TAKDIR YANG TIDAK BISA KULAWAN (Part 3)
ALAM GHAIB & PEDANG ZULFIKAR
Ketika aku sedang membacakan sebuah amalan, ada seseorang menyentuh bahuku dari depan, setelah aku buka. Itu bukan Yuni, itu adalah Jin pendampingku Rijalul Ghaib.
(Saya akan menamakan beliau dengan Rijalul)
"Belum saatnya kevin" sambil menepuk-nepuk bahuku.
"Tapi kapan? Aku sudah siap sekarang, apa lagi yang harus ku tunggu.."
"Aku tau kamu sudah lebih dewasa, dan mentalmu sudah lebih matang, namun dengan mentalmu yang sekarang, kamu tidak akan sanggup melihatnya." Jelas Rihalul.
"Melihat apa? Aku hanya ingin melihat yuni."
"Makhluk yang kau sebut Yuni itu, bukanlah nama aslinya, dan dia bukan dari golongan jin sembarangan." Jelas Rihalul.
Lalu ketika aku ingin bertanya, beliau langsung menepuk keningku dengan pelan, dan aku langsung tertidur.
Ketika aku terbangun..
"Dimana ini !" Seruku kaget, kenapa aku berada di hutan? Lalu aku memanggil-manggil "kakek.. kakekk" ya aku mencoba berkali-kali memanggil rijalul ghaibku, namun tetap tidak ada jawaban, aku begitu ketakutan seluruh tubuhku merinding hebat, keringatku tak berhenti mengalir. Aku berada di hutan belantara, yang begitu gelap gulita, hanya sinar bulan yang menerobos selah-selah pohon besar di atas kepalaku cahaya yang tersisa.
Aku berjalan dan terus berjalan aku tidak tau harus berjalan kemana, aku hanya mengikuti langkah kakiku berjalan. Aku masih tidak dapat menutupi rasa ketakutanku, sudah lama sekali aku tidak merasakan ini, mungkin terakhir kali aku merasakan rasa takut sehebat ini pada saat aku masih duduk di bangku SMP.
Lalu aku terus berjalan "srek.. Srekk" terdengar suara dari balik semak-semak, sungguh aku tidak berani melihat apa yang ada di balik sana, namun aku tetap memberanikan diri untuk tetap melihat, aku berjalan pelan seperti mengendap-endap menuju semak-semak itu, ketika aku sampai di balik semak-semak itu aku melihat seorang wanita menangis dengan posisi menjongkok dan membelakangiku,
"Yuniii.." seruku,
"kamu yunii kan? Akhirnya aku bisa bertemu denganmu yuni," namun wanita itu tidak menggubris sama sekali teguranku, aku berjalan menghampirinya dan aku menyentuh bahunya.
"Yuni ini aku kevin, apa kau sudah lupa denganku" seruku, lalu wanita itu berdiri dan masih membelakangiku, dan aneh dia malah tertawa sampai membuat kupingku begitu sakit, ya sangat sakit.
"Kau bukan yuni" seruku padanya, lalu wanita itu membalikan kepalanya ke arahku, namun badan-nya masih membelakangiku seolah dia tidak memiliki tulang leher..
"AAAAA..!!!" Teriak-ku yang sangat ketakutan, wajahnya begitu menakutkan, wanita itu bukan yuni. Wajahnya berwarna hitam pekat, lidahnya menjulur keluar namun tidak memiliki gigi, dan tidak memiliki bola mata.
Aku langsung berlari ketakutan, aku berlari dan trus berlari, sesekali aku berbalik untuk melihatnya, dan dia sudah tidak terlihat, lalu aku berhenti untuk sejenak menarik nafas.
"Kevinnnn.." terdengar suara wanita itu, tepat berada di belakang kepalaku, sungguh aku tidak ingin menengok ke belakang, aku hanya langsung berlari, ketika aku menoleh ke bekang, Wanita itu mengikutiku, dia seperti terbang dan terus mengejarku, namun aku terus berlari, setelah sekian lama aku berlari, aku memberanikan diri untuk sekedar menengok kebelakang, dan dia sudah tidak mengerjarku, lalu sejenak aku menarik nafas karna sudah berlari begitu jauh, dan tiba-tiba dia ada tepat di depan mukaku "AAAAAAA...!!!!" Aku sontak kaget, lalu aku terjatuh dan lalu aku pingsan.
Ketika aku bangun dan membuka mata, aku kembali di buat kaget, kenapa aku di sini? Kenapa bisa aku berada di rumah sakit? Dan tiba-tiba seorang wanita memeluku, dan ternyata itu ibuku ya.. itu ibuku dan kakaku dan aku juga melihat ayah dan juga Hani. Ada apa sebenarnya, kenapa mereka semua berada di sini.
"Ibuu kenapa aku bisa di sini?" Tanyaku yang masih begitu kebingungan, dengan selang infus berada di tanganku.
"Kamu sudah tidak sadarkan diri selama 2 minggu lebih nak" saut ibuku dengan air mata yang masih terus mengalir.
Kenapa aku bisa tidak sadarkan diri sampai 2 minggu, apa yang terjadi sebenarnya, aku mencoba befikir dengan kondisi fisik-ku yang masih lemah, dan terlintas di fikiranku,
"Sepertinya aku telah di bawa ke ALAM GHAIB" ucapku dalam hati, padahal aku merasa baru sekitar beberapa menit di alam sana. Aku baru igat bahwa dunia alam ghaib dan dunia manusia memiliki waktu yang berbeda.
(Nanti setelah ini akan saya jelaskan perbedaan waktu antara kedua alam yang sama tapi tak sama)
Namun yang membuatku bingung kenapa dia membawaku kesana? Apa sebenarnya yang ia ingin tunjukan padaku?, dan wanita mengerikan itu ialah bukan Yuni, melainkan Iblis lain.
Untuk sekarang lebih baik aku beristirahat supaya keluargaku tidak menjadi lebih khawatir.
"Nakk... kenapa kamu bisa kaya gini ?" tanya ibuku dengan pelan.
"Aku juga gaktau mah, aku lagi di kamar terus tiba-tiba aku bangun udah ada sini." Jelasku.
"Waktu mamah ingin membangunkanmu, mamah melihatmu sedang tertidur di meja belajar, namun ketika mamah ingin bangunkan kamu tidak lekas bangun juga." Jawab ibuku dengan kawatir.
"Hah? Meja belajar? Bukankah aku sedang melakukan ritual itu? Lalu siapa yang membereskan semua perlengkapanku dan memindahkanku ke meja belajar?" Ucapku dalam hati, yang masih tidak dapat mempercayai ini.
"Ya sudah kamu tidak usah banyak fikiran, sekarang lebih kamu tidur."
***
Perbedaan waktu alam manusia dengan alam ghaib. Ialah 1 Jam di alam ghaib berarti sama saja dengan 1 tahun di alam manusia.
Dalam kitab Daqaiq al-Akhbar halaman 38 dijelaskan bahwa Allah Swt. Berfirman dalam QS. an-Naba’ ayat 23:
لابثين فيها احقابا
“Mereka tinggal di dalamnya berhuqub-huqub (hitungan waktunya).”
Rasulullah Saw. Bertanya kepada Malaikat Jibril: “Apakah huqub itu?”
Jibril As. Menjawab: “Yaitu masa 4.000 tahun.”
Rasulullah Saw. Bertanya kembali: “Dalam setahunnya ada berapa bulan?”
Jawab Jibril As: “Yaitu ada 4.000 bulan.”
Kemudian Rasulullah Saw. Bertanya: “Dalam satu bulannya ada berapa hari?”
Jibril As. menjawab: “Yaitu ada 4.000 Hari.”
Rasulullah Saw. Bertanya lagi: “Dalam satu harinya ada berapa jam?”
Dijawab oleh Jibril As. “Yaitu ada 7.000 jam. Dan setiap jamnya ukuran satu tahun dunia.”
***
Lanjut ke cerita
Aku hanya menganggukan kepala, lalu aku menolehkan mataku kepada Hani, kenapa dia juga ada di sini.
"Kamu kok di sini han?" Tanyaku kepadanya.
"Semenjak dia tau kamu masuk rumah sakit, setiap hari dia selalu menjenguk kamu vin" saut ibuku.
Hani pun mulai mendekatiku dengan perlahan, lalu dia memegang tangan kananku, tampak rasa khawatir di wajahnya tidak dapat dia sembunyikan, matanya masih berkaca sepertinya dia habis menangis.
"Kamu kenapa si vin, kalo ada masalah cerita sama aku vin, aku siap dengerin curhat kamu kapan aja" ucap dia yang masih menggenggam tangan kananku.
"Haha aku gapapa ko han, cuma kebanyakan fikiran doang, sama kecapean mungkin" sautku yang hanya dapat memberikan-nya senyum kecil.
"Gak mungkin kalo gak ada apa-apa kamu bisa kaya gini, yaudah nanti selekas sembuh aku mau dengerin alesan kamu, titik.. komanya ilang"
"Haha ia deh, btw thanks ya han udah mau nemenin aku disini walaupun akunya cuma tidur"
Setelah berbincang-bincang cukup lama, akhirnya aku memutuskan untuk istirahat, karna badanku masih terasa begitu lemas, seperti seseorang yang baru bangun dari mati suri. Bahkan ketika aku ingin berjalan menuju toilet, aku hampir terjatuh beberapa kali, mungkin karna kakiku sudah terlalu lama tidak di pakai.
Dan malam pun tiba, malam ini giliran ayahku yang menjagaku, ketika beliau mendengar anaknya masuk rumah sakit, beliau langsung mengambil cuti dan terbang ke jakarta hanya untuk menengok anak bodoh sepertiku, ya.. aku memang bodoh, hanya karna ke'egoisanku, untuk ingin segera bertemu dengan Yuni, aku harus melibatkan seluruh keluargaku dan juga Hani dalam kepanikan.
Namun aku masih memikirikan tentang kejadian itu, aku sangat yakin yang mengirim Sukmaku kesana pastilah Rijalul Ghaibku, aku pun bertanya-tanya dalam diriku, kenapa dia mengirimku kesana?, apa beliau ingin mencelakakan-ku?, aku rasa tidak mungkin, pasti ada arti dari semua ini. Lalu aku memejamkan mataku untuk tidur, tak beberapa lama aku pun akhirnya tertidur.
"Kevin" terdengar suara orang memanggilku.
"Kakek?" Dia berada di sebelah kananku berdiri, dan aku juga melihat khodamku yang lain dan dia berada tepat di sebelah Rijalul ghaib.
"Kenapa kakek mengirim aku kesana ? Seluruh keluargaku khawatir karna itu."
"Bagaimana rasanya kevin..?"
"Bagaimana apa? Kakek tidak tau betapa takutnya aku berada disana, dan kenapa kakek tidak membantuku."
"Alasan aku mengirim sukmamu kesana, sebenarnya karna aku ingin mengujimu, dan jin wanita yang kau lihat itu, sebenarnya adalah jin muslim, aku yang menyuruhnya untuk merubah penampilan-nya dan mengejarmu." Jelas Kakek khodam Rijalul Ghaib-ku.
"Menguji? Untuk apa kakek mengujiku?"
"Aku sudah mengatakan padamu, bahwa mentalmu masih belum cukup, namun kamu tetap memaksa untuk melakukan-nya. Kevinn.. ketauilah bahwa yang kamu alami disana itu belum ada apa-apanya. Itu hanya sebagian kecil dari yang akan kau alami jika kamu ingin betemu dengan makhluk yang kau sebut Yuni itu." Jelas Kakek khodam Rijalul Ghaib-ku mengingatkan.
Aku hanya bisa menundukan kepalaku dan merasa menyesal, perkataan Rijalul Ghaibku membuatku sadar, mungkin jika aku benar-benar melakukan-nya, sukmaku tidak akan kembali ke jasadku. Lalu aku kembali bertanya.
"Memangnya yuni sebenarnya jin dari golongan apa kek..?"
"Sabarlah kevin, aku bersumpah atas nama gusti Allah, aku akan memberitaumu, jika kamu dapat mengamalkan amalan pedang Ghaib yang bernama Zulfikar aku akan memberitaumu." Tutur Kakek khodam Rijalul Ghaib-ku.
"Mustahil kek.. apakah kakek tau, pedang itu ialah milik Nabi Muhammad SAW, dan akan di pakai oleh al Mahdi sang juru penyelamat di hari akhir zaman, bagaimana aku dapat memilikinya." Balasku.
"Tentu aku tau, namun maksudku ialah bukan untuk memilikinya, namun hanya untuk mengamalkan-nya, dan sedikit karomah dari pedang itu akan turun padamu, bukan untuk memiliki seluruhnya." Pungkas Kakek khodam Rijalul Ghaib-ku.
"Lalu bagimana saya dapat mengamalkan-nya kek..?"
"Tanyakan saja kepada Gurumu, dia pasti tau caranya." Seru Kakek khodam Rijalul Ghaib-ku.
Setelah perbincanganku dengan rijalul ghoib di dalam mimpi, aku pun terbangun.
Setelah beberapa hari aku berada di rumah sakit, akhirnya aku di bolehkan pulang oleh dokter. Aku sudah melewatkan banyak pelajaran di sekolah, aku sudah absen kurang lebih 2 minggu, "hahhh...." keluhku dalam hati kenapa aku harus mengalami kejadian seperti ini. Namun aku tidak akan berhenti disini untuk dapat bertemu dengan Yuni, aku tidak akan menyerah, namun mungkin aku akan menyikapinya dengan lebih bijak dan berhati-hati. Supaya kejadian seperti ini tidak akan terulang kembali.
Sesampainya di rumah, aku memutuskan untuk langsung membuka buku pelajaranku dan belajar sedikit demi sedikit karna aku tidak mau tinggal kelas karna aku sudah terlalu banyak melewatkan pelajaranku di sekolah. Selesainya aku belajar seperti biasa aku langsung mengambil air wudhu dan langsung sholat isha, selesai sholat aku kembali membuka buku pelajaran sambil menunggu mataku mengantuk. Beberapa jam telah kulewati dengan membaca buku pelajaran, lalu aku memutuskan untuk tidur, mataku sudah tidak kuat menahan kantuk, walaupun sebenarnya aku ingin menunggu jam 12 untuk melakukan sholat tahajud, namun sepertinya akan kulakukan di lain waktu saja, karna aku sudah tidak kuat menahan kantukku dan aku juga harus banyak istirahat karna baru beberapa jam aku keluar rumah sakit.
Alarm di Handphone membangunkan tidurku, sudah jam setengah 5 pagi, aku bergegas mengambil wudhu untuk melakukan sholat subuh. Setelah itu aku langsung turun ke lantai bawah untuk sarapan setelah sarapan ibuku mengantarkanku dan kak dina ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, teman-teman sekolahku dan juga beberapa guru yang cukup dekat denganku, langsung beramai-ramai menghampiriku untuk sekedar bertanya kondisi dan apa yang terjadi sehingga aku bisa masuk ke rumah sakit, dan seperi biasanya aku malas menjawab dengan serius, hanya aku balas dengan candaan. Dan tak lama kepala sekolah memanggilku ke ruangannya, aku takut beliau ingin menyampaikan bahwa aku sudah tidak mungkin naik kelas atau sejenisnya, berjalan menuju ruang kepala sekolah saja mebuatku deg-deg kan. Sesampainya disana, aku langsung di suruh untuk duduk.
"Kevin udah sehat?" Tanya Kepsek.
"Alhamdulilah pak udah siap beraktifitas lagi."
"Maaf ya bapak kemarin belum sempet jenguk, tapi udah di wakilin pihak guru." Jelas Kepsek.
"Oh iya pak gapapa ko', yang penting doanya."
"Kalo doa pasti vin, oiya bapak manggil kamu kesini mau ngomongin tentang pelajaran dan beberapa test/ulangan yang harus kevin susul." Tutur Kepsek menjelaskan.
Setelah berbincang cukup lama akhirnya aku masih di berikan kesempatan, untuk melakukan ulangan susulan, aku masih bersyukur pihak sekolah mau mengerti keadaanku, dan aku di iziinkan untuk menyusul kekurangan nilai.
Bel pulang pun berbunyi, dan aku bersama kak dina langsung menunggu ibu di parkiran untuk di jemput. Kami menunggu beberapa menit dan ibu pun datang untuk menjemput kami, sesampainya di rumah, aku langsung mandi dan membuka laptop, dan tak lama ibuku memanggil.
Ibuku mengatakan aku tidak boleh keluar rumah dulu selama kurang lebih 1 minggu, karna ibu yang menunyuruh, aku tidak mungkin untuk membantah, dan memang itupun untuk kebaikanku.
Lalu aku kembali ke kamar dan sedikit berfikir, aku menelfon a'a ibrahim untuk menayakan amalan pedang zulfikar, namun beliau mengatakan untuk langsung menanyakan hal tersebut kepada Abi, karna beliau tidak berani menurunkan amalan yang cukup riskan tanpa izin dari Abi, aku ingin menelfon Abi namun aku tidak enak, ingin langsung menemui beliaupun tidak mungkin di waktu dekat ini, karna aku di larang oleh ibu keluar rumah selama seminggu. Mungkin aku harus sedikit bersabar untuk dapat menemui Abi. Lalu aku membuka laptopku hanya untuk sekedar chat dengan Hani. Tak terasa sudah memasuki waktu shalat ashar, aku langsung mengambil wudhu dan shalat namun ada yang aneh, ketika di rakaat ketiga, seperti ada seseorang yang mengikutiku shalat di sebelahku, namun aku tidak mau menengok, karna akan merusak ke kusyukanku, setelah selesai shalat benar saja. Aku melihat Rijalul Ghaibku berada di sampingku, beliau sedang menundukan kepala seperti sedang berdoa, aku sontak kaget, tapi aku mencoba tenang. Walaupun beliau adalah Jin tapi tetap saja aku tidak mau mengganggu siapapun bahkan apapun yang sedang beribadah, maupun orang itu berbeda agama denganku.
Lalu beliau mengangkat kepala dan menengok melihatku dan beliau memberikan senyuman hangat kepadaku.
"Aneh, kenapa aku bisa melihatmu ke'? Padahal ini bukan dalam mimpi" ucapku bertanya kepadanya, yang masih duduk bersila di sampingku.
"Itu menandakan bahwa kamu semakin dekat kepada tuhanmu" jawaban beliau masih membuatku bingung.
"Hanya itu?" Sautku.
"Tentu tidak, dan kamu bersabarlah jangan kamu ulangi kesalahanmu seperti sebelumnya, walaupun aku selalu di dekatmu, namun jika ketamakan, kesombongan, keangkuhan menguasaimu, maka aku tidak dapat menolongmu" jawabnya.
"Iya kek, aku tidak akan mengulanginya." sautku.
Setelah itu, Rijalul ghaibku menghilang dari pandanganku. Dan aku memutuskan untuk melanjutkan untuk berzikir.
Tak terasa sudah 1 minggu semenjak aku keluar dari rumah sakit, dan hal yang membuatku semangat ialah karna aku sudah di bolehkan keluar rumah oleh ibuku, aku sudah tidak sabar menunggu waktu datangnya malam, karna aku sudah berjanji akan datang ke rumah Abi untuk menanyakan tentang pedang Zulfikar itu.
Setelah sholat isha akupun mandi dan pergi menuju rumah abi, disana banyak sekali seniorku (senior di pengajian) dan aku bertemu juga bertemu dengan Riyan, Riyan adalah murid cabang, dan bukan murid ranting sepertiku, karna itu aku jarang menemuinya, dan kami pun mengobrol beberapa hal sambil menunggu waktu pengajian di mulai. Dan tentunya aku di bolehkan untuk mengaji bersama murid cabang lainnya. Dan akhirnya pengajianpun dimulai, kami mengaji seperti biasa lalu melakukan tanya jawab untuk menambah ilmu pengetahuan kami, dan membahas acara yang akan di adakan di pantai anyer 2 bulan lagi, ya sebuah acara besar di pengajianku bukanlah hal jarang, dalam 1 tahun bisa 5 kali kami mengadakan acara besar, dan di hadiri puluhan ribu murid, yang kebanyakan di adakan di Pusat pengajian kami di bogor. Setelah lama berbincang, Abi pun memutuskan untuk mengakhiri jalan-nya pengajian, namun aku di pesankan oleh abi, untuk tidak boleh keluar dulu, karna beliau ingin mengatakan sesuatu.
"Mungkin tentang amalan itu" gumamku dalam hati.
Dan setelah semua murid pun keluar. Hanya tersisa aku dan Abi.
"Kamu yakin dan sanggup untuk mengamalkan-nya vin?" Tanya Abi meyakinkan.
"Saya SIAP bi !" Jawabku.
Lalu abi iwan berdiri dan pergi menuju kamarnya, dan tak lama beliau kembali seperti membawa pedang panjang kira-kira hampir mencapai 2 meter, dan aku sangat yakin bahwa itu bukanlah pedang Zulfikar, karna bentuk pedang Zulfikar ialah melengkung dan memiliki 2 cabang di ujung lengkungan-nya.
"Pusaka apa itu bi?" Tanyaku yang penasaran.
Namun beliau tidak merespon sama sekali pertanyaanku. (sampai detik inipun aku juga tidak tau pusaka jenis apa itu).
Lalu beliau duduk bersila dan duduk di depanku. Beliau mengambil kalung di mejanya. Dan sebuah mustika di dalam kotak yang juga ia bawa. Lalu beliau berkata,
"Kamu tau kegunaan 3 benda ini kevin?" Tanya Abi.
"Tidak bi" jawabku yang masih penasaran dengan pusaka yang sangat panjang itu.
"Ini adalah kunci untuk membuka gerbang menuju alam ghaib." Jelas Abi.
"Apa kita akan pergi kesana bi? Bukankah jika kita pergi kesana kita akan ada perbedaan waktu yang panjang bi? Seperti yang terjadi pada saya sebelumnya."
"Haha kamu tau kegunaan pusaka yang panjang ini kevin? Fungsinya ialah untuk membekukan waktu atau merengangkan waktu selama disana. (Jujur aku lupa bagaimana beliau mengatakan kegunaan-nya, jadi aku menggunakan istilah membekukan)
"Baiklah bi jika memang begitu."
"Tapi saya tidak ikut kevin, hanya kamu sendiri, dan rijalul ghaibmu juga sudah mengizinkan-nya."
"Ta..tapi bi saya masih sangat trauma dengan kejadian sebelumnya" sautku yang sangat ketakutan jika aku pergi kesana sendirian.
"Kevin, apakah kau lupa, dasar dari perguruan kita?"
"SIAP bi, setiap ucapan yang keluar dari mulut, tidak bisa di tarik kembali bi..!, lalu untuk apa saya kesana bi?" sautku yang tidak ingin membuat beliau kecewa padaku, dan aku tidak ingin melewatkan kesempatan seperti ini, walaupun aku masih sangat trauma dengan peristiwa yang menimpaku sebelumnya.
"Sebelum kamu dapat mengamalkan-nya, kamu harus meminta izin kepada Guru Besar, karna amalan ini berbeda dari amalan yang sudah kamu amalkan sebelumnya. Beliau sedang bermain disana, aku sudah mengatakan bahwa kamu akan menemuinya, dan beliau menyetujui-nya."
"Apa bi? Abah? Dan beliau sedang berada di alam ghaib?" Sautku kaget mendengarnya, aku belum pernah berbincang sebelumnya dengan beliau, bahkan dapat mencium tangan beliau aku sudah sangat bersyukur ketika berada di acara besar, dan di tambah lagi beliau sedang bermain di alam ghaib.
"Beliau sering kesana untuk menenangkan fikiran sekaligus untuk bertapa dan menambah ilmu, karna disanalah tempat yang sangat cocok untuk bertapa. Baiklah kevin kita sudahi obrolan kita ini dan sekarang aku akan mengirimmu kesana." Tuturnya sambil mematikan lampu di ruang tamu dan mengatakan kepada istrinya untuk jangan keluar dari kamar.
"Siap bi" sautku yang masih sangat tegang.
Lalu beliau kembali duduk bersila dan menyuruhku untuk memejamkan mata dengan posisi terlentang, setelah itu terdengar suara.
"BUKK !" Ya jelas kali suaranya, aku sontak kaget, dan.. aku sudah berada di sebuah pintu besar, "aku tau dimana ini" gumamku dalam hati.
Aku berada di tempat pusat perguruanku, lalu aku berdiri dari posisi tidurku. Aku yakin aku sudah berada di alam ghaib, suasana begitu gelap disana, hanya lampu-lampu yang berada di dalam pintu itu.
Aku tak ingin membuang waktuku, lalu aku membuka gerbang tersebut, lalu sontak aku kaget. Tiba-tiba muncul 2 orang menggunakan sorban putih mengampiriku, padahal aku sangat yakin sebelumnya tidak ada orang disana.
"....Siapa kamu? Kenapa kamu tidak memberi salam ketika masuk, jawab dengan benar atau aku akan menyesatkan sukmamu."
Aku terdiam, aku lupa untuk memberi salam ketika masuk ke rumah seseorang walaupun aku tau ini adalah alam ghaib, namun tidak tau mengapa aku tidak takut, perasaan tenang ini seperti menyelimuti tubuhku, berbeda dengan yang terjadi padaku sebelumnya.
"Assalamuallikum.. maaf saya kesini ingin bertemu dengan Abah ************ (saya tidak akan menyebutkan nama beliau dan tidak berani menyamarkan nama beliau, jujur badan saya merinding hebat ketika sedang menulis ini).
"Masuklah, Beliau sudah menunggu" ucap mereka sambil menunjukan tempat beliau berada.
Lalu aku menelusuri lorong, dan lalu melihat sebuah villa yang sangat besar dan megah, "Mengapa berbeda?" Gumamku dalam hati.
Tempat dimana pusat pengajianku memang sangat besar. Namun tidak sebesar ini, bahkan ini sudah tidak bisa di katakan Rumah atau Villa, ini ISTANA !.
Lalu aku kembali berjalan menuju rumah itu, dan kembali aku menemui makhluk seperti di pagar depan tadi, namun kali ini mereka seperti mengerti dan langsung menunjukan padaku dimana beliau berada, lalu aku berjalan menuju sebuah rumah yang terpisah dari villa tadi dan masih di dalam 1 pekarangan.
Aku melihat beliau duduk santai di depan Rumah itu, tidak ingin membuang-buang waktu aku langsung pergi menghampiri beliau, kakiku dan tanganku gemetaran mungkin karna aku tidak menyangka akan datang saat-saat dimana aku dapat berbincang langsung dengan beliau. Tak lama akupun sampai di depan rumah tersebut, lalu aku mengampiri beliau yang sedang asyik duduk dengan santainya.
"Assalamuallaikum bah, ini saya Kevin di tugaskan oleh Abi Iwan untuk menemui abah" salamku sambil mengulurkan tangan untuk sekedar mencium tangan beliau.
"Wangi sekali tangan-nya" gumamku dalam hati, seperti wangi bunga melati yang sangat harum dan Auranya pun begitu membuatku nyaman di sisinya.
"Wallaikumsallam, Saya izinkan" ucap beliau kepadaku, seolah beliau sudah tau apa tujuanku untuk menemuinya.
Lalu beliau mengeluarkan sebuah kertas dari dalam kantungnya.
"Makan ini" ucapan kedua dari beliau, sambil memberikan surat yang berisi penuh dengan tulisan RAJAH.
Lalu tanpa berfikir 2 kali aku memakannya, karna beliaulah yang menyuruhku. Setelah aku memakan kertas itu badanku langsung lemas, pengelihatanku kabur, seperti aku meminum obat tidur dengan dosis yang sangat tinggi.
"Dengan ini kamu sudah siap, wassalamuallaikum" inilah ucapan ketiga beliau sekaligus ucapan terakhir yang ku dengar dari beliau sebelum aku jatuh terseungkur karna lemas.
Aku kembali membuka mata, dan aku melihat Abi di depanku yang masih dalam posisi duduk silang kunci. Posisinya sama persis seperti saat beliau mengirimku ke alam ghaib.
"Sepertinya aku sudah kembali" gumamku pelan, kepalaku masih sangat pusing dan badanku juga sangat lemas, lalu beliau seperti mengambil air putih yang di tuangkan di dalam gelas, beliau seperti membacakan beberapa amalan dan meniupkankan-nya kedalam gelas yang berisi air putih tersebut.
"Minum ini vin" sambil menyodorkan gelas itu kepadaku, dan membantuku bangkit dari posisi tidur.
Lalu aku langsung meminumnya, dan aneh badanku langsung terasa begitu segar, pusing di kepalaku langsung menghilang dan pengelihatanku langsung kembali fokus.
"Air putih apa ini bi" tanyaku yang penasaran.
"Ini hanya mempercepat penyatuan Sukma dan Ragamu kevin, kamu tidak merasa pusing kan? Itu karna Penyatuan Sukmamu masih dalam proses." Jawab beliau sambil berdiri untuk menyalakan lampu.
"Tadi kamu sudah bertemu abah?" Tanya Abi.
"Iya bi sudah, dan Beliau memberikanku kertas untukku makan."
"Hmmm bagus kalau begitu."
"Maaf bi, sekarang jam berapa ya?"
"Sekarang sudah jam 9 malam."
Aku sontak kaget, benar kata abi pusaka yang berbentuk pedang panjang yang di lapisi kain hitam itu berfungsi untuk meregangkan waktu, "Ternyata aku hanya tertidur baru sekitar 5 menit !" gumamku pelan, yang masih tidak percaya, padahal aku disana mungkin sudah melebihi 30 menit, dan disini aku hanya mengabiskan waktu 5 menit.
"Kevin ingat, aku bisa melakukan ini adalah karna Allah SWT dan kamu bisa menemui beliau di Alam sana karna Allah SWT, karna Allah SWT lah yang mengizinkan itu semua, tanpa izin Beliau tidak mungkin aku bisa melakukan-nya" ucap beliau yang menasihatiku segala yang terjadi di dunia ini maupun keanehan apapun adalah izin sekaligus kehendak dari Gusti Allah SWT.
"Iya bi saya mengerti" jawabku.
"Minggu depan kamu ngaji lagi di cabang, nanti baru saya kasih tau kelanjutan-nya."
"Siap bi" tanpa mengeluh aku hanya mengiyakan perintah abi dan langsung mencium tangan beliau dan sekaligus meminta izin untuk pulang.
Dan ketika aku membuka pintu rumah beliau, ternyata para senior dan beberapa juniorku masih asik ngobrol di depan rumah Abi, lalu aku di suruh duduk oleh salah satu senior hanya untuk sekedar berbincang dengan mereka, namun mereka tidak pernah bertanya apa yang aku lakukan di dalam tadi dengan abi, mungkin mereka tidak mau mengganggu privasiku dan juga abi. Biasanya pun setelah pengajian memang kami sering berbincang-bincang dahulu sebelum pulang, tujuan-nya adalah untuk saling mengakrabkan diri dengan satu dan yang lain, agar tidak ada rasa canggung dengan para senior, ya tentu saja aku masih menghormati para seniorku walaupun kami sering sekali bercanda yang aneh-aneh.
Lalu waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, aku langsung memutuskan untuk pulang, dan berpamintan dengan para senior dan juga beberapa juniorku.
Di jalan pulang pun aku masih penasaran kertas apa yang telah ku makan, tidak ada rasa penyesalan untuk memakan kertas itu, aku hanya bertanya-tanya apa kegunaan-nya, dan hubungan-nya dengan amalan pedang zulfikar yang ingin aku amalkan, "mungkin ini salah satu syaratnya" gumamku dalam hati, mungkin minggu depan aku dapat menemukan jawabanya.
Sesampainya di rumah aku pun langsung merebahkan badanku ke kasur sambil memeriksa Handphoneku, dan ternyata ada pesan dari Hani dan beberapa temanku yang lain, lalu aku membalas Pesan mereka satu persatu, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 11 malam dan kufikir tidak ada salahnya menahan kantuk sampai jam 12 nanti, untuk dapat melaksanakan shalat tahajud. Aku menghabiskan waktu dengan bermain game di laptop dan ketika waktu sudah menunjukan pukul 12 aku langsung mengambil wudhu untuk melaksakan shalat tahajud. Setelah selesai aku pun langsung tertidur pulas.
"Tok...tokk...tokkk" terdengar suara seseorang yang sedang mengetuk-ngetuk pintu kamarku. Aku memutuskan untuk bangun dan memeriksanya, "ada apa kak? Tumben tengah malam ketok-ketok pintu" sautku, yang kufikir itu adalah kak dina yang sedang mengetuk-ngetuk pintu kamarku.
Namun ketika aku membuka pintu kamarku......
"Sudah lama ya kevin...."
Aku terdiam sesaat, aku tidak bisa mengucapkan apapun, aku hanya bisa melihatnya, Sungguh aku tidak menyangka bahwa dia kini ada di depanku...
"YUNI !!.." ucapku yang masih tidak percaya bahwa dia berada tepat di depanku, wanita yang sangat ingin ku temui kini berada di hadapanku.
Wajahnya, masih seperti dulu, aku benci melihat air mata yang terus keluar dari matanya, ingin ku segera menghapuskan air mata itu, aku sangat ingin melihat senyum yang tulus keluar dari bibir tipisnya, bukan senyum yang terbentuk karna menahan penderitaan seperti yang tergambarkan dari di wajahnya kini.
"Ke..kevin, kenapa kamu sangat ingin menolongku, bahkan kamu tidak tau siapa aku?" ucapnya terbata-bata, bibir tipisnya begetar saat ia berbicara, seperti seseorang yang sedang menahan tangis yang membuat dada begitu sesak.
"Kini.. Ya kini aku tidak butuh alasan untuk menelongmu, aku tidak peduli siapapun dirimu, aku hanya.. Hanya ingin menolongmu, beritau aku bagaimana aku bisa menolongmu," air mata, tanpa kusadari aku kembali mengeluarkan air mata, aku begitu kesal melihat wajah yang selalu mengais itu.
"Sedikit.. Lagi kevin, aku akan menunggumu" jawabnya.
"Apa susahnya kaa...." belum sempat aku kembali bertanya, dia langsung menghampiri dan memeluku lalu ia membisikan sesuatu.
"Terimakasih" ya hanya itu yang ia ucapkan.
Lalu tanpa sadar aku terbangun dari mimpiku. "HHAAAAAA..." aku menarik nafas panjang, seperti seseorang yang hampir mati tenggelam, air mata masih mengalir dari mataku. Satu kata terakhir itu mampu membuat dadaku begitu sesak. Aku sangat membenci hal yang tidak pasti, mengapa semua orang selalu memberiku jawaban tanggung? Aku butuh kepastian.
"Memangnya siapa aku? Aku hanya anak biasa, apa yang spesial dariku?" Gumamku, sambil kedua tanganku yang tidak berhenti memukul-mukul kasur.
"Yuni.. Aku bersumpah, apapun yang terjadi aku akan menyelamatkanmu." Gumamku geram, inilah pertama dalam hidupku aku berani mengucapkan sumpah.
Lalu aku kembali menenangkan fikiranku, aku mencoba mengambil nafas dalam-dalam dan ku hembuskan, terus kulakukan sampai aku bisa kembali tenang, dan akupun kembali tertidur.
Alarm di Handphone membangunkanku dari malam yang panjang, waktu sudah menunjukan jam 5 pagi, aku langsung berusaha bangkit dari tidurku, badanku masih terasa lemas, mungkin karna kejadian semalam. Aku buru-buru mengambil wudhu dan melaksanakan shalat Subuh. Hari ini adalah hari sabtu, dan sekolahku pun libur, hari ini teman-teman sekelasku akan bermain di rumahku.
Waktu sudah menunjukan pukul 1 siang, dan tak lama teman-teman sekelasku datang untuk sekedar bermain.
Kami menghabiskan waktu untuk bermain PS di kamarku dan bercanda-canda layaknya Murid SMA pada umumnya. Sampai tak terasa sudah jam 5 sore, dan teman-temanku pun meminta izin untuk pulang, walaupun aku masih ingin bermain dengan mereka, aku tetap mempersilahkan mereka untuk pulang.
Tidak lama setelah mereka pulang. handphoneku mendapat telefon masuk dan itu dari Hani.
"Hai vin, malem ini sibuk ga'?"
"Engga, emang kenapa?" Tanyaku.
"BT nih, masa malem minggu ga' ada yang ngapelin aku." Keluh Hani.
"Ohhh, yaudah.. Aku mau mandi dulu, aku tutup yaa.."
"EHHHHH !!!! Jangan di tutup, orang lagi bercanda"
"Haha lagian ada-ada aja."
"Dia mah, yaudah deh.. Ehhh.. ga' deh ga' jadi, masa cewe yang ngajak cowo jalan, Ga Etis !.."
"Ohh ydh, bye..."
"EHHHHH !! Dia mah ya, yaudah aku ngalah, aku mau ngajak kamu makan nanti malem di tempat biasa.."
"Nahh gitu kan enak."
"au amat. Yaudah jam setengah 7 ya sampe sana."
Itulah Hani, anak manja yang selalu gak mau kalah, tapi sifat manjanya tidak mempan kepadaku, ya walaupun kadang aku harus mengalah dan tetap melayani sifat manjanya.
Dan kamipun berjanji bertemu di tempat biasa bertemu, sebuah restourant ayam penyet kesukaanku yang terletak di Kemang, Jakarta.
Setelah selesai shalat isya aku pun langsung meminta izin kepada ibuku untuk pergi makan bersama Hani. Dengan manaiki taksi aku pun meluncur kesana. Sesampainya aku disana, seperti biasa.. Sang ratu ngaret 10 menit, itulah julukan yang aku berikan, aku adalah tipe orang yang tidak suka menunggu dan lebih tidak suka di tunggu. Maka tak lama Hani pun keluar dari mobilnya, dengan di antarkan supir.
Seperti biasa dia memakai celana jeans ketat berwarna putih di sertai sepatu sket orange, ia memakai kaus berlengan panjang berwarna orange, dengan rambut yang dia ikat kebelakang, semakin aku tidak bisa memalingkan pandanganku. Seketika rasa kesal karna selalu di buat menunggu olehnya menghilang begitu saja.
"Kenapa liat-liat? Nanti suka loh" ucapnya dengan nada sedikit nyeleneh.
"Cieee yang di apelin pak jaka" ledekku, pak jaka itu iyalah nama supir Hani.
"Ihh apaan sih, yuk masuk, aku udah laper nih."
Lalu kamipun masuk kedalam, dan mencari tempat duduk, setelah menemukan tempat duduk kamipun langsung memesan makanan.
Seperti biasa kamipun berbincang-bincang dengan topik keseharian kami, sampai Hani mengatakan..
"Vin aku mau tanya serius deh?" ucapnya sambil membungkukan badan dan mentapku dengan serius.
"Mau nanya apa? Tumben serius."
"Kamu nganggep aku tuh apa si?"
"Maksudnya? Aku udah nganggep kamu ya udah kaya sahabat aku han."
"Hmm sahabat" jawabnya sambil meluruskan punggung dan membuang tatapan seriusnya.
"Kamu tau ga sih selama ini aku.."
BERSAMBUNG
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya