Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TAKDIR YANG TIDAK BISA KULAWAN (Part 6)


PENGEMBALIAN SANTET

Setelah berbincag di kamar ka' dina, akupun kembali ke kamar dan memutuskan untuk langsung tidur, namun mataku seolah tidak mengizinkanku untuk tidur cepat, aku berganti-ganti posisi tetap saja tidak dapat tidur padahal waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, akhirnya aku memutuskan untuk keluar rumah untuk sekedar mencari angin malam dan sambil berjalan-jalan, aku memutuskan untuk pergi ke taman yang berada dekat dengan komplek rumahku, sesampainya disana aku langsung duduk di bangku yang berasa dekat lampu taman, waktu itu suasana begitu hening hanya beberapa orang saja yang berada ditaman, aku menyenderkan badan ke bangku lalu aku mengeluarkan rokok dari saku celanaku dan ku nyalakan, aku melihat-lihat sekitar taman, dan aku melihat hantu pocong yang sudah pernah kuceritakan sebelumnya, yang mana pada waktu itu aku pernah berbuat iseng dengan-nya, tentunya kali ini aku tidak akan menganggunya karna diapun juga tidak pernah menggangu masyarakat disini, namun aku pernah mendengar dari ibuku bahwa masyarakat di sekitar sini sering melihat penampakan Nenek berambut putih di sekitar taman ini, akupun jadi penasaran benar atau tidaknya berita itu, akhirnya aku mencoba untuk mengitari taman sambil mencari tau dimana makhluk itu berada, namun sudah 2 kali ku kitari taman ini aku masih belum menemukan makhluk itu, dan akhirnya ku putuskan untuk bertanya kepada makhluk lain yang berada di sini, waktu itu aku melihat seorang wanita sedang berdiri di dekat ayunan wujudnya mirip seperti kuntilanak, namun perbedaan-nya hanya makhluk ini memiliki tanga yang begitu panjang mungkin sampai 2 meter.
Akupun memutuskan untuk bertanya kepadanya, namun ketika ku dekati dia malah menjauh dan akhirnya aku mencoba menariknya menggunakan amalanku.

"Jangan dekati aku, aku tidak pernah menggangu manusia disini" ucapnya dengan ketakutan.

"Hai Jin kafir, aku tidak akan menyakitimu, aku hanya ingin menanyakan makhluk berwujud Nenek dengan rambut berwarna putih, apakah kau mengenalnya" tanyaku

"Dia berada di pohon besar di ujung sana, dia selalu bersembunyi di dalam tanah ketika melihat manusia memiliki kanuragan tinggi" jawabnya kembali.

Setelah mendengar jawaba darinya akupun langsung melepaskan-nya, dan makhluk itupun pergi entah kemana. Akupun lantas pergi menuju pohon yang di tunjukan oleh jin itu, sesampainya aku di pohon besar yang berada di ujung taman aku memang merasakan energi negatif namun aku tidak dapat menemukan asal dari energi itu, tapi aku teringat perkataan jin wanita tadi bahwa makhluk yang sedang kucari bersembunyi di bawah tanah, lalu aku meminta bantuan kepada kakek untuk menariknya dari bawah tanah, dan kakek pun langsung pergi mencarinya, sekitar 10 detikan makhluk itupun keluar dari tanah, dan benar wujudnya seperti nenek-nenek dengan rambut putih panjang dan perutnya yang sangat buncit.

"Mau apa kau mencariku?" tanya makhluk itu.

"Aku mendengar bahwa kau sering menganggu masyarakat disini dan aku datag kesini untuk mengusirmu" ucapku kepadanya.

"Sungguh aku tidak niat untuk menganggu manusia, aku sedang mencari temanku" ucapnya kembali.

"Temanmu? jangan bohong, jin kafir sepertimu sesungguhnya ialah licik, kau mau mencoba meperdayaku?" tanyaku kembali.

"Sungguh aku tidak berdusta, aku sudah bertahun-tahun mencari temanku" ucapnya kembali

"Aku tidak akan percaya padamu" ucapku, lalu aku membacakan sebuah amalan untuk membakar jin itu, dia terlihat sangat kesakitan dan berteriak memohon ampun, namun sensasi ini... ya sensasi medengar jeritan jin kafir adalah salah satu favoritku, aku tersenyum lebar melihatnya terbakar karna amalanku, aku tidak dapat menutupi rasa senang ini.

"Lepaskan dia kevin, kau tidak seharusnya menyiksanya seperti ini" ucapnya yang tiba-tiba menampaka dirinya di sampingku.

Mendengar ucapan nyai akupun langsung menurut dan menghentikan amalan yang sedang ku baca.

"Pergi kau, jangan sampai aku melihatmu lagi" ucapku yang seperti merasa belum puas membakarnya.

Dan Makhluk itupun pergi menjauh sampai aku tidak bisa merasakn energinya.
Tidak tau mengapa aku sangat senang dengan sensasi yang ketika aku membakar makhluk itu, aku sangat benci dengan jin kafir yang menganggu manusia dan aku lebih memebenci manusia yang menyakiti manusia lainnya menggunakan jin atau santet. 

Semasa aku masih menjadi murid Ibrahim, ia pernah bekata kepadaku.
"Kevin kami tau kenapa kamu tidak saya bolehkan menangani pasien santet tanpa saya dampingi? itu karna kamu pasti akan membunuh si pengirim tanpa fikir panjang."
Itu adalah perkataam beliau ketika aku masih duduk di bangku SMA kelas 2.

Akupun mengambil nafas panjang dan ku hembuska perlahan, lalu akupun memutuskan untuk pulang, di perjalanan menuju rumahpun aku sedikit memikirkan perkataan Ibrahim, perkataan-nya memang ada benarnya. Karna pada saat aku melihat korban santet yang lunglai, sakit dan tidak berdaya, emosiku langsung naik, aku sungguh tidak tega melihatnya, dan manusia macam apa yang melakukan hal sekejam ini, ia menyiksa seseorang sampai seseorang itu mati lemas, dan menurutku si pelaku sangat pantas untuk di hukum mati, karna setiap melihat korban santet, aku membayangkan bagaimana kalau ia adalah adiku bagaimana kalau ia adalah ibu dan bagaimana kalau ia adalah keluargaku, mungkin pemikiran ekstrimku ini memang berlebihan pada saat itu.

Setelah aku sampai di rumah akupun langsung masuk ke kamar dan merebahkan badan, aku sedikit berfikir kembali tentang mengamalkan pedang zulfikar itu, apakah nanti aku mampu untuk melakukan-nya, karna sebentar lagi aku akan lulus kelas 3 aku menjadi lebih sering memfikirkan tentang hal itu. Fikiranku pun mulai lelah karna terus menerus berfikir, aku kembali menarik nafas panjang lalu ku hembuskan perlahan, lebih baik aku tidur untuk menyegarkan kembali fikiranku.

Keesokan harinya seperti biasa aku berangkat ke sekolah, Aku dan Ka' dina sedang menuju ke kantin untuk istirahat, sesampainya di kantin kami memesan 1 Bakso dan 1 roti, dan alasan aku hanya memesan sebuah roti, ialah untuk mengumpulkan uang agar cepat membayar hutang Ka' Dina.

"Ko' tumben dek, makan roti doang? biasanya nasi goreng" tanya kakaku.

"Gapapa ka, masih kenyang aja" sautku yang tidak mau memberitau alasan yang sebenarnya.

Ketika kami sedang menyantap makanan kami, ada seorang perempuan menghampiri kami.

"Hai, kevin kan?" tanya wanita itu yang berdiri di sampingku.

"Iya kevin, kenapa?" tanya ku kembali.

"Boleh kenal ga? kenalin nama aku Syntia" jawabnya sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman.

"Ohh iya syntia boleh ko" jawabku.

Lalu wanita berambut panjang yang di ikat kuda itu, menanyakan nomer Handphoneku, namun kali ini aku tidak mau memberikan-nya dengan alasan aku tidak menghafal nomerku dan Handphoneku tertinggal di rumah. Akhirnya Syntia pun meninggalkan kami dengan wajah sedikit kecewa, aku sebenarnya tidak tega melihatnya, tapi aku tidak mau mendapatkan pesan atau pun telfon yang bersifar tidak penting.

"Ciee ada yang jadi playboy baru nih" ucap kakak-ku dengan nada meledek.

"Kevin emang gak bisa menahan pesona kevin yang menggelora dan tak terbendung ini" jawabku yang menimpali ledekan-nya.

"Dasar, eh tapi bener loh dek, anak osis ada 2 orang yang nanyain nomer kamu loh dan seinget kakak kemarin juga anak basket minta no kamu juga" ucapnya.

"Serius? jangan di kasih kak, awas aja kalo di kasih" ucapku kembali dengan sedikit ancaman.

"Haha iya, ga' kakak kasih ko, kakak sih alesan-nya kalau mau minta nomer kamu langsung aja minta langsung" ucapnya.

Apakah aku senang dengan semua hal ini? dengan tegas aku jawab tidak, aku tidak suka menjadi sumber perhatian, dan aku kadang merasa risih jika mendapatkan sms atau telfon hanya untuk berkenalan ataupun basa basi, apa lagi sampai menghampiri dan mengajak berkenalan. Jadi lebih memilih untuk menolak secara halus, dan sebisa mungkin tidak mengecewakan-nya, bahkan Sms dari sila tidak ada yang ku balas.

Setelah selesai menyantap makanan kami, Bell tanda istirahat berakhirpun berbunyi, aku dan Ka' dina pun langsung pergi menuju kelas kami. Sesampainya di kelas kamipun belajar seperti biasa, dan kali ini ialah pelajaran B.Inggris yang mana menjadi salah satu mata pelajaran yang paling aku suka setelah Sejarah, aku sangat menyukai pelajaran sejarah terutama tentang sejarah china, Jepang dan tak luput juga sejarah Indonesia, aku banyak belajar dari sejarah mereka, sifat mereka yang selalu memiliki harga diri tinggi untuk negaranya dan rela mati demi negara yang mereka lindungi.

Setelah proses belajar mengajar selesai kamipun pulang dan langsung menuju parkiran untuk menunggu ibu, setelah ibu datang kamipun langsung menuju rumah.

Sesampainya di rumah akupun langsung mandi dan mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat ashar. Setelah shalat akupun memeriksa Handphoneku apakah terdapat pesan atau tidak, dan setelah aku periksa aku mendapatkan SMS dari Abi.

"Kevin nanti sepulang sekolah kamu langsung ke rumah abi ya, ada yang mau abi omongin" tulisnya.

Lalu akupun langsung bersiap-siap untuk pergi ke rumah Abi menggunakan sepeda, aku mengayuh sepedaku sekuat tenaga karna jarang sekali Abi sms seperti itu, sekitar 15 menit di jalan akupun sampai di rumah abi dengan nafas yang terengah-engah, lalu aku memutuska untuk mengasoh sebentar dan mengelap keringatku. Sekiranya nafasku sudah mulai normal, akupun langsung mengetuk pintu rumah abi sambil mengucapkan salam. Tak lama Istri beliau membukakan pintu sambil membalas salamku, lalu aku di suruh menunggu di ruan tamu karna Abi masih mandi, sekitar 10 menit aku menunggu abi di ruang tamu, abi pun keluar dari kamar mandi dan langsung menghampiriku, dan akupun langsung berdiri untuk mencium tangan-nya.

"Maaf bi, tadi kevin baru baca sms abi setelah shalat ashar" ucapku yang merasa tidak enak.

"Ahh gapapa, begini vin abi langsung aja ya" ucapnya.

"Iya bi" jawabku singkat.

"Sepertinya abi gak sanggup untuk menampung anak baru lagi di cabang, saya sudah memberikan beberapa murid baru kepada ibrahim dan Sandi. namun Ibrahim sudah memiliki 42 murid dan Sandi sudah memiliki 39 murid dan Mo'ong sudah memiliki 36 murid, jika menambah lagi saya rasa akan membuat mereka kerepotan, dan di cabang pun sudah ada 84 murid karna kemarin Rangga mebawa murid baru sebanyak 2 orang, dan abi mau meminta tolong kamu untuk segera mengajar" tanyanya dengan wajah serius.

"Insyallah saya secara mental dan ilmu siap bi, tapi untuk lokasi mengajarnya dimana bi? untuk di rumah saya sebenarnya bisa dengan izin terlebih dahulu dengan ibu dan ayah saya, dan saya yakin mereka pun menyetujui, tapi karna kevin masih SMA dan harus persiapan UN, kevin takut mereka berfikir akan menganggu persiapan ujian nasional kevin nanti." jawabku, yang sebenarnya aku belum siap untuk mengajar, namun jika itu kemauan abi akupun tidak kuasa menolak.

"Kalau untuk masalah tempat kamu sementara mengajar di cabang saja, pengajian Abi kan malam sabtu, nah kamu mengajar pada hari malam rabu gimana?" tanyanya kembali.

(Cabang ialah kediaman Abi Iwan)

"Boleh bi, jika abi mengizinkan, namum berapa murid bi yang akan di berikan ke saya?" jawabku

"Untuk pertama saya akan membrikan 18 murid kepada kamu" ucapnya.

"Siap bi" jawabku singkat.

Lalu setelah itu kamipun berbincang-bincang, dan tak lama akupun meminta izin untuk pulang, di perjalanan aku kembali merenung, sebenarnya jumlah murid yang di berikan kepadaku melebihi jumlah yang di katakan beliau pada waktu di bogor. Namun aku tidak mau menyalahkan beliau, mungkin memang kapasitas murid pendatang jauh lebih banyak dari jumlah guru yang ada, berarti mulai besok malam aku sudah mulai mengajar di cabang dengan murid-murid baruku.

Sesampainya di rumah waktu sudah menunjukan pukul 6 sore dan sebentar lagi adzan maghrib akan berkumandang, akupun memutuskan untuk mengambil wudhu dan berzikir sampai tiba waktu shalat maghrib, setelah selelsai shalat maghrib aku meneruskan berzikir sampai tibanya adzan isya, tidak tau mengapa sekarang sudah menjadi kebiasaanku, ketika selesai shalat maghrib aku pasti melanjutkan dzikir sampai waktu isya datang, setelah selesainya shalat isya akupun memutuskan membuka laptop untuk berbincang dengan Hani dan di lanjutkan bermain game sampai tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, akupun memutuskan untuk segera tidur, namun beberapa menit aku memejamkan mata.

"DAAARRRR" " DARRRRRR" "PRAANNKKKK"

Aku kaget sejadinya mendengar suara itu, aku mendengar seperti sesuatu menghantam genteng rumahku, akupun langsung keluar kamar memeriksanya, dan terlihat Ka' dina juga keluar kamar dan juga ibuku dengan wajah kawatir, akupun langsung keluar melihat apa yang terjadi, dan benar saja.. genteng rumahku beberapa berjatuhan, dan yang ku tau pasti bahwa ini pasti kiriman santet, namun karna aku sudah menugaskan 3 Khadamku untuk selalu menjaga rumahku, jadi Santet yang ia kirim itupun terpental. 

Apakah aku kesal? YA SANGAT !!.., akupun langsung berlari menuju lantai 2 untuk bersiap menyerang balik dan yang ada di fikiranku saat itu ialah "SIKSA SAMPAI MATI !"

Ketika aku melewati ibu dan Ka' Dina, terlihat wajah mereka yang begitu ketakutan karna kejadian barusan, lalu akupun mengatakan untuk tetap tenang" Karna hal ini tidak akan terjadi lagi" pungkasku, yang menahan rasa amarah begitu besar, aku sampai mengigit lidahku untuk sedikit melampiaskan rasa kesal ini, akupun langsung mengambil wudhu dan mengambil wadah yang ku isi dengan air dan juga sebuah keris pusaka yang kudapatkan dari Abi, lalu akupun duduk sila di sajadah dan di depanku terdapat sebuah wadah berisi air.

Pertama aku akan mencari tau siapa yang berani mengirimkan santet ini, ketika aku mencoba menerawang aku melihat sesosok pria yang sedang duduk dengan wajah yang berkeringat dan tampak raut wajah yang ketakutan nampak jelas di mukanya, mungkin karna ia tau santet yang ia kirim tidak berhasil mengenaiku, namun.. aku seperti pernah melihat dan ternyata pria ini adalah Saudara jauh dari Pak Ikhsan, ya.. pak ikhsan adalah salah satu pasienku yang istrinya meninggal. Dan waktu itu aku memang sudah tau siapa pelakunya, pelakunya ialah orang ini.. 

"Bukankah Ibrahim sudah membalasnya." Gumamku pelan. Mungkin Ibrahim memang sudah membalas kiriman-nya, namun tidak sampai mati, dan si pengirim ini berfikir untuk membalas dendam kepadaku karna ia tau tidak mungkin dapat mengalahkan Ibrahim.

"HAHAHAHA" tawaku dengan cukup kencang, karna sedikit kaget dengan cara fikirnya.

"Kau telah menyolek makhluk buas yang sedang tertidur" gumamku, dengan senyum lebar di wajahku.

Akupun mulai membaca amalan santet tingkat 3 dengan niat untuk langsung membunuhnya seketika, namun ditengah bacaan amalan yang cukup panjang itu terdengar suara kakek di depanku, lalu ketika aku membuka mata kakek sudah ada di depanku.

"Kevin janganlah kau sampai membunuhnya" ucap kakek yang sealigus menghentikan lafalan amalanku.

"Tapi kek orang ini sudah keterlaluan, ia sudah mencoba mengirimiku santet dan juga telah mengahancurkan keluarga Pak ikhsan yang tempo hari aku tolong" jawabku dengan nada kesal.

"Kevin bukankah kau tau seberapa besar dosa jika telah membunuh seseorang? cukup berikan ia pelajaran" ucapnya kembali yang sekaligus menghilang dari hadapanku.

Aku lalu sedikit merenung setelah mendengar ucapakan kakek barusan, mungkin memang aku akan menyesali perbuatanku ini jika aku memang benar membunuhnya, lalu aku mendapatkan sebuah solusi, solusi yang menurutku paling tepat, ya... "aku akan mencabut rezekinya," gumamku dalam hati.

Lalu aku kembali melafalka amalan, namun bukanlah untuk membunuh pria itu melainkan untuk memberikan pelajaran kepadanya dengan mencabut Jalur Rezekinya dan akan ku kembalikan di tanggal yang sama dan bulan yang sama namun di tahun depan.

Setelah selesai akupun membereskan semuanya, karna waktu sudah menunjukan pukul setengah 1 pagi, akupun memutuskan untuk shalat Tahajud, selesainya shalat akupun berdoa meminta pengampunan kepada Allah SWT karna sempat berfikir untuk membunuh, dan akupun meminta petunjuk kepadanya apakah langkah yang ku ambil untuk memberikan pejaran dengan cara memutuskan Rezekinya sudah benar ataukah tidak, lalu karna mataku sudah sangat mengantuk aku memutuskan untuk langsung tidur.

Namun baru saja aku memjamkan mata aku seperti di bawa ke sebuah tempat nan jauh seperti di pemukiman warga, namun ini bukanlah di indonesia, perasaanku seperti mengatakan seperti...., dan benar saja orang-orang yang berlalu lalang memilik wajah khas timur tengah dengan wajah pemukiman seperti berbeda ber abad-abad dari jamanku, kembali perasaanku mengatakan itu. Lalu ketika aku masih saja heran dengan pemandangan seperti ini, tiba-tiba saja ada seorang pria menepukku dari belakang. "ayo" ia mengucapkan-nya dalam bahasa arab namun aku seperti mengerti apa yang ia ucapkan, pria itu membawa sebuah tungkat kayu dan ketika aku ingin melihat wajahnya....

Ketika aku ingin melihat wajahnya, kepalaku seperti tertahan sesuatu yang membuatku tidak bisa untuk menengok ke atas, sungguh berat sekali kepalaku hanya bisa tertunduk. Badan-nya begitu tinggi mungkin sekitar 2 meter setengah. Beliau mengajaku berjalan menuju ke sebuah rumah, dengan kepala yang masih tertunduk, aku hanya bisa melihat kakinya dan tongkat yang ia bawa. Rumah itu cukup besar, lalu beliau membukakan pintu dan seperti menyuruhku untuk masuk namun tidak berbicara sedikitpun, seolah aku mengerti begitu saja apa yang ia mau, lalu akupun duduk di ruang tengah, terdapat sebuah meja dan kursi dengan model lama. Lalu diapun ikut duduk di sebelah, dan sekali lagi... Aku masih tidak bisa mengangkat kepalaku, yang seperti tertiban sesuatu. Lalu aneh... "A..pakah a..ku menangis" Gumamku dalam hati. 

Perasaan apa ini? Mendadak aku merasakan kebahagian yang luar biasa, ya.. air mata yang kuteteskan ini ialah air mata bahagia. Namun karna apa? Mengapa aku bisa sampai sesenang ini? Setenang ini? Dan sebahagia ini.

Aku kembali melihat ke arahnya yang hanya bisa melihat kaki dan tongkatnya, namun.. Perasaanku seperti membisikan sesuatu, bahwa yang ada di hadapanku ini ialah Nabi Sulaiman AS. Aku langsung merinding hebat, air mata bahagian ini tidak hentinya menetes. Terlepas benar atau tidaknya ia Nabi Sualaiman AS, namun perasaan ini.. Perasaan bahagia yang tidak bisa di bohongi ini. Dan tidak mungkin bahwa setan ataupun jin dapat menyerupai Nabi dan Rasul.

Beliau pun masih diam di hadapanku, dan aku masih hanya bisa melihat kakinya dan tongkatnya, namun mendadak beliau mengatakan "jadilah sesuatu." Sebuah kalimat pendek dengan menggunakan bahasa arab kembali terucap oleh beliau, lalu beliau sedikit mengangkat tongkatnya dan di hentakan ke lantai.

"HAAHHH !!!" Suara tarikan nafasku yang sedikit sesak, sekaligus membangunkanku dari tidur. Jantungku tidak hentinya berdetak kencang, aku memegang dadaku begitu kencang. Perasaan ini.. Perasaan bahagia ini, apakah benar aku baru saja bertemu dengan Nabi Sulaiman AS. Sekali lagi terlepas dari itu, aku sangat amat bersyukur dapat bertemu dengannya. Karna Air mata ini.. Tidak dapat berbohong padaku.

Lalu aku mencoba menenangkan diri dengan cara menarik nafas panjang lalu ku hembuskan perlahan sambil berzikir dalam hati. Perlahan-lahan akupun mulai tenang dan melihat Jam dinding, dan ternyata sudah jam setengah 5 pagi. Akupun langsung menuju ke kamar mandi dan melaksanakan shalat subuh. Selesainya shalat akupun kembali berdoa kepada Allah SWT, "ya allah, kau adalah satu-satunya Tuhan di alam semesta ini, kau adalah yang maha pengasih, dan kau adalah maha penyayang, hamba tidak ada apa-apanya jika di bandingkan seluruh ciptaanmu, dan Bumi yang hamba tinggali ini ialah hanya sebesar butiran pasir kecil jika di bandingkan dengan seluruh ciptaanmu, hamba sangat berterimakasih telah di pertemukan dengan salah satu Rasulmu, benar atau tidaknya, hanya kaulah ya Allah, yang maha mengetahui." Ucapku dengan kepala tertunduk.

Lalu aku melanjutkan doa ku dengan berzikir sampai tiba waktu sarapan. Lalu aku mendengar panggilan ibuku dari lantai bawah, akupun segera menyelesaikan zikirku lalu pergi ke bawah untuk sarapan. Selesai sarapan akupun bersiap-siap memakai seragam dan lalu pergi ke sekolah bersama ka' dina. Di perjalan ke sekolah, aku merasakan ada yang aneh, senyuman ini... Ya.. Senyuman di wajahku ini tidak dapat kuhilangkan, serasa aku telah menjadi pribadi yang lebih baik.

"Kamu senyam-senyum ada apaan dek?" Tanya kakak-ku yang berada di kursi depan bersama ibuku yang sedang menyetir.

"Engga, abis dapet mimpi indah aja hihi" jawabku dengan nada bercanda.

"Emang mimpi apaan sih?" Tanya kakak-ku dengan wajah penasaran.

"Mau tau aja" jawabku kembali.

Lalu kamipun sampai di depan gerbang sekolah, lalu aku dan ka' dina mencium tangan ibu. Lalu kamipun menuju kelas, dan seperti biasa.. Beberapa wanita memandangiku ketika aku sampai di lapangan, lalu akupun merangkul kakaku supaya mereka mengira bahwa aku sudah memiliki pacar, karna baru beberapa siswa/siswi yang nmengetahui bahwa aku dan Ka' dina ini ialah kakak beradik.

"Ngapain dek? Rangkul-rangkul, hmm.. Pasti ada maunya" tanyanya yang heran.

"Haha ko tau sih ka, nanti traktirin bakso ya" jawabku dengan senyum lebar di wajahku.

"Dasar kamu" jawabnya singkat.

Akupun merangkul ka' dina sampai di depan kelas kami, dengan harapan tidak ada lagi wanita yang mendekati ataupun mencoba berkenalan denganku. Tapi ketika aku baru saja duduk di mejaku, aku menemukan sebuah surat berwarna merah muda di kolong mejaku. Ketika aku melihat isi suratnya, dan seperti yang sudah kuduga ada wanita lagi yang ingin berkenalan denganku, lalu aku menaruh surat itu di tasku bahwa aku ingin menghargai surat yang ia berikan. Ketika aku sedang merapihkan meja dan bukuku, ada lagi seorang perempuan menghampiriku dan mengajak berkenalan, dan ketika ia menanyakan no telfon dan BBM aku menggunakan cara lamaku dengan alasan tidak ingat dengan nomorku.

"Pengen buru-buru lulus lah kalo gini" gumamku.

Setelah pulang sekolah akupun mampir di sebuah mini market untuk sekedar membeli Voucher Game karna hari ini ada sebuah event di dalam game yang ku mainkan dan sudah ku nanti-nanti dari lama, akupun pulang ke rumah dengan semangat menggebu-gebu, sesampainya di rumah akupun langsung menyalakan laptop dan bermain game, karna waktu ashar masih lama, namun ditengah permainan aku merasakan ada sesuatu yang terlupakan, aku terus berfikir dan mencoba mengingat hal penting apa yang telah kulupakan.

"Pengajian hari ini !" gumamku.

Aku hampir lupa bahwa hari ini aku ada jadwal mengajar di cabang, dan secara mendadak moodku untuk bermain game hilang, padahal tidak sampai 10 menit yang lalu aku begitu menggebu-gebu untuk bermain sampai malam, lalu dengan terpaksa aku harus meninggalkan laptopku untuk membuat materi yang nanti akan ku pakai, sebenarnya untuk guru lain seperti abi ataupun Ibrahim mereka sudah terbiasa, namun karna ini adalah pertama kalinya aku akan mengajar aku harus mempersiapkan segalanya, karna aku tidak ingin mengecewakan murid-murid baruku nanti.

Akupun lantas mengambil sebuah buku amalanku dan beberapa hadist atau pun ayat-ayat di dalam Al-Quran untuk menambahkanya dalam materiku hari ini, akupun dengan serius membuat bahan materi, namun ketika aku sedang serius membuat materi handphoneku mendadak berbunyi, setelah ku lihat ternyata sebuah panggilan dari nomor yang tidak dikenal.

"Paling dari cewe di sekolah" gumamku.

Lalu akupun memutuskan untuk mendiamkan-nya, dan melanjutkan kembali, dan lagi Handphone berdering untuk panggilan dari nomor telfon yang sama, lalu aku tetap tidak mau menjawabnya, karna aku berkali-kali tidak mengangkat telfonnya, akhirnya ia mengirimkan ku pesan, namun setelah ku baca pesan-nya aku sedikit kaget, ini bukan dari perempuan sekolah ku melainkan salah satu murid yang akan ku ajar nanti.

"Assalamualaikum A' kevin, saya Hendra, mau menanyakan apakah hari ini ada pengajian." tulisnya.

Akupun langsung berinisiatif untuk membalasnya.
"Iya, tolong sebarkan bagi yang belum tau jam 7 di cabang." Balasku.

Lalu ia kembali membalas Smsku, "iya A' siap." tanda bahwa ia mengerti.

Akupun kembali melanjutkan untuk membuat bahan materi, sedang serius-seriusnya terdengar adzan ashar berkumandang tanda bahwa aku harus segera meninggalkan kegiatanku untuk melaksanakan shalat ashar, akupun langsung berdiri dari meja belajarku untuk mandi sekaligus mengambil wudhu, setelah selesai mengambil wudhu akupun langsung shalat ashar dan di lanjutkan berdzikir sejenak, sekitar setengah jam aku berdzikir aku kembali mengerjakan materi untuk nanti.

Sampai tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 5 sore, dan akupun sudah berhasil menyelesaikan materi, aku memutuskan untuk istirahat sejenak dengan merembahkan badanku di kasur. Ketika aku baru memejamkan mata terdengar suara nyai di sebelahku

"Kevin sudah beda ya" ucapnya dengan mengelus-ngelus kepalaku, yang sampai sekarang masih mambuatku nyaman jika berada dekat dengan-nya.

"Hehe iya dong, Nyai saya menanyakan apakah Yang ku temui dalam mimpiku semalam ialah benar Nabi Sulaiman AS?" tanyaku.

"Benar atau tidaknya, selama kamu menanggapinya dengan positif dan perasaanmu juga bahagia, insyallah kevin yang kau temui benarlah Nabi Sulaiman AS" tuturnya.

"Begitu ya, benar atau tidaknya hanya gusti Allah yang maha mengetahui" jawabku.

Lalu akupun berbincang-bincang dengan nyai cukup lama, semenjak aku diangkat menjad guru, kakek dan nyai sudah jarang sekali datang ke mimpiku, karna mereka lebih memilih untuk datang menemuiku secara langsung.

Sedang asyik mengobrol dengan Nyai, Adzan Maghrib pun berkumandang lalu akupun berpamitan dengan nyai untuk melaksanakan shalat maghrib, selesai shalat aku langsung bersiap-siap mengambil Peci dan perlengkapan lain untuk ku pakai nanti. Setelah semua siap akupun memutuskan untuk segera berangkat menuju Cabang menggunakan sepeda, sekitar 15 menit di perjalanan akupun sampai di rumah abi dan terlihat sudah banyak murid yang menungguku di depan rumah Abi, dan ketika aku menyapa mereka, mereka serentak langsung berdiri untuk sekedar mencium tanganku, aku sebenarnya agak tidak enak dengan mereka, karna umur mereka lebih tua dariku, namun ini adalah ketentuan dari Perguruanku yang mana murid harus menghormati Guru, lalu akupun mengatakan kepada mereka untuk menunggu sebentar sampai adzan isya untuk shalat berjamaah.

"Kalian tunggu disini dulu ya, nanti setelah adzan kalian baru masuk, oiya Faisal dan Amri tolong siapkan sajadah untuk kita pakai nanti" ucapku kepada mereka.

"Iya A' siap" saut faisal dan Amri.

Aku memilih mereka berdua karna mereka paling senior dari muridku yang lain dan sudah tau letak-letak perlengkapan yang harus di persiapkan, akupun mengetuk pintu rumah Abi, lalu Abi pun membukakan pintu dan mempersilahkanku masuk, akupun berbincang-bincang dengan Abi di ruang tengah sambil menunggu faisal dan Amri mempersiapkan sajadah, dan tak lama suara adzan pun berkumandang dan kamipun shalat berjamaah yang di Imami oleh Abi, setelah shalat Abi pun masuk ke kamarnya untuk membiarkanku mengajar di ruang tengah, akupun mempersiapkan barang-barangku dan beberapa mustika untuk pengisian amalan terhadap murid.

"Sudah datang semua?" tanyaku yang duduk bersila.

"Sudah A'" jawab faisal yang duduk paling depan.

"Yasudah kita mulai" ucapku kembali.

Lalu kamipun memulai pengajian dengan membaca beberapa ayat alquran, dan juga sesi jawab, setelah sesi jawab berkahir akupun mulai melakukan pengisian amalan baru untuk para murid.

(Maaf saya tidak dapat menceritakan secara detail saat pengajian berlangsung).

Selesai pengisian akupun menyudahi pengajian ini karna waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, akupun merapikan barang-barangku untuk segera berkemas, selesai berkemas akupun memutuskan untuk istirahat sejenak di teras rumah abis dengan para murid, mungkin sudah menjadi kebiasaan setelah mengaji pasti kami selalu berbincang-bincang di depan rumah abi, sekitar pukul 10 malam, kamipun pulang.
Namun baru aku ingin menuju ke tempat aku menaruh sepeda, seorang muridku mengatakan bahwa motor yang ia bawa telah hilang dicuri, akupun sedikit kaget.

"Tenang saja, sekarang kamu lebih baik pulang bersama yang lain dulu, insyallah jika memang masih rezekimu motor itu akan kembali" ucapku yang menghampirinya.

"Iya A' amin semoga motor itu masih rezeki saya."

***

Sesuai janjiku, kali ini aku akan membahas tentang "Nyi Roro Kidul" yang katanya beliau adalah penguasa Pantai Selatan.

Namun fakta itu ialah "HOAX", Beliau bukanlah Penguasa mutlak dari Pantai Selatan, melainkan beliau hanyalah Kaki tangan dari Penguasa Mutlak dan aku meminta maaf karna aku di larang memberitau apa lagi menyebarkan nama sebenarnya dari Ratu pantai selatan yang sebenarnya.

Sedikit Sejarah tentang Nyi Roro Kidul:

Kanjeng Ratu Kidul pada mudanya bernama Dewi Retna Suwida, seorang putri dari Pajajaran, anak Prabu Mundhingsari, dari istrinya yang bernama Dewi Sarwedi, cucu Sang Hyang Saranadi, cicit Raja siluman di Sigaluh.

Sang putri melarikan diri dari keraton dan bertapa di gunung Kombang. Selama bertapa ini sering nampak kekuatan gaibnya, dapat berganti rupa dari wanita menjadi pria atau sebaliknya. Sang putri wadat (tidak bersuami).

***

Lanjut ke cerita

"Tenang saja, sekarang kamu lebih baik pulang bersama yang lain dulu, insyallah jika memang masih rezekimu motor itu akan kembali" ucapku yang menghampirinya.

"Iya A' amin semoga motor itu masih rezeki saya."

Setelah itu akupun langsung pulang ke rumah menggunakan sepeda, di perjalanan aku menyuruh salah satu khadamku untuk mencari pencuri itu, dan memberikan waktu sampai besok pagi untuk mengembalikan motor muridku, sekitar 15 menit akupun sampai di rumah, aku langsung menuju kamarku. Namun ketika aku membuka pintu kamarku...

"YUNI !!" Ucapku yang begitu kaget, aku melihatnya sedang duduk di kasurku.

"Sudah lama ya kevin" ucapnya dengan senyum tipis di wajah, dengan air mata yang selalu menetes di wajahnya, sekaligus membuatku meneteskan air mata, seolah kesedihan yang ia rasakan juga dapat kurasakan.

"Kenapa baru sekarang kau datang" tanyaku yang seolah masih tidak peecaya aku dapat melihatnya lagi.

"Aku fikir sekarang waktunya kevin, aku akan menceritakan semuanya" Ucapnya kepadaku, yang berdiri lalu menghampiriku.

"A..apa yang ingin kau ceritakan?" tanyaku yang begitu gugup.

"Aku sebenarnya adalah korban pesugihan dari Ayahku" Ucapnya dengan menutup matanya dan senyum tipis di wajahnya itu seolah tidak dapat menghilang.

"Pesugihan? kenapa kamu tidak mengatakannya dari awal, aku yang sekarang sudah siap menolongmu." ucapku dengan nada tinggi.

"Belum kevin, kau yang sekarang tidak akan bisa melawan jin itu. Walaupun seluruh jin pembantumu membantumu" ucapnya kembali sambil mengelap air mataku dengan tangannya.

"Aku mampu, pasti aku mampu" kembali jawabku yang masih tidak bisa menurunkan nada suaraku.

"Benar yang ia katakan kevin, bahkan aku tidak akan mampu melawan-nya, karna aku sudah pernah bertemu dengan makhluk itu" ucap kakek yang berada di belakangku.

"Kakek pernah bertemu dengan-nya? kenapa kakek tidak pernah mengatakan-nya padaku? Jin seperti apa dia sebenarnya" Ucapku kembali.

"Dia adalah Siluman, salah satu jin terkuat di Pulau Jawa, dan ayahnya telah membuat perjanjian dengan jin itu, dengan cara memberikan tumbal, dan ia adalah salah satu tumbalnya, sukmanya telah menjadi milik makhluk itu, dia tidak akan bisa kembali ke Akhirat dan akan terus tersiksa sampai Kiamat tiba." ucap kakek kembali.

"Lalu mengapa sukmamu bisa datang dan menemuiku kini?" tanyaku kepada Yuni.

"Aku hanya bisa keluar ketika malam purnama, selain itu aku akan kembali." ucap Yuni.

"Lalu apa yang harus aku lakukan? tolong jangan buat aku lebih lama menunggu, aku sudah tidak tahan menunggu selama ini." ucapku yang mulai frustasi.

"Kevin, sebenarnya Guru Besarmu dengan mudahnya bisa saja mengalahkan Makhluk itu, namun sepertinya ia ingin Muridnya lebih berkembang, seperti mengizinkanmu mengamalkan Pesang Zulfikar, dan kau memang harus menunggu lebih lama." ucap kakek.

"Kevin... sepertinya waktuku sudah habis, aku akan menunggumu kevin" ucapnya dengan senyum di wajahnya dan perlahan-lahan menghilang.

"Tunggu Yuni, aku ingin masih menanyakan sesuatu" tanyaku yang mencoba meraihnya, namun ia pergi tanpa menghiraukan-nya.

Lalu akupun duduk di kasurku dengan badan lemas. Aku menundukan kepala dan berfikir, 
"Hampir 3 tahun ! apa tidak cukup !!" ucapku dengan memukulkan tanganku ke tembok dengan kencangnya, yang begitu kesal karna harus kembali menunggu.

Akupun langsung merebahkan badanku ke kasur mencoba untuk menenangkan diri, ketika aku sedang mencoba menenangkan fikiranku, Khadam yang ku perintahkan menemukan pencuri itu kembali dan melapor bahwa dia sudah menemukan-nya, lalu aku hanya merespon "bagus" dengan tatapan kosong di mataku.

Aku sungguh masih tidak dapat menghilangkan-nya dari fikiranku, siapa lagi kalau bukan Yuni. "apakah ia sekuat itu? akankah aku mampu." Ucapku yang mulai menemukan sebuah tembok besar di depanku.

Aku merebahkan badanku ke kasur, lalu aku melihat langit-langit kamar, aku mencoba meraih langit-langit dengan tangan kananku namun aku tidak dapat meraihnya.

"Apakah aku seperti ini? aku tidak dapat memenuhi janjiku" ucapku yang menutup mataku dengan pergelangan tangan.

Aku sudah belajar ilmu ke Ghaiban kurang lebih 4 tahun, dan ternyata itu masih belum cukup untukku, apa akan terus seperti ini?. Aku memutuskan untuk duduk di atas sajadahku dan berdzikir, aku mencoba untuk dapat khusyuk dan kembali menenangkan fikiranku, sekiranya fikiranku sudah tenang dan dapat bernafas lega, aku memutuskan untuk segera pergi tidur, namun sepertinya malam ini aku tidak dapat tidur sendirian, lalu akupun mengetuk pintu Ka' dina sekaligus meminta izin tidur dengannya malam ini, dan iapun mengizinkan. Terlihat jelas di wajahnya bahwa ia sedang mengkhawatirkanku, karna setiap aku meminta tidur dengan-nya, aku pasti memiliki sebuah masalah yang sampai membuat tidurku tidak tenang.

Lalu akupun kembali mematikan lampu dan segera merebahkan badan di kasur, tidak tau mengapa setiap aku dekat dengannya, seolah aku dapat mengeluarkan sikap kekanak-kanakanku, aku bisa sangat manja ketika dengannya. Lalu akupun memeluk tangannya, dan kakakku mengelus kepalaku.

"Kamu ada masalah dek?" tanya kakaku dengan nada khawatir.

"Engga kak, cuma lagi pengen tidur sama kakak, kan udah lama hihi" jawabku dengan nada bercanda.

Aku tidak ingin mengatakan kepadanya apa yang sebenarnya terjadi padaku, atau apa yang sedang aku fikirkan. karna aku tau, itu akan membuatnya sedih. Aku bukanlah seseorang yang ingin membagi kesedihan untuk membuat orang lain sedih, aku hanya ingin melihat orang yang ku sayangi selalu tersenyum tulus. Tidak seperti wanita yang ku kenal, yang tidak pernah berhenti meneteskan air mata. Lama-lama aku mulai memejamkan mata dan akhirnya akupun tertidur lelap, dengan memeluk tangan-nya. sampai tak terasa mataku pun perlahan terpejam dan akupun dapat tidur dengan lelap.

"Dek.. bangun.. subuh" terdengar suara kakak-ku yang memanggilku dengan suara cukup pelan, karna tak ingin mengagetkanku.

"Iya kak.." sautku yang masih tersayup-sayup.

Akupun langsung memaksakan badan untuk berdiri, dan segera ke kamar mandi untuk mengambil wudhu lalu shalat berjamah dengan kakak-ku. Selesainya shalat akupun kembali ke kamarku untuk melanjutkan tidur, karna hari ini di sekolahku sedang ada Rapat Guru dan kamipun di liburkan, namun ganti ya besok aku akan pulang lebih sore, karna jam akan di tambah khusus besok, sesampainya di kamar, akupun langsung merebahkan badan lalu perlahan memejamkan mata sambil memeluk guling, namun ketika aku ingin tidur..

"Vinn.. kevinn.. ada temen-nyaa" ucap ibuku yang memanggilku dari lantai 1.

"Ahh iya bu, suruh tunggu.. kevin mau cuci muka." Sautku dengan nada lemas.

"Tumben jam segini ada yang datang." gumamku dalam hati.

Lalu akupun segera pergi menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka sekedar menyegarkan rasa kantukku. Setelah itu akupun segera pergi ke lantai bawah untuk melihat siapa yang datang ke rumahku pagi-pagi, dan ketika mereka berdua melihatku, mereka sontak langsung berdiri dan menghampiriku untuk mencium tangan, dan terlihat wajah ibuku sedikit kebingungan, karna umur mereka lebih tua dariku.

"Assalamualaikum A' maaf pagi-pagi menggangu, saya cuma mau bilang terimakasih sama Aa, motor saya sudah kembali A, tiba-tiba motor saya ada di depan rumah" ucapnya dengan wajah senang.

"Loh ko' makasih sama saya? makasih sama Allah, berarti itu motor masih rezeki kamu," sautku sambil mengajak mereka kembali duduk.

"Iya A saya juga sangat bersyukur sama Allah, tapi saya tau ini pasti karna campur tangan Aa" ucapnya kembali.

"Saya hanya berdoa, itu saja, dan saya yakin, kamupun melakukan hal yang sama bukan?" tanyaku kembali.

"Iya A pasti ya, oiya A' saya ada sedikit, bingkisan untuk Aa' sama keluarga, ini ucapan terimakasih A" ucapnya sambil memberikanku sebuah Parcel berisi buah-buahan.

"Aduh.. kamu repot-repot, gak usah.. ini kamu simpen di rumah, nanti pas pengajian saya, kamu bawa untuk di bagi'in ke anak-anak yang lain, saya baru mau nerima kalau itu" sautku yang menolak pemberian-nya.

"Oh iya A, terserah Aa aja enaknya gimana, nanti saat pengajian saya bawa" ucapnya.

"Yaudah sekarang kalian pulang, siap-siap kuliah dan kerja, kaya gak ada waktu lain aja ketemu saya, kalau begini kalian bisa telat." ucapku yang menyuruh mereka pulang, namun tidak berniat mengusir.

"Iya A, tau aja saya mau kerja ini, si Popi juga mau kuliah" ucapnya kembali.

Lalu akupun mengantar mereka ke depan untuk pulang. Setelah itu akupun kembali ke dalam rumah, dan terlihat wajah ibuku begitu penasaran.

"Kevin.. mereka ko cium tangan sama kamu? mereka kan lebih tua?" tanyanya dengan penasaran.

"Ya mau gimana mah, emang udah peraturan dasar pengajian kevin, mamah ngertilah hehe" jawabku dengan nada bercanda.

"Berarti kamu udah jadi guru?" tanya ibuku, yang mendekatiku.

"Iya mah, baru beberapa hari" jawabku kepadanya.

Lalu terlihat di wajah ibuku sebuah senyuman, mungkin karna beliau senang dengan pengangkatanku sebagai guru, akupun sebenarnya tidak terlalu menginginkan menjadi seorang guru, jika memikirkan tentang tanggung jawabnya, bila terjadi sesuatu tentang muridku, aku pasti merasa bertanggung jawab.

Lalu setelah mengobrol dengan ibu, akupun izin untuk kembali ke kamar dan kembali tidur, ketika sampai di kamar aku kembali merebahkan badanku di kasur, dan ketika aku ingin memejamkan mata, kali ini yang mengangguku bukanlah seseorang berkunjung ke rumahku, melainkan suara Handphoneku berdering kencang, yang sedikit mengagetkanku, dengan sediki rasa jengkel akupun mengambil Handphoneku yang berada di laci meja belajar, setelah ku lihat, ternyata itu adalah telfon dari Hani, sungguh.. wajahku yang sebelumnya cemberut setelah tau bahwa Hani yang menelfonku, wajahku pun langsung berubah senang.

"Assalamualaikum Han, tumben nelfon pagi-pagi." Tanyaku.

"Wallaikumsalam, aku langsung to the point aja vin, aku udah gak mau lagi sama kamu, dan aku gak akan nungguin janji kamu, lebih baik mulai sekarang kita gak usah berhubungan lagi, dan ini adalah terakhir kalinya aku hubungin kamu, thanks for everything u've give for me," ucapnya yang membuat bulu di sekujur tubuhku merinding hebat.

"Kenapa ha..." belum selesai aku bicara, ia sudah mematikan telfon.

"Ini adalah terakhir kalinya aku menghubungimu" ucap hani.

Setelah mendapatkan telfon darinya yang sangat mengagetkanku, akupun langsung mengambil jaket dan sepedaku, aku tidak dapat berfikir jernih saat ini, yang bisa ku lakukan hanya mengayuh sepeda sekencang-kencangnya.

"Tunggu... buat apa aku ke rumahnya.." ucapku yang langsung memberhentikan kayuh sepedaku.

"Aku kan bisa mebgetahuinya tanpa harus bertemu dengan-nya." Ucapku kembali yang langsung memutar balikan sepedaku, dan kembali menuju rumah.

Yang ada di fikiranku saat ini ialah aku ingin tau apa alasan-nya, ia mengatakan seperti itu, apakah aku pernah berbuat salah sehingga ia begitu marah denganku, namun kurasa aku tidak pernah membuat kesalahan fatal sampai-sampai ia harus berkata seperti itu, aku sungguh tidak perduli jika memang ia menemukan pria yang lebih baik dariku, namun kurasa Hani bukanlah sosok perempuan yang mudah terkena rayuan pria, aku terus befikir seperti itu di sepeda, sampai tak terasa akupun sudah sampai di rumah, lalu aku memakirkan sepedaku dan pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, lalu akupun pergi ke kamar dan menggelar sajadah, aku ingin mencari tau apa alasan-nya ia seperti itu.

Lalu aku mulai merapalkan amalan untuk melihat Hani, aku fokuskan fikiranku kepadanya.. dan...

"Hadehhh... kalau tau gini mending gak usah di liat." gumamku pelan dengan perasaan yang begitu lega.

Akupun merapihkan sajadah dan pergi menuju ruang makan dengan wajah yang tidak juga berhenti mengeluarkan senyum.

"Itu muka ngapa dek,, abis menang event di game?" tanya ka' Dina.

"Wahh ini mah bukan lagi menang event, ini tuh seperti dapat juara di 1 Dota world Championship." jawabku dengan nyeleneh.

"Hah? serius?" tanya kakaku yang termakan dengan celenehanku.

"Ga' lah ngaco" jawabku singkat.

Akupun mengambil makan dan menghiraukan perkataan kakaku, dan ketika makan aku sempatkan mengirimkan sms kepada Hani.

"Yaudah han kalau itu memang mau kamu, berarti aku udah gak ada alasan setelah lulus tetap di jakarta, hari ini juga aku akan mengiyakan tawaran guruku untuk belajar di US." tulisku dengan senyum di bibir yang masih tak dapatku hilangkan.

Setelah mengirimkan pesan kepadanya akupun melanjutkan makanku yang sempat tertunda, setelah selesai makan akupun menutuskan untuk pergi mandi dan bermain game di laptop seharian, karna hari ini aku tidak memiliki jadwal pengajian ataupun mengajar, ketika aku baru membuka laptop, Handphoneku pun berbunyi dan setelah ku lihat ternyata panggilan dari Hani, akupun memutuskan untuk tidak menjawabnya dan menghiraukan-nya. sekira 3-5 kali misscall ia lpun mengirimkan pesan ke padaku.

"Kamu ngapain sih jauh-jauh kesana? angkat dulu telfonnya aku mau ngomong." tulisnya.

Akupun langsung senyum-senyum sendiri lalu membalas sms nya.

"Buat apa? bukan-nya kamu gak mau lagi nunggu janji aku, dan maaf ini terkahir kalinya aku mengirimkan pesan," tulisku kepadanya.

Lalu tak lama iapun kembali mencoba terus menerus menelfonku namun aku tidak menanggapinya dan memutuskan untuk mematikan Handphoneku dan meneruskan kembali bermain laptop. Hari ini ada sebuah event yang harus ku kejar, karna sekarang sudah jarang aku dapat bermain seharian lagi seperti dulu. Sekitar 1 jam aku bermain game, terdengar suara kakak-ku memanggil dari lantai bawah.

"Vinnn.. ada Hani nih," teriaknya memanggilku yang berada di lantai 2.

Lalu akupun memutuskan memperlambat untuk pergi ke bawah dan menemuinya, aku bermain sedikit lama lagi, sampai kakak-ku datang ke kamarku untuk memanggilku, dan karna kakak-ku sudah sampai di kamar akupun tidak bisa beralasan, akupun langsung berdiri dan turun ke bawah untuk menemui Hani.

"Kamu lagi berantem ya sama Hani? matanya merah banget, kaya habis nangis." tanya kakak-ku.

"Engga, cuma mau sedikit kasih pelajaran" sautku dengan senyum lebar.

Lalu akupun pergi ke bawah, dan terlihat Hani sedang menungguku di sofa ruang tamu dengan tatapan yang kosong, hari ini ia mengenakan Jilbab berwarna putih dengan dres panjang yang juga berwarna putih dengan jaket kulit berwarna coklat, terlihat ia semakin cantik dari terakhir kali aku melihatnya.
Ketika ia melihatku ia langsung berdiri dan berlari ke arah, dan yang membuatku begitu kaget ia langsung memeluku dengan eratnya.

"Jangan pergi plisss." ucapnya sambil memeluku erat dengan air mata yang keluar dari matanya.

Mungkin kali ini aku sudah sangat keterlaluan, sampai-sampai membuatnya menangis, namun seperti yang sudah ku ajarkan kepadanya, semua hal yang ia lakukan pasti ada balasan-nya, walaupun hal itu hanya sebuah candaan.

"Aku engga pergi ko" sautku dengan mengelus kepalanya, dan melihat-lihat ke arah lain dan untungnya Ka' Dina sedang berada di atas dan ibu sedang pergi bersama adik-ku.

"Beneran? kamu gak boong kan, cuma buat nyenengin aku?" Tanyanya yang masih tidak mau melepas pelukan-nya.

"Iya beneran, yaudah lepas dulu dosa. inget bukan muhrim." Ucapku yang dengan perlahan melepaskan tangannya dari punggungku.

Lalu akupun mengajaknya duduk di ruang tamu, agar dia dapat menenangkan dirinya.

"Maafin aku, pagi-pagi nelfon gitu, aku cuma niat mau kasih surprise buat ultah kamu" ucapnya dengan air mata yang masih sedikit tertetes dari matanya.

"Ya aku tau" jawabku singkat.

"Kamu tau? jangan-jangan kamu ngerjain balik aku ya." tanyanya yang mendekatiku.

"Iya.. aku juga minta maaf kalau sudah berlebihan, aku tidak lebih hanya ingin membuat kamu belajar, bahwa hal seperti itu bukan untuk di bercandakan. kita boleh mengikuti jaman namun jangan sampai jaman yang memimpin jalan kita, dan aku sangat terimakasih kamu udah inget ultahku, tapi yang namanya ulang tahun itu, sebagai pengingat bahwa Ajal kita semakin dekat, bukan untuk menambah dosa, kamu mau meninggal dengan keadaan penuh dosa?" ucapku yang mencoba menasehatinya.

Iapun terdiam seribu bahasa dengan muka tertunduk, terlihat wajah penyesalan-nya.

"Terus kamu tau darimana? kalau aku cuma ngerjain kamu?" tanyanya yang memberanikan diri.

"Aku tau aja" jawabku singat.

Iapun kembali menundukan kepala, seperti tidak berani menatapku, lalu ia mengeluarkan sebuah Jaket dari Tasnya. Setelah itu ia beranjak dari tempat duduknya dan duduk di sampingku, lalu menyenderkan kepalanya di bahuku.

"Aku cuma mau ngasih kamu kejutan aja aku buatin kamu jaket dengan warna kesukaan kamu, coklat, sama kaya yang aku pake," ucapnya sambil memberikanku jaket yang tadi ia ambilkan dari tas.

"Makasih ya han, aku gak tau harus ngomong apa, karna keluargaku tidak pernah merayakan ulang tahun dengan hadiah maupun pesta, bahkan tidak pernah mengucapkan selamat ulang tahun, kami hanya berdoa kepada Allah, meminta di hari bertambahnya umur kami ini, kami ingin di naikan derajatnya, itulah hadiah yang palingku inginkan sebenarnya" ucapku dengan mengelus kepalanya, yang tersender di bahuku.

Setelah berbincang lama dengan Hani perasaan Hanipun mulai membaik, walaupun ada rasa menyesal telah mengerjainya, namun ku anggap itu adalah sebuah pelajaran berharga untuknya. Senyum di wajahnya mulai terlihat yang bersandar di bahu kananku.

"Han, gimana kalau janji kita untuk pacaran setelah lulus kita rubah." tanyaku.

"Ko di rubah? tuh kan kamu masih marah kan sama aku." Ucapnya yang kaget.

"Engga, aku mah gak pacaran, kita langsung tunangan aja," jawabku dengan senyum tipis.

Hanipun tidak bisa berkata apa-apa, hanya senyum tipis yang terlihat di wajahnya dan kembali meneteskan air mata.

"Setelah lulus kuliah dan aku kerja, baru kita nikah." Ucapku sambil mengelap air matanya dengan jari telunjuku.

Dan kembali, iapun tidak merespon jawabanku, dan hanya memberiku sebuah isyarat mengangguk dengan senyum tipis di wajahnya.

"Iya aku mau." jawab hani.

Sekitar 1 jam kami berbincang, akupun menyuruhnya pulang karna serasa tidak pantas jika wanita menyambangi rumah seorang pria, iapun berpamitan dengan Ka' Dina dan langsung menuju mobil yang telah di tunggu oleh Pak Jaka. Setelah perdebatan yang cukup panjang itu, akupun merasa lelah.

"Wanita.. wanita... gapapalah, biar gak perlu cari-cari lagi." ucapku dengan senyum tipis.
Akupun kembali ke kamar untuk bermain Game di Laptop, sampai tak terasa waktu menunjukan pukul 5 sore. akupun pergi menuju kamar mandi, di tengan perjalananku menuju kamar mandi, aku mencium bau yang sangat mengangguku, ini seperti bau belerang yang sangat menyengat, lalu akupun berinisiatif bertanya ke pada ka' dina yang sedang menonton TV di ruang keluarga apa dia juga menciumnya, dan ternyata setelah aku tanya ia tidak mencium bau belerang. Akupun tidak memperdulikan-nya dan kembali menuju kamar mandi, setelah mengambil wudhu akupun kembali menuju kamarku untuk berzikir, setelah sampai kamar akupun kembali mencium bau belerang yang kuat, akupun mengatakan "jika ingin menantang, tunjukan wujudmu." ucapku yang mencoba memancingnya keluar. Aku tau pasti ini adalah makhluk ghaib, dan biasanya Jin yang di tandai Baubelerang memiliki kekuatan yang cukup besar.

Lalu terlihat jin besar keluar dan muncul dari tembok kamarku, tubuhnya sangat besar seluruh tubuhnya berwarna merah, dengan rambut panjang dan giginya yang tajam.

"Aku di utus oleh Tuanku, untuk memperingatkanmu, untuk jangan berani menggangu." ucapnya dengan mata melotot.

"Hahaha... apakah aku harus takut? Bagaimana kalau aku tidak mau." jawab dengan tawa dan balik menantangnya.

"Kau akan mati" jawabnya yang perlahan mundur dan menghilang.

"Hanya Izrail yang diutus oleh Allah lah yang dapat mencabut nyawaku." jawabku kembali.

Akupun tidak mau terlalu memikirkannya, dan jujur saja, kedua tanganku bergetar hebat, menahan rasa takut, ya.. jin itu memiliki kekuatan yang sangat besar, bahkan aku tidak yakin jika kakek membantukupun bisa mengalahkan-nya. aku tidak bisa membayangkan bagaimana kuatnya tuan-nya jika anak buahnya saja memiliki kekuatan sebesar itu.

Aku menggelar sajadah, dan melakukan zikir untuk kembali menenangkan fikiranku, aku terus dan terus berzikir aku memohon kepada Gusti Allah, memohon Ridhonya, sampai tak terasa Adzan Maghrib pun berkumandang, akupun langsung berdiri dan melakukan shalat, selesainya shalat aku kembali melakukan zikir sampai isya. 
Setelah shalat akupun ke bawah untuk menemani kakaku yang sedang asik bermain PS di ruang keluarga.

"Ka nanti setelah lulus kaka' mau ngambil kuliah dimana?" tanyaku.

"Gak tau deh, paling ikut ade' aja maunya dimana" jawab kakak-ku.

"Lah bisa begitu, aku tau kakak dapet undangan test di Toronto Canada." jawabku.

"Ko' kamu tau? dari mama ya?" tanyanya kembali.

"Engga.. cuma tau aja, kaya'nya kevin mau keluar dari rumah selama setahun ka, mau ngurus diri sendiri. Malu 18 tahun di urus orang tua." jawabku yang mengagetkannya.

"Ga bisa gitu lah, terus nanti bayar kuliah gimana? makan? tempat tinggal." tanyanya kembali.

"Haha.. kevin belum mikirin, intinya setelah SMA kevin mau keluar dari rumah dan mau ngebiayain hidup kevin dari 0" ucapku.

"Paling 1 minggu pulang" jawabnya yang menjulaki kepalaku.

"Haha.. liat aja nanti kak.."jawabku.

"Intinya kakak harus ngambil test itu kevin gak mau tau, jangan hanya karna kevin, kakak gak bisa berkembang" ucapku yang langsung berdiri dan meninggalkan-nya.

Aku memiliki alasan mengapa aku ingin meninggalkan rumah setelah lulus, yang pertama ialah agar kakak-ku tidak selalu berfokus denganku, aku ingin dia menjadi jalan hidupnya sendiri dan tidak selalu mengkhawatirkanku, aku sebenarnya sangat tidak rela jika ia harus pergi kesana, jika saja aku dapat mengimbanginya aku juga sangat ingin kembali 1 kuliah dengan kakak-ku. Namun apa daya, memang inilah jalan takdir yang sudah di pilih untuku, aku hanya bisa merubah nasib, namun bukan takdir.

Dan yang kedua ialah "Yuni" ya.. wanita itu, aku akan tirakat selama 3 bulan setelah aku lulus sekolah nanti, dan otomatis aku harus menunda kuliahku selama 1 tahun, dan pastinya aku tidak dapat tinggal di rumah, jika harus menunda kuliahku, karna pasti ayah dan ibuku akan marah, lalu bagaimana aku tinggal dan makan nanti, aku selalu percaya bahwa rezeki yang ku terima dan akan ku terima di kemudian hari, sudah di atur. Dan tinggal bagaimana ku menjalaninya.

"Kotoba ja umaku ienai omoi wo 
KIMI ni uchiakeru to shitara nante 
Tsutaeyou saisho de saigo 
Itsuka issho ni kaetta michi wa 
Watashi ni totte tokubetsu na omoide 
Wasurenai yo 
Sayonara MEMORIIZU 
Haru ga kitara 
Sorezore no michi wo"

Apakah kalian tidak mengerti? aku juga tidak.
Aku sedang mendengarkan lagu dari Laptop untuk menghilangkan rasa bosan, akhirnya aku memutuskan untuk pergi jalan-jalan keluar menggunakan mobil ibu, untuk sekedar menghilangkan rasa bosan, akupun segera mengambil jaket dan kunci mobil yang biasa di taruh di lemari. setelah itu akupun pergi menuju garasi dan ketika aku sedang membuka gerbang.

"Deek ikut dong, mau kemana?" tanya kakak-ku dari depan pintu.

"Mau jalan-jalan aja cari angin, kalo mau ikut ganti baju dulu sana, masa keluar begitu" Sautku.

"Iya bawel.. tunggu 10 menit" jawabnya yang langsung berlari kedalam rumah.

Sekitar 20 menitan aku menunggu akhirnya iapun keluar dari rumah.

"Hadehh.. katanya 10 menit" Ucapku

"Hehe ia maaf, cewe kan ribet de" saut kakak-ku.

"Ga usah bawa kaum, emang kakaknya aja rempong" sautku kembali sambil mengacak-acam rambutnya.

Lalu akupun memutuskan untuk pergi ke arah bekasi, untuk makan fastfood di daerah sana, selama di perjalanan kamipun berbincang-bincang dan aku melihat beberapa makhluk halus di pinggir-pinggir jalan, dan yang paling menarik perhatianku adalah seorang pria yang menyeret-nyeret badan-nya yang hanya tersisa setengah bagian. Aku memperhatikan pria itu dari dalam mobil, sampai kakak ku menegurku karna sudah lampu hijau. Aku memang sengaja tidak menutup mata batinku karna aku ingin terus menambah pengetahuanku tentang jenis-jenis atau bentuk dari jin, ya seperti jin tadi, aku baru pertama kali melihatnya. Dan seperti saat aku SMP dulu aku pernah melihat sesosok wanita memakai pakaian kantor seperti baru pulang kerja, ia berdiri dibatas rel kereta seperti sedang menunggu untuk di hantam oleh kereta yang akan datang, aku sampai berteriak-teriak memanggilnya, sampai kereta itu menabraknya aku baru sadar, bahwa semua orang sedang melihatku kebingungan, karna mereka tidak melihat apa yang barusan ku lihat. ternyata mahkluk itu ialah jin, untungnya sekarang aku dapat membedakan mana jin dan manusia, jadi aku dapat memperbaiki sikapku ketika melihat jin berkelakuan aneh seperti yang ku ceritakan barusan.

Sekitar 1 jam perjalanan, kami pun sampai di tempat Fastfood yang kami tuju, aku pun memesan beberapa makanan untuk ku dan ka' dina. Kali ini aku dapat makan dengan puas, ya.. karna aku sudah membayar lunas seluruh hutangku kepada ka' dina pada waktu di bali kemarin.

"Eh de. kamu tau kan Septian anak IPA... masa dia nembak kaka, tapi lewat BBM". ucapnya sambil menunjukan isi ponselnya.

"Bilangin ke dia.. Belajar ngomong dulu, baru nyatain perasaan". Jawabku.

"haha ia ya, lagian kaka males ah pacaran-pacaran, oiya beberapa temen cowok kaka juga banyak loh yang ngira ade' tuh cowo kakak hahahaha". ucap ya sambil tertawa lebar.

"haha terus kaka gimana" jawabku kembali.

"ya kakak sih, kaka iya'in aja, abisnya kalo gak gitu pada brisik di medsos. kaka tuh males ntar kalo di diemin di bilang sombong, kalau chat ya selalu di bales ntar di bilang PHP.. kan lucu". jawabnya kembali.

"nih kevin bilang ya, nyari cowo jangan yang ganteng-ganteng, cukup enak di lihat, dan bisa ngerubah kakak ke arah positif, jangan seperti kebanyakan cowok sekarang.. fikiran cuma pegang-pegang, udah selesai di tinggal.. tapi benerloh ka, kalau kakak dapet cowok begitu mah behh.. kevin cari sampe luar planet juga". jawabku

"huss ngomongnya.. ya engga lah, kalo bisa yang kaya ade' kakak aja ini, walaupun muka pas-pasan bagus agamanya " jawabnya dengan senyum sambil mengelus kepalaku.

"Apa'aann?? pas-pasan.. hmmm ahli agama belum tentu ahli ilmu, orang pintar belum tentu cerdas, orang kuat belum tentu berotak." jawabku kembali.

"maksud ya?" tanyanya.

"nanti kakak juga tau". jawabku.

Lalu kami pun berbincang sambil menyantap makanan yang kami pesan sampai tak terasa waktu sudah menunjukan pukul setengah 11 malam. akhirnya kami pun memutuskan untuk segera pulang. Di tengah perjalanan kami pun agak sedikit mencekam, karna waktu itu jalanan hanya di lewati beberapa mobil, dan jalan pun hanya di terangi lampu-lampu jalan yang mulai redup, aku melihat ke arah ka' dina, ia pun sudah terlelap tidur, aku sesekali memandangi wajah cantiknya.

"apakah aku akan ikhlas jika suatu hari nanti ada seorang pria yang akan mengambilnya, dan apakah aku siap untuk tidak melihatnya untuk waktu yang lama ketika nanti kami lulus dari bangku SMA", gumamku dalam hati.

Namun seperti yang pernah kukatakan, kita bisa merubah nasib, namun tidak dengan takdir. Allah sudah memasang-masangkan wanita dan pria untuk disatukan, aku yang hanyalah hambanya yang hanya bisa memasrahkan diri kepada Gusti Allah, karna aku yakin setiap jalan yang ia beri dan setiap cobaan yang ia berikan pasti untuk kebaikan dan menaikan derajatku.
Aku pernah bertemu dengan sesosok pria yang mungkin sangat aku kagumi dan ia menjadi panutanku kini, ia adalah sesosok pria yang tidak akan pernah mau bekerja di bawah seseorang atau bekerja untuk orang lain, ia selalu berusaha mendirikan usaha dan selalu gagal, ia pun mencoba dan terus mencoba lagi namun selalu gagal, sampai ia pernah di ceramahi beberapa orang bahwa ia tidak cocok untuk menjadi wirausaha, karna mungkin sudah lebih dari 5 kali usahanya selalu gagal. Namun ia pernah mengatakan kepadaku.

"Vin saya sekarang lagi menanam sebuah padi, namun selalu mati, kamu tau kenapa? karna padi yang saya tanam belum menemukan tanah yang cocok. Namun ketika saya menemukan tanah yang cocok, namun tetap selalu mati, kamu tau kenapa? itu berarti iklimnya tidak cocok, saya selalu dan selalu mencoba belajar dan mengkaji apa yang belum pernah saya lakukan, saya tidak takut bangkrut.. karna modal penting seorang wirausaha ialah jangan pernah takut bangkrut", ucapan yang selalu terngiang di kepalaku itu, sangat memiliki makna yang dalam.

Namun ketika aku sedang memikirkan sesuatu tiba-tiba..

"BUKKKKKKKKK !"....

Mobilku seperti menghantam sesuatu yang keras. Sontak ka' dina pun juga langsung terbangun dan kaget..

"Ya Allah de, apaan itu de tadi". Tanya nya.

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya

close