TAKDIR YANG TIDAK BISA KULAWAN (Part 5)
PENGISIAN KHODAM PENDAMPING
Setelah bangun aku langsung melihat jam, dan ternyata sudah jam 2 siang, aku langsung bangkit dari tempat tidur untuk mengambil wudhu dan melaksanakan shalat zuhur, setelah shalat zuhur aku memutuskan untuk tetap berzikir sambil menunggu datang-nya adzan ashar sekirar 1 jam mendatang. Setelah terdengar adzan ashar akupun langsung berdiri untuk melaksanakan shalat, selesainya shalat, aku langsung mandi dan bersiap-siap untuk pergi dengan hani, aku dan hani akan bertemu di restorant ayam penyet langgananku yang berada di kemang. aku pun meminjam mobil ibu karna aku sudah memiliki Sim A dan sudah lancar membawa mobil.
"Ka' aku nitip mpe-mpe dong, yang di pasar minggu." saut adikku, sambil menyodorkan uang.
"Oh iya rin, tapi pulang-nya ya" jawabku, yang langsung bergegas menuju garasi.
Di perjalanan menuju ke tempat makan, aku mendapatkan telfone dari Aa Ibrahim, lalu dengan segera aku meminggirkan mobil di bibir jalan, "Tumben nelfon" gumamku.
"Assalamu'alaikum...kevin nanti malam mau ikut saya gak?" tanya-nya.
"Wa'alaikumsalam.. ikut kemana A?" tanyaku kembali.
"Udah ikut aja" jawabnya singkat.
"Iya A, nanti malam sehabis isya saya ke rumah Aa" sautku kembali.
"Sehabis maghrib aja vin, nanti shalat isya bareng saya di rumah" ucapnya.
"Ohh ok deh A" jawabku kembali.
"Sebenarnya ada apa" gumamku pelan, jarang sekali beliau mengajaku seperti itu.
Lalu sekitar 15 menit di jalan, akupun sampai di restorant, dan terlihat Hani sudah duduk di dalam. aku lekas menghampirinya. Aku sudah lama tidak bertemu dengan-nya, mungkin lebih dari 1 tahun, namun kami sangat sering chatting via YM hampir setiap hari. Tapi aneh, ada yang berubah darinya, yang membuatku kaget. Hani memakai kerudung dan Rok panjang.
"Assalamuallaikum.. ini Hani kan?" tanyaku yang keheranan melihat dia, ia memakai kerudung putih dengan kardigan berwarna kuning dan rok putih.
"Wallalaikumsalam.. iyalah siapa lagi" jawabnya.
"Wahhh ko kamu make kerudung sekarang?" ucapku yang cukup kagum melihat perubahan-nya.
"Iya, aku mencoba untuk menjadi lebih pantas buat seseorang" jawabnya, yang membuatku tertunduk malu.
"Berarti bukan karna Allah ya, sayang banget, biasanya perubahan karna seseorang itu akan bersifat sementara" ucapku kembali.
"Insyallah engga, aku juga mendekatkan diri kepada Allah, dan seseorang itulah yang menjadi motivasiku" ucapnya dengan senyum khas di wajahnya, yang sedikit membuat dadaku tak berhenti berdetak kencang.
Aku tidak pernah menyangka dalam waktu 1 tahun dia berubah sedrastis ini, Hani yang dulu sangat tomboy kini ucapan-nya perlahan membaik dan sifatnya sedikit lebih kalem, dan pakaian-nya yang dulu ia sangat senang memakai pakaian yang agak serba ketat, dan kini... aku bisa melihat bahwa bukan hanya aku yang serius, namun sepertinya ia juga mencoba serius denganku.
Lalu kamipun memesan makanan, seperi biasa aku pasti memesan Ayam Penyet Sambal Setan, ini adalah menu kesukaanku disini.
"Oh iya han, aku bawain kamu baju loh dari bali" ucapku sambil memberikan plastik yang ku bawa.
"Wahh thanks ya, pasti aku pake" jawabnya dengan senyuman lebar di wajahnya.
"1 lagi han, simpen baik-baik ya" sambil memberikan kalung yang ku beli di jogja waktu itu.
"Thanks banget ya vin, aku belum bisa ngasih apa-apa sekarang" kembali ucapnya dengan mata yang memerah seperti menahan tangis.
"Gapapa ko, aku juga gak ngarepin apa-apa" jawabku.
Lalu kami melanjutkan perbincangan kami sampai tak terasa sudah menunjukan pukul 5:30 sore, dan akupun izin kepadanya untuk segera pulang karna ingin bertemu dengan Aa Ibrahim di rumahnya.
Lalu akupun mengantarkan ia ke mobil yang sudah di tunggu oleh pak jaka. ketika aku ingin meninggalkan-nya, "kevin, aku masih inget tentang janji kamu" ucapnya, lalu aku membalasnya "janji tetap janji."
Ternyata iya tidak melupakan tentang perkataanku 2 tahun lalu, kalau boleh jujur, aku sangat senang bahwa iya masih mengingatnya.
Lalu akupun menuju mobilku yang berada di parkiran, dan aku teringat ingin membeli titipan adik-ku yang berada di pasar minggu dan jarak dari sini kesana cukup jauh. Ketika di perjalanan Adzan Maghrib pun terdengar, lalu aku berhenti di sebuah pomp bensin untuk melakukan shalat maghrib, setelah itu akupun langsung melanjutkan perjalananku. Sesampainya di sebuah ruko mpe-mpe langganan keluargaku, aku memutuskan untuk membelikan Ka' Dina dan juga ibu. setelah itu akupun langsung pulang ke rumah, sesampai di rumah aku langsung memarkirkan mobil di garasi dan menaruh titipan adiku dan makanan yang ku beli tadi di ruang tengah, dan langsung kembali ke garasi untuk mengambil sepedaku dan pergi menuju ke rumah Aa Ibrahim. Aku mengayuh sepeda secepat mungkin ke rumah beliau, karna sudah agak telat.
Sesampainya di Rumah beliau akupun langsung di persilahkan masuk, dan langsung mengambil wudhu untuk shalat isya berjamaah dengan beliau. Selesainya kami shalat kamipun duduk di teras.
"Vin, nanti ikut saya ya" ucap beliau.
"Kemana A?" tanyaku kembali.
"Biasa vin pasien, buat nambah pengalaman kamu aja" jawabnya.
"Tapi boleh gak A, kalo nanti kevin aja yang nanganin seluruhnya" tanyaku kepadanya.
"Kamu yakin? kalo yakin sih saya setuju-setuju aja" jawab beliau.
"Yakin A, insyallah" jawabku menegaskan pertanyaan beliau.
Lalu kamipun bersiap-siap untuk berangkat, Aa Ibrahim pun masuk ke kamar untuk mempersiapkan barang yang sekiranya akan di pakai nanti, setelah semua persiapan beres, kamipun langsung berangkat, dan aku juga tidak lupa untuk mempersiapkan pagar badan karna takut akan terkena efek negative dari korban kiriman yang akan kami sembuhkan nanti. Kamipun berangkat kesana menggunakan sepeda motor, di tengah perjalanan aku merasakan ada yang sedang mengikuti kami, ya.. kami seperti di intai oleh sesuatu, dan yang pasti bukan oleh manusia. Ketika aku ingin bertanya kepada Aa Ibrahim, beliau langsung menyuruhku untuk tetap diam.
Tak lama setelah itu aku mendengar suara wanita berteriak kencang, seolah suara itu menyuruh kami untuk berhenti dan kembali. Kami sama sekali tidak memperdulikan suara itu, bahkan kami bercanda di motor sambil meniru teriakan makhluk itu. Lalu teriakan-nya pun makin kencang dan kali ini tidak hanya 1, namun seperti ada 3 makhluk yang berteriak.
"Vin beliin balon tuh biar diem" ucap Aa sambil tertawa.
"Yaudah A' kalo ada tukang balon berenti dulu" jawabku menimpali candaan beliau.
Kami memang tidak takut dengan gangguan-gangguan seperti ini, bahkan seperti mainan kami sehari-hari, dan aku sebenarnya menunggu makhluk-makhluk itu menampakan dirinya di hadapan kami, namun sampai aku tiba di tujuan makhluk itu sama sekali tidak berani menampakan wujudnya.
Sesampainya kami di rumah pak ikhsan, anak dari bapak ikhsan ialah korban dari santet, dan kamipun disini di undang oleh beliau untuk dapat menyembuhkan anaknya, ketika aku berdiri di halaman rumahnya yang cukup luas, aku melihat 2 anjing sedang melihat ke arahku dengan tatapan bengis seolah ingin menyerang kami, dan yang pasti itu adalah anjing ghoib. Akupun tidak menghiraukan-nya, tak lama pak ikhsan pun keluar dan mempersilahkan kami untuk masuk, namun ketika aku masuk ke dalam rumah, sangat terasa sekali hawa negatif di rumah ini. Kamipun bertiga menunggu di ruang tamu, lalu tak lama seorang wanita menghampiri kami dan membawakan sebuah kopi hitam. Lalu wanita itupun duduk bersama kami di ruang tamu yang ternyata beliau adalah istri dari pak ikhsan.
"Begini pak ibrahim dan mas kevin, anak saya sudah lebih dari 3 bulan menderita sakit, bahkan setiap jam 9 dan 1 malam pasti dia teriak-teriak seperti orang mengamuk, saya sudah membawanya ke rumah sakit, psikiater bahkan sudah ke dukun-dukun yang di kenalkan teman saya pun masih belum dapat menyembuhkan anak saya, saya sudah bingung pak harus berbuat apa, kadang dia juga sering muntah darah, namun ketika di bawa ke dokter, dokter pun bilang dia tidak hanya kenak penyakit radang biasa. Namun mana mungkin bisa sampai muntah darah. Saya dan istri meminta permohonan kepada bapak dan mas semoga bisa menyembuhkan anak saya." ucapnya dengan wajah yang begitu khawatir.
"Insyallah pak kami dapat menolong anak bapak dengan izin Gusta Allah SWT, tapi pertama saya perlu bertemu dengan anak bapak" jawab Aa Ibrahim.
Lalu kamipun di ajak ke kamar anak yang berada di lantai 2, sesampainya kami di kamarnya pak ikhsan pun langsung membuka pintu dan "BUKK!" pak ikhsan kaget sampai terjatuh, ketika pak ikhsan sedang membuka pintu ternyata anaknya yang bernama Jody, sudah berdiri tepat di depan pintu seolah sedang menunggu kami, ia berdiri dengan posisi kepala miring dan senyum lebar tampak di wajahnya, dan aku melihat ada sesosok wanita sedang memeluk Jody dari belakang, dengan kulit putih pucatnya dan tidak memakai pakaian sama sekali, rambut yang begitu panjang, dan tidak memiliki bola mata. sepertinya ia ingin menantang kami.
"Sesuai omongan kamu yang tadi ya vin" ucap Aa Ibrahim dengan nada bercanda.
"Ini mah beda A', saya kira yang kaya biasa" jawabku kembali.
"Inget kan dasar dari perguruan kita apa?" tanyan Aa Ibrahim.
"SIAP A', sangat dilarang menarik ucapan yang sudah kita ucapkan" sautku dengan nada sedikit terpaksa.
Aku seperti ini bukan karna takut, namun baru kali ini aku melihat korban santet yang di kirimi lebih dari 10 jin, salah satunya jin yang aku temui di jalan menuju kemari, lalu 2 anjing di halaman dan jin wanita ini, namun aku merasakan bahwa tidak hanya mereka, aku yakin masih ada lagi yang sedang bersembunyi dan mengawasi kami. Lalu aku meminta Aa Ibrahim, Pak Ikhsan dan istrinya untuk meninggalkan rumah selama aku memulai proses pembersihan. "setidaknya aku sudah mencoba" gumamku pelan.
"Lah ko bapak ibrahim gak ikut membersihkan?" tanya Pak Ikhsan keheranan.
"Dia sendiri cukup pak." jawab Aa Ibrahim kembali dengan senyuman tipis di wajahnya.
Lalu mereka pergi dan aku meminta tolong kepada Pam Ikhsan untuk mematikan setiap lampu yang ada di dalam rumah ini. Sehingga aku dapat fokus. Setelah mereka pergi dan semua lampu di matikan, aku duduk di sebuah kursi panjang yang masih berada di lantai 2 sambil menyalakan rokok menyan yang di berikan Aa Ibrahim, fungsinya ialah untuk mengundang seluruh penghuni/jin untuk datang, dan tentunya Anak itu masih memelototiku dari kamarnya, dan dengan senyuman yang juga masih tidak hilang dari wajahnya, tak lama setelah itu, aku mendengar teriakan wanita yang begitu kencang seperti yang ku dengar pada saat di perjalanan saat ingin menuju rumah ini, akupun juga mendengar suara wanita menangis yang menggema di dalam rumah, lalu aku mendengar suara seperti hewan yang mencakar-cakar tembok dari lantai bawah.
"Kenapa kalian tidak menyerangku?" ucapku.
Namun aku masih tidak mendengar jawaban dari mereka, dan suara-suara itu masih dapat kudengar dengan sangat jelas, anak itu masih berada di kamarnya dan masih memandangiku dengan tatapan tajam. Lalu tak lama aku mendengar suara wanita tertawa yang mana ternyata itu berasal dari anak itu, ia tertawa namun mengeluarkan suara tawa Wanita. sekiranya aku sudah mengumpulkan jin-jin itu di dalam rumah, akupun langsung duduk bersila dan membacakan beberapa amalan sambil memejamkan mataku, lalu aku merasa seperti anak itu perlahan-lahan mendekatiku, dan ketika aku membuka mata, aku melihat anak itu ingin menyerangku namun seperti tertahan oleh sesuatu, akupun lekas memegang kepala anak itu dan menarik paksa jin yang bersemayam dalam anak itu, setelah ku tarik Jody pun langsung tersungkur pingsan, lalu aku melihat 3 bola api perbutar-putar didalam rumah, lalu aku kembali duduk bersila dan membaca beberapa amalan, lalu aku mendengar sebuah bisikan.
"Mereka berkumpul di lantai bawah kevin, pergilah kesana" terdengar suara wanita yang ku yakini itu adalah Nyai.
Lalu tanpa fikir panjang, akupun langsung lari ke bawah dan benar saja. Aku melihat 4 ekor anjing, lalu beberapa jin dan jin wanita yang baru saja ku tarik keluar, mungkin jumlah mereka antara 12-14. mereka semua melihat dan memelototiku dengan tajamnya seakan ingin menyerangku, namun tidak kunjung mereka lakukan.
"Aku sudah tau siapa yang mengirim kalian" ucapku kepada mereka.
Lalu akupun membaca amalan untuk membakar mereka, dan mereka pun berteriak lalu merintih kesakitan.
"AMPUNI KAMI, KAMI HANYALAH PESURUH, JIKA KAMI TIDAK MELAKUKAN INI, TUAN KAMI TIDAK AKAN MEMBERIKAN KAMI MAKAN" jawab jin wanita itu.
"Aku tidak perduli, jika kalian masih mengganggu keluarga ini, maka kalian akan bertemu lagi denganku." ucapku.
Dalam sekejap mata mereka pun menghilang dari hadapanku, dan aku tidak lagi dapat merasakan kehadiran mereka. Lalu aku kembali ke lantai 2 untuk memindahkan Jody ke tempat tidurnya dan sekaligus untuk mengambil beberapa peralatan dan membangun pagar ghoib untuk rumah ini, sehingga mereka tidak akan mengganggu keluarga ini lagi. Setelah semuanya selesai akupun pergi ke ruang tamu untuk membuka pintu dan mempersihlahkan mereka kembali masuk, lalu akupun berbicara dengan Aa Ibrahim apa yang aku alami dan siapa pengirimnya. Lalu beliau hanya mengatakan.
"Untuk pengirimnya, seperti biasa biar saya yang urus" ucap beliau.
Lalu akupun di bantu dengan Aa Ibrahim merapihkan peralatan kami yang berada di lantai 2, setelah semua beres kamipun kembali ke ruang tamu. Sekitar 10 menit kami menunggu di ruang tamu, Pak Ikhsan dan Istrinya pun bergabung dengan kami. Lalu istri pak ikhsan berkata, kita sebut saja namanya Indri.
"Terus untuk kondisi jody gimana mas?" tanya Bu Indri kepadaku dengan air mata yang tidak berhenti menetes dari matanya.
"Insyallah semua-nya sudah aman bu, saya sudah mengusir mereka dan membuat pagar ghoib di rumah ibu, saya yakin mereka tidak akan berani kembali kemari, jika ibu dan sekeluarga rajin beribadah" ucapku.
"Ya allah, makasih banyak ya mas dan bapak ibrahim" ucap Bu Indri kembali yang makin tidak dapat membendung tangisannya.
"Lalu siapa pak pengirim nya?" tanya pak ikhsan.
"Bapak tidak perlu tau siapa pengirim santet itu, nanti biar saya yang urus" jawab Aa Ibrahim.
Pak Ikhsan mengiyakan omongan dari Aa Ibrahim, namun masih terlibat jelas wajah tak puas yang singgah di wajahnya. Lalu sekitar 1-2 jam kami berbincang, Kamipun izin untuk langsung pulang.
Di tengah perjalanan pulang akupun bertanya kepada Guruku.
"Kenapa ga di kasih tau A'? siapa pengirimnya" tanyaku.
"Saya gak mau menjadi panjang dan malah membuat keluarga mereka hancur" jawab beliau.
Setelah mendengar jawaban dari beliau akupun tidak bisa menyangkalnya, namun aku hanya bisa berharap untuk kebaikan mereka. lalu beliau mengantarkanku sampai ke rumah karna memang sudah cukup malam. Sesampainya aku di rumah aku langsung menuju kamarku dan memutuskan untuk langsung tidur karna badanku sudah sangat lemas setelah kejadian tadi. Namun ketika baru saja aku memejamkan mata, aku seperti di bawa di sebuah jalan raya yang sangat sepi dan minim cahaya, aku melihat seorang wanita dan aku seperti mengenali wanita itu, "itu ibu indri" seruku, beliau membawa sebuah kantong kresek berwarna putih, dan sepertinya ia ingin menyebrang jalan, namun ketika ia berada di tengah jalan, ada sebuah mobil berjalan dengan kencang. Aku ingin berteriak untuk memperingatkan beliau, namun suaraku tidak dapat keluar tenggorokanku sangat kering, dan benar saja Beliau pun terpental sekitar 10 meter jauhnya. Lalu seketika aku terbangun dari tidurku dengan keringat deras membasahi badanku, tanpa fikir panjang akupun langsung mengambil jaket dan handphoneku untuk kembali ke rumah Pak Ikhsan karna setelah mimpi itu perasaanku sungguh tidak dapat tenang, padahal waktu sudah menunjukan pukul 1 malam, namun aku tidak memperdulikan-nya.
Ketika aku membuka pintu kamarku, sontak aku begitu kaget, tubuhku kaku, ya.. aku melihat ibu indri berdiri tepat di depanku, dan pakaian-nya persis sekali dengan yang kulihat dalam mimpi, memakai daster berwarna biru tua dengan corak bunga, beliau seperti sedang menahan tangis, beliau melihat tajam ke arahku dengan tatapan sedikit memelas.
"Nak kevin, tolong katakan kepada suamiku untuk jangan menyalahkan dirinya, dan sampaikan juga kepada anaku, bahwa aku akan selalu menjaganya" ucapnya.
Sekali lagi aku benar-benar tidak dapat merespon ucapan-nya, mulutku gemetaran sampai tidak mampu untuk berbicara, air mataku mulai menetes. Lalu beliau pun menghilang begitu saja dari hadapanku. Lututku langsung begitu lemas dan terjatuh dengan posisi terduduk di lantai.
"Apa yang sebenarnya terjadi" gumamku pelan. Lalu aku memukul-mukul kakiku untuk dapat kembali berdiri, aku perlahan-lahan mencoba berdiri dan langsung menelfon Aa Ibrahim, setelah ku ceritakan semua yang ku alami, beliau pun langsung berangkat ke rumahku.
Sekitar 15 menit menunggu, beliau pun datang, tanpa basa basi kamipun langsung pergi ke rumah pak Ikhsan. Selama perjalanan aku masih tidak dapat menepis perasaan tidak enak yang masih menempel di dalam fikiranku, dan jantungku masih berdetak begitu kencang.
"Tenang vin, sekarang kita harus berfikiran positif" ucap beliau.
"Iya A' pasti" jawabku singkat.
Sekitar setengah jam di perjalan kamipun sampai di rumah beliau, lalu kamipun memakirkan motor di depan rumah, dan lakupun langsung berlari untuk mengetuk pintu, namun berapa kalipun aku ketuk tidak ada jawaban sama sekali, bahkan aku sampai berteriak memanggil Pak Ikhsan, namun tetap saja tidak ada respon sama sekali dari beliau, kekhawatiranku pun makin menjadi, lalu Aa Ibrahim pun mendekatiku.
"Jangan terbawa emosi, lebih baik sekarang saya telfon pak ikhsan dulu" ucap beliau sambil mengelus-ngelus punggungku.
"Iya A'" jawabku singkat.
Lalu beliau pun segera menelfon pak ikhsan, untuk sekedar bertanya keadaan-nya. ketika handphone tersambung, terlihat sangat jelas perubahan expresi Aa Ibrahim menjadi sedikir pucat, aku tidak dapat mendengar mereka berbicara apa karna beliau menelfon agak jauh dariku. Lalu setelah menelfon, beliau pun langsung menghampiriku, dan tanpa basa basi beliau langsung mengatakan,
"Bu indri sudah meninggal karna kecelakaan, sekarang pak Ikhsan sedang berada di rumah sakit Pasar R**o." ucapnya yang sekaligus membuat mati lemas, ya firasat yang aku rasakan dari tadi ternyata benar terjadi, dan mimpiku.. menjadi kenyataan, dan air mata kembali menetes dari mataku.
Lalu kamipun langsung kembali pergi menuju ke rumah sakit, dengan detak jantung yang makin kencang, dan kakiku pun ikut gemetaran. Sekitar 30 menit perjalanan kami, akhirnya kami sampai di Rumah sakit, lalu kami segera memarkirkan motor, dan langsung menuju ke tempat Pak Ikhsan berada.
Akhirnya akupun melihat Pak Ikhsan sedang menangisi istrinya dan masih memeluk tubuh istrinya yang sudah membeku, sungguh kakiku sangat lemas melihatnya, apa yang terjadi sebenarnya dan terlihat seorang pria dan wanita, sepertinya merekalah yang menabrak ibu indri.
"Kevin apakah kau tau siapa di balik santet itu?" tanya Aa Ibrahim sambil memegang pundaku dari belakang
"Bukan kah saudara jauh dari pak ikhsan?" jawabku.
"Memang benar, namun yang menyuruh untuk melakukan santet ialah Bu Indri sendiri." ucapnya.
Aku sesaat diam seribu bahasa, aku tidak bisa menjawab atau kembali berucap, aku begitu kaget dengan ucapan beliau. Tapi aku memaksakan diri untuk kembali bertanya..
"Kenapa A? kenapa bu indri ingin menyantet anaknya sendiri" tanyaku kembali yang berbalik badan ke arag beliau.
"Awalnya saya tidak tau, ketika saya sampai di rumah, saya langsung mengirim balik si pengirim dengan niat hanya untuk membuatnya kapok, namun tiba-tiba saya mendapatkan perlawanan darinya, sehingga aku terpaksa mengirim khadamku, dan semua diluar kendali, dan ketika aku mendengar bahwa bu indri kecelakaan darimu, saya langsung menarik kembali khadamku, dan ia memberitaukan saya semuanya, dan sebenarnya tujuan-nya bukanlah anaknya, melainkan suaminya sendiri karna sepertinya pak ikhsan sudah berselingkuh, namun karna beliau memiliki jimat penjaga, akhirnya terpental kepada anaknya, dan ketika Bu indri ingin mencabut santet itu dengan menelfon saudaranya, saudaranya tidak menanggapinya, sepertinya saudaranya juga memiliki motif tersendiri terhadap keluarga pak ikhsan" ucapnya seperti sedang menahan tangis dan rasa bersalah yang begitu dalam.
Aku kembali terdiam sesaat, seolah tidak dapat mempercayai apa yang barusan ku dengar. "Sebenarnya apakah arti keluarga" gumamku pelan sambil tertunduk, dan aku tidak dapat menahan tangisku dan rasa kesal yang tercampur aduk. Namun aku harus menahan perasaan ini dan menyampaikan kepada pak ikhsan pesan yang di titipkan oleh Bu indri, bagaimanapun yang namanya Amanah harus segera di sampaikan.
Lalu aku perlahan mendekati pak ikhsan yang masih menangisi istrinya, aku langsung membisik di telinga beliau.
"Saya mendapatkan pesan dari Alm. Ibu Indri, beliau mengatakan bapak jangan terlalu menyalahkan diri, dan beliaupun bilang ia akan tetap menyayangi Jody" ucapku yang berbisik di kupingnya.
Lalu sontak beliau pun menengok ke arahku, dengan tatapan heran. Dan beliau pun menangis makin kencang sambil kembali memeluk istrinya yang sudah membeku di atas kasur rumah sakit, bahkan dokter dan para suster yang mencoba untuk membawa alm. Ibu indri untuk di pindahkan ke ruang mayat, namun pak ikhsan seperti tidak rela melepaskan-nya, lalu aku dan Aa Ibrahim pun pergi meninggalkan mereka, aku mengambil nafas panjang, "terkadang rasa sayang akan terlihat/kembali terlihat jika seseorang itu sudah pergi meninggalkanmu" gumamku dalam hati dengan kepala tertunduk, yang masih tidak percaya dengan apa yang di alami oleh keluarga ini.
Setelah dari rumah sakit kamipun memutuskan untuk bersantai sambil menenangkan diri di depan rumah sakit, kamipun duduk di dekat sebuah warung sambil meminum teh dingin dengan harapan untuk dapat mendingikan kepalaku.
"Kevin, kamu tau. Terkadang orang-orang seperti kita ini, memang harus mengalami hal-hal seperti ini, apakah kau menyesal kevin?" ucap beliau yang sedang menikmati kopi hitam dan rokok di tangan-nya.
"Aku malah bersyukur A, aku mendapatkan banyak sekali pelajaran dari Aa, terutama hari ini" jawabku dengan kepala tertunduk dan senyum tipis di wajahku.
"Saya pernah hampir mati 2x karna hal ini, hanya untuk menyelamatkan seseorang yang bahkan baru ku kenal, namun saya ingin menghabiskan sisa-sisa hidup saya dengan menikmatinya" ucapnya kembali dengan kepala menengok ke langit.
"Apakah Aa menikmati ini?" Tanyaku kembali.
"Saya tidak tau, hanya saja aku dapat ikut tersenyum melihat orang yang telah saya bantu tersenyum senang, sebenarnya cita-cita saya dulu ingin menjadi seorang dokter spesialis, namun karna orang tua saya tidak mampu, dan saya tidak mendapatkan beasiswa kedokteran. Setelah itu saya kembali berfikir dan meyakinkan diri, bahwa inilah jalan yang telah di berikan oleh Gusti Allah SWT." Ucapnya yang masih menengok ke arah langit dan menghembuskan asap rokok, seolah beliau sedang menahan air mata yang mulai keluar.
"Saya juga A', sekeras apapun saya melawan takdir ini, tetap saja tidak dapat ku lawan, dan sekarang saya menyadari bahwa dari pada saya melawan, lebih baik saya ikuti jalan yang sudah di beri oleh Gusti Allah." Ucapku yang menengok ke arah beliau dengan senyuman lebar.
"Haha melihatmu seperti melihat diri saya yang dulu, namun saya punya harapan kevin, kamu pastikan kamu harus melebihi saya" ucapnya dengan senyuman yang mulai terlihat di wajahnya, sambil mengelus kepalaku dengan kencangnya.
"Iyalah A, kalo itu pasti hehe." Ucapku kembali.
Lalu setelah perbincangan yang cukup panjang, kamipun memutuskan untuk segera pulang karna waktu sudah menunjukan pukul 3 Pagi, dan aku di ajak oleh beliau untuk tidur di rumahnya, dan akupun menyetujuinya, karna jika aku pulang sekarang pasti akan membangunkan ibuku. Lalu kami pun berjalan menuju parkiran motor, setelah itu kamipun bergegas untuk pulang ke rumah Aa Ibrahim.
Sekitar setengah jam perjalanan kamipun sampai di rumah beliau, setelah memakirkan motor kamipun langsung masuk ke dalam rumah beliau. Akupun langsung merebahkan badanku di sofa.
"Hehh... Jangan tidur, bentar lagi subuh" ucap beliau yang sekaligus mengagetkanku yang sudah mulai memejamkan mata di sofa.
"Ah iya A" jawabku yang langsung berganti posisi duduk.
"Gini aja ngantuk, gimana nanti tirakat 3 bulan ga tidur" ucapnya dengan nada meledek.
Lalu akunpun jadi teringat dengan-nya, ya.. Wanita itu, wanita dengan air mata yang tidak ada hentinya keluar dari matanya, "YUNI". Aku sudah berjanji kepadanya, bahwa aku akan menolongnya, dan aku tidak akan menarik janji itu ataupun membatalkan janji yang sudah aku ucapkan, bagaimanapun caranya aku pasti... Ya.. Aku pasti akan menyelamatkan-nya.
Lalu beliau pun mengajakku untuk duduk di teras, dan kembali berbincang. Sambil menunggu datangnya adzan Subuh. Setelah 1 jam lebih kami berbincang di teras, suara Adzan Subuhpun memanggil kami untuk mengambil wudhu. Dan kamipun shalat berjamaah ber 4 dengan istri dan anak beliau yang masih berumur 4 tahun. Setelah kami shalat, akupun kembali membasuh mukaku yang sudah sangat mengantuk ini dan izin untuk pulang. Lalu aku mengambil sepeda yang ku letakan di halaman rumah beliau, dan langsung pulang kerumah. Di perjalanan aku masih saja memikirkan kejadian yang di alami oleh Keluarga Pak Ikhsan, berapa kalipun aku memikirkan beberapa kali juga aku tak habis fikir dengan kejadian itu. Lalu sekitar 20 menit di perjalanan akupun sampai di rumah. Dan langsung naik ke lantai 2.
"Kevinn, dari nginep kemana ko' baru pulang." Ucap ibuku dari lantai bawah.
"Dari rumah Pak Ibrahim mah" jawabku.
"Ohh, lain kali sms/telfon mamah kalo mau nginep, biar mamah ga' kefikiran" kembali ucap ibuku.
"Ahh iya mah maaf, lain kali kevin sms/ kevin telfon deh" jawabku kembali.
Setelah obrolan singkat itu akupun langsung masuk ke kamar untuk dapat merebahkan tubuhku yang sudah begitu lelah, bahkan batinku juga di buat lelah dengan kejadian semalam. Lalu akupun memejamkan mataku yang juga ikut lelah.
"Dek.. anterin kakak yuk" terdengar suara ka' dina yang sedang meniup-niup telingaku.
Sontak aku loncat kaget sambil mengelus-ngelus kupingku.
"Ahh apaan sih kak, kevin masih ngantuk" lalu akupun melanjutkan tidurku dengan membaringkan badan.
"Udah jam 11 ini, anterin kakak lagi ada Matsuri nih di UI" kembali ucapnya.
"Hah ?? Beneran? Yaudah kevin mandi dulu." Jawabku yang langsung bangkit duduk. Aku ini sebenarnya cukup suka dengan animasi asal jepang yang di sebut "Anime" Sebenarnya awalnya aku tidak suka, karna di tulari oleh kakak-ku ini aku perlahan-lahan mulai menyukainya, terutama Anime "Code Geass dan FMA" yang sanggup membuatku menangis.
Lalu setelah mandi akupun langsung memanggil ka' dina yang masih sibuk berdandan untuk menjadi seperti salah satu tokoh Anime favoritnya, mungkin kalian tau "Saber". Salah satu tokoh utama dari "Fate/Stay Night". Lalu sekian lama aku menunggu akhirnya ia selesai, dan langsung menaruh baju Zirah yang akan dia pakai nanti di dalam bagasi mobil. Setelah semuanya siap kamipun pergi menuju UI untuk mengikuti Event Matsuri disana.
Sesampainya di UI akupun langsung memakirkan mobil dan menuju tempat Event berlangsung, seperti event matsuri pada umumnya, aku melihat-lihat stand-stand makanan ataupun aksesoris. Tapi sepertinya aku harus menahan rasa nafsu untuk membeli karna harus megumpulka uang untuk segera melunasi hutang pada Ka' Dina, karna aku cukup banyak meminjam uang pada saat di Bali dan Jogja, ya walaupun dia tidak menganggap itu adalah hutang, namun bagiku Hutang ialah hutang, sekitar 3 jam aku dan ka' dina disini, kamipun memutuskan untuk pulang. Lalu ketika kami sudah sampai di parkiran, ada seorang pria menghampiri Ka' Dina dan mengajaknya untuk berfoto, ya karna ka' dina sedang menjadi Cosplayer akupun tidak apa-apa.
"EH MAS ! tangan-nya bisa ga jangan megang-megang punggung !" Ucap ka' dina dengan nada tinggi kepada seorang pria yang mengajaknya berfoto.
"Yaelah mba namanya juga foto" ucap pria itu dengan nada nyeleneh.
"Foto sih foto tapi ga' usah megang-megang" kembali jawab ka' dina dengan nada tinggi.
Melihat itu tanganku bergetar hebat, darahku langsung naik ke puncak, aku mengambil sebungkus rokok dari kantungku lalu ku bakar dengan niat untuk sedikit menaha emosiku.
"Eh mbak yang lain aja gapapa aku pegang punggung, Mbaknya aja yang lebay" kembali ucap pria itu.
"Ceesssss..." suara rokok yang ku matikan tepat di jidatnya.
Lalu pria itu pun meronta-ronta kesakitan memegangi jidatnya, yang telah ku sudut dengan rokok.
"Coba mas ngomong sekali lagi, aku mau denger." Ucapku dengan senyum lebar untuk menahan amarah yang meluap-luap.
"Udah-udah vin, kasian" ucap ka' dina dengan memegang tanganku yang masih gemetaran menahan emosi.
Akupun hanya membalas senyum tipis ke arah kakaku, dan tak lama pria itupun pergi meninggalkan kami, akupun langsung masuk ke dalam mobil dan menenangkan diri.
"Mulai sekarang, kalo kevin liat ka' dina jadi cosplayer, kevin langsung BAKAR costumenya" ucapku di dalam mobil, kepada ka' dina yang hanya menunduk.
"Nanti pas sampe rumah, costume yang kakak pake sekarang langsung kasih kevin, mau kevin bakar" kembali ucapku padanya.
Baru kali ini dalam hidupku, aku mengomelinya, sungguh aku tak tahan dengan kejadian tadi. Ka' dina pun seperti ketakutan melihatku yang sedang marah dan ia hanya menganggukan kepalanya tanda ia mengerti. Akupun sebenarnya tidak tega melihatnya sedih atau takut seperti ini namun aku lebih tidak tega jika ia di perlakukan sepertu tadi.
Lalu sesampainya di rumah akupun langsung menyuruh beliau berganti baju dan memberikan costume yang ia tadi kenakan kepadaku, terlihat di wajahnya saat memberiku costume ini seperti tidak ikhlas, dan matanya pun seperti menahan tangis. Lalu aku membawanya ke halaman belakang, setelah itu aku siram dengan bensin cadanganku. Lalu ku bakar, setelah semuanya tidak ada yang tersisa akupun membersihkan sisa-sisa pembakaran tadi, aku takut bila ibu menanyakan-nya, karna kebetulan ibuku sedang pergi sekarang. Setelah itu akupun langsung kembali ke kamarku untuk kembali beristirahat dan melupakan kejadian tadi, saat aku baru memejamkan mata.
"Dee.. maafin kakak ya" terdengar suara kakaku sambil menggoyang-goyagkan badanku.
Akupun terbangun dan terdiam dalam posisi duduk, karna aku lebih memilih diam karna takut emosiku kembali tersulut.
"Dee. kakak janji deh gak make costume-costume kaya gitu lagi" ucapnya sambil memeluku.
"Itu terserah kakak, kevin lagi mau tidur dulu" jawabku yang langsung kembali pada posisi tidur.
Lalu aku mendengar suara kakak-ku meninggalkanku, bukan-nya aku tidak memaafkanya, sebenarnya dia tidak pantas untuk di maafkan, karna ia tidak memiliki salah apapun, aku mencoba untuk tidur namun setelah sekian lama berganti-ganti posisi tidur, aku tetap tidak dapat kembali tidur. Lalu aku memutuskan untuk mengambil wudhu dan melakukan zikir sambil menunggu waktu Maghrib tiba. Sekitar 1 jam lebih aku berzikir telefonku pun berbunyi tanda panggilan masuk, lalu aku menghetikan sejenak dzikirku dan mengambil Hadphoneku dan ternyata telfon iu berasal dari Abi iwan. "Abi? baru kali ini beliau menelfon." gumamku dalam hati.
Lalu akupun mengaggkat telfon.
"Assalamualaikum bi, ada apa bi?" ucapku membuka obrolan.
"Wallaikumsalam vin, langsung saja ke intinya, kamu gak usah lagi datang ke rumah Ibrahim untuk mengaji, Jumat malam kamu ikut saya ke pusat." jawab beliau.
"Kenapa saya gak boleh lagi ngaji ke Aa Ibrahim bi? dan bukannya di pusat sedang tidak ada acara pada malam itu" jawabku yang keheranan.
"Iya karna kamu bukan lagi murid beliau, Jumat malam kamu akan di angkat sebagai Guru Ranting seperti Ibrahim dan ilham" ucapnya yang sekaligus mengagetkanku.
"Guru bi? tapi kan saya masih SMA. Dan ilmu yang saya punyapun masih belum ada apa-apanya" kembali jawabku yang keheranan.
"Ingat vin saya akan bilang iya jika memang iya, dan tidak jika memang tidak, kamu besok dan jumat puasa, malamnya ada pengisian untuk tingkatan Guru, dan jangan lupa bawa lilin hitam. sisanya akan saya jelaskan ketika kamu ketemu saya nanti" kembali jawabnya.
Ucapnya yang sekaligus mengakhiri obrolan kami di telefon, mendengar itu akupun kaget, padahal banyak sekali senior yang jauh lebih pantas di jadikan guru lebih dariku, namun aku sangat mengenal abi, dia tidak akan menyuruh kami jika kami tidak siap, seperti waktu ia menyuruhku menusukan pedang ke perutku sendiri untuk sebuah pengisian, dan memang tidak membunuhku. Bahkan setetes darahpun tidak tumpah dari perutku yang sedang tertusuk pedang pada saat itu, lalu akupun meyakinkan diri. "Mungkin ini memang jalan yang harus kutempuh." Gumamku pelan.
Lalu aku kembali melanjutkan zikirku yang tertunda karna telfon dari Abi, sekitar 30 menit aku berzikir suara Adzan pun memanggilku untuk menyudahi dzikir dan segera bangkit untuk melakukan shalat, setelah shalat akupun menarik nafas panjang untuk mempersiapkan diri meminta maaf kepada ka' dina. Ketika tiba di depan kamar ka' dina akupun mengetuk-ngetuk pintu kamarnya. Lalu iapun membukakan pintu kamarnya, aku melihatnya masih memakai mekenah tanda bahwa ia baru selesai shalat maghrib, lalu akupun langsug masuk dan tidur di kasurnya. Setelah ia melepaskan mukenahnya iapun duduk di kasur dan hanya terdiam dengan wajah yang lesu.
"Ka... maafin kevin ya udah bentak kaka' tadi." ucapku dengan senyum tipis ke arahnya.
"Kevin ga' salah ko, emang ka' dina yang salah" jawabnya dengan wajah lesu.
"Udahlah maaf-maafnya udah kaya lebara aja" ucapku kembali dengan senyum lebar ke arahnya, dengan maksud untuk menyingkirkan wajah lesu itu dari wajahnya.
"Haha lebaran aja belom ya" ucapnya kembali denga senyum lebar, dan sedikit tetesan air mata yang keluar dari matanya.
Setelah berbincang-bincang dengan Ka' Dina akupun kembali ke kamarku untuk melanjutkan tidur, sesampainya di kamar tanpa basa basi akupun langsung merebahkan badanku di kasur lalu memejamkan mata. Mungkin baru kali ini aku semarah ini dengan seseorang, seseorang yang telah mencoba menyaikiti salah satu wanita yang paling ku sayangi.
Setelah bangun dari tidur, aku langsung melihat ke arah jam dinding yang ada di dalam kamarku, dan ternyata sudah jam 4 pagi. "waduhh gak shalat isya" ucapku dengan nada sedikit kesal. Lalu akupun langsung bangkit dari tidur dan langsung menuju ke kamar mandi, untuk membersihka badan dan mengambil wudhu lalu di lanjutkan berdzikir dan shalat subuh. Selesainya aku shalat, akupun langsung menuju dapur untuk membuat mie instan karna perutku belum di isi dari kemarin siang. Setelah selesai akupun langsung duduk di meja makan, namun ketika aku ingin memakan mie instan yang baru ku buat, "Puasa" terdengar suara wanita membisik di telingaku, dan aku yakin itu pasti suara nyai. Lalu sontak aku menaruh kembali sendokku, yaa.. aku baru ingat bahwa hari ini dan besok aku di perintahkan oleh Abi berpuasa, untuk acara pada jumat malam nanti. Terpaksa akupun harus bersabar menahan lapar yang sebenarnya sudah mulai menggrogoti perutku. Setelah itu akupun membawa Mie instan ke kamar ka' dina dan meberikannya, karna jika ku buang akan menjadi mubazir.
"Ka.. mau mie ga?" tanyaku yang berdiri di pintu kamarnya sambil membawa mangkuk berisi mie.
"Lah ko tumben, mau aja sih" ucapnya yang sedang tiduran di kasur sambil sibuk bermain HP.
"Lupa kalo puasa hari ini" jawabku sambil menaruh mangkuk di meja belajarnya.
"Dasar, yaudah taro aja nanti kakak makan" jawabnya yang masih tidak bergeming dari posisi tidurnya.
Lalu setelah itu akupun langsung kembali ke kamarku untuk melanjutkan tidur, seblum tidur aku niatkan untuk dapat berbincang dengan kakek dan nyai di alam mimpiku. Lalu akhirnya akupun dapat terlelap.
"Ada apa kevin" terdengar suara nyai.
Ketika aku membuka mata, aku berada di tempat biasa aku bertemu nyai, di sebuah ruang tamu dengan hiasan khas jawa dan sebuah kendi berada di atas meja tepat di depanku.
"Ah nyai, kevin mau nanya boleh?" ucapku kepadanya yang sedang duduk di sampingku.
"Silahkan kevin, insyallah nyai dapat menjawabnya." jawab beliu dengan tangannya yang seperti biasa mengelus-ngelus rambutku dengan begitu lembut yang sekaligus membuatku selalu begitu nyaman berada di sisinya.
"Begini nyai, Apakah Jin dari golongan Al-Ifrit semuanya Islam?" tanyaku.
"Tidak kevin, kami memiliki pilihan untuk menjalani hidup kami, sama seperti manusia yang dapat memilih jalan hidupnya, makhluk sebangsa nyai bahkan di gunakan sebagai senjata untuk menyakiti manusia, seperti menyantet ataupun untuk menambah kekayaan." Jawab beliau.
"Apakah nyai bisa melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan." tanyaku kembali.
"Tentu bisa, tapi nyai lebih memilih untuk bersujud kepada Gusti Allah SWT, dengan menuruti perintahnya dan menjauhi segala larangan-nya," jawab beliau dengan senyum yang tidak pernah lepas dari wajahnya.
"Jika kevin meminta segudang emas apakah nyai bisa?" tanyaku kembali.
"Tentu nyai bisa, tapi apakah kevin mau mendapatkan segalanya tanpa keringat? jika ia maka yang akan kevin dapatkan hanya kehampaan." jawabnya kembali.
Setelah mendengar jawaban dari beliau akupun berfikir, "apakah manusia menyukai hal instan" gumamku dalam hati, dan ku fikir hampir seluruh manusia ingin semua hal dapat secara instan/cepat di raih, dan itulah salah satu kelemahan terbesar kita, kita tidak mau menjalani, memahami, menikmati bahkan merasakan setiap butir keringat yang keluar dari tubuh kita. Bahwa sebenarnya butir-butir keringat itulah yang akan kita kumpulkan untuk membangun pondasi bangunan yang akan kita nikmati. Ingat.. bangunan tanpa pondasi yang tepat tidak akan bertahan lama.
Lalu akupun meminta izin kepada nyai untuk kembali, seperti biasa tangan beliau pun langsung menutupi mataku dan perlahan-laha kesadaranku pun mulai menghilang, lalu ketika aku bangun waktu sudah menunjukan jam 2 siang, akupun langsung bangkit dari tidurku untuk mengambil wudhu dan melaksanakan shalat Zuhur yang hampir saja ku lewatkan, selesai shalat akupun memutuskan untuk berdzikir sampai adzan ashar kembali memanggilku untuk shalat.
Lalu setelah shalat ashar akupun membuka laptop untuk chatting dengan Hani via YM, seperti biasa kami menceritakan keseharia kami. "janjiku sudah dekat" gumamku pelan dengan senyum tipis menempel di wajahku. sebenarnya akupun sendiri sudah tidak sabar menunggu untuk menepati janjiku kepadanya. Sedang asyik chatting dengan hani aku mendapatkan pesan baru, ketika aku buka ternyata pesan itu berasal dari Jason, ya.. Jason.. seorang teman yang ku kenal saat aku berada di bali dan ternyata kamipun tinggal di kota yang sama, akhirnya akupun mengobrol dengan mereka berdua di YM.
Setelah beberapa jam aku habiskan untuk chatting dengan mereka berdua akupun menutup laptopku dan menunggu datangnya adzan maghrib di kamar kakaku karna waktu sudah menunjukan pukul 05:30 Sore. Sesampainya aku di kamarnya akupun langsung merampas HP yang sedang ia genggam.
"Eh adee... orang lagi anteng juga, balikin ga" ucap kakak-ku sambil mencoba meraih HP yang berada di tanganku.
"Udah gede masih aja main game" ledekku, sambil memberikan kembali HPnya.
"Nanti di pintu kakak tempel foto kamu, nanti kaka tambahin kalimat (Orang ini dilarang masuk)" ledeknya kembali yang tidak mau kalah.
Lalu tak lama kami mengobrol, terdengar suara adzan Maghrib berkumandang tanda berbuka puasa, lalu akupun langsung ke dapur untuk meminum air untuk sekedar membatalkan puasaku, setelah itu akupun mengambil air wudhu untuk melakukan shalat maghrib, selesai shalat akupun langsung kembali menuju meja makan untuk menyantap makanan.
Setelah berbuka puasa akupun memutuskan kembali berzikir di kamarku sambil menunggu datangnya isya, setelah selesai shalat isya akupun memutuskan kembali berzikir sampai tiba waktu tahajud sekitar 4 jam setengah kedepan, aku mematikan lampu untuk dapat khusyuk dalam berdzikir aku terus berdzikir sampai pukul setengah 12 malam, aku pergi kemeja makan utuk sahur karna aku malas jika harus bangun lagi nanti jam 3 hanya untuk sahur. Setelah makan aku kembali ke kamar untuk melakukan shalat Tahajud. Selesainya aku shalat akupun langsung memutuskan untuk memejamkan mata dan tidur.
Keesokan paginya seperti biasa bangun jam 5 pagi untuk shalat subuh. dan hari ini aku ingin berbelanja untuk kebutuhan nanti malam, sekitar jam 11 siang akupun memutuskan pergi ke pasar mencari lilin hitam, aku berputar-putar mencari lilin itu namun aku masih belum menemukan-nya aku pergi kepasar selanjutnya dan hasilnya pun nihil, lalu aku memutuskan menelfon kepada Aa Ibrahim tempat yang menjual lilin dengan warna hitam, lalu beliau memberitauku tempat yang sekiranya menjual lilin itu, lalu tanpa basa basi akupun langsung menuju tempat yang di tunjukan oleh beliau, sekitar 30 menit aku berkendara, sampailah aku di sebuah ruko khusus menjual lilin, dan beruntungnya tempat itu menjual lilin berwarna hitam. Setelah membeli akupun kembali ke rumah karna waktu sudah menunjukan pukul 5 sore.
Sesampainya di rumah akupun mempersiapkan segalanya dengan matang, setelah sekiranya sudah siap akupun duduk di kasur dan bermain HP sambil menunggu datangnya adzan maghrib, setelah adzan berkumandang, seperti biasa aku meminum segelas air putih untuk sekedar membatalkan puasaku lalu bergegas shalat maghrib. Lalu aku kembali ke meja makan untuk melepaskan rasa lapar di perut, setelah selesai akupun lagsung membawa barang-barang atau perlatan yang sudah kusiapkan tadi, lalu pergi kerumah Abi dengan menggunakan Sepeda.
Sesampainya di ruma Abi, terlihat Abi iwan sedang asik merokok di teras depan rumahnya, lalu akupun menghampiri beliau.
"Assalamualikum bi" ucaku padanya sambil mencium tangan beliau
"Wallaikumsalam vin, sini duduk dulu saya mau ngomong" jawabnya yang lagsung mempersilahkan aku duduk di sampingnya.
"Oh iya bi" jawabku singkat.
"Nanti kamu saya anter ketemu abah, disana juga banyak dewan guru lainnya, abi ingin kamu jaga sikap disana dan menuruti semua yang di ucapkan oleh Abah" ucap beliau.
"Oh iya bi, Pasti kalau itu, nanti kita beragkat kapan" tanyaku kepada beliau.
"Nanti setelah shalat isya kita langsung berangkat kesana ya" jawab beliau.
Lalu kamipun berbincang-bincang dan sesekali Abi menasehatiku, sekitar 30 menit kami berbincang tidak terasa sudah waktunya shalat Isya, lalu kamipun mengambil wudhu dan melakukan shalat berjamaah dengan istri dan juga 2 anak beliau. Setelah selesai abi pun mengeluarkan motornya dan memboncengku, kamipun pergi menuju bogor tempat dimana pusat pengajian kami berada. Sekitar 3 jam di perjalana yang cukup membuatku kelelahan, kamipun sampai di tempat tujuan. Abi pun langsung memakirkan motornya, setelah itu beliau pun mengajaku untuk bertemu dengan abah, di perjalanan aku melihat sekitar 4-5 dewan guru sedang mengobrol di halaman depan, dimana di antaranya aku mengenal 2 orang itu, yang 1 ialah Abi Agung dan 1 lagi Abi Johan, dan karna tidak enak, abi iwan pun mengajaku untuk mendekati mereka sekedar untuk menyapa.
"Hayooo pada ngapain nih" ucap abi iwan sekaligus mengagetkan mereka dari belakang.
"Ohh iwan, saya kira siapa, mau ngapain wan?" tanya abis johan.
"Mau ketemu abah, ngaterin murid" jawab abi iwan.
"Wihh kevin, udah lama gak ketemu. Yaudah kalo mau ketemu, gak enak ditunggu abah" ucap beliau sambil menjitak kepalaku.
"Hehe iya bi, terakhir pas di anyer kayanya, yaudah bi saya permisi dulu" ucapku kepada beliau lalu mencium tangan seluruh dewan guru yang berada disana.
Setelah menyapa mereka kamipun melanjutkan perjalanan kami untuk bertemu dengan abah. Kata Abi, Abah menunggu kami di lapangan tenis yang berada di belakang rumahnya, seperti yang sudah saya katakan, bahwa rumah Abah yang sekaligus menjadi pusat perguruan kami memang sangat luas.
Tibahlah kami di dekat lapangan tenis, dan benar saja kami melihat Abah sedang berdiri sendiri di lapangan, dengan wajah menengok ke atas seperti sedang memperhatikan sesuatu. Lalu ketika kami ingin mendekati abah, tiba-tiba abi iwan menghentikan langkah kami.
"Vin, kita di suruh ke saung tengah" ucap beliau.
Tanpa fikir 2x akupun menuruti ucapan abi, walaupun aku sangat yakin pada saat itu abah sama sekali tidak berbicara kepada kami, bahkan menengok pun tidak. Dengan keanehan yang sudah banyak kulewati akupun tidak kaget dengan kejadian seperti ini.
Lalu kamipun berjalan ke saung tengah yang berada di samping bangunan utama. Dan benar saja ketika kami sampai disana, aku melihat abah sudah duduk sila seperti sedang menunggu kami. Padahal ketika kami melewati saung tengah untuk menuju lapangan tenis, aku tidak melihat beliau disini, yang membuat aku lebih bingung aku melihat beliau baru saja berdiri di lapangan tenis, dan ketika kami sampai di saung tengah beliau sudah disini, padahal kami melewati jalan yang paling cepat untuk menuju kesini.
Dengan rasa heran yang masih menghinggap di kepalaku, abi menyuruhku untuk menyapa beliau.
"Assalamualaikum bah" salamku sambil mencium tangan beliau.
"Wallaikumsalam kevin, kita sudah bertemu sekali waktu itu" jawab abah yang sedikit mengagetkanku, dan setelah ku ingat-ingat, aku memang pernah bertemu beliau 1x pada saat di alam ghaib untuk mengamalkan Pedang Zulfikar.
Lalu abi pun juga mengucapkan salam kepada beliau dan mencium tangannya, setelah itu abi pun meninggalkanku bersama abah di saung tengah, tanpa mengucapkan satu katapun padaku, dan seperti tidak mau membuag-buag waktu aba menyuruhku untuk mengeluarkan lilin hitam yang sudah ku bawa, lalu akupun menaruh lilin itu di lantai dan... aku melihat lilin itu menyala, padahal aku belum sama sekali menyalakan-nya bahkan aku belum mengeluarkan korek gas yang ada di kantungku. Ketika rasa heranku belum hilang, aku di kagetkan kembali dengan angin yang tiba-tiba berubah menjadi kencang.
"Kevin, kita mulai. Dan jangan bernafas sampai saya menyuruh untuk bernafas dan jangan membuka mata" ucap beliau.
Dan aku pun hanya menuruti perintah beliau, sekitar 5 detik aku menaha nafas dan menutup mata.
"Sudah selesai." ucap singkat beliau sekaligus mengagetkanku, ini pengisian tercepat yag pernah aku alami.
Namun ketika aku melihat lilin hitam yang aku bawa, sungguh aku kaget bukan main, lilin itu hanya tersisa sedikit padahal butuh waktu sekitar 4-5 jam untuk menghabiskan lilin itu.
***
Sedikit info yang dapat saya berikan:
1. Buraq
Menurut dalam kamus bahasa, Buraq artinya hewan kendaraan Nabi Muhammad SAW yang berbentuk kuda bersayap. Makhluk ini dipercaya diciptakan oleh ALLAH SWT dari cahaya atau kilat.
Makhluk ini dipercaya merupakan tunggangan Nabi Muhammad SAW dari Masjid al-Aqsa menuju Mi’raj saat terjadi peristiwa Isra Mi’raj. Sebenarnya istilah “Buraq” ini diartikan burung cendrawasih, yang oleh kamus diartikan burung dari surga (bird of paradise).
2. Ya’juj dan Ma’juj
Ya’juj dan Ma’juj merupakan sebutan bangsa yang akan muncul di akhir jaman yang memiliki kekuatan yang bisa merusak dan menghancurkan kehidupan di bumi. Kisah makhluk mitologi Islam ini diceritakan dalam ajaran agama Yahudi, Kitab Kejadian umat Kristen, dan Al-Qur’an.
Walaupun banyak kitab suci yang menyinggung tentang Ya’juj dan Ma’juj, tapi pengambaran makhluk ini masih belum jelas (ambigu). Ada yang menyebutnya seperti manusia, berbentuk raksasa, dan suatu bangsa atau negeri.
3. Imam Mahdi
Imam Mahdi adalah sosok muslim muda yang dipercaya sebagai orang pilihan ALLAH SWT untuk menghancurkan segala bentuk kezaliman dan menegakan keadilan di muka bumi sebelum datangnya hari kiamat.
Dalam Hadist disebutkan Imam Mahdi akan memimpin selama selama 7- 9 tahun. Selama masa kepemimpinannya, Imam Mahdi akan membawa kamu muslim memerangi kezaliman, hingga satu demi satu kezaliman akan takluk dibawah kepemimpinannya.
Karena itulah, Dajjal yang merupakan raja kezaliman akhirnya murka dan keluar dari persembunyiannya serta berusaha membunuh Imam Mahdi dan pengikutnya.
4. Dajal
Seperti yang disebutkan diatas, Dajjal adalah raja dari segala kezaliman yang muncul menjelang hari kiamat. Dajjal disebut sebagai tokoh kafir yang sangat jahat dalam Eskatologi Islam dan pembawa fitnah mengerikan di akhir jaman.
Bahkan nabi Muhammad SAW mengingatkan pengikutnya untuk membaca sepuluh ayat pertama dari Surat Al-Kahfi sebagai bentuk perlindungan dari Dajjal atau bisa juga berlindung di kota Madinah dan Mekkah, sebab Dajjal tidak bisa memasuki kota tersebut yang selalu dijaga oleh para malaikat.
5. Azazil
Berdasarkan syariat Islam, Azazil merupakan pemimpin kelompok syaitan dari kalangan jin dan manusia, dimana sebelum nabi Adam AS diciptakan, Azazil adalah imam dari para malaikat dengan wajah yang rupawan dan memiliki empat sayap.
Tapi setelah dia tidak mau menuruti perintah ALLAH SWT yaitu sujud kepada nabi Adam AS. Akhirnya ALLAH SWT melaknatnya dengan mengubah kepalanya seperti kepala unta, dadanya seperti daging menonjol keatas, wajahnya seperti kera, dan kedua matanya terbelah sepanjang wajahnya.
Azazil memang diberi umurnya panjang sampai hari kiamat dengan janji untuk berusaha menyesatkan manusia sebanyak mungkin untuk menemaninya di neraka kelak.
6. Dabbat al-Ard
Kalau makhluk mitologi Islam yang satu ini merupakan sebuah frasa yang diartikan hewan buas (monster) yang keluar dan muncul dari perut bumi sebagai salah satu tanda sebelum datangnya hari kiamat.
Diceritakan bahwa Dabbat al-Ard akan muncul di kota Mekkah dekat di gunung Shafa setelah matahari terbit dari barat. Dia muncul dan berbicara dengan kata yang sangat fasih dan jelas dengan membawa tongkat nabi Musa dan cincin nabi Sulaiman.
***
Lanjut ke cerita
Lalu akupun melihat jam tanganku, dan benar saja waktu sudah menunjukan pukul setengah 4 pagi, padahal aku tiba di sini pukul 10 malam. Ini adalah pengisian tercepat sekaligus terlama yang pernah aku rasakan, ya bagaimana tidak? aku hanya memejamkan mata kurang lebih sekitar 5-6 detik, namun ternyata aku sudah menghabiskan lebih dari 5 jam.
"Mulai sekarang kamu sudah resmi menjadi GR (Guru Ranting), kamu sudah bisa mengisi atau memberikan khadam, dan saya juga telah memberikan 13 khadam ke tubuhmu" ucap beliau.
"Terimakasih bah" jawabku.
"Yasudah kamu pergilah susul Iwan, dia menunggumu di Saung depan" ucapnya.
Lalu akupun merapihkan barang-barangku dan mencium tangan beliau untuk izin pergi bertemu dengan abi, akupun segera menuju saung depan dimana abi menungguku, ketika aku sampai beliau sedang merokok dengan santainya dan hanya ditemani oleh secangkir kopi hitam hangat.
"Asalamuallaikum Bi, maaf membuat abis menunggu lama" ucapku kepadanya sambil mencium tangan-nya.
"Wallaikumsalam, gapapa vin memang sudah biasa begini, yasudah nanti kita berangkat pulang setelah shalat subuh ya, kita nyantai aja dulu disini." jawab beliau sambil menyuruhku duduk di sampingnya.
"Oh iya bi gapapa, kevin juga udah bilang sama ibu mau nginep di rumah abi hehe" jawabku sambil menyalakan rokok di mulutku.
"Kamu beruntung vin sekarang sudah lebih mudah, dulu saya kalau mau kesini harus jalan kaki dari rumah untuk acara ataupun pengisian." ucapnya.
"Jalan kaki bi? memangnya waktu dulu tidak ada yang ikut acara di cabang kita?" tanyaku yang sedikit kaget, padahal untuk kesini butuh waktu setidaknya 3 jam naik motor.
"Haha bukan tidak ada yang ikut, namun memang hanya saya murid pengajian pertama disana" jawabnya dengan tawa sambil mengelus kepalaku.
"Lalu abis berarti pendiri Cabang **********?" tanyaku kembali.
"Waktu saya di angkat menjadi dewan guru, saya di perintahkan oleh abah untuk membuat Cabang baru, dan alhamdulilah sampai sekarang cabang kita masih bertahan." jawabnya dengan senyum tipis di wajahnya.
"Kalau boleh tau bi, abi di angkat menjadi dewan guru butuh waktu berapa tahun?" tanyaku kembali yang sedikit penasaran, sambil meminum kopi yang abi tawarkan.
"Dulu saya cepat vin hanya butuh 6 tahun, karna saya salah satu 10 murid pertama dari abah, dan sekarang? sayapun masih di buat tidak percaya kini total murid pengajian kita sudah lebih dari 500 ribu lebih, dan apakah kamu tau Abi Stevan dan Abi Risky? mereka adalah dewan guru cabang jerman dan malaysia." ucapnya.
"Iya bi kalau itu saya sudah tau bi" jawabku kembali.
"Sebanarnya vin, untuk menjadi guru ataupun dewan guru tidak ada patokan waktu kamu tau dendy kan? dia sudah menjadi murid saya lebih dari 20 tahun lebih, namun belum naik menjadi GR (guru ranting) sepertimu atau Dina (pria) yang sudah lebih dari 15 tahun dan masih menjadi murid." ucap beliau kepadaku.
"Iya bi saya juga sebenarnya masih bertanya-tanya kenapa saya di angkat menjadi guru di umur saya semuda ini padahal saya baru 4 tahun semenjak berganbung" jawabku kembali.
"Oh iya kevin, nanti 12 murid baru di cabang, akan saya pindahkan ke rantingmu, namun karna kamu tidak memiliki rumah sendiri ataupun ranting sendiri, kamu aka mengajar di cabang tapi setiap malam rabu, karna pengajian cabang diadakan malam sabtu." Ucapnya yang sekaligus mengagetkanku.
"12 bi? apa tidak kebayakan? bisakah abis sedikit menunggu sampai saya lulus sekolah, 1 semester lagi" jawabku.
"Tentu kevin" jawabnya singkat.
Lalu kamipun berbincang-bincang sampai tak terasa Adzan Subuh memanggil kami untuk melaksanakan shalat, lalu kamipun bergegas menuju masjid yang berada masih di perkarangan rumah Abah untuk melakukan shalat subuh jama'ah dengan para dewan guru dan tentunya abah sebagai imam.
Setelah shalat kamipun langsung memutuskan untuk pulang ke rumah, karna malam ini ada pengajian cabang dan abi pun harus segera beristirahat. Setelah berjam-jam kami habiskan di jalan untuk sampai di rumah abi. Sebenarnya abi menawarkan untuk mengantarkanku ke rumah, namun karna aku sudah tidak enak karna sudah banyak merepotkan beliau. Setelah sampai di rumah abi, akupun langsung izin pulang menaiki sepeda yang ku parkirkan di samping rumah abi, di perjalanan aku merasakan ada perbedaan dalam diriku, seolah tubuhku lebih ringan dan fikiranku jauh lebih tenang dan jernih dan aku juga merasakan yang mengikutiku kali ini bukanlah hanya Kakek dan Nyai, namun lebih dari itu.
Ketika aku sampai di rumah akupun salim kepada ibuku, dan kali ini ibuku tidak menanyaiku habis dari mana, karna sebelumnya aku sudah menelfon beliau untuk meminta izin menginap di rumah Abi Iwan. Karna ibu dan ayahku mengizinkan penuh untuk mengaji disana, karna menurut beliau selama tidak menyimpang dengan al-Quran, syari'at dan Hadist dengan senang hati beliau mengizinkanku.
Lalu akupun langsung pergi ke lantai 2 untuk tidur karna mataku yang sudah tidak kuat sehabis begadang. Namun ketika aku memejamkan mata, aku mendengar suara.
"Asalamualikum kevin" terdengar suara banyak pria yang bersamaan memanggilku.
Lalu ketika aku membuka mata, aku sudah berada di sebuah ladang rumput yang luas dan aku tepat berada di bawah pohon besar yang mana hanya ini pohon sepanjang mataku melihat.
Ternyata yang memanggilku adalah para khadam baruku, penampilan mereka berbeda-beda ada yang begitu besar, ada yang mirip penampilan-nya dengan kakek, ada 2 ular besar dan 1 Raksasa yang kira-kira tingginya hampir 10 meter dan rambutnya yang begitu panjang lebih besar dari pria besar yang sudah aku sebutkan pertama.
"Apakah kalian yang di utus oleh abah untuk menjagaku?" tanyaku.
"Ya benar kevin, dan kami hanya ingin memperkenalkan diri" jawab salah satu pria yang mirip dengan kakek.
"Terimakasih telah mau menjagaku" ucapku kepada mereka.
"Kevin sekarang aku sudah tidak perlu menutup matamu untuk mengembalikan sukmamu kedalam ragamu, kau sudah bisa melakukannya, dan ketika kamu ingin bertanya kepada kami, kamu tidak harus lewat mimpi, cukup panggil kami maka kami langsung akan muncul ke hadapanmu" jawab kakek yang berada di sampingku.
Lalu akupun mencoba untuk fokus, aku sebenarnya belum pernah kembali ke dalam raga tanpa bantuan kakek ataupun abi, bahkan akupun tida pernah tau baaimana caranya. Namun aku tetap mencoba dengan memejamkan mata dengan fokus. Lalu ketika aku membuka mata, benar saja aku sudah berada di kamarku. Lalu tidak sampai di situ... aku mencoba apa yang di katakan oleh kakek, yaitu jika aku ingin bertemu dengan mereka sudah tidak harus dalam mimpi. Lalu aku memanggil mereka "Assalamuallaika ya ********** Hadir, hadir, hadir" ucapku pelan sambil menundukan kepala.
"Ada apa kevin?" terdengar suara kakek berada di depanku.
Dan benar saja ketika aku membuka mataku, aku melihatnya dengan sangat jelas seperti di dalam mimpi.
"Tidak apa kek aku hanya mencoba apa yang kakek katakan di dalam mimpi tadi" ucapku dengan senyum tipis.
"Baiklah" jawab singkat kakek, yang tiba-tiba menghilang begitu saja.
Lalu akupun memandangi telapak tanganku dan berkata. "Apakah ini salah satu kelebihan Guru Ranting?" gumamku pelan dengan senyum tipis di wajahku.
Lalu akupun memutuskan untuk langsung pergi ke kamar mandi sekedar untuk mencuci muka sekaligus mengambil wudhu, karna waktu sudah menunjukan jam 2 siang.
Setelah shalat zuhur dan ashar, aku memutuskan untuk membuka laptop sekedar bermain game untuk menghabiskan waktu, dan tidak lupa juga untuk membalas YM dari Hani. Setelah berjam-jam bermain laptop suara adzan Maghrib pun menggemah tanda bahwa sudah tiba waktu shalat Maghrib. Lalu ketika aku selesai mandi dan mengambil wudhu, ibuku memanggil.
"Kevin anterin mamah yuk, mamah mau beli ice cream sama Daging, stok di kulkas udah pada abis." tanya ibuku.
"Oh iya mah, tapi kevin shalat dulu ya" jawabku kembali.
"Eh kevin, kamu make krim muka ya?" tanya ibuku yang sekaligus menghentikan langkahku ditangga.
"Ah engga mah, mana pernah kevin make gitu-gituan" jawabku yang sedikit bingung.
"Tapi beneran deh muka kamu cerah banget" jawab ibuku kembali.
Lalu akupun langsung menuju kamar dan melaksanakan shalat Maghrib, aku sedikit memikirkan tentang apa yang di bilang oleh ibuku tadi, bahkan aku sampai memeriksa cermin, dan ketika aku becerminpun. "wajahku masih jelek-jelek aja, gak ada gantengnya." gumamku pelan yang masih becermin. Lalu akupun memutuskan untuk tidak mefikirkan-nya.
"Itu karna Ma'abah mu sudah meningkat jauh kevin" terdengar suara perempuan dari belakangku.
"Hahhh... kaget kevin, kevin kira siapa.. Apa mungkin karna pengisian kemarin nyai?" ucapku yang kaget melihat nyai tiba-tiba berada di belakangku.
"Iya kevin" jawabnya singkat yang tiba-tiba lenyap begitu saja dari hadapanku.
Lalu setelah perbincangan singkat dengan nyai akupun langsung pergi ke bawah untuk segera mengantar ibu, namun ketika ditangga aku terdiam sesaat, sepertinya aku melupakan sesuatu. "Pengajian Cabang !" ucapku kaget, ya malam ini ada pengajian di cabang. Namun aku tidak mungkin mengecawakan ibuku, bahkan walaupun saat ibu menanyakan aku tadi dan aku sudah tau bahwa ada pengajian di cabang malam ini, aku akan tetap mengiyakan ajakan ibu. Karna sampai kapanpun aku tidak akan pernah menjawab "tidak" di depan ibu, itu adalah salah satu prinsip hidupku.
lalu dengan segera aku meminjam telfon ibuku, untuk menelfon Abi. Karna waktu itu Pulsaku sedang habis. Aku bilang akan terlambat datang karna ingin mengantar ibuku, dan beliau pun mengiyakan.
"Kevin ada pengajian ya? kenapa gak bilang sama mamah? yauda kevin ngaji aja, biar mamah aja yang belanja" ucap ibuku yang sepertinya mendengar pembicaraanku via telfon tadi dengan abi.
"Gapapa ko mah, telat sesekali gak akan di skor hihi" jawabku dengan senyum lebar dan nada bercanda.
"Kamu kira sekolah" jawab ibuku.
Lalu kamipun masuk ke dalam mobil dan segera pergi menuju Supermarket, dan tentunya aku yang membawa mobil. Selama di perjalanan kamipun mengobrol dan bercanda, bahka ibuku sempat menanyakan tentang aku dan Hani. Dan jujur saja aku sedikit kaget mendengar ibu menanyakan itu, namun aku hanya menjawab "insyallah kalo jodoh gak kemana hihi" jawabku dengan nada bercanda.
Kamipun sampai di sebuah supermarket, dan karna ibu tau bahwa aku ada pengajian, Ibu terlihat seperti sedang buru-buru, padahal aku sudah bilang kepada beliau untuk tidak buru-buru. Namun karna ibu merasa kasian kepadaku, beliau pun tidak menghiraukan ucapanku. Lalu sekitar 30 menit kami berbelanja, kamipun kembali ke rumah dan waktu sudah menunjukan pukul setengah 8 saat kami sampai di rumah. Lalu akupun memutuskan untuk shalat isya terlebih dahulu sebelum pergi mengaji. Setelah shalat isya akupun langsung pergi menuju cabang dengan sepeda. Sekitar 15 menit di perjalanan akupun sampai dan langsung memakirkan sepedaku di samping rumah Abi. Terlihat dari luar ada Abi sedang berceramah, lalu akupun masuk dengan salam.
"Wesssss guru baru, berarti didikan saya mantap kan bi? haha" saut Aa Ibrahim yang membuatku malu.
"Mantap dah, yang baru naik nih, jadi makin ganteng haha" saut Aa Sandi. Dan beliau adalah satu-satunya guru cabang
"Ahh ada-ada aja A, biasa aja" jawabku singkat yang duduk paling belakang murid.
"Kalau sudah setingkatan GR kamu dilarang memanggil Aa lagi, dan kamu ngapain disitu? sini duduknya samping saya" ucap abi yang sedikit mengagetkanku.
"Oh iya bi maaf" lalu akupun berpindah duduk di samping abi
Dan pengajian pun di lanjutkan, parahnya baru ku dapat duduk tenang dan mengambil nafas, abi langsung menyuruhku untuk mencoba mengajar agar aku terbiasa, sebenarnya aku masih sangat malu pada waktu itu. Namun karna aku tidak ingin mengecewakan abi, akupun mengiyakan-nya dan mencobanya.
Oiya karna aku sudah diangkat menjadi Guru Ranting, total Guru ranting di cabangku bertambah menjadi 3 yang mana itu termasuk aku.
Setelah liburan semester yang panjang akhirnya aku harus kembali bersekolah, dan mempersiapkan diri untuk ujian nasional, ya walaupun aku bukan tipe orang yang mau belajar untuk UN. Setelah aku dan ka' dina sarapan kamipun pergi menuju sekolah dengan di antar oleh ibu. Sepanjang perjalanan ka' dina memandangi wajahku.
"Kenapa sih ka? ingat ka' kita ini kakak beradik tidak boleh ada rasa seperti itu" ucapku dengan nada bercanda.
"Ihh dasar bukan itu. Kamu pake krim punya kakak ya? ko muka kamu berasa beda banget dari tadi kakak perhatiin" jawab kakaku yang masih memerhatikan wajahku.
"Engga lah, kakak tau sendiri kevin sisiran aja gak pernah kalo gak di sisirin mamah atau kakak, apa lagi make cream.. ngaco" ucapku sewot.
"Benerkan ka? apa yang mamah bilang, muka adek beda, kakak aja yang perawatan ga secerah itu mukanya" saut ibuku yang sedang menyetir.
"Iya nih mah, kaya-nya adek diem-diem beli cream import" saut kembali kakak-ku dengan wajah meledek.
"Au amat, kevin emang udah dari lahir di kasih ketampanan sama tuhan, mamah sama kakak aja baru sadar" jawabku dengan sombong.
"Haha dasar kamu" saut kakak-ku sambil tangan menutupi wajahku.
Lalu setelah perbincangan yang cukup menyenangkan di mobil. Kamipun sampai di depan sekolah, aku dan ka' dina pun langsung turun dari mobil dan tanpa lupa untuk mencium tangan ibu. Setelah itu kamipun langsung pergi menuju kelas kami yang berada di lantai 3. Namun ketika kami berjalan melewati lapangan, aku merasa ada yang memperhatikanku.. awalnya aku mengira yang meperhatikaku ialah Jin namun ketika aku menengok ke kiri dan kanan. Beberapa perempuan seperti melihat ke arah kami, namun karna aku tidak mau di bilang GR (Gede Rasa), jadi aku hanya mengacuhkannya saja dan mencoba berfikir mereka sedang memperhatikan sesuatu yang lain.
Lalu sampailah di kelas kami, dan benar saja bahkan Zaki teman sekelasku yang sekaligus ketua kelas, sampai menghampiriku dan bertanya apakah aku habis dari perawatan atau lain-nya. namun seperti biasa aku hanya menanggapinya dengan candaan.
"Tuh kan kakak bilang apa, wajah kamu tuh beda vin, kakak aja kaget" saut ka' dina.
Lalu aku hanya diam dan tak mau menjawabnya, karna merasa risih akupun menjatuhkan kepalaku ke meja lalu menutupinya dengan lenganku, lalu aku mencoba beriteraksi dengan nyai melalui batin. Namun tidak ada jawaban dari beliau, sampai aku memanggilnya berkali-kali namun tidak ada jawaban. "Di saat begini". gumamku pelan yang sedikit kesal karna nyai tidak merespon panggilanku, padahal aku merasakan energinya tepat berada di sampingku. Lalu karna aku tidak mau di cap sedang galau karna terus menunduk, aku memutuskan untuk menanyakan-nya saat aku pulang nanti.
Terdengar suara bell sekolah, tanda jam istirahat tiba. Lalu akupun mengajak ka' dina untuk ke kantin, namun kali ini beliau menolak karna ada urusan osis. Dan akhirnya akupun mencari irfan di kelas, namun ketika sampai di kelasnya, sepertinya dia sudah duluan ke kantin. Lalu akupun memutuskan untuk menyusulnya ke kantin, dan benar saja aku melihatnya sedang duduk bersama dody dan yanto. Lalu akupun menghampiri mereka yang sedang duduk disana.
"Oi vin, kakakmu mana? biasa ya udah kaya buntut kemana-kemana bareng haha" ucap irfan.
"Baru dateng udah kena bully" sautku.
"Eh bentar deh vin, tuh muka abis di bawa ke salon? bening amat" ucap dody yang juga ikut mengomentari wajahku.
"Udah dong, kalian nih mungkin orang ke 5 yang nanyain" jawabku.
Lalu ketika aku sedang asyik mengobrol dengan irfan dan dody, ada seorang 3 perempuan menghampiri kami.
"Hai boleh kenal ga? aku sila" ucapnya sambil meyodorkan tangan untuk bersalaman. Yang sekaligus membuat kami ber 4 diam sesaat.
"AA..ahh hei juga, boleh aja. Nama aku kevin" jawabku dengan nada sedikit gugup.
"Kevin ya.. boleh minta BBM? atau nomer telfon?" tanya-nya kembali.
"Be...BM? ehhh ga punya BBM ada ya no telfon" jawabku kembali.
Memang pada saat itu aku tidak memiliki BBM karna pada saat aku masih SMA Bl*ckB*rry masih menjadi barang yang mewah. Sebenarnya ibu menawarkanku untuk membelikan-nya, namun aku menolaknya karna aku lebih memilih untuk membeli laptop baru, karna bisa di bilang aku ini maniak Game.
"Ohh yaudah gapapa ko... no telfon juga boleh." ucapnya kembali.
Lalu akhirnya akupun memberikan no.telfonku kepadanya, setelah meberikan no telfon Sila pun pergi bersama ke 2 teman-nya. dan seperti yang ku duga aku langsung di serbu bullyan dan berbagai pertanyaan oleh mereka ber 3, ya mereka.. siapa lagi kalau buka Irfan, Dody dan Yanto. Dan seperti biasa akupun hanya menanggapinya dengan candaan.
"Apakah efeknya memang seperti ini?" gumamku dalam hati.
Aku tau bahwa naik tingkatan juga akan meningkatkan banyak aspek pada Ilmuku, termasuk Ma'abah ini. Aku menjadi tidak nyaman jika harus terus seperti ini, lebih baik sepulang nanti akan kutanyakan kepada kakek untuk solusi terbaik.
Dan akhirnya bell sekolah pun kembali berbunyi tanda istirahat sudah berakhir, pada saat jam pelajaran pun aku menjadi tidak fokus dan masih memikirkan tentang hal tadi. Ketika aku sedang termenung.
"Sekarang kita ujian percobaan untuk persiapan Ujian sekolah nanti" ucap guruku yang sekaligus mengagetkanku. Karna mata pelajaran yang ia ajar ialah MTK, salah satu pelajaran yang bisa membuat otaku pecah.
Lalu kertas soal ujian pun di bagikan, dan Test pun di mulai. Sungguh 20 soal yang sedang aku perhatikan ini mungkin hanya 1 sampai 2 yang dapat ku mengerti dan itupun masih belum tentu dapat ku selesaikan. Sekitar 10 menit ujian berlangsung aku makin kebingungan dan mulai pasrah. Namun aku mengingat satu hal, yaa... aku masih mempunyai sesosok Bidadari yang senantiasa akan selalu menolongku, siapa lagi kalau bukan ka' dina. Lalu tanpa basa basi akupun langsung melihat kertas ujian milik ka' dina.
"Eh nyontek ya !.. ini soal ya percobaan kevin, kalau gini aja kamu gak bisa gimana nanti UN" sautnya dengan nada berbisik lalu menutup kertas jawabannya dengan tanganya.
"Hahh.. sampai-sampai bidadari penolongku sudah berubah menjadi malaikat pencabut nyawa" gumamku pelan.
Akhirnya akupun memasrahkan diri dan berdoa. "ya Allah kevin benar-benar tidak tau ya allah, kevin pasrah ya allah," gumamku dalam hati. Lalu dengan mengucapkan "Bissmilah" aku akan menyelesaikan soal ini dalam waktu 1 menit. ya.. tentu saja dengan asal-asalan, dan akhirnya aku dapat menyelesaikan soal ini, dan dengan PD nya aku berdiri dan mengumpulkan jawabanku, dan aku adalah murid pertama di kelasku yang mengumpulkan kertas ujian. Setelah aku taruh di meja guru terlihat Pak Sugi langsung memeriksa kertas jawabanku. Dan keringat dinginpun bercucuran mengalir keluar, aku duduk kembali di mejaku dengan jiwa yang pasrah. Dan benar saja 10 menit kemudian akupun di panggil ke depan. "Kevin sini maju" ucap guruku yang sekaligus membuatku gelisah. Lalu akupun maju ke depan.
"Iya pak" ucapku yang sudah berdiri di depan, sungguh aku lebih baik mengusir 5 jin sekaligus dari pada harus di hadapkan seperti ini.
"Kamu belajar gak sih? ini yang bener cuma 5" ucapnya kepadaku dengan nada mengomel.
"Alhamdulilah ya allah masih ada yang bener" gumamku pelan.
"Hah? ngomong apa tadi kamu?" tanya guruku.
"Ah engga pak, maksud saya iya bu nanti saya belajar lebih giat lagi."
"Kamu kenapa sih vin, kalau pelajaran Matematika pasti nilai kamu jeblok, tapi pelajaran fisika, b.inggris dll nilai kamu selalu bagus, padahalkan fisika juga ada hitung-hitungan-nya sama seperti MTK" tanya beliau kepadaku.
"Iya pak maaf, mungkin sayanya aja kurang giat belajar" jawabku kepada pak sugi.
Kalau boleh jujur aku hampir tidak pernah belajar di rumah mau apapun itu pelajaran-nya, tapi tidak tau mengapa hanya Matematika yang tidak masuk ke otakku.
"Kalau karna dari cara bapak mengajar yang salah, kamu bilang ke saya, bapak malah seneng ko' jadi bapak bisa intropeksi diri, bapak dibayar untuk menurunkan ilmu bapak, tapi kalau ilmu bapak tidak bisa turun ke kamu, buat apa bapak dibayar" ucap Pak sugi yang mulai menurunkan suaranya.
"Oh engga ko pak, emang sayanya aja yang malas, saya akan belajar lebih giat lagi ko pak" sautku yang mana menjadi merasa tidak enak kepada beliau.
Lalu setelah itu akupun di suruh untuk kembali ketempat duduk, dan setelah semua murid menyelesaikan soal ujian, kamipun langsung di izinkan pulang karna ini adalah mata pelajaran terakhir pada hari ini. Lalu aku dan ka' dina pun seperti biasa menunggu ibu di parkiran sekolah, setelah ibu sampai kamipun langsung pulang.
Sesampainya di rumah akupun langsung mandi dan mengambil wudhu untuk shalat ashar karna sebentar lagi sudah mendekati waktu ashar. Setelah mandi dan shalat, akupun langsung duduk di kasur dan memutuskan untuk mencoba memanggil nyai lagi.
"Assalamuallaika Ya *********** Hadir, Hadir, Hadir" gumamku pelan dengan memejamkan mata.
Dan ketika aku membukanya, Nyai sudah berada tepat di depanku, dan tanpa basa basi akupun langsung menanyainya.
"Assalamualaikum nyai... Nyai kenapa tadi kevin panggil tidak mau datang?" Tanyaku.
"Wallaikumsalam kevin... Karna tidak ada yang bisa nyai lakukan untuk menyembunyikan Ma'abahmu itu" jawabnya.
"Saya tau bahwa Ma'abah sulit untuk di sembunyikan, tapi kevin tidak pernah menyangka efeknya akan sebesar ini nyai" tanyaku yang sedikit kesal.
"Karna dari awal kamu sudah memiliki Ma'abah yang cukup tinggi dan di tambah pengisian untuk naik tingkat oleh Gurumu, sekarang kamu harus mulai membiasakan diri kevin untuk itu, karna mungkin ini adalah salah satu cobaan yang di berikan kepadamu, apakah nanti kamu akan tergoda oleh wanita atau tidak, itu semua ada di tanganmu" ucap nyai.
"Tapi kan nyai, ka.." Belum selesai aku berbicara nyai pun menghilang begitu saja dari pandanganku.
Setelah itu akupun memutuskan untuk merebahkan badan ke kasur dan memfikirkan tentang hal ini, mungkin ada benarnya juga yang di katakan-nya, ini adalah salah satu ujianku untuk menahan goda'an dari wanita. Lalu ketika aku sedang melamun, Handphoneku pun berbunyi setelah kulihat ada telfon masuk dari nomor yang tak ku kenal, dan akupun memutuskan untuk mengangkatnya.
"Halo ini kevin ya" terdengar suara wanita yang tidak asing di telingaku.
"Iya ini kevin, ini siapa ya" tanyaku.
"Ini sila vin, yang tadi" jawabnya.
Aku baru ingat bahwa tadi aku memang memberikan no.Telfonku kepadanya, dan kamipun sedikit berbincang-bincang di telfon, dan menanyakan beberapa hal tentangku, namun aku hanya menanggapinya dengan seadanya. Setelah menutup telfon dari sila aku kembali melamun, walaupun aku berbincang ataupun bercanda dengan wanita lainnya. Tidak tau mengapa yang ada di fikiranku hanya ada "Hani" ya.. Hanya dia satu-satunya perempuan yang ada di fikiranku, mungkin aku memang sudah sangat menyukainya. Setelah tiba-tiba memikirkan tentang dirinya akupun langsung memutuskan mengambil Handphoneku kembali dan menelfonnya, dan akhirnya akupun dapat mendengar suara ini, ya.. Suara yang selalu dapat menenangkan hatiku, Suara yang hampir selalu membuatku tersenyum sendiri. Setelah berbincang cukup lama dengannya via telfon, suara adzan maghrib pun berkumandang. Akupun langsung pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan segera shalat maghrib, selesai shalat akupun memutuskan untuk melanjutkan berzikir sampai waktu isya tiba.
Selesainya aku shalat isya, aku membuka laptop untuk sekedar chatting dengan Hani. Sebenarnya aku sedikit merindukannya, setelah pertemuan kami di kemang waktu itu kami belum pernah lagi bertemu dengan-nya. setelah nanti aku lulus SMA aku memutuskan untuk menyelesaikan semua hutangku, ya hutangku kepada Hani dan kepada Yuni. Wanita itu.. aku masih terus saja memikirkan tentang wanita itu, aku sungguh penasaran apa yang sebenarnya terjadi dengan-nya atau apa yang menimpanya, aku sebenarnya ingin menanyakan ini kepada Abi ataupun kakek, tapi sepertinya akan percuma jika aku menanyakan-nya kepada mereka. Mereka pasti tidak akan mau memberitauku apa yang sebenarnya terjadi kepada wanita itu.
"Mungkin aku harus sedikit bersabar" gumamku sambil menyenderkan badanku di kursi.
Lalu aku memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan-nya sekarang, lebih baik aku fokus untuk belajar lebih dalam untuk mempersiapkan mental dan fisikku nanti. Akupun pergi menuju ke kamar ka' dina, hanya sekedar untuk menggodanya.
BERSAMBUNG
*****
Sebelumnya