Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TAKDIR YANG TIDAK BISA KULAWAN (Part 4)


SANTET

"Kamu tau gak sih selama ini aku.." belum sempat ia menyelesaikan ucapan-nya, aku langsung membekap mulutnya dengan tangan kiriku.

"Aku suka sama kamu hani, bahkan sudah melebihi sahabat, aku udah sayang sama kamu" ucapku yang memomotong omongan-nya.

Lalu dia terdiam dengan wajahnya yang memerah, dia tidak merespon ucapanku sama sekali, hanya menundukkan kepala

"Ko' diem? Kamu gak suka sama aku?" jawabku sekaligus memecahkan keheningan di antara kami.

"Bukan begitu vin, aku kaget aja, kenapa gak dari dulu kamu bilang, kenapa harus nunggu sampe aku begini" jawabnya yang masih menundukan kepalanya, seolah dia tidak berani menatapku.

"Aku bakal bilang kok walaupun tanpa kamu begini, sebenarnya aku bakal bilang ini kalau nanti kita udah lulus SMA."

"Itu kan masih lama banget vin, aku gak bisa nunggu selama itu, nanti gimana misalnya aku lebih dulu suka sama orang lain" jawabnya yang mulai berani kembali menatapku.

"Berarti kamu gak layak buatku," sautku dingin.

Lalu hani pun kembali menundukan kepalanya, air mata mulai keluar dari matanya. Tak lama dia berdiri dan meninggalkanku tanpa berkata apapun.

"Mungkin aku terlalu kejam" gumamku pelan sambil menarik nafas dalam, tapi memang itu yang aku inginkan, karna aku memang belum siap untuk melakukan-nya sekarang.

Lalu aku melihatnya pergi memasuki mobil yang sudah di tunggu oleh pak Jaka, terlihat muka Pak jaka pun ikut kebingungan melihat Hani menangis, namun tak lama mereka pun pergi.

Aku sempat terdiam sejenak, memikirkan perkataanku sebelumnya. Tapi aku tidak akan menyesali apapun yang telah keluar dari mulutku, walaupun aku sangat tidak tega melihatnya menangis, mungkin karna aku sudah muak melihat wanita menangis, inginku mengejarnya, tapi kakiku seolah tidak mau bergerak. Aku kembali menarik nafas panjang dan berzikir pelan untuk menetralkan emosiku, setelah perasaanku lebih tenang aku memutuskan menelfon taksi untuk segera pulang.

3 hari setelah kejadian itu, Hani pun tidak lagi menghubungiku, mungkin dia kini sudah membenciku. Aku kehilangan sosok yang biasa kujadikan teman curhat, ya benar aku sangat kehilangan sosoknya setelah kejadian itu. Aku memang belum siap pacaran, mentalku belum matang dan belum siap.

Hari ini adalah hari selasa, aku pergi kesekolah seperti biasa melakukan kegiatan belajar, sebenarnya aku sudah tidak sabar menunggu datangnya hari jumat, untuk mendapatkan jawaban dari abi tentang amalan itu.

Bell sekolahpun berbunyi menandakan waktu istirahat sudah tiba. Lalu aku memutuskan pergi bersama irfan dan yanto untuk pergi ke kantin, akhir-akhir ini Kak dina tidak ikut istirahat bersamaku karna dia sedang di sibukan kegiatan OSIS, sebanarnya aku juga anggota OSIS namun aku tidak pernah datang rapat sekalipun, karna menurutku itu hanya membuang-buang waktu. Aku berjalan menuju kantin bersama Irfan dan yanto, di tengah perjalan kami irfan mengagetkanku.

"Liat tuh bidadari sekolah." Irfan Sambil menunjuk-nunjuk ke arah seorang wanita yang menurutku memang cantik.

"Wihhhhh mantapp" sautku menimpalinya.

"Ah beraninya cuma ngeliatin doang, cobain dong kenalan" saut Yanto dengan nada tengil.

"Dia nantangin.. Ayo gimana kalo kita taruhan, yang bisa dapetin nomornya, berarti dia yang menang." Tantang Irfan padaku dan Yanto.

"Lah ayoo siapa takut, yang kalah lari keliling lapangan 5x dengan bertelanjang dada gimana? Kamu juga harus ikut vin" ucap Yanto sambil merangkulku.

"Hahaha ayo" aku mengiyakan ajakan mereka untuk taruhan.

Kami mengikuti wanita itu bersama dengan 2 teman wanitanya yang ternyata juga sedang menuju kantin, sesampainya di kantin kamipun mencari tempat duduk yang agak jauh dari tempat duduk wanita itu.

"Ayo nih siapa duluan" tany Irfan kepada kami.

"Ya kamu lah fan, kan kamu yang ngajakin taruhan" jawabku pada irfan.

Lalu irfan mengiyakan hasutanku, ia berdiri dan merapihkan rambutnya dengan tangannya. Dia berjalan perlahan menuju wanita itu sambil mengumpulkan keberanian-nya. Sayangnya aku tidak dapat mendengar perbincangan mereka karna jarak kami duduk cukup jauh. Lalu tak lama irfanpun kembali dengan wajah yang lesu, ia kembali duduk dan menceritakan-nya kepada kami, dan ternyata ia gagal.

"Masa dia bilang (maaf ya kita kan baru kenal fan, jadi aku belum bisa ngasih nomer telfon aku)" jelas Irfan dengan wajah lesu.

Aku dan Yanto pun tertawa terbahak-bahak melihat muka irfan yang agak jengkel. Selanjutnya adalah giliran yanto, dengan PD nya dia berdiri merapihkan baju dan juga rambutnya dan segera menuju ke tempat wanita dan temannya itu duduk, setelah sekian lama berbincang dengan wanita itu, Yanto pun kembali dengan wajah jengkel. Sesuai dengan tebakanku dan irfan, yanto pun juga gagal. Akhirnya tibalah giliranku, dengan dada yang berdebar-debar aku pun berjalan ke arahnya, karna baru kali ini aku meminta berkenalan dengan seorang wanita. Dan sesampainya disana,

"Hai, boleh kenal?"

"Boleh-boleh aja" jawabnya singkat.

"Kenalin, nama aku kevin, dan nama kamu?" sambil menyodorkan tangan kepadanya sekedar ingin bersalaman dengan-nya.

"Namaku anggi, eh tunggu kalian lagi ngerjain aku ya? Udah 3 orang termasuk kamu yang ngajakin aku kenalan" sambil menatapku curiga.

"Mampus" gumamku dalam hati.

"A...ahhh engga ko, cuma mau kenalan aja" dadaku kian berdebar-debar karna mungkin dia sudah mengetahui kejahilan kami.

"Maaf ya kevin, kalo kamu kesini cuma mau minta no. telfonku, aku gak bisa ngasih" sambil membuang tatapan-nya.

"O..ohhh e...engga ko, cuma mau kenalan aja, yaudah gitu aja, makasih ya" jawabku yang agak terbata, sambil meninggalkan-nya, karna mungkin aku tidak terbiasa berbohong, mungkin ini yang di bilang banyak orang, "nembak aja belom udah di tolak" kira-kira seperti itu.

Lalu akupun kembali ke tempat kami berkumpul, dan seperti yang kuduga merekapun menertawaiku dengan senangnya, dan kami sepakat bahwa kami ber 3 kalah, dan akan berlari keliling lapangan dengan bertelanjang dada sepulang sekolah nanti. Namun sedang asyik-asyiknya kami berbincang, seorang guru mengampiri kami, yang ternyata itu adalah pak Doni, pak doni pun meminta maaf kepada irfan dan yanto karna menyuruh mereka pergi karna beliau ingin berbicara serius denganku, lalu irfan dan yanto pun pergi dengan wajah kebingungan.

"Kevin aku ingin meminta tolong padamu boleh" tanyanya dengan wajah yang agak panik.

"Tentu pak, selama saya bisa, pasti akan saya tolong" jawabku pada Pak Doni.

"Begini vin, istri saya sepertinya mendapatkan kiriman dari seseorang, dia sudah 2 kali muntah dan mengeluarkan belatung bahkan yang terakhir dia memuntahkan kaki seribu dari mulutnya, bapak sudah bingung harus meminta tolong kepada siapa lagi, lalu bapak teringat kepadamu."

"Santet" gumamku dalam hati, sebelumnya aku belum pernah menangani seseorang yang sedang terkena santet. Tapi aku tidak tega bila harus menolaknya, karna aku melihat wajah beliau begitu panik, seperti seseorang yang sudah tidak tau harus berbuat apa.

Lalu aku mengiyakan permintaan beliau untuk menolongnya, wajah beliau pun begitu senang, dan aku berjanji nanti malam akan datang kerumahnya untuk melihat kondisi istrinya, dan beliau pun memberikan Alamat dan no.telfon beliau kepadaku, dan tak lama beliaupun izin meninggalkanku untuk melanjutkan pekerjaan-nya.

"Apa yang harus aku lakukan?" gumamku dalam hati, aku belum pernah menangani kasus santet, lalu terbesit untuk meminta tolong kepada A'a ibrahim, "baiklah sepulang sekolah nanti aku akan menelfon-nya" gumamku pelan.

Jam pulang sekolahpun tiba, Aku, Irfan dan Yanto pun memutuskan menunggu semua murid pulang sebelum kami berlari, ya karna kami akan malu bila terlihat oleh murid lain di sekolah kami. Sekitar 1 jam setengah berlalu, murid-murid sudah tidak terlihat lagi ada yang berlalu lalang, dan Kak Dina pun sudah kusuruh untuk pulang duluan.

Setelah kondisi sekiranya sudah kondusif kami pun langsung menuju lapangan untuk berlari mengelilingi lapangan 5x dengan bertelanjang dada, sambil berlari kamipun berbincang dan bercanda betapa bodohnya kami mau melakukan ini, sebenarnya kamipun tidak perduli tidak mendapatkan no.telfon Anggi, karna kami melakukan ini untuk menghilangkan beban fikiran dan meluapkan kegilaan kami.

Setelah selesai kamipun beristirahat sejenak, dan tak lama irfan dan yanto izin untuk pulang duluan karna mungkin mereka ingin buru-buru mandi, namun aku memutuskan untuk meluruskan kaki sejenak. Lalu aku melihat sosok perempuan menghampiriku,

"Hai kevin" sambil meberikanku sebotol Aqua dingin.

"Anggi?" sautku kaget.

"Maaf ya buat yang tadi" Ucapnya, sambil duduk di sampingku

"Ah gapapa kok, lah kok kamu belum pulang?" tanyaku padanya, yang sedang duduk di sampingku.

"Iya aku nungguin kamu buat minta maaf, aku tadi gak enak soalnya banyak temenku" ucapnya sambil menundukan kepala.

"Santai aja kali nggi, aku juga minta maaf, buat kamu jadi bahan taruhan tadi." jawabku.

"Iya aku tau ko, tadi emang aku juga rada sebel sih, tapi yaudahlah lupain aja" jawabnya sambil menatapku.

"Hmm baguslah kalo begitu, yaudah aku duluan ya nggi, badan udah gerah banget nih, btw thanks ya minumnya" ucapku sambil berdiri dan memakai jaket.

"Ehhh tunggu vin, nih nomorku, jangan lupa telfon ya" sambil menyodorkan sebuah kertas yang berisi nomor telfon.

"Wahh serius? Haha yaudah thanks deh nggi, aku pulang dulu ya"

"Eh tapi awas ya kalo di kasih tau ke temen kamu yang lain"

"Haha iya engga"

Lalu akupun pulang bersama anggi, waktu itu si anggi sudah di fasilitasi sebuah sepeda motor dan ia bersedia mengantarkanku pulang, namun aku menolaknya, ya karna mungkin tidak etis seorang pria di boncengi wanita. Aku pun sebenarnya sudah lama meminta sepeda motor kepada ibu, namun ibuku tidak mengizinkanku karna naik motor itu berbahaya dan aku belum cukup umur untuk mebuat SIM.

Sesampainya di rumah akupun langsung duduk di meja belajarku dan membuka laptop, tapi aku merasa ada yang kurang saat aku memeriksa YM, "Hani" gumamku pelan, aku terbiasa untuk chat dengan-nya setelah pulang sekolah, namun setelah kejadian malam itu, dia sudah tidak menghubungiku lagi, dan aku juga tidak menghubunginya lagi.

Aku teringat akan janjiku kepada pak doni untuk mengunjungi rumahnya malam ini, lalu aku segera mengambil handphoneku untuk menelfon A'a Ibrahim, aku ingin memintanya untuk membantuku karna aku belum pernah ada pengalaman dalam penyembuhan/pembersihan santet. Tak lama berbincang dengan beliau melalui telefon, ternyata beliaupun ingin ikut bersamaku untuk pergi kesana, mungkin karna aku belum berpengalaman dalam bidang ini dan sekaligus mengajariku bagaimana caranya. 

Tak terasa sudah jam 7 dan aku melaksanakan shalat isya dan langsung pergi menuju rumah A'a Ibrahim, sesampainya disana beliau sudah mempersiapkan segala hal yang mungkin di butuhkan-nya nanti ke dalam tasnya. Lalu kamipun pergi kesana menaiki motor beliau, di perjalanan beliau mengatakan padaku agar membaca amalan untuk memagari diri, dan aku pun langsung menurutinya. Sekitar setengah jam perjalanan kamipun sampai di rumah Pak Doni, kamipun masuk dengan mengucapkan salam, Pak Doni pun menyuruh kami duduk di ruang tamu, dan mengambilkan kami sebuah teh hangat, tak lupa akupun mengenalkan Pak Doni dengan A'a Ibrahim.

"Begini nak kevin dan pak ibrahim, istri saya awalnya tidak pernah punya riwayat sakit medis, namun sudah beberapa hari ini istri saya selalu muntah dan mengeluarkan Blatung bahkan kaki seribu" ucap Pak Doni dengan wajah yang khawatir.

"Begini pak Doni, saya harus melihat istri bapak dulu sebelum dapat menyimpulkan lebih jauh." Ucap A'a Ibrahim pada Pak Doni.

Lalu pak Doni pun membawa kami ke kamar beliau untuk melihat kondisi istrinya, dan benar.. Kondisinya sangat memprihatinkan, wajahnya sangat pucat, badannya kurus, matanya melotot seolah sedang menantang kami.

Lalu A'a ibrahim pun izin agar dapat memakai ruang tamu untuk mengadakan ritual disana, setelah selesai persiapan, istri pak Doni pun aku bawa keluar kamar, dan Pak doni di suruh keluar oleh guruku dari rumah selama ritual pengusiran ini berlangsung, dan pak donipun menurutinya.
Lalu situasi berubah jadi begitu hening, sampai-sampai aku dapat mendengar jelas suara jangkrik dan cicak.

Dan selang beberapa menit A'a ibrahim pun memegang kepala istri pak doni, kita sebut saja Bu Ningsih. Bu Ningsih pun meronta-ronta seperi ikan yang sedang berada di daratan, matanya mengeluarkan darah dan matanya tetap melotot seolah-olah bola matanya ingin keluar. A'a ibrahim pun mengambil nafas dalam lalu seperti mencabut ubun-ubun Bu Ningsih, Bu Ningsih pun langsung pingsan, lalu aku bertanya. "Apa sudah selesai A'?"

"Belum kevin, Jin itu masih ada disini" jawabnya sambil melihat-lihat sekitar.

Dan benar saja ketika aku melihat ke atas tepatnya dekat dengan pintu kamar mandi, Jin itu berada disana, wujudnya seperti nenek tua yang sudah berumur lebih dari 90 tahun, bola matanya berwarna hitam pekat, rambutnya putih tak terurus dan mengenakan kebaya yang sudah sangat kotor. Jin itu melihatku dengan tatapan tajam..
"SIAPA KALIAN? KENAPA KALIAN MENGGANGGUKU" tanya jin itu dengan suara yang sangat mengerikan.

Apakah aku takut? Tidak.. Aku tidak takut, aku sudah pernah melihat yang 10x lebih seram dari jin ini.

Lalu A'a ibrahim yang melihatku masih tenang dalam situasi ini, beliau menyuruhku untuk menahan-nya. 

"Kenapa tidak kita bakar saja A' sampai dia merintih kesakitan?" tanyaku kepada beliau.

"Kevin.. Apa kau menikmatinya? Ingat kevin kita sedang melakukan pembersihan santet, bukan penyiksaan jin, jin itu hanya di suruh oleh tuan-nya" ucap beliau dengan nada sedikit tinggi, seolah ingin membentaku dengan halus.

"Satu lagi, singkirkan senyummu itu dari wajahmu, kau malah lebih terlihat seperti iblis dari pada jin itu." ucapnya kembali dengan nada yang lebih tinggi.

"Aku tersenyum?" gumamku pelan, kenapa aku tersenyum? Apa aku menikmati ini? Ya.. Aku kufikir aku sangat menikmati waktu dimana aku bisa menyiksa Jin yang sudah melukai/menyiksa manusia, aku sangat-sangat.. Menikmatinya, sampai-sampai aku bisa tersenyum lepas.

Namun sesuai perintah beliau aku langsung membaca beberapa amalan enteng yang hanya sekedar untuk menahan-nya agar dia tidak pergi.
"AAAAAAAAAAAAA....." teriak jin itu yang begitu kesakitan.

"Baru ku rapalkan amalan seperti ini kau sudah merintih kesakitan, dasar lemah !" ucapku padanya sambil terus merapalkan amalan.

"Kevin Cukup ! Aku sudah menemukan pengirimnya, biarkan ia pergi" ucap guruku sambil mehembuskan nafas panjang.

"Siapa A' pengirimnya?" tanyaku penasaran.

"Nanti akan saya beritau, lebih baik kita memanggil Pak Doni untuk masuk ke dalam rumah"

Lalu aku segera memanggil beliau yang sedang bejalan bulak-balik di depan rumah, tampak wajahnya yang begitu khawatir dengan keadaan istrinya, lalu aku membuka pintu dan memanggil beliau untuk masuk.

"Gimana vin istri saya?" tanyanya yang sudah tidak sabar.
"Masuk saja dulu ya pak, nanti di jelaskan oleh Guru ngaji saya" jawabku.

Lalu beliau pun masuk dan langsung menuju ke ruang tengah, melihat istrinya yang sedang tergeletak lemas dan masih dalam kondisi pingsan beliau pun panik.
"Gimana pak istri saya? Kenapa dia pingsan?" tanya-nya kepada A'a ibrahim

"Alhamdulilah, sekarang istri bapak sudah terlepas dari jeratan makhluk itu, dan saya sudah memagari badan ibu Ningsih, insyallah beliau tidak akan kembali kerasukan atau mendapatkan kiriman lagi, jika beliau mendekatkan diri kepada sang pencipta" ucap Aa ibrahim, sekaligus menenangkan Pak doni yang sedang di landa kekhawatiran

"Alhamdulilah ya allah.., trus istri saya kapan sadarnya pak?" tanya pak Doni

"Insyallah besok pagi beliau sudah dapat beraktifitas seperti biasa" jawabnya.

Lalu ibu Ningsih di bawa ke kamar untuk di pindahkan ke kasur, setelah Aa ibrahim dan aku merapikan semua peralatan, kami langsung beristirahat di ruang tamu, tak lama Pak Doni pun menghampiri kami di ruang tamu.

"Ini pak saya ada sedikit ucapan terimkasih, saya tau ini tidak banyak namun saya hanya bisa memberikan segini" ucapnya sambil memberikan kami amplop yang berisi uang.

"Gak usah pak, justru kami yang harus berterima kasih ke bapak sudah membiarkan kami menolong keluarga bapak" jawab Aa ibrahim, dengan senyum di wajahnya.

"Lah ko bapak yang berterimakasih? Harusnya kan saya yang berterimakasih karna sudah membantu keluarga kecil saya" tanya-nya bingung.

"Iya dong pak, istri bapak sembuh, kami dapat pahala, kalau kami terima uang itu, pahala kami akan berkurang" ucap Aa ibrahim sambil meminum teh yang telah di sediakan.

Pak Doni pun terdiam mendengar ucapan dari Beliau, dan hanya melontarkan senyum dengan kepala tertunduk, akupun juga melakukan hal yang sama seperti Pak Doni, akupun terdiam mendengar ucapan beliau. "Aku memang tidak salah memilih sosok pembimbingku" gumamku dalam hati.

"Lalu siapa pak yang mengirimkan santet kepada istri saya? Saya bingung siapa orang itu, padahal seingat kami, kami tidak pernah melukai seseorang" ucapnya sekaligus memcahkan keheningan.

"Saya tidak akan memberitaukan siapa pengirim itu kepada bapak, intinya saya akan memberikan sedikit pelajaran kepada si pengirim itu agar ia tidak melakukan-nya lagi" jawab Aa Ibrahim.

Dan pak doni mengiyakan perkataan Aa Ibrahim, walaupun terlihat jelas di wajahnya bahwa ia tidak puas dengan jawaban itu. Setelah berbincang-bincang lama sekitar 1 jam kamipun memutuskan untuk pamit kepada Pak Doni.

"Terimkasih ya nak kevin, kamu kalau nanti ada masalah di sekolah, jangan ragu bilang ke bapak ya nak" ucapnya kepadaku sambil mengelus-ngelus kepalaku.

"Oh ia pak, sama-sama, nanti kapan-kapan kevin main lagi ya kerumah bapak" sambil melambaikan tangan kepada beliau.

Lalu di perjalanan pulang akupun menagih janji guruku yang akan memberitauku siapa pengirim itu.

"Maaf A, saya boleh tau siapa pengirimnya?"

"Kakaknya" jawabnya dengan singkat.

Akupun kaget mendengar itu, kenapa seorang kakak mau mengancurkan kehidupan adiknya, apa yang dia inginkan?, apakah harta? Ataukah sakit hati?, aku tidak menanyakan hal tersebut kepada beliau, karna aku yakin beliau mungkin sekarang sedang berfikir persis sama sepertiku. Karna dapat mengetahui siapa pengirim santet itu. Bukan berarti kami mengetahui motif di balik pengiriman itu.

"Kevin.. Kamu saya antar ke rumah ya? Udah terlalu malam soalnya" ucapnya yang sekaligus memecahkan fikiranku.

"Ga usah A, kevin gapapa ko' pulang sendiri" jawabku kepadanya karna aku tidak ingin membuatnya repot untuk mengantarkanku pulang.

"Ahh gapapa tenang aja, udah diem aja saya antarkan kamu pulang" kembali ucapnya seolah menegaskan bahwa ia ingin mengantarkanku. Karna waktu memang sudah menunjukan pukul 12 malam.

Dan aku mengiyakan tawaran beliau, sekitar setengah jam lebih kami di perjalanan akhirnya kami sampai di depan rumahku, lalu beliau langsung berpamitan untuk pulang dan tak lupa aku mencium tangan beliau sebelum ia pulang.
Lalu akupun membunyikan bel agar seseorang membukakan pintu, tak lama ibuku membukakanku pintu.

"Habis dari mana kamu nak, ko' tumben pulangnya lama banget" ucapnya dengan wajah yang masih sangat mengantuk.

"Habis ngaji ko bu" jawabku singkat, sambil mencium tangan ibuku.

Ibuku tidak akan marah walaupun aku pulang larut malam, karna beliau mungkin percaya kepadaku, bahwa aku tidak akan macam-macam apa lagi berbuat yang aneh-aneh di luar sana.
Setelah itu aku langsung pergi ke kamarku, dan mengecek Handphoneku yang sangat jarang aku bawa keluar kamar.

Ketika aku memeriksanya aku kaget melihat pemberitahuan di handphoneku sudah terdapat 16 sms dan 4 kali misscall, setelah aku membukanya ternyata itu dari beberapa teman kelasku, Anggi dan.. HANI !. Saat itu aku begitu senang melihat hani kembali menghubungiku. Setelah kejadian itu aku sama sekali tidak saling mengirim pesan. Aku lalu langsung memeriksa pesan dari hani, aku tidak memperdulikan pesan lainnya.

"Vin maafin aku ya, aku nyesel atas kejadian kemarin"
"Vin?.."
"Ko' ga di bales? Kamu pasti marah banget ya?"
"Angkat dong telfon aku, aku mau ngomong sebentar aja"
"Vin...."

Kira-kira seperti itulah beberapa pesan yang aku terima dari Hani. Lalu aku membalas pesan-nya dan meminta maaf karna baru bisa membalas pesannya, setelah itu akupun mencoba tidur tapi senyum di mulutku tidak bisa ku tutupi, ya.. Aku sangat senang Hani ternyata mau menghubungiku lagi, sampai tak terasa aku terlelap tidur dengan senyum yang masih menempel di bibirku.

"Keviinnn.. Vinnn.. Bangun vin...." terdengar suara wanita yang tidak asing di telingaku, ketika ku membuka mata benar saja, bahwa itu Kak Dina, tumben sekali beliau membangunkanku.

"Udah jam berapa ini, engga shalat subuh" sambil menggoyang-goyankan.

"Hmmmm.. Emangnya jam berapa ka'? Sambil meregangkan tubuh

"Udah jam 6" jawab ka' dina.
Akupun kaget, dan langsung terbangun "ahhh kakak ko' gak bangunin adek" saut dengan nada sedikit sebal.

"Adek sendiri juga tumben kan bangun siang, kakak kira adek lagi zikir di kamar, eh pas kakak cek ternyata masih molor." Jawab kakaku menimpali keluhanku.

Lalu dengan pasrah aku terpaksa harus melewatkan shalat subuh, mungkin ini pertama kalinya aku melewatkan shalat dalam kurun waktu 1 tahun. Mungkin karna kejadian semalam yang membuatku begitu lelah, di tambah harus membalas pesan dari Hani dan beberap temanku. Lalu tanpa basa-basi aku meninggalkan ka' dina di kamarku untuk segera mandi.

"Adek anduknya pake punya kakak aja sekalian, baju sekolah kamu biar kakak yang siapin" ucapnya dengan nada teriak.
Setelah mandi dan sarapan akhirnya aku langsung pergi ke sekolah bersama ka' dina, walaupun agak telat.

Sesampainya di kelas, akupun di hukum untuk berdiri di depan kelas sampai jam pertama berakhir, karna aku telat 10 menit masuk kelas. Teman-temanku menahan tawa mereka melihat aku di hukum berdiri di depan kelas, terutama si irfan, dia sampai menutupi wajahnya dengan buku karna tidak dapat menahan tawanya, apakah aku kesal? Tentu saja tidak. Aku senang jika aku bisa membuat teman-temanku tersenyum, ya walaupun aku menjadi korban-nya disini. Yang aku khawatirkan ialah ka' dina, "apakah ia juga mengalami hukuman yang sama sepertiku?" gumamku pelan dalam hati.

***

IBLIS DI PULAU BALI

Setelah chat dengan Hani akupun langsung memutuskan untuk shalat zuhur lalu di lanjutkan tidur.
Namun ketika aku membuka mata, aku berada di sebuah hutan lebat, dan di depanku ada sebuah istana yang begitu megahnya,

"Kevin" terdengar suara kakek.

"Kakek? Kita lagi dimana?" tanyaku yang sedang melihat beliau melayang-layang di udara.

"Kamu sedang berada di kerajaanku" sautnya.

"Kerajaan kakek? Kakek yang mempunyai kerajaan ini?" jawabku kaget.

"Dulunya memang bukan punyaku, tapi sekarang sudah miliku" jawabnya.

"Dulu? Bagaimana kakek bisa mempunyai sebuah kerajaan ghaib semegah ini?" tanyaku yang sangat penasaran.

"Aku merampasnya dari iblis jahanam" sautnya kembali.

"Menagapa kakek merampasnya? Dan dimana ini?" kembali tanyaku.

"Kita berada di alas purwo" jawabnya beliau dan beliau tidak memberi tauku alasan beliau merampasnya.

"Lalu mengapa kakek memanggil kevin?"

"Aku memanggilmu untuk memberikan ini, jagalah dengan baik dan jangan sampai kau hilangkan dan bawalah benda ini kemanapun kau pergi" ucapnya sambil memberikanku sebuah batu.

"Mustika? Untuk apa ke'?" tanyaku.

"Jadikanlah sebuah kalung, dan rawatlah, maka jin islam yang menjaga batu itu akan selalu mendampingimu seperti aku dan nyai, dan 1 lagi kevin untuk sementara waktu aku tidak bisa menjagamu" jawabnya sambil menyentuh kepalaku.

Ketika beliau menyentuh kepalaku, aku merasa begitu mengantuk, dan tubuhku sangat lemas, perlahan-lahan kesadaranku mulai menghilang. Saat aku sadar aku sudah di tempat tidurku, batu itu ada di tangan kananku ketika aku sadar. "Terimakasih kakek, kevin akan menjaga diri kevin dengan baik" gumamku pelan. Setelah melihat jam sudah menunjukan pukul 5 sore, lalu aku lekas mengambil wudhu untuk shalat ashar. Selesai shalat aku mengambil batu itu lalu ku masukan ke dalam jaketku yang ku gantung, lalu sambil menunggu waktu maghrib aku berjalan-jalan di sekitar hotel sendirian hanya sekedar untuk menghirup udara segar di pulau yang indah ini. Namun sekitar 10 menit aku meninggalkan hotel.

"Aura apa ini" gumamku pelan, aku merasakan aura yang begitu gelap sampai membuat nafasku sedikit sesak, buluk kudukku merinding hebat. Aku melihat ke kiri dan ke kanan, tidak ada siapapun. Lalu aku mendengar suara perempuan yang sangat familiar di kupingku.

"LARI KEVIN, PULANG LAH KE HOTEL !" suara itu sangat kencang terdengar, suara itu.. "Ya itu suara nyai" gumamku.

Lalu tanpa berfikir akupun langsung menurutinya dan berlari sekencang-kencangnya menuju Hotel. Detak jantungku begitu kencang energi ini sangat menakutkan sampai-sampai aku tidak berani menengok ke belakang, padahal pada saat itu masih banyak mobil dan motor yang melintas di jalan. Namun tidak tau mengapa aku seperti merasa sendiri, "ada yang mengikutiku berlari" gumamku dalam hati, bulu kudukku kembali merinding hebat. Aku terus berlari sekencang mungkin untuk kembali menuju hotel. Tapi kesadaranku lama-lama mulai menghilang, aku sepertinya sudah terkena sihir, namun aku tidak memperdulikan-nya, dengan kesadaran yang perlahan-lahan memudar aku tetap memaksakan untuk berlari. Dan sampailah aku ke hotel, aku langsung menuju kamarku, banyak murid sekolah yang keherenan melihatku berlari, namun aku tetap tidak memperdulikan-nya. Setelah sampai di kamarku, aku langsung mengambil wudhu dan menggelar sajadah. Aku langsung membaca amalan benteng terkuat yang kumiliki saat itu, dengan tanganku yang masih menggigil hebat, dan mulutku yang tidak berhenti bergetar, ketika aku sedang membentengi diri.

"BUKKK... BRUKKKK.. BRRUUKKKK"

Terdengar suara seperti sesuatu mencoba mendobrak pintu kamar hotelku berkali-kali, aku mencoba tidak memperdulikan-nya. Aku kembali melanjutkan-nya. Namun kembali aku mendengar suara PETIR yang sangat besar, padahal waktu itu langit sore sangat cerah dan tidak ada tanda bahwa akan hujan. Badanku kian menggigil, baru kali ini aku merasakan aura sejahat ini, segelap ini. Setelah aku menyelesaikan membaca amalan, aku kembali melanjutkan dengan berzikir terus menerus. Dan secara mendadak tirai jendela yang semula kubuka, tiba-tiba menutup sendiri. Aku tetap tidak memperdulikan-nya, dan...

"BUKKK" 

Ada seseorang yang menghajarku dangan keras, sampai aku terpental ke tembok, dan setelah membuka mata aku melihat dengan jelas IBLIS ITU, Tubuhnya sangat besar 2x lebih tinggi dari badan manusia normal, tangan-nya begitu besar, rambutnya panjang dan gondrong, matanya melotot, dan Gigi-gigi tajamnya sangat panjang, bahkan salah satu giginya mencapai lehernya.
Lalu aku mencoba bangkit setelah di hajar oleh makhluk itu. Namun aku melihat nyai berdiri tepat di depanku.

"SIAPA KAU, BERANI-BERANINYA KAU MENGHALANGIKU, AKU INGIN MEMBUNUH ANAK INI" suara Iblis itu sangat kencang dan bergema.

"Aku adalah Jin penjaga anak ini, mengapa kau ingin membunuhnya" ucap nyai seolah menantang makhluk itu.

"HAHAHAHAHAHA KAU TIDAK PERLU TAU ALASAN AKU INGIN MEMBUN..." belum selesai makhluk itu bicara tiba-tiba MACAN yang di utus kakek, menggigitnya dan menelannya.

"Maaf terlambat nyai, aku sedang di panggil oleh majikanku" jawab MACAN itu, sekaligus membuatku tercengang, makhluk yang sangat mengerikan itu di telan-nya begitu saja.

"Seberapa hebat Makhluk ini" gumamku dalam hati, yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan.

"Kevin, kenapa kau tidak menuruti ucapan kakek, mengapa tidak kau bawa Jin yang sudah di titipkan kakek olehmu, bukankah sudah di peringatkan nyai, bahwa ada bahaya yang menunggumu di sini" ucapnya kembali.

"Ma..af kan aku, aku benar-benar lupa", jawabku yang masih menahan sakit yang hebat pada dadaku, dadaku seperti terbakar sehabis di pentalkan oleh Iblis itu.

"Mulai sekarang aku akan mengikutimu, selama kakek tidak ada. Dan ingat, setelah ini pasti akan ada makhluk yang mencoba menyakitimu lagi" ucap Macan besar itu.

Setelah mendengar itu akupun sedikit merasa lega, dan tak lama nyai menghampiriku beliaupun seperti membaca sesuatu di depan mukaku, dan tiba-tiba saja aku jatuh pingsan.

 ***

Setelah aku membuka mata, aku melihat sekeliling dan ternyata aku sudah terbaring di kasur, dan dadaku sudah tidak terasa sakit lagi. Aku baru teringat bahwa nyai adalah jin/Khadam yang memiliki As-syifah yang tinggi, dan beliau sebenarnya bukanlah tipe petarung seperti memiliki kanuragan ataupun Patigaman, ilmu Patigaman beliau cukup rendah. Namun aku bersyukur memiliki khadam dengan As-syifah yang cukup tinggi, karna aku dapat karomah untuk menyembuhkan penyakit seseorang hanya dengan memberikan sebotol air putih terhadap seseorang yang menderita sakit.

Aku masih tidak mempercayai kejadian yang terjadi semalam, baru pertama kali dalam hidupku, aku di hantam oleh patigaman yang sungguh hebat sampai amalan bentengku pun tidak mampu menahannya alhasil aku sampai terpental kira-kira 2 meter ke tembok, namun aku tidak boleh takut aku harus tetap berfikir positif, selama ini aku memang agak meremehkan bangsa Jin, mungkin karna aku belum pernah bertemu Jin dengan ilmu setinggi itu. Di tambah lagi aku masih tidak habis fikir apa motif sebenarnya dari makhluk itu sehingga dia mengatakan ingin membunuhku, "apa aku pernah berbuat salah?" gumamku pelan, ini pertama kalinya aku pergi ke Bali dan tiba-tiba saja makhluk yang berada disini marah padaku, padahal aku tidak pernah melakukan kesalahan apalagi menantang mereka. Aku terus berfikir apa yang harus ku perbuat, lalu tiba-tiba ada yang mengetuk-ngetuk pintu kamarku, jujur pada saat itu aku masih trauma dengan ketukan pintu, aku tidak berani membukanya, lalu terdengan suara.

"Kevinnn buka pintunya, ini kakak" terdengar suara kakaku sambil terus mengetuk pintu.

Akupun merasa lega bahwa yang mengetuk pintu bukanlah Jin seperti kemarin, tapi Ka' Dina. Akupun langsung turun dari kasur dan segera membukakan pintu untuk Ka' Dina.

"Muka kamu ko pucet vin?, kamu kemarin kenapa lari-lari di depan hotel?" tanya kakak-ku sambil masuk ke dalam kamar hotelku.

"Ah engga ka', aku cuma lagi gak enak badan aja" jawabku yang tak ingin membuat kakak-ku khawatir.

"Gak mungkin, kakak gak percaya, adek udah mulai berani boong sama kaka?" tanya-nya kembali dengan wajah penasaran sekaligus khawatir.

"Engga kakak, beneran deh, kepala kevin masih pusing banget nih, kevin mau tidur dulu ya ka" sautku sambil tidur dan membelakangi kakak-ku.

"Bukan main deh kamu kevin, yaudah kakak malem ini tidur sama kamu deh, tadi irfan udah kakak bilangin, kamu gak boleh kemana-mana malem ini" ucapnya kembali sekaligus mengingatkanku dengan irfan.

"Ko' kakak gitu sih, kan gak enak sama irfan, aku udah janji loh sama mereka mau keluar" kembali sautku dengan nada sebal sambil memalingkan badanku ke arahnya.

"Bodo ! M" jawab kakaku yang terlihat sudah kesal.

Aku tidak bisa berbuat apa-apa jika kakaku sudah kesal, apa lagi kalau dia sudah membentaku, seolah mulutku langsung terkunci karna bentakan-nya, dan hanya bisa menurut. Dan akhirnya aku menurutinya untuk beristirahat malam ini.
Keesokan harinya Guruku Pak Doni datang ke kamarku untuk melihat kondisiku, dan beliau menyuruhku untuk tidak ikut study tour hari ini, dan yang membuatku agak sebal, kakak-ku juga izin tidak ikut dengan alasan ingin menjagaku. Padahal tadinya aku berniat ingin mencari tau apa yang sebenarnya terjadi denganku kemarin, namun sepertinya aku harus menundanya karna kakak-ku akan menemaniku 1 hari full.

"Ade mau makan apa? Biar kakak pesenin?" tanya kakak-ku yang sedang memegang telfon.

"Lagi pengen burger ka, tapi kaya biasanya jangan pake mayones" sautku.

"Iya kaka' tau" jawabnya.

Sekitar 30 menit, pesanan kamipun tiba, lalu kami memakan makanan kami dengan lahapnya. Setelah selesai Ka' Dina izin pergi ke kamarnya untuk mengambil baju ganti. Lalu terdengar bisikan di kupingku.

"Jangan biarkan kakakmu keluar, dia sedang menunggumu di luar" terdengar suara itu, ya.. Itu suara nyai, tanpa fikir panjang akupun langsung menyuruh ka' dina agar tidak keluar kamar, dengan alasan aku tidak ingin di tinggalkan olehnya

"Ka' jangan keluar, disini aja temenin kevin" ucapku dengan keringat yang membanjiri tubuhku.

"Iya kevin kakak sebentar aja ke kamar kakak, udah ga tahan mau mandi." Jawabnya.

"Udah pake baju kevin aja dulu, ukuran-nya sama gini kaya kakak" ucapku kembali dengan nada memaksa.

"Iya iya, yaudah kakak make baju kevin, tumben kamu manja banget" jawabnya kembali.

"Gapapa, lagi pengen sama kakak aja" jawabku yang tidak ingin membiarkan kakak-ku keluar ruangan.

Lalu Ka' Dina meminjam handuk dan pakaianku untuk mandi di kamar mandi yang berada di kamarku.

"Apa yang di lakukan makhluk itu" gumamku pelan, lalu aku memutuskan untuk tidur dengan niat dapat berbincang dengan nyai.

Sebelum tidur akupun mengunci pintu kamarku dan mengambil kuncinya, agar untuk memastikan ka' dina tidak keluar.

Lalu aku memejamkan mataku untuk tidur, dan tak lama ada suara perempuan memanggilku.

"Nak kevin" ucap nyai.

"Nyai, aku ingin menanyakan kenapa makhluk itu selalu mengikutiku" tanyaku yang begitu penasaran.

"Karna Bau mu" jawabnya singkat.

"Bau ku? Apa ada yang salah dengan bau ku?" tanyaku kembali.

"Sepertinya leluhurmu pernah membuat konflik besar dengan mereka, dan secara kebetulan kamulah yang mewarisi bakat dari leluhurmu, dan makhluk itu mencium bau yang sama darimu" jawab nyai sambil mengelus-ngelus kepalaku.

"Leluhurku? Lalu apa yang harus kevin lakukan nyai? Kemarin saja kevin kewalahan menghadapi salah satu dari mereka" tanyaku dengan wajah sedikit panik.

"Tenang kevin, apakah kamu ingat yang pernah nyai katakan dulu? Manusia adalah makhluk yang paling sempurna, pasti ada jalan-nya kevin dan nyai yakin kamu mampu mengalahkan mereka, seperti yang leluhurmu lakukan dulu, berdo'alah kepada Gusti Allah, mintalah petunjuk kepadanya, insyallah jika kamu tulus memintanya, Doa mu akan di dengar dan di ijabah" jawabnya

"Baiklah nyai, terimakasih atas nasihatnya" ucapku yang sudah mulai tenang.

"Yasudah sekarang lanjutkan istirahatmu" jawabnya.

Lalu tiba-tiba pandanganku menjadi gelap, dan ketika ku sadar aku sudah berada di kamarku. Lalu dengan segera aku bangkit dari kasur untuk ke kamar mandi, setelah dari kamar mandi aku merasakan ada yang tidak beres.

"KA' DINA !" sontak ku teriak kaget, dimana dia?, aku langsung mencari ke sudut-sudut kamarku dan kakak-ku sudah tidak ada, lalu aku mencari kunci kamar-ku yang ku taruh di laci bupet dekat kasurku, dan...

"Tidak mungkin, jangan bilang kalau ka' dina sudah keluar dari kamarku" ucapku setelah ku lihat di laci sudah tidak ada kunci kamarku.

Lalu aku berlari ke pintu kamar, dan benar saja, pintu kamarku tidak terkunci, dan aku melihat kunci sudah menyantol di pintu kamarku. Lalu dengan rasa penuh khawatir aku mengambil mustika yang di berikan oleh Kakek dan berlari menuju ke kamar ka' dina dengan tergesa-gesa dengan rasa kawatir yang meledak-ledak. Sampailah aku di kamar ka' dina, dengan kondisi pintu yang tidak tertutup rapat, akupun masuk ke kamarnya. waktu itu kondisi lantai 4 hotel memang agak sepi, karna hampir seluruh kamar di lantai 4 di sewa oleh sekolahku, sedangkan seluruh murid yang ikut study tour sedang mengunjungi sebuah sekolah di denpasar.

Setelah aku masuk, aku melihat ka' dina duduk di kasur dengan posisi membelakangiku, namun aku tau, aku sangat mengenali aura jahat ini.

"Siapa kau?" tanyaku kepada Ka' Dina, dengan emosi yang meluap-luap

"Kevinn.... Sini... Kakak kesepian kevin..." jawab Ka' Dina dengan nada yang agak mengerikan

***

Sebelumnya dimana salah satu iblis mengancam membunuhku, dan 100% aku masih ingat bahwa iblis itu memang mengatakan itu.

Tapi sekedar menerjemahkan maksud dari iblis itu ialah, ia ingin membawa sukma/jiwaku meninggalkan Jasad/ragaku.

***

Lanjut ke cerita 

"Tidak akan !. kau bukan kakakku, keluarlah dari jasadnya" ucapku dengan geram.

Seketika Ia membalikan badan ke arahku, aku melihat wajah kakak-ku begitu mengerikan, seluruh bola matanya berwarna putih, wajahnya berubah menjadi putih pucat, lalu perlahan-lahan ia menghampiriku.

"MATI. MATI. MATI. MATI KAAAAUUUUUU...!!!!" teriaknya tepat di wajahku, yang hanya berjarak sekitar 10cm, yang membuat kupingku sakit sekaligus membuat bulu kudukku merinding.

Sungguh aku tidak tega melihat kondisi kakak-ku seperti ini, emosiku tak tertampung, aku sudah tidak perduli lagi jika aku mati sekalipun, yang terpenting sekarang adalah Kakak-ku. Tiba-tiba tubuku menjadi begitu panas, "BUK" seperti ada yang menghantam tubuhku dari belakang seketika akupun jatuh pingsan.

Ketika aku sadar, aku sudah terbaring di tempat tidur yang berada di kamar Kakak-ku, lalu ketika aku melihat ke samping, terlihat kakakku sedang tertidur.

"Apa yang terjadi?" gumamku pelan, apa yang terjadi ketika aku pingsan tadi. Lalu aku mencoba bangkit dari kasur, badanku sungguh lemas dan pandangan mataku sedikit berbayang. Aku menarik nafas panjang lalu ku hembuskan dan ku lakukan berkali-kali sampai aku tenang, lalu secara tiba-tiba aku merasakan ada seseorang tepat di belakangku.

"Jangan menengok ke belakang kevin" suara itu persis berasal dari belakangku.

Aku mencoba untuk tidak panik, karna takut membangunkan kakak-ku yang masih tertidur pulas, aku kembali menarik nafas.

"Siapa kau? Mengapa aku tidak boleh menengok ke arahmu" ucapku padanya.

"Aku adalah khadam penjaga mustika yang di berikan oleh kakek, tidak boleh ada yang melihat wujudku selain kakek, atau akan ku sesatkan sukmamu" jawabnya yang masih berada di belakangku.

"B..baiklah aku tidak akan menengok ke arahmu atau mencoba melihat wujudmu, aku hanya ingin tau apa yang terjadi padaku dan kakak-ku sebelumnya" tanyaku padanya

(Jujur ketika aku sedang mengetik ini, secara tiba-tiba pintu depan rumahku seperti ada yang membanting, karna aku sedang mengetik di teras depan)

"Aku merasuki tubuhmu, dan mengusir makhluk itu, jika kau tidak ingin kembali di ganggu oleh mereka, datanglah ke Candi Karangasem yang terletak di desa tista tepat pada saat tengah malam, jangan takut kevin, aku senantiasa akan selalu mengikutimu dari sekarang" jawabnya.

"Desa tista? Baiklah aku pasti akan kesana malam ini juga" jawabku kembali.

"Tapi ingat kevin, jangan bawa ragamu" kembali jawabnya, yang sekaligus membuatku kaget.

"Tapi.. Bagaimana caranya agar aku dapat memisahkan raga, selama ini aku selalu di bantu oleh guruku" tanyaku kepadanya.

"Tidurlah sebelum tengah malam, dan aku akan membantu mengeluarkan sukmamu" jawabnya.

"Baiklah aku akan akan melakukan-nya" jawabku padanya.

Sebenarnya aku masih tidak habis fikir mengapa aku harus mengalami kejadian seperti ini, namun aku tidak boleh menyalakan siapapun atau menyesalinya, ini semua sudah kehendak Gusti Allah. Lalu tidak lama kakak-ku pun bangun.

"Kevin? Ko' kakak tidur sih, perasaan tadi lagi ngambilin baju" ucapnya dengan lemas dan seperti orang ling lung.

"Emang pas kevin kesini kakak juga udah tidur ko" sautku.

"Maaf ya kak, kevin terpaksa bohongin kaka terus" gumamku dalam hati, yang sebenarnya akupun tidak tega selalu berbohong pada kakak-ku.

"Masa sih? Trus kamu ngapain di kamar kakak bukan-nya istirahat" jawabnya dengan nada sedikit mengomel.

"Gapapa cuma iseng aja nyamperin kakak, abisnya BT di kamar sendirian" jawabku yang terpaksa kembali berbohong.

Lalu setelah itu, Ka' Dina mengambil tas dan pakaian, lalu ia memutuskan untuk tinggal di kamarku sampai kami pulang ke jakarta, sebenarnya aku ingin melarangnya, tapi setelah melihat wajah yang seperti ingin melahapku utuh-utuh, aku terpaksa mengiyakan-nya.

Setelah sampai di kamar kamipun beristirahat, dan tak terasa jam sudah menunjukan pukul jam 4 sore, lalu ka' dina yang sudah kelaparan mengajaku makan di luar, dan tentunya aku tidak akan lagi melupakan mustika itu yang akan selaku ku bawa kemanapun selama kakek tidak ada. Lalu kami memutuskan makan di sebuah kedai pinggir jalan yang terletak tidak terlalu jauh dari hotelku. Sedang asyik-asyiknya kami makan, handphoneku berdering, ketika ku lihat ternyata itu adalah Anggi, setelah ku angkat dia hanya menanyakan kabarku dan sedikit khawatir melihatku berlari waktu krmarin.

Setelah makan kamipun memutuskan untuk beristirahat di sebuah taman yang terletak tidak jauh dari tempat kami makan, sekedar mencari angin kamipun duduk di bangku taman, lalu kamipun berbincang-bincang.

"Kak maaf ya, karna kevin kakak jadi gak bisa ikut study tour sekolah" ucapku padanya.

"Gapapa ko' de, misalpun kakak ikut, pasti kakak selalu kepikiran sama adek" jawabnya dengan senyum yang terdapat di wajahnya.

"Makasih ya kak, kalo gak ada kakak, kevin mungkin gak akan bisa seperti ini" jawabku, sambil menyenderkan kepalaku ke bahunya, tanpa kusadari aku meneteskan air mata, mungkin sekarang aku sudah menjadi anak yang cengeng.

"Loh ko kevin nangis? Kenapa?" tanya-nya dengan khawatir.

"Ah gapapa ko' ka, kelilipan aja mungkin" jawabku

"Kevin kalau ada masalah cerita ya sama kakak, kevin percaya kan sama kakak" ucapnya sambil memeluk-ku.

Anehnya aku tidak bisa menjawabnya, air mataku tidak berhenti mengalir, mungkin karna kejadian tadi yang membuatku begitu emosional dan juga membuatku lebih sensitif, "aku tidak ingin kehilangan kakak-ku" gumamku dalam hati.

Beberapa saat kemudian akupun memutuskan untuk mengajak kak dina untuk kembali ke hotel, sekitar 15 menit di perjalanan, kamipun sampai di hotel kami menginap, dan sudah terlihat bus rombongan sekolah kami sudah tiba. Aku jalan agak buru-buru ke kamar karna aku sedang malas jika di tanyai temanku aneh-aneh karna kejadian kemarin. Akhirnya kamipun sampai di kamar, sambil menunggu waktu maghrib, kami menonton film di laptopku dengan bantuan wifi hotel. Setelah terdengar adzan maghrib, kamipun langsung mengambil wudhu secara bergiliran dan melakukan sholat maghrib berjama'ah.
Setelah selesai shalat, aku seperti biasa membuka YM di laptopku dan melihat apa ada pesan dari Hani, dan ternyata tidak ada pesan, lalu aku kembali menutup laptopku.

"Cieeee yang lagi meriksa chat dari pacarnya" ucap kakaku dengan nada meledek.

"Apaan coba, orang cuma temenan, kakak tuh mana udah tua gak ada cowo yang nyantol" sautku yang tidak mau kalah.

"Kalo kakak tua kamu juga tua berarti, orang umur kita cuma beda 10 menit" jawabnya sambil tertawa terbahak-bahak.

"10 menit juga intinya lebih tua" jawabku kembali yang masih tidak mau kalah.

Setelah berbincang-bincang lama dan shalat isha berjamaah dengan kakaku, kamipun memutuskan untuk tidur karna waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, dan tentunya aku mengingat janjiku yang akan pergi ke tempat iblis itu berasal pada tengah malam ini, lalu aku bezikir dan di lanjutkan dengan membaca ayat kursi sebelum aku tidur untuk memantapkan mentalku. Setelah selesai akupun langsung memejamkan mataku untuk tidur.

"Kevin bangunlah" terdengar suara pria yang begitu familiar di kupingku, aku mengingat suara ini, suara ini pasti suara dari...

***

(QORIN)

Setiap orang pasti memiliki Qorin, yang persis 100% dengan orang yang di dampinginya, dan tugasnya ialah menggoda dan menyesatkan orang tersebut. jadi.. jangan percaya jika ada yang bilang jin Qorin itu bersifat baik, kecuali yang dimiliki oleh Rasulullah. karna tidak ada manusia di dunia ini yang dapat menaklukan Qorin seperti yang di lakukan Rasulullah. Dan akupun belum pernah bisa melihat Qorin-ku sendiri.

Seperti yang pernah Rasulullah Saw katakan.

Hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap orang di antara kalian telah diutus untuknya seorang qorin (pendamping) dari golongan jin.” Para sahabat bertanya, “Termasuk Anda, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,

وَإِيايَ إِلا أَن الله أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلا يَأْمُرنِي إِلا بِخَيْرٍ

“Termasuk saya, hanya saja Allah membantuku untuk menundukkannya, sehingga dia masuk Islam. Karen itu, dia tidak memerintahkan kepadaku kecuali yang baik.” (HR. Muslim)

***

Lanjut ke cerita

"Kevin bangunlah" terdengar suara pria yang begitu familiar di kupingku, aku mengingat suara ini, suara ini pasti suara dari jin yang berasal dari mustika itu.
Lalu akupun bangkit dari kasur, dengan mata kepalaku sendiri, aku melihat jasadku yang sedang tertidur di kasur.

"Ayo kevin, sudah tidak ada waktu" seru jin itu, yang masih tidak mau menampakan wujudnya padaku.

Lalu aku di suruhnya menutup mata dan tidak boleh di buka sampai ia kembali menyuruhku membuka. Setelah beberapa detik aku menutup mata.

"Bukalah matamu kevin" serunya.

"A..apa ini? Apa ini tempat yang kau bilang tadi?" ucapku kaget melihat sebuah candi yang berada di depanku, yang membuatku kaget bukanlah candi itu, melainkan banyaknya iblis yang pernah kujumpai di kamar hotelku berkumpul, mungkin jumlahnya mencapai 30, tidak.. Bahkan lebih dari 50.

"HAHAHAHAHA.. BERANI SEKALI KAU DATANG KESINI, HANYA DENGAN 1 JIN PENJAGAMU" ucap salah tau makhluk itu.

"Aku kesini hanya ingin menyelesaikan masalah, sehingga kalian tidak akan mengangguku lagi" jawabku dengan nada menantang, walaupun sebenarnya ada rasa takut yang mulai melahapku, namun aku coba untuk menepisnya.

"KAU TELAH MENGOBRAK-ABRIK TANAH KAMI, DAN MENYIKSA SAUDARAKU, AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANMU" serunya kembali.

Lalu ketika aku ingin berbicara kembali, datanglah iblis yang ukurannya mungkin 10x kali lipat lebih besar dari iblis yang sedang ku ajak berbicara dan ia menggunakan sebuah mahkota emas di kepalanya, dan tinggi badanku hanya setinggi mata kakinya.

"KAU BUKANLAH DIA, NAMUN AKU MENCIUM BAU YANG SAMA DENGANNYA, SIAPA KAU?" jawabnya dengan suara yang bergemah dan sangat mengerikan hingga membuat kupingku sedikit sakit.

"Aku tidak pernah menyakiti saudaramu, bahkan baru pertama kali aku kesini, sepertinya yang kau maksud adalah leluhurku." Jawabku dengan bulu kuduk merinding, bahkan kakiku sebenarnya agak gemetaran.

"DAN KAULAH YANG HARUS BERTANGGUNG JAWAB ATAS SEMUA YANG LELUHURMU LAKUKAN PADA KAMI" serunya kembali.

Lalu tak lama aku merasakan pukulan hebat, yang berasal dari arah depanku, dan membuatku sedikit bergeser kebelakang, mungkin karna bantuan Jin itu aku tidak terpental jauh. Padahal anehnya aku tidak melihat tangan-nya seperti ingin memukulku. energi ini memang berkali-kali lipat lebih kuat dari yang ku temui di hotelku. Lalu aku tentunya tidak tinggal diam, aku mulai membaca amalan terkuat yang ku punya saat itu. Aku mencoba melakukan serangan balik yang di bantu oleh jin itu, namun percuma seperti tidak berefek sama sekali kepadanya, tubuhnya seperti di selimuti energi yang dahsyat.

"HAHAHAHAHA APA KAU BENAR KETURUNNYA? PATIGAMANMU BAHKAN TIDAK DAPAT MENYENTUH TUBUHKU" Ucapnya dengan nada yang begitu sombong.

Lalu kali ini aku meresakan energi negatif yang begitu besar berkumpul di tubuhnya, seperti sedang bersiap-siap menyerangku, kakiku bergetar lemas, bahkan aku sempat berfikir mungkin aku tidak dapat bertemu kembali denga kakak-ku. Namun sekali lagi aku percaya, bahwa manusia ialah makhluk yang paling sempurna, kita di ciptakan dari tanah seperti halnya Nabi Adam AS, bahkan malaikat yang di ciptakan dari cahaya bersujud di depan Nabi Adam AS. Lalu apakah kita akan takut dengan Api yang akan padam jika kita timbun dengan tanah?. Aku terus berfikir dan berdoa kepada Gusti Allah SWT. "ya Allah, dengan segala puji untukmu, dengan segala rahmat yang kau miliki, aku memohon kepadamu, karna hanya kaulah tempatku memohon tiada tuhan selain dirimu", aku terus dan terus berdoa kepada tuhanku, memohon perlindungan.

Dan energi negatif yang ku rasakan itu kini sudah terlepas, dan mengarah ke padaku. 

Sontak aku berteriak "ALLAH HU AKBAR !!...." sambil memejamkan mata, aku sudah pasrah kepadanya, "apakah aku akan mati?" sempat aku berfikir seperti itu. Namun ketika aku memejamkan mata, energi negatif itu seperti menghilang di telan bumi, dan lalu munculah energi yang sangat familiar denganku, ketika aku membuka mata.

"KAKEK" sontak aku teriak kaget, melihat rijalul ghaibku berada tepat di depanku.

"Kamu sudah melakukan segala yang kamu bisa kevin" ucapnya sambil menengok ke arahku.

Lalu tiba-tiba semua makhluk yang berada di candi itu dan juga Raja mereka, Bersujud !!.. Di depan kakek.

"KI' ********* SEDANG APA AKI KESINI?" ucap iblis itu.

(mereka memanggil dengan nama asli kakek, dan dengan sengaja saya sensor)

"Mengapa mereka semua bersujud? Siapa kakek sebenarnya?" gumamku dalam hati. Sambil melihat ke arah para iblis itu, seolah aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang.

"Janganlah kau ganggu anak ini, aku adalah salah satu jin penjaganya" ucap kakek kepada mereka

"TENTU KI' , JIKA AKI' YANG MENGINGINKAN-NYA TENTU KAMI AKAN MENURUTINYA" jawab raja mereka yang masih dengan posisi sujud.

"Kek, apa yang sebenarnya terjadi? Ada apa dengan mereka" aku bertanya kepada kakek yang masih bingung dengan apa yang terjadi di depan mataku.

"Sebaiknya kita kembali ke tempatmu, nanti akan kakek jelaskan disana" ucap kakek, sambil menutup mataku dengan tangan-nya.

Lalu ketika aku membuka mata, aku sudah berada di kamar hotelku, dan aku masih melihat jasadku dan ka' dina yang sedang tidur di kasur.

"Sebenarnya apa yang terjadi kek..?" tanyaku kepadanya yang masih mencoba menenangkan diri.

"Sebenarnya aku tau semua ini, dan aku merahasiakan-nya padamu, dan apa yang di lakukan leluhurmu dulu akupun tau" ucapnya.

"Sebenarnya apa yang sudah di lakukan leluhurku kek,, sehingga mereka menaruh dendam kepadaku?" kembali tanyaku.

"Dulu leluhurmu sebenarnya terpaksa melakukannya, karna iblis itu selalu mengganggu kententraman di desa tempat leluhurmu tinggal, yang akhirnya leluhurmu memutuskan untuk melawan mereka" ucap kakek kepadaku.

"Jadi apa alasan kakek merahasiakan ini?" kembali tanyaku yang masih penasaran.

"Sebenarnya ketika aku mengetahui ini, aku berfikir untuk menguji keimananmu, apakah kau layak untuk kakek lindungi, dan apakah kau layak untuk kakek ikuti" ucap kakek.

Mendengar itu aku pun tidak bisa menjawab apa-apa melainkan hanya diam tertunduk, "benar kata kakek, apakah aku pantas di lindungi oleh nya?" gumamku dalam hati.

"Dan setelah melihatmu mengatasi iblis itu, kakek pun yakin, bahwa kakek tidak salah memilihmu" ucapnya dengan senyuman tipis di wajahnya.

"Aku hanya bisa pasrah ke', bahkan kanuraganku tidak dapat menyentuh tubuhnya" jawabku dengan nada agak tinggi.

"Kevin, justru kepasrahanmu kepada sang pencipta dan ikhtiarmu, yang membuatmu pantas" jawab beliau.

Lalu kembali aku hanya bisa diam dan tertunduk mendengar ucapan dari kakek barusan.

"Baiklah ini waktunya kamu untuk kembali" ucapnya sambil kembali menutup mataku dengan lengan-nya. Lalu sekujur badanku pun langsung merasakan lemas dan kesadaranku mulai menghilang perlahan-lahan sampai akhirnya aku pingsan.

"Ade bangun de', waktunya shalat subuh nih." terdengar suara kakaku sambil menggoyang-goyang kan tubuhku.

Lalu aku membuka mata dan melihat wajah kakakku tersenyum padaku. "ya Allah sungguh aku tidak menginginkan hal yang berlebih, aku tidak ingin harta yang melimpah, aku hanya ingin melihat wajah ini, wajah yang selalu aku ingin lihat dengan senyuman terhias di wajah ini" gumamku dalam hati. Aku begitu senang melihat wajah kakak-ku, wajah yang ku fikir tidak dapat lagi kulihat.

"Yeee malah bengong, udah jam berapa ini?" ucap kakaku sambil menarik-narik tanganku.

"Iya iya ini udah bangun kak.." jawabku, sambil bangkit dari kasur untuk mengambil wudhu, selesai mengambil wudhu kamipun kembali shalat berjamaah.

***

[PURA BESAKIH DAN SEJARAH GENDEREWO]

Setelah shalat subuh kami pun bersiap-siap untuk mengikuti study tour dari sekolah kami yang masih tersisa 2 hari. Rencananya hari ini kami akan mengunjungi Tanah Lot, setelah menyelesaikan persiapan, kamipun berkumpul di lapangan untuk melakukan absen sebelum berangkat, selesai absen kami pun menaiki bis untuk menuju ke Tanah Lot.

Selama di perjalanan akupun masih tidak habis pikir dengan apa yang terjadi padaku semalam, sebenarnya siapakah rijalul ghaibku, sampai-sampai makhluk sekuat mereka bersujud di depan kakek. "Apakah kakek memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dari mereka?" gumamku dalam hati. padahal jika aku merasakan energi kakek, energinya seperti jin biasa yang kutemui di jalan-jalan. Bahkan Macan besar itu menjadi peliharaan kakek. Tapi terlintas di fikiranku mengingat ucapann Aa Ibrahim, beliau pernah mengatakan, "bahkan hampir menyaingi kekuatan Abi." Lalu sebesar apa kekuatan Abi Iwan? Jika di bandingkan dengan rijalul ghaibku?. Aku memang pernah mendengar dari seniorku.
"Setan tidak akan berani mendekati murid lebih dari 13 langkah (tergantung ilmu yang di miliki oleh jin itu), dan setan akan lari terbirit-birit jika melihat tingkatan Dewan Guru (Abi)." Semakin ku berfikir tentang itu, semakin aku sadar bahwa apa yang ku miliki kini belum ada bandingan-nya dengan mereka. "Mungkin aku terlalu sombong" gumamku dalam hati.

"Kamu udah gapapa vin?" tanya anggi yang duduk di depanku, sekaligus memecahkan fikiranku.

"Udah gapapa ko' nggi." jawabku sambil tersenyum.

Banyak teman sekelasku yang menanyai keadaanku, dan menanyakan mengapa aku berlari tempo hari, seperti biasa aku hanya menanggapi dengan candaanku. Bahkan ada guru yang memberiku teh jahe hangat untuk menyegarkan badan. Tak terasa kamipun sampai di Tanah Lot, aku melihat sesosok wanita dengan pakaian khas bali tersenyum melihatku di pintu masuk, dan aku tau itu bukanlah manusia, aku hanya menanggapinya dengan memberikan senyuman. Lalu rombongan kamipun memasuki tanah lot dan beberapa wanita yang sedang "berhalangan" tidak dapat memasukinya. Sesampainya di dalam aku melihat sebuah puri di atas karang besar, yang di gunakan untuk memuja dewa laut. Sayangnya air laut sedang pasang, akupun harus menahan rasa penasaranku untuk dapat melihat puri itu lebih dekat. Aku melihat beberapa siluman ular di dekat puri itu, seluruh badannya memiliki sisik seperti ular dan kepalanya mirip dengan manusia. Energi yang mereka pancarkan pun positif. 

"Hhaaahh... sayang sekali, padahal aku ingin sedikit berbincang dengan mereka." gumamku dalam hati.

Mungkin mereka adalah makhluk penjaga puri itu, selama kita tidak membuat masalah disini mereka pun tidak akan mengganggu kita.

"Vin foto yuk?" tanya-nya sambil memegang bahuku dari belakang yang sekaligus mengagetkanku

"Ahh.. Aku kira siapa, boleh aja" jawabku.

Lalu kamipun berfoto menggunakan kamera pocket milik anggi, dan tak lama ka' dina meminta ikut berfoto dengan kami. Sebenarnya aku tidak terlalu suka berfoto, karna aku tidak ingin membuat mereka kecewa maka aku mengiyakan-nya.

Setelah hampir 2 jam kami di tanah lot, rombongan kamipun melanjutkan perjalanan ke pantai kuta. Seperti biasa sebelum pergi para guru mengabsen kami untuk memastikan tidak ada yang tertinggal. Setelah itu kamipun menaiki bis dan pergi menuju pantai kuta. 

Sesampainya kami di pantai kuta, kami pun di beri 4 jam waktu bebas. Kamipun berganti pakaian untuk berenang di pantai itu. Pantai ini memang begitu indah, pasirnya yang putih dan lautnya yang kebiruan semakin menambahkan ke indahan dari pulau ini. Setelah bermain sekitar 3 jam di pantai dan berfoto-foto akupun diam-diam memisahkan diri dengan rombongan, lalu segera ku membersihkan diri dengan mandi di tempat yang sudah dinsediakan dan memakai jaket, lalu aku pergi meninggalkan rombongan cukup jauh dan masih di bibir pantai. Aku menggunakan jaket dengan kacamata hitam supaya tidak ada yang mengenaliku. Lalu aku mengeluarkan sebungkus rokok yang aku beli dari jakarta. Jujur saja aku sudah merokok dari kelas 2 SMA, bukan karna pergaulan atau apa, aku hanya ingin sedikit menghilangkan beban fikiranku sejenak, dan akupun merokok mungkin hanya 2 batang dalam seminggu. 

Aku duduk di bibir panti sambil menikmati kopi dingin yang ku beli tadi. Aku ingin melihat matahari terbenam di pantai ini tanpa di ganggu oleh siapapun, aku ingin mengabadikan momen indah ini di dalam memoryku. "Ya Allah indah sekali ciptaanmu" gumamku pelan, sambil melepaskan kacamata hitamku.

Lalu ketika aku sedang melihat matahari terbenam, tiba-tiba ada seorang pria bule mengampiriku dan duduk di sampingku., umurnya mungkin sudah 19 tahun.

"Indah bukan?"ucapnya menggunakan bahasa indonesia yang masih terbata-bata.

"For sure" jawabku menggunakan bahasa inggris.

(Setelah ini perbincangan kami akan menggunakan bahasa inggris, dan untuk kenyamanan pembaca saya akan terjemahkan)

"Haha.. jadi kau bisa berbicara bahasaku" jawabnya.

"Tentu bisa, ya walalupun tidak mahir"

"Perkenalkan namaku jason" ucapnya, sambil mengulurkan tangannya padaku, lalu kamipun saling berkenalan diri.

"Kau sedang berlibur?" tanyaku.

"Ya aku sedang berlibur disini, ayahku bekerja di jakarta, dan kami sekeluargapun pindah ke jakarta sudah 2 tahun lamanya" jawabnya yang ternyata juga ikut merokok.

"Sungguh? Aku juga dari jakarta" jawabku.

Kamipun akhirnya saling bertukar nomor dan YM, karna ternyata ia tinggal tidak terlalu jauh dari rumahku. Setelah berbincang lama dengan-nya, akupun meminta izin untuk kembali ke rombongan kami, sesampainya disana akupun langsung menaiki bis dan kembali menuju hotel bersama rombongan.

Sesampainya di hotel akupun langsung melaksanakan shalat Maghrib bersama kakak-ku di kamar. Selesai shalat anggi pun datang ke kamar kami, untuk meberikan foto yang kakak-ku minta, dan kamipun berbincang-bincang sampai tak terasa sudah waktunya shalat isha, dan anggi pun memutuskan shalat berjamaah di kamarku. Selesai shalat kamipun kembali melanjutkan perbincangan kami dan melihat-lihat foto kami yang sudah di transfer ke laptopku, Sekitar jam 9 malam anggi pun izin untuk kembali ke kamarnya. Lalu aku membuka YM hanya untuk sekedar chat dengan Hani. "Sebentar lagi sepertinya" gumamku dalam hati. Ya sebentar lagi aku harus menepati janjiku yang dulu, karna setengah tahun lagi kami akan lulus dari SMA. Setelah 1 jam lebih chatting dengan hani, akupun memutuskan untuk tidur.
Keesokan harinya, study tour kami untuk pergi ke Pura Besakih. Aku sungguh malas untuk pergi sebenarnya, aku hanya ingin menghabiskan hari terkahir di bali untuk bersantai-santai di taman yang terletak tidak jauh dari hotel kami. Aku sudah bilang kepada kakaku untuk tidak mau ikut rombongan, namun ka' dina memaksaku untuk ikut, dan terpaksa akupun ikut dengan rombongan untuk menuju Pura Besakih.

Lalu tidak lama setelah seluruh siswa/siswi kelas 3 berkumpul kamipun langsung pergi menuju ke Pura Besakih. Di perjalanan aku seperti mendengar bisikan "Sopanlah ketika kau sampai disana." Nyai berbisik kepadaku. Setelah mendengar itu akupun menjadi penasaran ada apa disana. Setelah ber jam-jam kami di perjalanan kamipun sampai di pura besakih, pura terbesar di bali yang mana di percaya sebagai tempat suci dan induk dari semua pura di bali. Sebelum memasuki pura besakih kamipun di haruskan memakai sebuah sarung yang mana sudah di siapkan oleh pihak kordinator sekolah. Sungguh pemandangan disini sungguh indah, dan udaranya begitu segar. Lalu kami pun masuk ke pura itu.

"Nak kemari sebentar" terdengar suara pria yang memanggilku.

"Saya pak?" sautku.

"Ia kamu" jawabnya.
Lalu akupun mendekati pria tersebut.

"Namamu kevin?" ucap pria tersebut, seorang pria dengan tinggi sekitar 180cm dan umur sekitar 40 tahunan.

"Ia pak, ko bapak bisa tau?" ucapku yang mulai curiga.

"Aku menyukaimu, pada saat pertama kali melihatmu" ucapnya kembali sambil mengelus-elus kepalaku.

"Siapa kau? Kau bukanlah manusia" ucapku serius sambil menghempaskan tangan-nya dari kepalaku.

"Tidak usah takut nak, aku tidak akan menyakitimu. Tanya saja kepada wanita di belakangmu" ucapnya sambil melihat ke arah belakangku.

"Siapa maksudmu?" tanyaku sambil menengok ke arah belakang, dan tidak ada siapapun disana. Dan akupun menangkap omongan-nya bahwa yang ia maksud ialah "nyai."

"Tidak apa kevin, beliau adalah penjaga pura ini, kau beruntung dapat bertemu dengan-nya" terdengar kembali suara bisikan di kupingku, dan aku ini suara nyai.

"Lalau apa mau bapak?" ucapku yang mulai tenang setelah mendengar bisikan dari nyai.

"Tidak, aku hanya ingin menyapamu saja" ucapnya kembali dengan senyuman terlihat dari wajahnya.

"Hanya itu? Saya boleh tau nama bapak?" tanyaku kembali kepada belitu.

"Tanyalah kepada wanita itu, lebih baik lanjutkanlah perjalananmu" kembali ucapnya yang enggan memberitaukan namanya.

Setelah mengatakan itu, pria itupun menghilang begitu saja, tanpa membiarkanku memenuhi rasa penasaranku, aku sedikit penasaran siapakah pria itu. Mungkin aku harus menanyakan-nya kepada nyai nanti.

"Kevinnn lagi ngapain disana" teriak ka' Dina sambil melambaikan tangan ke arahku.

"Ahh gapapa mau liat-liat aja ka" ucapku.

"Bilang-bilang kalau mau pergi, nanti kalau udah ilang baru tau rasa" ucapnya yang sedang mengomeliku.

Dan aku hanya mengiyakan-nya, padahal justru sebenarnya kalau boleh memilih aku ingin terpisah dari rombongan dan melanjutkan sendiri wisataku di pulau indah ini. Menurutku pulau ini memiliki sejuta misteri yang akan sayang jika tidak aku cari tau.

Kamipun melanjutkan perjalanan kami di pura besakih, salah satu hal yang membuatku kagum di sini ialah banyaknya anak-anak sekitar umur 12-15 tahun sudah membantu orang tuanya dengan menawarkan kami sebuah foto, tentu saja foto-foto seputar pura besaki. Salah satu dari mereka pun menghampiriku, dan melihatkanku sejumlah foto yang mereka bawa, setelah melihat-lihat foto yang ia tawarkan akupun membeli beberapa foto yang menurutku cukup menarik. Dan ternyata Ka' Dina juga membeli beberapa foto juga.

Selain itu juga ada rafting/arung jeram di sungai telaga waja, sayangnya pihak sekolah tidak mengizinkan kami untuk rafting di karnakan berbahaya, padahal aku sangat ingin mencobanya.
Pura Agung Besakih ini terletak di lereng Gunung Agung yang mana gunung agung ialah gunung tertinggi di bali, lokasinya di desa besakih kecamatan rendang kabupaten karangasem. Dan memiliki 18 pura pendamping salah satunya ialah pura Basukian.

Sebenarnya aku cukup tertarik dengan kegiatan masyarakat hindu, bagaimana mereka melakukan upacara adat atau bagimana mereka bersembayang. Namun rasa tertarik itu hanya sebatas untuk menambah pengetahuanku tentang agama lain, bukankah di islam juga mengajarkan untuk saling menghargai agama lain.

Setelah menghabiskan waktu sekitar 2 jam di pura besakih, kamipun pergi menuju restoran yang tidak jauh dari sini. Dan akhirnya terjawab sudah rasa penasaranku selama bertahun-tahun, aku dapat mencicipi Lobster, ya walaupun aku harus meminjam uang jajan ka' dina, karna harganya yang cukup mahal. Karna Lobster tidak termasuk tanggungan dari pihak sekolah.

Setelah makan kamipun pulang untuk beristirahat di hotel, karna besok adalah hari keberangkatan kami untuk kembali ke jakarta, sesampainya di hotel akupun langsung menuju kamar dan menyalakan laptopku untuk chat dengan Hani, tapi kali ini ada yang mengechatku selain Hani, setelah aku lihat itu adalah Jason.

"Hei kevin, ini aku jason, hari ini aku dan keluarga akan pulang kejakarta" ucapnya.

Lalu akhirnya akupun, chat dengan mereka berdua hingga tak terasa adzan isya memanggilku untuk segera mengambil wudhu dan melaksanakan shalat. Selesainya shalat aku memutuskan untuk bersantai di taman dekat hotelku, waktu itu ka' dina sedang asyik main dengan teman-teman-nya. Dan akhirnya akupun memutuskan pergi sendiri.
Sesampainya disana, akupun langsung langsung duduk di sebuah bangku kayu yang berada di taman. Aku menghirup nafas panjang untuk sekedar menikmati sejuknya udara malam di bali. Aku sedikit termenung di bangku itu, banyak hal yang belum aku selesaikan, salah satunya adalah Janjiku dengan Hani dan janjiku dengan Yuni, ya.. Yuni.. Aku bertekat akan menyelesaikan urusanku dengan Yuni setelah aku lulus SMA dan akan langsung memenuhi syarat untuk dapat mengamalkan pedang itu. 

Aku menyenderkan kepalaku, sambil menaruh sebatang rokok di mulutku, "bulan yang indah" gumamku pelan. Bulan pada malam itu memang begitu indah, walaupun hanya sebentar aku dapat melupakan beban fikiran yang ada di kepalaku.

"KEVIN !" terdengar suara wanita dari belakangku.
Ketika aku tengok ternyata adalah salah satu Guruku.

"Hadehhh" gumamku dalam hati

"Ketauan kamu ya ngerokok, nanti ibu aduin ke orang tua kamu" ucap ibu Wati yang sedang melihatku merokok.

Aku hanya diam dan mendengarkan ocehan-nya, lalu membuang rokok-ku ke tempat sampah, sebenarnya banyak temanku yang merokok di kamar mereka, namun aku enggan mengadu, memang nasibku saja yang sedang apes. Dan apa kalian tau hukuman ku? Aku di suruh untuk menyuci 2 Bis dan tidak boleh di bantu oleh Bu Wati.

Mengeluh pun tidak akan menyelesaikan masalahku dan hanya akan menambah dosaku, tanpa basa basi aku mengambil ember dan lap yang terletak tidak jauh dari Bis kami. Lalu aku mulai membersihkan-nya secara perlahan, dan membuang sampah- sampah yang ada di dalam Bis, seluruh murid melihat ke arahku, dan aku mendengar ada beberapa murid yang menjelek-jelekkan ku, bahkan ada yang menertawaiku dengan sinis. Apa aku kesal? Aku jawab dengan tegas, aku tidak kesal. "Lumayan pahala" ucapku pelan sambil tersenyum. Jika ada orang yang sedang menjelek-jelekanku, aku hanya perlu cukup diam, dan membuktikan kepada mereka bahwa aku bukanlah orang seperti yang mereka bicarakan.

Aku tetap melanjutkan membersihkan bis tanpa berkata satu katapun, lalu ada seorang guru menghampiriku dan juga membantuku membersihkan bis dan setelah ku lihat ternyata itu Pak Doni.

"Udah mulai ngeroko kamu ya vin" ucapnya.

"Hehe iya pak, udah bapak ga usah bantuin kevin, kevin bisa ko" jawabku dengan santai.

"Udah gapapa, saya udah ngomong sama Bu Wati tadi, agar tidak usah mengadukan ini kepada orang tuamu, dan akhirnya iapun setuju" ucapnya kembali.

"Wahh.. Makasih banyak pak" jawabku dengan wajah senang.

"Bapak sangat mengenal kamu kevin, dan bapak tidak perlu menanyakan alasanya" ucapnya sambil tersenyum lebar dan mengelus kepalaku.

Lalu tak lama Irfan, Dody, yanto, Ka' Dina, Anggi dan beberapa temanku, membantuku membersihkan bis, yang masih menyisahkan 1 bis. "Mungkin aku yang terlalu cuek" gumamku pelan sambil tersenyum tipis.

"Ah kamu vin, ngeroko enggak ngajak-ngajak" ucap irfan dengan senyum lebar ciri khasnya.

"Haha janganlah, masa bandel ngajak-ngajak" jawabku kembali.

"Dari pada cuma bengang bengong jorok di kamar mending bersih-bersih, ya nggak dod?" ucap yanto kepada dody.

"Itu mah kamu to', aku mah tadi lagi serius shalawatan" jawab dody.

"T**... !!! " jawab yanto dengan kesal, sekaligus membuat kami tertawa terbahak-bahak.

Akhirnya kamipun menbersihkan 2 bis sambil berbincang dan bercanda satu sama lain, dan akupun sudah tidak mendengar murid-murid yang membicarakanku tadi. Dan Ka' Dina pun tidak mengomel padaku saat itu, dan aku yakin setelah sampai kamar aku harus menyiapkan kupingku, karna pasti akan di omeli habis-habisan olehnya.
Hampir 2 jam kami membersihkan bis dan akhirnya selesai. Lalu kamipun memutuskan untuk langsung kembali ke kamar karna begitu lelah setelah membersihkan bis sebesar itu. Dan tak lupa aku berterimakasih kepada mereka yang telah bersedia membantuku.

Dan sesampainya aku dan ka' dina di kamarku, seperti yang sudah ku duga 1 jam nonstop ia memarahiku habis-habisan, dan aku hanya mengiyakan-nya. Setelah lelah mengomeliku Ka' Dina pun memutuskan untuk tidur, dan akupun memutuskan langsung tidur untuk mempersiapkan fisik untuk perjalan panjang besok menuju jakarta.

Semua murid kelas 3 berkumpul di lapangan, kami berdoa untuk keselamatan kami saat di perjalanan pulang ke jakarta. Lalu kami di absen untuk memastikan tidak ada murid yang tertinggal, lalu kamipun masuk ke bis kami masing-masing. seperti saat aku berangkat, aku duduk di samping ka' dina. di perjalana pulang nanti kami akan mampir beberapa jam di malioboro, Jogjakarta. Untuk sekedar berbelanja. Dan sepertinya aku harus kembali meminjam uang ka' dina, karna biaya sewa kamar hotel yang membuat dompetku kering. setelah beberapa jam kami meninggalkan hotel, kamipun sampai di pelabuhan untuk menyebrang ke pulau jawa menggunakan kapal laut. Sebenarnya aku berat meninggalkan pulau ini, pulau yang masih menyimpan sejuta mistery, pulau yang memiliki sejuta keindahan, keunikan dan sejarah panjangnya. "suatu hari aku akan kembali" gumamku pelan, yang sedang bersender di tiang kapal yang perlahan menjauh dari pulau Bali.

Sesampainya di dermaga kamipun kembali melanjutkan perjalan kami menuju Jogjakarta. Setelah beberapa jam kami habiskan di perjalanan, rasa lelah kami seperti terbayarkan, ya.. kami sampai di Malioboro yang mana dalam bahasa sansekerta di artikan sebagai Bunga, dan apa kalian tau asal muasal nama dari malioboro? sebenarnya berasal dari nama seorang kolonial inggris yaitu "marlborough", pada tahun 1811-1816 Masehi.

Banyak sekali pedagang kaki lima di bibir jalan, aku dan Irfan pun memisahkan diri dari rombongan sekedar untuk berbelanja, aku membeli pakaian khas jogja, tas dan sebuah kalung untuk seseorang. Irfan sangat antusias berbelanja disini, beberapa kali kami memutari toko yang sama untuk mencari barang yang ia cari. Sekitar satu jam kami berbelanja, kami memutuskan mencari kafe dekat sini, sekedar untuk mengistirahatkan kaki yang lelah karna bulak balik mengitari pedagang kaki lima. Sekitar setengah jam di kafe kamipun memutuskan untuk kembali bergabung dengan rombongan.

"Beli apa aja dek?" ucapnya sambil mengintip tas belanjaanku.

"Beli baju aja sama tas, trus celana buat mamah" sautku.

"Kakak cuma beli gelang ukir buat mamah" jawabnya.

"Din, gak nanyain aku?" ucap irfan.

"Ga penting" jawab Ka Dina singka.

"Jutek amat Mba" ucap Irfan kembali.

"Jawab seperlunya" saut ka' dina.

Kami pun berbincang-bincang di dekat bis, sampai tak terasa Para Guru sudah berdatangan untuk memulai absen, karna sebentar lagi kami akan melanjutkan perjalanan kami untuk pulang ke jakarta. setelah absen kamipun langsung masuk ke Bis.

"Vin, nih buat kamu" ucapnya yang menengok ke arah belakang dari kursi depan sambil mengulurkan tangan.

"Baju? wah thanks ya nggi" jawabku.

Laku aku mengambil sebuah kaos yang ada di Tas belanjaanku, sebenarnya aku akan memberikan kaus ini 2 untuk Ka' Dina dan 1 untuk Hani sesampai di jakarta nanti, namun karna merasa tidak enak dengan anggi, aku akan memberikan 1 kaos kepada anggi, dan aku hanya akan memberikan 1 kaos kepada ka' dina.

Di tengah perjalanan menuju jakarta, tidak tau mengapa rasa penasaranku muncul tentang siapa jin yang kutemui di Pura Besakih kemarin, namun ketika aku menanyakan tentang namanya, ia malah menyuruhku untuk bertanya kepada Nyai. Lalu aku mencoba tidur dengan niat dapat berbincang dengan Nyai, namun ketika aku sudah memejamkan mata.

"Tidur mulu de, kan kakak bete gak ada temen" ucap ka' dina yang mengagetkanku sekaligus menghilangkan rasa kantuku.

"Ahh iya iya maaf, abisnya kevin bawaannya ngantuk mulu kalo di Bis" sautku.

Karna merasa tidak enak dengan ka' dina aku harus menunda niatku untuk tidur, lalu ka' dina mengeluarkan thermos dari tas, lalu menuangkan coklat panas. Waktu itu sudah menunjukan pukul 11 malam dan kami sudah berada di tol.

"Dek kakak mau nanya, boleh?"

"Tanya aja kak kaya ama siapa aja pake izin dulu" jawabku.

"Kamu masih bisa ngeliat mereka?" tanya ka' dina yang sedikit mengagetkanku.

"Masih, cuma insyallah ko' sekarang kevin baik-baik aja" jawabku.

"Kakak kadang khawatir sama kamu, sesuai janji kamu ya, kalo ada apa-apa cerita sama kakak" ucapnya dengan tangan menunjuk padaku, seolah ingin menegaskan ucapan-nya.

"Iya kakak" jawabku.

Aku sebenarnya sudah berjanji bahwa aku akan mengatakan semua yang aku alami kepada ka' dina, namun karna aku tidak ingin membuat beliau khawatir, aku hanya mengatakan bagian-bagian yang menyenangkan mungkin bisa di bilang Happy Mommentnya saja. Setelah agak lama aku berbincang dengan Ka' Dina, terlihat di wajahnya bahwa ia mulai mengantuk, dan akhirnya beliau pun tertidur. Lalu aku mengambil handphone ka' dina di dalam kantung celana-nya untuk sekedar mendengarkan lagu menggunakan HF. Sambil mendengarkan lagu akupun memejamkan mata berharap rasa kantukku yang telah hilang kembali.
ketika aku membuka mataku kembali, aku sudah berada di bawah sebuah pohon besar, lalu aku melihat rumput yang begitu luas membentang bahkan akupun tidak bisa melihat ujungnya, dan hanya terdapat 1 pohon.

"Kevin, indah bukan?" terdengar suara pria dari arah belakangku

"Kakek? nyai?" ucapku sambil menengok ke arah belakang dan terlihat Nyai dan Kakek sedang menghampiriku.

"Kamu ingin menanyakan tentang Jin yang kau temui di Pura Besakih itu?" ucap nyai.

"Iya nyai, aku sedikit penasaran siapa beliau" jawabku kembali.

"Beliau adalah Resi Markandeya beliau adalah penjaga Pura Besakih" jawabnya dengan senyuman khas di wajahnya.

"Resi Markandeya? aku seperti pernah mendengarnya Nyai" jawabku.

"Beliau adalah pendiri Pura Besakih, dan yang kau lihat itu sebenarnya ialah khadam milik beliau yang menyerupai wujud Resi Markandeya" kembali jawab Nyai.

"Pantas saja aku seperti pernah mendengar nama beliau, lalu kenapa beliau memanggilku pada saat aku berkunjung kesana nyai?" tanyaku.

"Mungkin beliau menyukaimu" jawab nyai.

"Kamu sangat beruntung kevin dapat menemuinya" jawab kakek.

"Mengapa seperti itu kek..?" tanyaku yang penasaran.

"Beliau sempat mengelus kepalamu, itu berarti dia menurunkan sedikit karomahnya kepadamu" kembali jawab kakek.

"Baiklah kevin, sekarang kau harus kembali" ucap kakek yang menutup mataku dengan tangan-nya, yang membuatku perlahan-lahan kehilangan kesadaran.

Lalu saat aku membuka mata, aku sudah kembali di Bis, dan kami sudah tiba di daerah jakarta. Aku masih sedikit memikirkan tentang Jin itu, "aku pasti akan kembali lagi kesana" gumamku pelan. Waktu sudah menunjukan pukul 7 pagi, dan sebentar lagi kami akan sampai ke sekolah, dimana ibuku sudah menungguku disana untuk menjemput kami. Dan tak lama tibahlah kami di depan sekolah, lalu aku dan ka' dina mengambil barang-barang kami yang cukup banyak dan langsung turun di bawah bis.

"Kevinnnn, dinaaaa" teriak ibuku dengan melambaikan tangan-nya ke arah kami, beliau sudah menunggu kami di mobilnya.

"Iya maahhhh" jawab ka' dina.

Lalu kamipun menghampiri ibu yang terlihat sudah tidak sabar menunggu kehadiran kami. kamipun langsung masuk ke dalam mobil, dan menuju ke rumah.

"Gimana tournya vin?" tanya ibuku yang sedang menyetir.

"Lumayan seru mah" jawabku.

"Hmm bagus deh" jawab ibuku.

Setibanya di rumah aku dan ka' dina langsung memberikan oleh-oleh kami kepada ibu, aku memberikan sebuah celana, dan ka' dina memberikan sebuah tas kepada ibu. Dan terlihat di wajahnya begitu senang, aku yakin beliau senang bukan karna hadiahnya, tapi karna perhatian kami kepada beliau.

Setelah itu akupun langsung menelfon Hani untuk memberikan ia kejutan, dan mengajaknya untuk keluar sore nanti.

Lalu akupun tidur karna rasa lelah yang sudah menyelimuti seluruh badan dan fikiranku. "aku tidak menyangka akan mengalami hal yang luar biasa disana" gumamku pelan.

***

Sesuai janjiku, saya akan menceritakan sejarah Genderuwa yang di kutuk oleh raja iblis Azazil;

Genderuwa/genderuwo berasa dari bahasa kawi gandharwa atau dalam bahasa sansekerta Gandarvha. Dan apa kalian tau asal muasal genderuwa itu sebenarnya dari Persia yang di namakan Gandarewa.

Dan sifat dari genderuwa sendiri ialah "Cabul", dia bisa merubah wujudnya menjadi Manusia, dan bahkan dapat melakukan seks dengan wanita, biasanya wanita yang di tinggal lama/jauh oleh suaminya asalah sasaran utamanya, dia akan merubah penampilan-nya menjadi suami dari wanita tersebut. lalu melakukan seks dengan wanita itu.

Dan parahnya jika wanita itu hamil di sebabkan oleh genderuwa dia akan memiliki gairah seks yang begitu hebat, bahkan jika suaminya tidak dapat memuaskan nafsunya, ia akan mencari pria lain.

Sesungguhnya gendruwo adalah jenis setan dari salah satu dzuriyyah iblis yang bernama "walhan dan abyad" gagal dalam tugasnya menggoda manusia yang memiliki ketaqwaan yang tinggi, oleh karena kegagalan itulah raja iblis Azazel sangatlah murka dan merubah wujud walhan dan abyad menjadi lebih mirip dengan manusia, karena di alam mereka wujud manusia dianggap sangatlah buruk dan hina, iblis merasa bentuk dan wujudnya lebih sempurna dari bentuk manusia, seperti yang tercantum di dalam kitab Suci Al-Qur'an :

"Sesungguhnya aku (iblis) lebih mulia dari pada Adam, penciptaanku (iblis) dari api, dan penciptaan dia (Adam) dari tanah."

Begitu murkanya iblis kepada walhan dan abyad karena inti dari pada kerusakan di dunia ini adalah apabila mereka mampu dan berhasil menggoda para 'Alim 'ulama dan para tokoh kebajikan hingga mereka mati dalam keadaan su'ul khatimah dan meninggalkan permusuhan dan fitnah di muka bumi ini. Yang mana awalnya genderuwa ialah iblis air.

Dan jika teman-teman ingin mencoba memanggil genderuwa, caranya cukup mudah, yaitu membuat sate gagak yang di yakini sebagai peliharaan dari Gunderawa.

Tata cara tersebut umumnya digambarkan sebagai berikut: Setelah berhasil menangkap burung gagak, burung gagak tersebut disembelih dengan pisau yang sangat tajam. Alasannya, ketajaman mata pisau akan memengaruhi lancar tidaknya darah yang mengalir keluar dari bekas luka yang ditimbulkan.
Berikutnya adalah mencabuti bulu-bulu hitam gagak yang kasar sehingga benar-benar bersih. Selanjutnya, daging yang sudah bersih ditelikung seperti halnya kalau membuat ingkung ayam. Baru kemudian, bisa dibakar di atas perapian. Silakan dicoba.

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya

close