Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gelap Tak Selamanya Kelam (Part 1)

Hari-hari bahagia kurasakan setelah kelahiran putri pertamaku. Apalagi Viona tampak bahagia walau kurang tidur di malam hari. Mungkin benar kata orang banyak anak banyak rejeki, kelahiran putri pertamaku membawa berkah tersendiri. Usaha cafe dan percetakan mulai meningkat. Sepertinya urusan mencari nafkah dimudahkan.

Tapi seperti kata pepatah semakin tinggi pohon semakin besar angin bertiup. Ketika usaha yang kurintis sudah mulai mapan ada saja cobaan yang menerpa. Bermula aku membuka cafe baru. Ruko warisan papah Hadi yang dulu dikontrakan kujadikan cafe karena pengontrak yang dulu tidak memperpanjang kontrak. Sebenarnya di dekat cafe sudah ada 3 cafe. Aku buka dengan konsep dan menu berbeda. Dan setelah 5 bulan berjalan usaha cafe itu meningkat. 
Dan ada cafe yang terdahulu buka mulai sepi. Mungkin karena para pengunjung ingin merasakan suasana baru.

Aku pulang dari cafe ketika sampai rumah langsung menggendong putriku. Putriku yang kini telah berusia 6 bulan sudah mulai bisa diajak bercanda. Aku mendengar jeritan Viona dari kamar mandi. Sambil menggendong Anisa aku menuju kekamar mandi.

"Ada apa yang, sampai teriak?": tanyaku.
"Tatadi.. Tadi.. Ada kepala di bak mandi": kata Viona
Aku menengok ke bak tapi tidak ada apa-apa.
"Sudah gak ada": kataku.
"Aku takut": kata Viona.
"Ya udah aku tungguin diluar dekat pintu.": kataku.
Aku tajamkan rasa coba memeriksa keadaan sekitar. Tapi tak ada hal yang aneh. Setelah Viona beres mandi. Aku memberikan anisa agar digendong Viona. Aku masuk kamar mandi untuk mandi. Sekejap rasa tak enak menerpaku. Aku waspada dan ternyata disudut kamar mandi ada sosok yang sedang berjongkok segera ku baca doa bersiap dengan segala yang terjadi. Tapi tiba-tiba sosok itu menghilang.

Setelah mandi aku keruang keluarga menonton tv. Aku meminta bibi membuatkan kopi untukku. Bibi segera kedapur tiba-tiba bibi menjerit, aku segera kedapur. Kulihat bibi terpaku diam aku menanyakan ada apa. Kata bibi tadi ada kepala nongol dijendela. Aku temanin bibi membuat kopi. Aku dan bibi kembali keruang keluarga dan ibu baru pulang dari pengajian. Viona dan Bibi menceritakan apa yang tadi mereka lihat pada ibu. Ibuku menyarankan kami berdoa memohon perlindungan pada Tuhan.

Singkat cerita pukul 8 malam mendadak lingkungan komplek serasa sepi ibu sudah masuk kamarnya. Begitu pula bibi. Aku mengecek pintu halaman dan pintu depan apa sudah terkunci atau belum. Setelah selesai mengecek aku masuk kamar kulihat Viona sudah tertidur disamping Anisa putriku.

Aku pun merebahkan diri kemudian aku tertidur. Aku terbangun mendengar Anisa menangis. Aku pun terbangun. Dan terdengar pintu kamarku diketuk. Viona membuka pintu ternyata Ibu yang mengetuk pintu.

"Ada apa nak dari tadi Ibu dengar Anisa menangis": kata Ibu.
"Iya ga tau bu kenapa Anisa nangis padahal ga ngompol atau pengin susu": kata Viona.
"Sini ibu liat": kata Ibu.
Ibu mendekati Anisa kemudian membaca doa meniup kedua telapak tangannya dan mengusap wajah Anisa. Tak lama Anisa tertidur lagi.
"Makasih ibu": kata Viona.
"Aka nanti kalau pulang dari pergi mandi dulu jangan gendong Anisa, tadi ada yang ngikut ganggu Anisa.": kata Ibu.
"Ya ibu tadi aku lupa langsung gendong Anisa": kataku
"Ya udah ibu balik lagi kekamar ibu": kata ibuku.
Ibu kembali ke kamarnya, viona pun tidur disamping Anisa. Hpku bergetar. Ada bbm dari Irwan karyawan cafe. Dia bilang ada kejadian aneh di cafe. Duh apa yang terjadi dicafe.

Pukul 10 pagi aku sudah di cafe. Erni sudah datang terlebih dahulu beberapa karyawan menyapaku aku menjawabnya. Aku naik kelantai dua disana ada Erni, Irwan, dan Devi.

"Asalamualaikum, wah udah pada kumpul": kataku.
"walaikum sallam": jawab mereka.
"Ka, ada yang aneh hari ini": kata Erni.
"Aneh bagaimana": kataku.
"Stok bahan makanan yang dikirim tadi pagi dan yang disimpen di frezer sebagian besar busuk, tadi ada yang dimasak rasa nya jadi tak enak": kata Erni.
"Iya pak tadi pagi saya dan bu Ernu belanja masih seger-seger sampe sini jadi busuk dan ada yang layu, terus saya masak yang masih seger kok rasanya jadi ga enak": kata Devi.
"Tapi anehnya bahan yang dikirim ke cafe lama seger ga ada perubahan.": kata Erni.
"Saya tidak tau ada hubungannya pak, tapi tadi malam ada penampakan di cafe ini": kata Irwan.
"Kalau belanja lagi sempet gak, biar cafe bukanya agak sore?": tanyaku pada Erni.
"Sempat, bisa buka jam 3 an": kata Erni.
"Ya udah belanja lagi aja": kataku.
"Ok bos": kata Erni
"Erni hati-hati dijalan baca bismillah dulu sebelum keluar": kataku.
"Iya, aka kata Intan tadi pagi Intan telpon ga aktif hpnya": kata Erni
"Untung kamu bilang Erni, aku lupa hpku belum dinyalain pas tengah malem di matiin takut ganggu, anakku lagi rewel tadi malem"; kataku sambil menyalakan hpku.
"Ya udah aku berangkat dulu": kata Erni. Erni dan Devi pergi.
"Irwan tolong panggil yang lainnya kesini": kataku.
"Ya pak": kata Irwan kemudian turun memanggil karyawan lain.

Aku menelpon Pa Dayat.
"Asalamualaikum, pa Dayat": kataku
"Walaikumsalam, nak Aka ada apa tumben pagi-pagi telpon Bapak": kata Pak Dayat.
"Maaf pak aku ganggu, apa bapak ada waktu aku mau minta tolong": kataku.
"Bapak lagi santai kok nak maklum pensiunan gak jadi santai": kata Pak Dayat.
"Bapak bisa mampir ke cafe saya": kataku.
"Bisa nak yang cafe baru itu ya, sejam lagi kesana": kata Pak Dayat.
"Ok terimakasih": kataku .

Irwan, Anto, Agus, Cecep, Yuni dan Citra menghampiriku.

"Gini kalian tunda kerjaan yang kalian kerjakan sekarang, coba kalian bersih-bersih cafe ini dari luar sampai dalam jangan terlewat. Kalau menemukan sesuatu mau benda atau apapun bawa kesini": kataku.
"Ya pak": jawab mereka kompak.

Mereka turun lalu mengerjakan apa yang kusuruh. Hampir sejam mereka bersih-bersih. Lalu Irwan menemuiku.

"Ya ada apa Irwan": kataku.
"Ini pak, aku nemuin bungkusan ini disalah satu sudut cafe": kata Irwan sambil menyerahkan bungkusan itu.
"ok makasih, kasih tau yang lain sekarang ngerjain kerjaan seperti biasanya.": kataku.
"Baik pak": kata Irwan sambil meninggalkan ku.

Bungkusan itu, ternyata seperti ini cara mereka mengganggu usahaku. Madat mahal dan campuran tanah kuburan dibungkus kain kafan ternyata itu cara mereka. Kupegang bungkusan itu kubaca doa mohon diberi kejelasan. Pandanganku seperti melihat beberapa sosok makhluk yang dikirim dan terlihat orang yang memerintahkan para makhluk itu. Ternyata ada beberapa sosok yang mengganggu kerumahku ke keluargaku. Amarah kurasakan aku tak apa-apa bila usahaku diganggu tapi bila anak istriku yang di ganggu beda cerita. Aku tak pernah mengganggu mereka tapi kenapa mereka mengangguku dan keluargaku.

Pak Dayat datang menemuiku.

"Asalamualaikum nak Aka": kata pak Dayat.
"Wa alaikum salam, silahkan duduk pak": kataku.
"Ada apa nak kenapa nak Aka minta bapak mampir disini": kata Pak Dayat.
"Ada yang berniat jahat pada usaha dan keluarga saya pak": kataku sambil memperlihatkan bungkusan yang ditemukan Irwan.
"Hmmm sungguh jahat perbuatan orang itu": kata Pak Dayat.
"Saya mau minta bantuan pak Dayat mau menjaga tempat ini malam ini saja. Jaga dari gangguan kiriman mereka. Aku jaga keluarga dari gangguan mereka.": kataku.
"Bapak boleh ajak pak Karim biar ada teman": tanya Pak Dayat.
"Boleh pak, dilantai atas ada tempat buat istirahat": kataku.
"Ya udah Bapak pulang dulu, nanti magrib kesini": kata pak Dayat.
Aku dan pak Dayat turun kebawah menemui Irwan memberitahu kepada Irwan kalau pak Dayat dan Pak Karim akan jaga di Cafe malam ini. Pak Dayat kemudian pulang. Intan menelponku memberi kabar mesin pesanan telah tiba. Aku meminta Intan segera menggunakan mesin baru.

Kemudian aku mengecek sekeliling cafe apa masih ada kiriman jahat yang menempel. Hpku berdering dari ibu. Ibuku mengabarkan Viona muntah-muntah dan panas tinggi dan Anisa menangis terus.

Apalagi yang terjadi. Kucoba tajamkan rasaku ternyata ada lagi sosok yang mengganggu keluargaku. Amarahku meninggi, tiba-tiba ada bisikan di telingaku. Panggil aku, biar aku yang balas mereka. Dan aura hitam penuh kegelapan muncul disisiku memintaku untuk menyuruhnya membalaskan dendamku.

Sosok penuh aura kegelapan hadir disisi sebelahku. Aku tidak begitu memperhatikannya. Pikiranku terus tertuju pada keluargaku dirumah. Setelah beberapa lama aku menyetir mobil, aku sampe di rumah. Aku buru-buru masuk rumah, kulihat Viona terbaring lemas. Ibu menceritakan apa yang terjadi. Akupun menghampiri Anisa, kini Anisa tertidur dalam gendongan bibi. Aku raba dahi viona masih panas. Ibu memintaku ke kamar mandi mengganti air kompres untuk Viona. Baru saja aku melangkah ke kamar mandi terdengar tangisan Anisa dan jeritan Viona. Sontak amarahku timbul, aku marah pada sosok yang mengganggu keluargaku dan pengirim sosok itu.

Tak sengaja aku menyebut nama sosok hitam yang hadir dimobil. Tiba-tiba gelap, pandanganku menjadi gelap. Semua gelap dan ketika pandangan ku muncul kembali kulihat semuanya berwarna dominan merah. Kulihat sosok wanita mengerikan yang mengganggu Viona dan Anisa. Kini aku berhadap-hadapan dengannya. Amarah yang menggelegak didadaku membuat pandanganku menjadi lebih merah. Sosok wanita mengerikan itu menatapku tajam. Aku menggeram, tak ada rasa takut pada diriku yang ada kebencian. Kebencian amat sangat pada sosok yang menggangguku. Aura hitam menyelimuti diriku. Bahkan sosok wanita mengerikan mulai ketakutan padaku. Aku seperti binatang buas memburu buruannya. Kuperhatikan setiap gerak-gerik sosok itu. Aku siap menyerang kapan pun. Amarah didalam dadaku ingin segera menghabisi sosok itu dan pengirimnya.

Baru saja makhluk itu seperti hendak menyerang aku langsung menyerang terlebih dahulu. Pukulan keras ku seperti mengeluarkan efek panas pada sosok itu. Makhluk itu meraung kesakitan. Pukulan dan cakaran sosok itu seperti tidak menimbulkan efek pada diriku. Sekali lagi kupukul keras makhluk itu hingga mental dan seperti mengeluarkan darah hitam dari mulutnya.

Sosok wanita menyeramkan itu mulai susah berdiri. Dan ketika berdiri sosok itu melarikan diri. Aku pun mengejarnya pandanganku sampai disebuah gubuk tua. Dua sosok hitam tinggi besar mencoba menghalangiku. Mereka menyerangku bertubi-tubi tapi aku tak merasa apapun. Aku menangkap salah satu sosok tinggi besar itu dan kubanting hingga tak berdiri lagi. Ketika sosok yang satunya berusaha membantu kutendang hingga mental. Kudekati gubuk itu dan mendobrak pintunya. Kulihat orang yang mengirim makhluk suruhannya kupukul orang itu hingga terjatuh. Aku pun mencekik orang itu.

Tapi sentuhan lembut menyentuhku. Bisikan lembutnya membuatku lemah.

"Sadar nak, ini bukan dirimu": kata sosok wanita cantik bermahkota.
Aku melepaskan orang itu. Kulihat orang itu terbatuk-batuk.
"Kembalilah nak": wanita cantik itu berbisik padaku sambil memelukku dan membawaku terbang kedalam kegelapan... Hening.. hening kurasa..

"Sadar nak, istigfar"
"Istigfar nak, istigfar": suara itu berulang.
"Astagfirullah": aku istigfar berulangkali. Aku membuka mata kulihat ibuku disisiku. Berulang kali beliau memintaku istigfar.

"Bu apa yang terjadi?": kataku.
"Kamu tadi mengamuk nak, kamu seperti berkelahi tapi ibu takut kamu bukan seperti anak ibu. Kamu mengerikan. Ibu hanya bisa berdoa": kata Ibu.
"Viona dan Anisa bagaimana?" tanyaku.
"Viona sudah lebih baik, tadi Anisa menangis keras ketika kamu ngamuk, tapi kini sudah diam dan tertidur": kata ibu.
Astaga mungkin karena aku menyebut nama sosok hitam penuh aura kegelapan sosok itu merasukiku karena amarahku.
Aku kembali istigfar, menurunkan amarahku kesalku dan dendamku pada orang yang jahat kepadaku dan keluargaku.

"Nak Ibu tau kamu kesal dan marah karena istri dan anakmu diganggu. Tapi jangan karena itu kamu luapkan amarahmu apalagi sampai mencelakakan orang lain. Bila kamu mencelakakan orang lain walau orang itu berbuat jahat padamu, membuat kamu sama dengan orang itu yang berbuat jahat karena iri sedangkan kamu berbuat jahat karena marah": kata Ibu.
"Maafkan aku ibu": kataku.
"Minta maaflah pada Allah, bila ada orang yang berbuat jahat padamu serahkanlah semua pada Allah, karena sesungguhnya hanya Allah pemberi pembalasan sebaik-baiknya.": kata Ibu.

Aku khilaf membiarkan amarahku dan dendamku membuatku mudah dikendalikan sosok penuh kegelapan.

Aku masih terdiam memikirkan kejadian siang tadi. Viona sambil menggendong Anisa duduk disampingku. Aku memandangi kedua belahan jiwaku.

"yang, masih mikirin usaha cafe?": tanya Viona.
"Iya kenapa gara-gara usaha ada orang yang berusaha mencelakai kita": kataku.
"Ya pikiran orang kan berbeda, kalau usaha cafe baru itu membuat keluarga kita terganggu lebih baik ditutup aja": kata Viona.
"Iya, tapi kan kasian karyawan ": jawabku.
"Sebenernya bisa diover aja ke cafe lama, lagi pula semenjak buka cafe baru ayang pergi pagi pulangnya malem waktu buat keluarga sebentar. Lagian penghasilan yang dulu cukup buat kita. ": kata Viona.
'Maaf, aku coba luangkan waktu lebih banyak untuk kamu dan Anisa.": kataku.
"Makasih, aku lebih suka hidup sederhana tapi bahagia punya waktu dengan keluarga lebih banyak.": kata Viona

Aku tersenyum, Viona begitu baik tak pernah menuntut banyak hal. Begitu pengertian dan sabar, aku tak salah pilih memilih pasangan hidup. Tiba-tiba kurasakan getaran-getaran tak enak. Aku segera meningkatkan kewaspadaanku. Ku membaca doa memohon perlindungan.

"Yang, bawa Anisa kekamar ajak ibu dan bibi juga, ingat apapun yang terjadi tetap dikamar bantu berdoa ya": kataku.
"Iya, hati-hati ": kata Viona.

Aku merasakan ada beberapa sosok beraura hitam kelam berada diluar sana. Tiba-tiba hembusan angin kencang disertai hawa panas terasa diruangan ini. Terdengar suara gemuruh guntur dan terdengar seperti benda berat terjatuh disertai lantai yang kuinjak bergetar.

Tampak bayangan samar yang lama-kelamaan semakin jelas. Sosok kakek tua berambut putih panjang berbaju silat hadir diruangan ini. Aura gelap kelam disertai hawa panas mengisi ruangan ini. Padahal sosok kakek ini hadir dengan sedikit kekuatannya tapi bisa membuatku bergetar. Bila sosok kakek ini menjadi musuhku, aku belum tentu mampu menghadapinya.

"Aki": kataku.
"Incu, aki datang rek mantuan maneh (cucu, kakek datang mau membantu kamu)": kata sosok aki.
"Hatur nuhun, ki (terimakasih, kek)": kataku.
"Ulah didieu karunya kakaluarga maneh, hayu urang pindah (jangan disini kasian kekeluarga kamu, ayo kita pindah)": kata sosok aki.

Sekejap mata aku merasa berada di alam lain. Sosok-sosok pengganggu kini kelihatan jelas. Ternyata sosok-sosok yang hendak mencelakai keluargaku di kirim guru dari orang yang pernah kucekik ketika mengusir sosok wanita menyeramkan

Sosok yang disebut guru itu adalah seorang kakek tua yang sangat kurus hingga tampak tulang-tulangnya menonjol, matanya seperti menonjol keluar dan anehnya sosok orang itu juga berambut panjang, dengan kuku-kuku panjang berwarna hitam.

Belum lagi sosok nenek tua bertaring panjang dan dua sosok makhluk berbulu lebat bertaring panjang yang meneteskan air liur. Aku merasakan aura gelap menyelimuti para makhluk itu. Tiba-tiba ada sosok beraura terang dan berenergi positif hadir disisiku. Wajahnya tampak seperti bersinar. Sosok itu mengenalkan diri sebagai eyang. Pandangan mata sosok eyang yang satu ini begitu teduh. 
Eyang menyentuh bahuku, sentuhan eyang terasa hangat.

"Jangan takut nak, kita bersama melawan mereka": kata sosok Eyang.

"Jangan biarkan gelap merasuki dirimu, bila kamu biarkan gelap merasuki dirimu kamu akan sama seperti musuh yang kau hadapi saat ini": kata sosok eyang.

Entah mengapa tiba-tiba siluet perjalanan hidup orang yang mengirim sosok jahat terlintas dipikiranku bagaimana orang itu bersekutu dengan jin menghambakan diri kepada setan demi ilmu pilih tanding. Dan Tuhan memanjangkan umur orang itu, sedikit demi sedikit kenikmatan hidupnya diambil oleh Tuhan tapi makin jauh orang itu mengambil jalan kearah kesesatan.

Kemampuan orang itu mencelakakan orang dan kebal segala senjata menjadikan orang itu lupa akan Allah. Siluet ketika orang itu bertapa 40 hari dengan tubuh dikubur dalam tanah demi meningkatkan ilmunya terlintas dalam pikiranku. Bahkan orang itu mengorbankan anak dan istrinya demi kemampuan teluhnya.

Bahkan kini tampak sosok jin yang menyerupai makhuk besar mengerikan dengan taring panjang dan lidah menjulur keluar. Aku tak tau bentuk asli jin ini tapi kali ini jin itu ingin berwujud dalam sosok yang membuatku takut. Kurasa jin ini yang memberikan kekuatan pada orang itu. Jin ini pula yang sering disuruh mengirim teluh. Jin ini memiliki ilmu yang tinggi mampu memindahkan barang seperti silet kedalam tubuh manusia.

Aku tak berpikir akan mampu menghadapi jin itu. Dalam keraguanku, eyang menguatkanku.

"Nak tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Mohon perlindungan dan pertolongan pada Allah. Manusia lebih mulia dari jin, nah sekarang berdoa dan baca ayat-ayat Quran": kata sosok Eyang

Aku mulai membaca doa dan membaca surat dan ayat perlindungan kupasrahkan semua pada Allah SWT. 2 makhluk hitam berbulu lebat maju mulai menyerang. Tapi sosok aki menghalangi mereka. Terjadi pertarungan sengit sosok aki pun tak kalah hebat. Pukulan-pukulan makhluk mengerikan bisa ditangkis oleh aki. Bahkan sosok aki yang kecil mampu membanting sosok makhluk besar itu. Pertarungan sengit itu berlangsung seimbang. Didunia manusia mungkin hanya suara angin saling berbalas, sedangkan di alam ini adalah pertarungan dua makhluk raksasa menyerang sosok aki.

Sosok eyang menyuruhku konsentrasi berdoa dan membaca ayat perlindungan. Sosok jin terkuat suruhan orang itu mulai menyerang. Sosok jin itu berpindah-pindah tempat dalam hitungan detik. Sekejap mata ada jauh dan sedetik kemudian ada didepanku dan langsung memukulku yang buatku terjatuh aku tetap membaca doa. Jin itu tertawa yang suaranya Cumiakan telinga.

"manusia bodoh, aku lebih hapal apa yang kau baca": kata sosok jin itu.

Sungguh mengagetkan tiba-tiba wajah jin yang taringnya sejengkal panjangnya dengan lidah menjulur panjang tiba-tiba ada tepat didepanku. Sosok itu memukulku untung kali ini reflekku baik bisa mengelak. Dan tiba-tiba saja sosok itu bisa jauh dariku. Bagaimana aku bisa menghadapi makhluk yang bisa berpindah tempat dalam sekejap.

Sambil berdoa aku mencoba mengumpulkan tenaga dalam. Aku coba memagari diri sambil terus berdoa. Keadaanku kini hanya bisa bertahan, baru niatku menyerang sosok itu sudah jauh sekali dariku. Tapi bila menyerang tiba-tiba saja makhluk itu dekat sekali. Kali ini tiba-tiba makhluk itu sudah disisiku. Makhluk itu mencoba menerkamku aku hanya bisa pasang kuda-kuda bertahan. Brukkkk.... Benturan makhluk itu dengan pagar ghaib yang kubuat tapi tetap saja aku terhuyung kebelakang

Sosok makhluk itu terus menyerangku aku hanya bisa bertahan. Berulang kali makhluk itu memukul berkali-kali aku hanya menangkis dan bertahan, berkali-kali pula aku terhuyung dan kadang terjatuh. Kini makhluk itu tidak berpindah-pindah tempat, mungkin karena makhluk itu merasa dirinya sudah mampu mengalahkanku. Aku terus berdoa sambil mengumpulkan tenaga di tanganku. Satu waktu makhluk itu memukulku aku menangkis tapi karena kuatnya pukulan makhluk itu membuatku sampai berlutut. Makhluk itu tertawa keras, itu kesempatanku buat menyerang. Ketika makhluk itu mendekat aku memukul sekuat tenaga sambil mengucapkan doa. Bruuuukkkk... Pukulanku mengenai makhluk itu.

Tapi makhluk itu hanya mundur beberapa langkah kena pukulanku. Kini aku hanya bisa menangkis lagi. Ketika makhluk itu memukulku mengeluarkan tanaga dalam untuk melindungiku sambil menahan nafas. Berhasil walau tetap aku agak bergeser tapi pukulan makhluk itu tak begitu berpengaruh. Berulang kali makhluk itu menyerang kembali aku menahan nafas membuat perisai tenaga menahan serangan. Kini seperti ada angin segar buat ku. Ketika makhluk itu menyerang aku menahan dan aku balik memukul sambil menahan nafas.

Dan pukulanku kini membuahkan hasil, makhluk itu kini terpental kebelakang terkena pukulanku. Kini aku harus pintar mengatur pernafasan. Dalam hati aku tetap berdoa terus. Makhluk itu kini menyerangku bertubi-tubi. Aku berusaha menahan nafas selama mungkin. Ketika aku hampir kehabisan nafas aku menyerang sehingga makhluk itu mundur dan kadang pukulanku kena yang membuat makhluk itu terpental kebelakang. Dan itu membuatku memiliki waktu mengambil nafas.

Kini makhluk itu tidak tergesa-gesa menyerangku. Makhluk itu berpindah-pindah tempat mengitari aku. Sepertinya makhluk itu mencari kelemahanku.
Tiba-tiba makhluk itu menyerang dari belakang. Desiran angin dari belakang membuatku yakin makhluk itu menyerang dari belakang, aku segera menahan nafas membuat pagar ghaib sambil bersiap menyerang balik. Tapi makhluk itu tau serangannya tak berarti langsung berpindah tempat jauh dariku. Makhluk itu menggunakan kemampuannya berpindah tempat dalam hitungan detik. Dan itu membuatku tak bisa menyerang.

Makhluk itu kembali menyerang dari samping tapi sebelum aku sempat menahan nafas makhluk itu menjauh tak jadi menyerang. Celaka makhluk itu mencari celah, makhluk itu mulai menyadari aku butuh waktu mengambil dan membuang udara sebelum menahan nafas. Hal itu membuatku berfikir bagaimana aku bisa mengambil nafas dan menghembuskan nafas dalam waktu sesingkat-singkatnya. Tiba-tiba makhluk itu sudah ada didepan dan menyerang, aku menahan nafas tapi makhluk itu segera mundur menjauh. Belum sempat aku membuang nafas makhluk itu menyerang lagi aku pun balik menyerang sehingga makhluk itu mundur menjadikanku memiliki waktu untuk bernafas. Belum sempat bernafas lega makhluk itu menyerang dan langsung mundur berulang kali sehingga aku kesulitan mengatur nafas sehingga ku tersengal-sengal. Tiba-tiba makhluk itu menyerang lagi aku segera mengambil nafas dan menahan nafas. Aku pura-pura tak sempat menahan nafas dan terhuyung-huyung. Dan berhasil makhluk itu tak mundur terus menyerangku. Kesempatan bagiku aku membalas dua pukulan kemakhluk itu. Pukulan pertama bisa ditangkis dan pukulan kedua mengenai dada makhluk itu sehingga makhluk itu terjatuh. Baru aku akan menyerang makhluk itu tiba-tiba bisa berada jauh dariku.

Makhluk itu mengeluarkan tongkat yang memancarkan aura tidak enak. Aku mulai merasa tidak enak. Dan makhluk itu menyerang aku segera menahan nafas. Tapi pukulan tongkat itu membuat pagar ghaib yang kubuat tak berarti aku mental jauh terkena pukulan. Belum sempat bangkit makhluk itu tiba-tiba sudah didepanku, dan memukulku kuat dengan tongkat itu. Aku merasakan sakit dikepalaku dan sempat gelap kurasakan.

Aku membuka mataku dan aku sangat pusing. Kulihat kini aku ada dirumahku sendiri. Aku terlempar dari alam lain. Aku kembali membaca doa. Tiba-tiba makhluk itu sudah ada didepanku menyeringai mengerikan dengan gigi-gigi runcingnya. Dan makhluk itu memasukkan tangannya kedalam tubuhku. Dan kurasakan nyeri amat sangat dalam tubuhku....

Aku merasakan sakit yang tak tertahankan. Pandanganku mulai berkunang-kunang kesadaranku mulai berkurang menahan sakit yang kurasa. Mungkin ini akhirku, aku mungkin bukan orang ahli ibadah, tapi aku ingin akhir hidupku dalam kebaikan. Aku sudah sulit mengucapkan kata. Dalam hatiku berdzikir menyebut nama Allah. Aku berdzikir dan berdoa agar Allah menyelamatkan keluargaku. Aku sudah dalam titik pasrah aku menerima takdir hidupku berakhir disini. Aku terus berdzikir menyebut nama Allah. Gelap mulai menyelimuti sekitarku lemah batinku menyebut nama Allah. Rasa sakit disekujur tubuhku tak tertahankan.

Batinku terus berusaha mengucap nama Allah. Tawa makhluk itu terdengar keras tapi aku tak peduli rasa amarah, benci, dendam kuhilangkan aku ingin berakhir dalam damai walau orang mendholimi aku. Aku mulai bisa menggerakan kembali lidahku. Kucoba membaca surat Annas, al falaq dan ayat kursi. Perlahan kubaca, makhluk itu tertawa dan mengikuti apa yang kubaca. Tapi aneh kenapa tiba-tiba suara makhluk itu seperti terbata-bata. Seiring itu pula sakitku mulai berkurang. Tiba-tiba perutku sangat mual. Aku mencoba menahan tapi akhirnya aku muntah. Dan muntahanku adalah darah bercampur silet, jarum dan rambut. Aku teruskan membaca ayat kursi dan makhluk itu kini bergulingan dilantai sambil berteriak kesakitan. Aku terus membaca hingga ketika aku tamat membaca ayat kursi, makhluk itu hilang dan tercium bau benda terbakar.

Aku jatuh terduduk lemas. Aku tak bisa bangkit. Aku tak tau apa ini sudah berakhir atau belum. Tapi tak ada tanda-tanda kehadiran makhluk yang berniat jahat. Suara pintu kamar terbuka. Kulihat ibu dan Viona menghampiriku. Viona berlari menghampiriku dan memelukku sambil menangis.

"Aka kamu gapapa kenapa baju kamu ada darahnya": kata Viona sambil memeriksa aku.
"Aku ga apa-apa cuma lemas aja": jawabku.
"Bener ga apa-apa, terus darah siapa dilantai": kata ibu.
"Darahku bu, tadi aku muntah ada darahnya": kataku.
"Periksa kedokter yah yang takut kenapa-kenapa": kata Viona.
"Ga apa-apa yang cuma butuh istirahat, kamu, ibu, anisa dan bibi ga apa-apa?": kataku.
"Kami ga apa-apa, ayo kita kedokter": kata Viona.
"Percaya ya sayang aku ga apa-apa": kataku.
"Tapi kalo kamu ngerasa sakit sedikit kita kedokter": kata Viona.

Adzan subuh berkumandang, ibu membersihkan bekas muntahanku. Ibu terkaget-kaget melihat ada jarum, silet, rambut dan pecahan beling di muntahanku. Tapi aku meyakinkan ibu kini aku sudah tidak apa-apa. Aku kemudian ganti baju dan sholat subuh. Beres sholat subuh aku duduk dihalaman menikmati waktu pagi. Viona membawakan secangkir kopi dan beberapa potong roti.

"Yang bener ga apa-apa": kata Viona.
"Aku baik-baik saja, aku bersyukur masih bisa menikmati pagi ini dengan orang yang paling kusayangi": kataku.
"Yang, aku minta hindari hal-hal seperti ini lagi aku khawatir banget": kata Viona.
"Semuanya sudah takdir ga bisa kita hindari. Kita mesti ambil hikmahnya": kataku.
"Yang tapi aku takut kehilangan kamu": kata Viona.
"Sama, aku juga.": kataku.
"Kita berdoa saja kita akan bersama hingga tua": kata Viona
"Iya": kataku.

Sekitar pukul 7 pagi pak Dayat kerumahku.

"Asalamualaikum": kata pak Dayat.
"Wa alaikum salam, silahkan duduk pak": kataku.
"Sedang santai nih": kata Pak Dayat.
"Iya lagi nikmati pagi": kataku.
"Malam di cafe cuma gangguan tak berarti, bapak malah khawatir sama nak Aka. Bapak hanya bisa doakan nak Aka saja": kata Pak Dayat.
"Doa bapak sangat berarti bagiku, sebentar pak saya kedalam dulu": kataku.
"Silahkan": kata pak Dayat.
Aku kedalam mengambil uang dan memasukkannya dalam amplop. Aku keluar lagi sambil memberikan amplop pada pak Dayat.
"Aduh jangan nak Aka, Bapak ikhlas nolong nak Aka": kata pak Dayat.
"Mohon diterima pak, saya anggap bapak sudah seperti bapak aku sendiri. Mohon diterima sebagai tanda bakti anak pada orang tuanya": kataku.
"Baiklah kalo begitu nak Aka tapi Bapak ingin nak Aka jangan sungkan kalo butuh bantuan Bapak": kata Pak Dayat.
"Iya pak makasih selama ini bapak sudah mau bantu saya": kataku.
"Nak bapak pulang dulu terimakasih ya pak": kata pak Dayat.
"Sama-sama": kataku.

Seminggu setelah kejadian itu, salah satu cafe yang buka didekat cafeku tutup. Dari kabar yang kuterima dari salah satu karyawan cafe itu pemilik cafe tersebut sakit keras dan mendadak dan sakitnya aneh. Aku tak berburuk sangka, yang jelas semua yang terjadi adalah takdir dan perbuatan baik akan mendapatkan balasan kebaikan dan perbuatan jahat akan mendapatkan balasan yang setimpal.

Pencerahan.

Hari itu aku bertemu ustad Sholeh. Ustad Sholeh sedang ada pengajian di kotaku. Aku bercerita pada beliau tentang kejadian yang kualami.

"Ustad aku masih bingung kenapa ketika aku membaca doa dan Quran makhluk itu malah mengikuti nah yang pas aku sudah pasrah dan membaca kembali malah makhluk itu terbakar": kataku.
"Kamu ingat kisah ketika Rosul bertemu dengan iblis, iblis itu dengan mudah menggoda orang yang sedang sholat tetapi sulit menggoda orang yang tidur": kata ustad Sholeh.
"Ingat Ustad": kataku.
"Nah orang yang sholat tak memiliki ilmu sedangkan yang tidur memiliki ilmu. Memang jin seperti manusia. Banyak manusia hapal Quran tapi tak mengimaninya. Kamu membaca surat An nas kamu hapal dan mengerti artinya, sama jin itu hapal dan mengerti artinya tapi ketika kamu beriman atas ayat-ayat Allah, jin itu tidak, makanya efeknya berbeda. Ingatkan kunci hidup adalah DUIT?.. Doa Usaha Ibadah Tawakal. Kamu sudah berdoa, usaha, dan ibadah ketika menghadapi cobaan diganggu makhluk itu nah yang terakhir kamu pasrah menyerahkan keputusan pada Allah dan menerima apa yang ditakdirkan Allah. Itulah tawakal, kadang kita manusia merasa sombong padahal kita makhluk yang lemah. Dengan tawakal kita mengakui kelemahan kita dihadapan Allah. Dengan kita tawakal kita ikhlas menerima keputusan Allah. Bila kita ikhlas Allah akan meridhoi kita dan memberikan pertolongan. Sejak kita pertama kali bertemu saya memberitahu agar kamu jangan meminta bantuan jin. Mintalah pertolongan pada yang paling Sempurna penguasa Alam Semesta Allah SWT": kata ustad Sholeh.
"Terimakasih ustad nasihat ustad sangat berarti bagiku.": kataku
"Ingat apa yang kita perbuat sebenarnya akan berbalik pada diri kita sendiri. Yang membikin perjanjian dengan jin akan ditagih janjinya oleh jin itu. Dan biasanya jin meminta kita melakukan perbuatan sesat": kata Ustad Sholeh.

Sedikit mulai sedikit terjawab pertanyaan yang mengganjal dalam hatiku.

[Bersambung]

*****
Selanjutnya 


Note : 
Untuk kisah selanjutnya, saya update SECEPATNYA. Terimakasih semoga berkenan.
Penulis : Sam Ali
close