid aktif, cabang kami memang memiliki ratusan murid mungkin sudah sampi 400an, namun yang aktif selalu mengaji dan acara pengajian ialah hanya 100an murid, tentu itu adalah angka yang sangat kecil jika di bandingkan dengan jumlah total murid yang kami miliki, aku pun tidak dapat menyalahkan mereka, karna mungkin mereka sedang sibuk dengan pekerjaan atau pun keluarga dan alasan lain-nya.
Sekitar 3 jam di perjalanan aku pun sampai di rumah abi dan memutuskan untuk singgah sebentar karna badanku cukup pegal-pegal, karna aku sebenarnya belum pernah membawa mobil sampai berjam-jam lamanya. sekitar 15 menit aku di rumah abi, aku pun melanjutkan perjalanan pulang. Sesampainya di rumah aku pun langsung memutuskan untuk mandi dan melanjutkan tidur karna mataku sudah tidak kuat menahan kantuk yang sudah ku tahan cukup lama.
Baru ku memejamkan mata, aku seperti di kirim di sebuah tebing tinggi yang tidak dapat kulihat dasar dari jurang yang berada di tebing itu. Tidak tau mengapa aku begitu penasaran dengan apa yang ada di dalam jurang yang sungguh dalam itu, aku terus memperhatikan-nya dan anehnya aku mendapatkan sebuah sugesti untuk merogoh jurang itu dengan tanganku, mungkin ini terdengar sangat gila, bagaimana caraku merogoh jurang yang begitu lebar dan tidak terlihat dasarnya itu. Namun aku tetap menuruti sugesti itu dan merogohnya dengan tangan, dan apa yang kulihat dan ku rasakan, tangan kananku berubah menjadi begitu panjang dan besar, bahkan besarnya sampai setengah dari lubang jurang saat aku mencoba merogohnya. Lalu aku mencari sesuatu di dalam jurang itu dan tanganku seperti merasa menyentuh sesuatu yang begitu besar, licin dan panjang. Aku mengumpulkan keberanianku dan mengangkatnya keluar..
Dan betapa kagetnya aku, aku menangkap sebuah Naga berwarna hijau terang, saat aku angkat keluar dari jurang dia langsung menatapku dengan tajamnya, dan tanganku pun kembali menjadi ukuran normal. Lalu terlihat sang naga itu seperti ingin memangsaku dengan tatapan yang cukup mengerikan, Aku pun hanya bisa melihatnya tanpa melakukan apa pun. Lalu dia pun terbang ke arahku dengan cepat, dan saat sampai kepadaku, ia bukannya menyerangku melainkan mengelus-ngelus pipiku dengan mulut yang panjang, seperti seekor kucing yang ingin di manjakan. Aku pun dengan pelan mencoba mengelus-ngelus kepalanya yang memiliki 8 tanduk itu, lalu yang makin membuatku kaget dia mengatakan.
"terimakasih". Ucapnya yang masih mengelus-ngelus pipiku dengan mulutnya.
Lalu tanpa sadar aku pun terbangun dari tidurku dan menarik nafas panjang untuk menenangkan diriku, saat tebangun pun aku masih begitu mengingat jelas apa yang baru saja ku lakukan dalam mimpi barusan. Lebih baik akan ku tanyakan nanti kepada Abi, dari pada ku membuat spekulasi yang tidak karuan.
Setelah itu aku pun melihat ke arah jam, dan betapa kagetnya aku ternyata sudah jam 6 kurang dan shalat ashar tersisa sedikit lagi. Aku pun lekas berlari menuju kamar mandi, dan di saat aku keluar kamar aku melihat ka' dina yang sedang makan di bangku depan kamarnya.
"Kenapa gak bangunin sih ka, hampir telat shalat". Sautku yang mencoba mencari alasan atas kesalahanku sendiri.
Dia pun hanya terdiam dan tidak mengatakan apapun, karna dia sudah tau kalau aku sudah kesal dan malah di sauti aku malah akan bertambah kesal, itulah salah satu kekuranganku yang paling besar, sulit untuk mengalah. Tidak mau membuang-buang waktu aku pun pergi ke kamar mandi dan segera mengambil wudhu dan melakukan shalat ashar, setelah shalat ashar selesai akupun melanjutkan shalat mahgrib. Lalu setelah itu aku mengambil Ponselku dan terlihat ada banyak sekali sms dari Hani, dan beberapa SMSnya seperti ini.
1. Aku udah males, terserah mau gimana juga.
2. Terserah kamu mau kemana aku ga perduli.
3. ?
4. Vin?
5. Vin kamu marah?
6. Kok gak di bales sih sms aku?, maafin deh aku udah egois.
Aku tidak mungkin memberitaukan semua isi smsnya karna kalau aku tidak salah mengingat, waktu itu ia mengirimi aku sms sampai 20 lebih. Aku pun saat membaca semua smsnya malah senyum-senyum sendiri, dan karna aku juga merasa kasian padanya, aku pun langsung menelfon-nya.
"vin? kamu marah ya? ko' sms aku gak di bales? sekarang ngapain nelfon? bukannya lagi sibuk di bogor? trus sama siapa aja kesana? ada cewenya kan pasti?". Ucapnya dengan banyak sekali pertanyaan.
"Assalamualliakum". Ucapku yang memberi salam kepadanya sekaligus menyindirnya karna lupa memberikan salam.
"Eh ia wallaikumsalam, maaf lupa..kamu ngapain nelfon? bukan lagi sibuk sama temen-temen kamu". Ucapnya yang terdengar jengkel.
"oh yaudah aku matiin.. assala-". ucapku yang terpotong
"tuhhhh ia ia ga, jangan di matiin dong". Ucapnya yang memotong salam ku.
"yaudah makanya tenang dulu, aku tuh sebenarnya ke bogor ada acara pengajian, dan kebetulan tadi pagi sudah selesai yang aku kira akan sampe besok, makanya aku hubungin kamu mau minta maaf sekaligus mau nanyain jadi atau gaknya kamu minta aku anterin". Ucapku
"hmmm begitu, berarti aku salah paham ya.. maaf". Ucapnya kembali.
Singkat cerita Hani pun memaafkanku dan mengiakan ajakankan ku untuk mengantarnya. Lalu aku pun bersiap-siap untuk menjemputnya dengan menggunakan mobil ibu.
Namun saat aku sedang bersiap-siap aku memikirkan sesuatu, Apa tidak apa-apa aku selalu meminjam mobil ibu ku untuk urusan pribadi, apalagi waktu itu aku pernah merusaknya sekali. Lalu aku menemukan sebuah inisiatif untuk di belikan motor kepada ibu agar kegiatan ibu juga tidak terganggu oleh ku. Lalu aku pun pergi ke bawah untuk berbicara dengan ibu, dan terlihat ibu dan kakak ku sedang memakan cemilan sambil menonton tv di ruang keluarga, aku pun langsung menghampiri mereka dan menyempil di antara duduk mereka.
"lahhh.. ia nih anak nyempil-nyempil, kaya badannya kecil aja". Ucap kakak ku.
" hehe ia maaf, mau ngomong sama mamah" ucapku.
"Mau ngomong apa vin? tumben". tanya ibuku.
"mah kevin kan keseringan pinjam mobil mamah untuk urusan pribadi kevin, malah kadang kevin gak beliin bensin lagi, jadi kevin mau minta beliin motor mah, second juga gapapa ko' yang murah aja di bawah 5 juta, biar nanti kevin nyicil deh pake duit jajan kevin" ucapku.
"pakai duit simpenan kakak aja dulu de, cukup beli motor juga". Ucap kakak ku
"gak deh, kemarin aja baru lunas utang kevin sama kakak, apa lagi kakak tiap bulan ganti HP". Ucapku yang menolak tawaran-nya.
"Gak boleh, mamah gak izinin kevin beli motor, lagian kaya gak tau papah aja.. Kalau ketauan kamu beli motor second pasti mamah di omelin, beli mobil aja vin kebetulan mamah baru dapet brosur mobil tadi pas makan di luar sama kakak". Ucap ibuku yang memberikanku sebuah brosur mobil.
"gak mau ah mah, yaudah sementara pake mobil mamah aja deh kalo gak boleh beli motor hehe". Ucapku.
"memangnya kenapa? ini juga bisa buat di pake kakak atau mamah nanti kalau bosen". Ucap ibuku.
"Mahal" ucapku singkat yang langsung mencium tangan ibu dan pergi mengambil kunci mobilnya.
Aku bukan-nya tidak mau di belikan sebuah mobil oleh orang tuaku, namun aku hanya akan menambah rasa malu ketika aku sudah di biayai pendidikan dan uang jajan yang kalau di hitung dari saat ku lahir mungkin sudah ratusan juta dan mungkin juga lebih, dan aku masih minta di belikan sebuah mobil?.
Aku sengaja meminta di belikan motor dengan harga murah karna ku fikir aku dapat mencicilnya atau pun mengumpulkan uang jajanku dan akan menggantinya di kemudian hari pada ibuku. Walau pun aku tau aku masih dalam tanggung jawab mereka berdua, namun sekali lagi.. Aku Malu.
Setelah mengambil kunci mobil aku pun pergi kegarasi untuk mengambil mobil dan pergi menuju mall tempat aku dan hani berjanji akan bertemu, Aku menyuruhnya untuk naik taksi berangkat karna aku ingin mengantarnya ke rumah saat pulang nanti.
***
Sejarah singkat "Nabi Khidir AS" yang mana di kenal sebagai Guru dari para Nabi.
NOTE : saya mendengar ini dari berbagai sumber yang berbeda bukan hanya dari guru saya sendiri, namun saya akan berikan cerita yang menurut saya paling masuk akal dan juga dapat di cerna dengan mudah.
Nabi Khidir ialah mengajarkan ilmu Makrifat bahkan beberapa sejarawan mengatakan beliau juga mengajarkan tentang ilmu Laduni.
Suatu hari Seorang Bani israil mendatangi Nabi Musa, dan bertanya :
"Wahai Nabiyyullah, adakah di dunia ini manusia/orang yang lebih berilmu dari mu". Tanya Bani asrail itu
"tidak". Ucap beliau Nabi Musa AS.
Namun ternyata Allah mempunyai seorang hamba yang lebih berilmu dari Nabi Musa AS kala itu.
Dan Allah memberikan sebuah teguran kepada beliau dengan mempertemukan-nya dengan Nabi Khidir AS.
(bagaimana mereka bertemu atau kapan mereka bertemu dan dimana mereka bertemu jujur saya lupa, dari pada saya malah mengarang, lebih baik saya katakan sejujurnya)
Suatu Hari Nabi Khidir AS mengajak Nabi Musa AS berjalan-jalan di keramaian Kota. Lalu terlihat seorang anak kecil berlari-lari di jalan. Namun tiada angin tiada apa, Nabi Khidir langsung menguluskan pedang dan menebas anak kecil itu sampai mati, Melihat itu Nabi Musa bingung bukan kepalang, namun ingin bertanya kepada Nabi Khidir ia merasa tidak enak. Lalu mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka dan sampailah di sebuah rumah, Dan kali ini Nabi Khidir langsung membakarnya tanpa berkata sedikitpun, melihat ini Nabi Musa AS masih belum bertanya kepada Nabi Khidir. Lalu mereka pun kembali melanjutkan perjalan-nya dan sampailah di sebuah pelabuhan.
Dan terlihat sebuah Perahu yang cukup besar sedang merapat di pelabuhan, Lalu lagi-lagi Nabi Khidir pun membakar dan menenggelamkan kapal itu. Lalu Nabi Musa kali ini tidak dapat menahan kesabaran-nya dan bertanya kepada Nabi Khidir apa alasan sebenarnya. Lalu Nabi Khidir memberika semua alasannya.
(bagaiamana dan detail ia bicara saya lupa, namun akan saya berikan inti dari perkataan beliau)
"Kau tau anak kecil yang ku tebas tadi? ketika besar ia akan menjadi seorang pembunuh kejam, Kau tau rumah yang kubakar tadi? Rumah itu ialah tempat pelacuran, Dan apakah kau tau mengapa kapal ini ku bakar? karna kapal ini untuk mengirim budak-budak untuk di jual". Tanda Nabi Khidir yang membuat Nabi Musa diam seribu bahasa.
Padahal Mereka baru pertama kali datang dan melihat kota itu.
Untuk kesalahan atau pun kekeliruan saya tentang cerita ini silahkan koreksi, namun saya sudah mencoba menyaring dari berbagai sumber yang saya ketahui termasuk dari guru saya sendiri.
Dan semoga dapat menjadi pelajaran hidup untuk kita.
***
Lanjut ke cerita
Sesampainya di sebuah mal di daerah kuningan, aku pun menunggu Hani di lobby depan sesuai janji kami, dan... bukan Hani namanya jika tidak telat 10-20 menit, dan benar saja sekitar 10 menitan aku menunggu ia pun datang menaiki taksi sesuai yang aku minta. Kali ini ia mengenakan kerudung berwarna putih dengan dress panjang yang juga berwarna putih dan mengenakan Jacket Jeans Biru, Lehernya yang panjang sungguh cocok mengenakan krudung seperti itu, dengan Make up naturalnya yang makin aku sulit untuk mengalihkan pandanganku.
"assalamuallaikum bengong aja". Ucap hani yang menghampiriku.
"wa..wallaikumsalam, engga bengong, yaudah yuk". Ucapku.
Lalu kami pun memutuskan untuk langsung mencari Toko HP di lantai atas, setelah berputar-putar kami pun menemukan Toko HP yang sekiranya cukup lengkap, Lalu terlihat Hani pun sibuk memilih-milih Ponsel Android yang sekiranya ia inginkan, ku kira wanita polos ini hanya memilih berdasarkan model atau bentuknya, namun ia memilih berdasarkan spesifikasi Ponselnya, sayang sekali waktu itu belum ada xia***.
Lalu sekitar setengah jam lebih memilih Hani pun menemukan Ponsel yang ia inginkan, dan ia pun mengeluarkan kartu kredit miliknya.
"Udah punya CC (credit card) han?". tanyaku yang sedikit kaget.
"engga.. ini punya ayah, aku emang di kasih 1 buat belanja, kamu emang gak punya?". Tanyanya kembali
"punya lah.... kartu pelajar." Jawabku
"haha.. oiya kamu kenapa gak ganti-ganti HP? kan biar komunikasinya enak bisa WA atau BBM" tanyanya kembali.
"gak ada duit han, nanti aja.. lagian sms telfon udah cukup". Ucapku.
"pake duit aku aja dulu gapapa, ya sekalian ya nih sekarang". Ucapnya.
"gak". Jawabku singkat.
Lalu setelah selesai melakukan pembayaran kami pun melanjutkan perjalanan ke lantai bawah untuk membeli Pakaian baru untuknya, untungnya ia ini tipe wanita yang tidak suka berlama-lama dalam memilih pakaian yang akan ia beli, cukup sekali dua kali melihat. Setelah itu kami pergi ke toko Jam langganan-nya, Berbeda dengan Kakak ku yang sangat Hoby berganti-ganti ponsel tiap bulan-nya, lain hal dengan Hani, ia lebih suka membeli Jam tangan baru untuk dia pakai atau pun di jadikan koleksi.
"Vin.. beli couple ya?". Tanyanya
"ga ah, lagi gak ada uang.. kamu aja". jawabku menolak.
"yaa.. aku beliin deh ya, mau ya". Ucapnya dengan nada sedikit merayu.
"engga". Jawabku singkat.
Lalu mendengar jawabanku yang menolaknya, ia pun tetap pada pendirian-nya untuk membeli jam pasangan denganku.
"tuh ngapain coba". Ucapku dengan nada sedikit mengomel.
"Bodo, intinya kalo kamu gak mau, namanya kamu gak ngehargain pemberian aku". Jawabnya singkat.
Dengan terpaksa aku pun menerima jam pemberian Hani, ya walaupun dalam hati aku merasa senang memiliki Jam yang sama dengan-nya, namun hati kecilku mengatakan. "tapi bukan seperti ini", karna bagiku tidak etis jika seorang wanita membelikan barang kepada seorang pria, terkecuali dalam moment-moment tertentu. Ya walaupun beberapa orang tidak setuju dengan pendapatku, namun aku tetap pada pendirianku.
Setelah sesi belanja selesai yang mana menghabiskan waktu 2 jam. Kami pun memutuskan untuk pergi mencari makan yang masih berada di dalam mall, sebenarnya Hani mengajak ku untuk menonton film di bioskop, namun aku tidak terlalu suka menonton di bioskop, mungkin karna kalau di rumah aku terbiasa menonton film sambil tiduran.
Akhirnya kami pun sampai di sebuah kedai makanan, kami pun langsung memesan beberapa makanan yang sekiranya dapat memenuhi selera lidah kami.
"Vin.. aku mau nanya deh, dan maaf kalau nyingung kamu, Kamu tumben banget gak beli apa-apa? biasanya kalau jalan ke mall sama aku pasti beli aksesoris komputer atau jaket baru, apa kamu memang lagi bener-bener gak ada uang?". tanyanya.
"Uang sih alhamdulilah ada, tapi aku lagi mau nabung untuk nanti setelah lulus sekolah, kan aku mau nunda kuliah dulu dan mutusin untuk keluar rumah, seperti yang sudah aku bilang sama kamu di chat". Ucapku.
"Kamu emang serius banget ya? aku gak tau alasan kamu kenapa mau nunda kuliah kamu, tapi aku yakin kamu punya alasan kuat di balik itu, dan aku akan sekuat tenaga ngedukung kamu". Ucapnya.
"ia han makasih ya, mungkin nanti setelah lulus sekolah aku bakal nyari kerja untuk biaya kuliah dan hidup aku". Jawabku sambil mengaduk-ngaduk kopi.
"ia vin.. oiya papah nanyain kamu loh". ucapnya yang sedikit mengagetkanku.
"hah? nanyain apa?". Jawabku.
"Ia papah nanyain aja siapa yang lagi deket sama aku, trus setiap aku keluar rumah aku jalan sama siapa, dan aku ceritain deh ke papah tentang kamu". Tuturnya.
"hmm trus ayah kamu ngomong apa?" tanyaku yang sedikit penasaran.
"Ya dia bilang sih selama masih dalam batasan Wajar tidak apa-apa, dan asal aku gak gonta-ganti.. gitu katanya". Jawabnya.
"haha gonta-ganti? nanti deh kalau urusan ketemu ayah kamu, masih kelas 3 SMA masa main ke rumah perempuan". Jawabku.
Lalu kami pun berbincang-bincang panjang sampai tidak sadar jam sudah menunjukan pukul setengah 11 malam, dan kamipun memutuskan untuk langsung pulang, dan aku pun tidak lupa dengan janjiku yang akan mengantarnya ke rumah. Selama di perjalanan kami pun berbincang-bincang seperti biasa, dan sampailah aku di rumah Hani. Dan aku pun lantas memutuskan untuk langsung pergi, karna sudah cukup malam. Ketika aku ingin menginjak pedal gas mobilku, tiba-tiba Hani memanggilku dari arah dalam rumah.
"Kevinnnnnnn, jangan pulang dulu". teriaknya yang memanggilku.
Dan ketika aku menengok ke arah rumah.
"Mampus". Ucapku spontan, melihat seorang pria dewasa di belakang Hani, yang mana aku yakin beliau adalah Ayahnya.
Karna sudah terlanjur aku pun memarkirkan mobil di depan rumahnya dan masuk kedalam, tak lupa aku memberikan salam.
"assalamuallikum om". Ucapku sambil mencium tangan-nya.
"wallaikumsalam de". Jawabnya yang sedang menunggu di pintu depan.
Tubuh ayahnya cukup besar dengan kumis tebas di wajahnya dan rambut panjang sampai seleher, dan terlihat tatto di tangan kanan dan lehernya, yang mana sempat membuat mentalku drop, ketika melihatnya.
"ini nih pah, kevin yang hani ceritain". ucap hani kepada ayahnya.
"kamu mau kemana? buru-buru banget, main dulu". Ucapnya yang menyuruhku.
"Udah malem om nanti di omelin ibu saya hehe". Ucapku yang membuat-buat alasan.
"boong yah, dia kalo ngaji bisa sampe jam 2 pagi malah". Ucap hani yang memanasi ayahnya agar menyuruhku untuk tidak pulang.
"nanti ibumu saya telfon, dan kalau takut pulang sendiri, nanti om anter.. hayoo mau alasan apa lagi". Ucap ayah hani dengan gaya gaulnya.
Lantas aku pun tidak dapat membuat alasan lagi, dan menurut untuk mampir sebentar ke rumahnya. Aku pun di persilahkan duduk di sofa yang berada di ruang tamu bersama ayahnya, dan Hani pun izin ingin berganti pakaian sebentar. Terlihat ayahnya terus memandang ke arahku yang membuat ku cukup gugup, dan akupun hanya bisa menunduk malu.
"Saya sebenarnya tidak kaget jika anak saya suatu saat nanti ketemu anak yang bandel dan menikahinya, karna saya pun menikahi ibu hani dengan cara yang bisa di bilang salah". Ucapnya yang mengagetkanku.
"loh ko' om berfikir gitu, memang benar jika hukum alam itu berlaku, namun setidaknya om sebagai orang tua berdoa dan berusaha untuk menemukan pria yang sebaik mungkin untuk anak om". Ucapku.
Mendengar ucapanku ia pun tidak merespon sama sekali.
"ahh maaf om, kalau saya terdengar seperti menasehati, maaf om, saya tidak bermaksud seperti itu". Ucapku dengan sedikit salah tingkah.
"tidak.. bukan itu maksud om... om hanya sedikit kaget melihat perubahan hani 2 tahun belakangan ini, jujur nak kevin, saya sebagai orang tua jarang menyuruhnya shalat karna saya pun juga jarang shalat, namun semenjak mengenal nak kevin, Hani pun sekarang jadi rajin shalat sekali dan setiap mahgrib pun ia mengaji, kadang ketika om mendengar suaranya mengaji, Hati om seperti di sentil berkali-kali, kadang pernah waktu itu om terbangun sekitar pukul 12 malam untuk mengambil air minum di dapur, ketika di jalan om mendengar suara lantunan ayat alquran dari dalam kamar Hani, dan tidak dapat saya tahan, air mata om menetes begitu saja. Dan semenjak itu om mulai melakukan ibadah shalat, walaupun tidak 5 waktu sehari.. intinya om sangat berterimakasih kepada nak kevin yang sudah merubah Hani ke jalan yang lebih baik". Ucapnya dengan sedikit rasa malu yang terpampang jelas di wajahnya.
"om... saya juga alhamdulilah bersyukur jika memang karna mengenal saya Hani pun dapat berubah ke arah yang positif, namun... itu tidak terlepas dari cara om mendidik Hani, bahkan sebelum saya belum begitu mengenalnya, ia memiliki pribadi yang baik, sopan dan santun. Dan sebenarnya peran saya hanyalah begitu sedikit jika di bandingkan peran om kepada Hani". Ucapku.
Lalu ketika kami sedang mengobrol serius, terlihat wanita dengan penampilan cukup tua mengantarkan kami minum, dan sepertinya wanita itu ialah pengurus rumah tangga disini.
"haha... begitu ya.. intinya saya memiliki pesan kepada nak kevin, kalau bisa jangan tinggalkan Hani ya, karna susah mencari pria jaman sekarang seperti nak kevin. Omongan kamu saja sudah tinggi loh, tidak seperti anak SMA pada umun-nya dan juga kharisma kamu, terlihat berbeda". Ucapnya yang memujiku.
"hehe om bisa aja, kalau untuk itu saya tidak bisa janji om, semua tergantung gusti Allah swt, jika memang saya berjodoh, mau bagaimanapun saya pasti akan bertemu lagi dengan anak om". Ucapku.
Lalu Hani pun datang dan duduk di samping ayahnya, yang masih menggunakan jilbab ala rumahan, dan karna Hani sudah datang kami pun merubah topik serius kami menjadi sedikit menyegarkan, dan aku sebenarnya sedikit terkejut melihat sifat Pak Bima, terlihat dari penampilan-nya cukup menyeramkan, namun ketika aku sudah berbicara dengan-nya, ia sungguh orang yang baik. Walaupun gaya bicaranya yang masih seperti anak muda 20 tahunan, namun ia memiliki kepribadian yang dewasa.
Sekitar 1 jam kami berbincang aku pun meminta izin untuk pulang, dan untungnya kali ini aku di izinkan pak Bima, karna waktu sudah menunjukan pukul setengah 1 malam. Lalu hani pun mengantarkanku ke depan dan sebenarnya pak bima menawarkan ku untuk mengantar, namun aku menolaknya.
Saya disini mau membahas tentang Ryan, seorang teman yang mengajak saya untuk datang mengaji namun hanya di awal chapter saya bahas.
Begini, sebelumnya saya ingin mengatakan bahwa Ryan adalah nama samaran, dan sebenarnya Ryan sudah meninggal 3 tahun lalu dari cerita ini di buat karna suatu penyakit dalam. Karna alasan itu saya tidak ingin menulis kisahnya lebih dalam, karna saya tidak memiliki izin untuk itu.
sebenarnya saya ingin memasuki kembali characternya di dalam story ini karna beliau sebetulnya memiliki beberapa peran penting dalam hidup saya, namun saya berfikir kembali dan memutuskan untuk menghilangkan beliau di kelanjutan story ini.
Terimakasih untuk reader yang sampai mengingat sosok Ryan yang hanya muncul di chapter" awal, dan juga beliau ialah salah satu sahabat terbaik yang pernah saya miliki.
BERSAMBUNG
*****
Selanjutnya