Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PENDAKIAN GAIB GUNUNG MERAPI

Apakah kalian pernah mendengar tradisi Ruwatan..?

Betul...
Itu adalah sebuah tradisi jawa yang hingga kini masih dipercaya perlu untuk dilakukan jika kita memiliki seorang anak yang masuk dalam kategori tertentu.

Misalnya anak tunggal (ontang anting) atau 5 bersaudara laki-laki semua (pandawa 5), Dan sebagainya.

Sebuah tradisi yang jika tidak dilakukan diyakini akan menimbulkan hal-hal yang tidak baik yang konon katanya berhubungan erat dengan makhluk halus.

Oleh karena itu, upacara ruwatan ini bisa dikatakan berbeda, karena dalam upacara ruwatan, biasanya akan melibatkan pagelaran wayang kulit dengan disertai berbagai syarat-syarat lainnya.


JEJAKMISTERI - Dalam cerita kali ini, JejakMisteri akan membagikan sebuah pengalaman salah satu narasumber kami saat melakukan pendakian di Gunung Merapi jawa tengah. Sebuah kisah pilu yang merenggut nyawa seseorang yang saat itu diyakini meninggalnya disebabkan oleh makhluk halus karena dia belum melakukan tradisi ruwatan.

Langsung ke cerita..

PENDAKIAN GHAIB GUNUNG MERAPI

Perkenalkan aku Bagus dan temanku Ilham, (Semua nama dalam cerita ini disamarkan mohon maaf jika ada kesamaan).

Kami adalah kawan lama yang kebetulan memiliki satu hoby, yaitu mendaki gunung.
Aku sangat sering mendaki bersama Ilham sejak tahun 90an, hingga waktu itu aku lupa tahun berapa, yang jelas saat itu tepat 7 hari setelah aku dan Ilham turun dari Gunung Merapi jawa tengah, aku kehilangan Ilham untuk selama lamanya.

Saat itu, aku dan pihak Keluarga Ilham sangat yakin bahwa kematian Ilham ada hubungannya dengan makhluk halus, karena usut punya usut, Ilham adalah salah satu dari 5 saudara laki-laki yang harusnya wajib diruwat. Hal itu dikuatkan dengan penuturan ceritaku tentang apa saja yang sebenarnya terjadi selama aku dan Ilham berada di Gunung Merapi saat itu.

Pengalaman itu tentu saja tidak akan pernah kulupakan selama hidupku, karena selain merenggut nyawa temanku, pendakian saat itu juga sangat dipenuhi dengan kejadian yang tidak masuk akal.

Hari itu, aku dan Ilham berencana melakukan pendakian ke Gunung Merapi Jawa tengah, karena kami berasal dari jawa timur, kami memulai perjalanan kami, dengan menggunakan angkutan umum.

Setelah melakukan berbagai persiapan, akhirnya Pagi itu kami berdua berangkat menuju salah satu terminal yang berada tidak jauh dari rumah kami.

Sesampainya di terminal dan menunggu beberapa lama, akhirnya Bus yang kami tunggu-tunggupun tiba, dengan penuh semangat saat itu kami langsung melangkahkan kaki kedalam bus.

Karena memang pendakian ini sudah kami rencanakan dari jauh-jauh hari, jadi tidak heran jika saat itu perasaan kami benar-benar sangat bahagia.

Selama perjalanan, waktu kuhabiskan dengan beristirahat, karena aku tau bahwa perjalanan ini akan sangat panjang dan melelahkan.

Hingga akhirnya,
Saat itu kami sampai di Basecamp Merapi pada malam hari. Malam itu, suasana basecamp cukup ramai, karena seingatku malam itu adalah malam minggu.

Memang sesuai rencana awal, kami akan melakukan pendakian ini dengan cara bergabung dengan pendaki lain, karena selain ini adalah pendakian pertama kami di gunung ini, sepertinya terlalu berbahaya jika kami mendaki cuma berdua, ditambah ini sudah malam, fikirku.

"Makan dimana ini Gus, kita belum makan malam lho, mending makan dulu, baru naik", Tanya Ilham tiba-tiba,

"Nanti saja deh ham" usulku,

"Mending kita jalan dulu gimana, nanti kita berhenti di pinggir jalan, sambil nunggu pendaki lain lewat, kita bisa masak mie instan. Nanti kalau kita udah gabung pendaki lain, terus kita ngajak berhenti buat makan malam kan gak enak gus, kita belum terlalu kenal juga lho sama mereka" terang Ilham,

"Bener juga lu, ya sudah ayo jalan wes pelan-pelan, nanti kalau ada tempat yang cocok, kita berhenti sambil nunggu yang lain" jawabku.

Akhirnya kamipun memulai pendakian,.

Sekitar berjalan kurang lebih 30 menit dari basecamp, kami menemukan tempat yang kami rasa cocok untuk beristirahat. kamipun saat itu langsung menyalakan kompor dan memulai memasak mie instan untuk mengisi perut kami sebelum memulai pendakian ini.

Selama kami beristirahat, banyak sekali pendaki yang lewat di depan kami, karena saat itu, kami memang tepat berada di pinggir jalan dengan suasana cukup ramai pendaki yang berlalu lalang.

"Monggo mas". Sesekali terdengar sapaan pendaki lain di sela-sela kami yang sedang asyik menikmati mie instan. Kamipun membalas sapaan mereka dengan senyuman hingga kata-kata penyemangat.

Setelah selesai makan malam, kami tetap ditempat ini sambil menunggu pendaki lain.

Dan tidak beberapa lama kemudian, akhirnya ada rombongan pendaki lain yang hendak naik, itu terlihat dari sorot headlamp di kepala mereka yang sesekali menyorot ke arah kami.

"Eh itu ada pendaki Ham, yuk gabung aja deh, kita naik sekarang" ajakku,,

"Jangan yang rombongan ini ah gus, mereka kelihatannya kurang bersahabat,
Denger deh mereka kalau jalan sambil bercanda, kenceng banget suaranya" ucap Ilham,

"Lu tau dari mana, enak dong kalau sambil bercanda,, nanti perjalanan jadi gak berasa ?" Jawabku,

"Aku gak mau gabung rombongan yang ini pokoknya, mereka cowok semua gus, males ah gak ada ceweknya, monoton" keluh Ilham,

"Lu tau dari mana?, kita lihat wajahnya aja belum" protesku,

"Liat aja bentar lagi, pasti gak ada ceweknya, soalnya aku gak denger suara cewek sama sekali " jawab Ilham.

Ternyata prediksi Ilham tentang rombongan pendaki yang lewat itu benar, mereka beranggotakan 8 pendaki yang hanya berjenis kelamin laki-laki. Dan sesuai permintaan Ilham kamipun kembali menunggu rombongan berikutnya.

Dan sekitar pukul 22.00, akhirnya kami melihat ada pendaki berikutnya.

"Ham ini sudah jam 22.00, apapun alasan lu, kita harus gabung rombongan ini, mau ada ceweknya atau gak, aku gak peduli, daripada nanti kita naiknya kemalaman" ucapku,

Ilham saat itu hanya diam dan mengangguk.

Setelah beberapa saat, rombongan merekapun sampai di depan kami, dan saat itu kami langsung memberhentikan mereka dan mencoba mengutarakan maksud kami bahwa kami akan ikut bergabung dalam perjalanan mereka.

Singkat cerita, kamipun akhirnya berkenalan dan dipersilahkan untuk ikut bergabung bersama mereka.

Rombongan ini mengaku berasal dari jawa tengah, mereka beranggotakan 3 laki-laki dan 2 perempuan.

Selama perjalanan, keadaan mulai berubah, yang awalnya kami kira suasana akan cair dan menyenangkan ternyata tidak, mereka hanya diam dan seolah tidak menganggap kehadiran kami.

Saat itu, aku dan Ilham sesekali saling bertatap muka sambil merasa keheranan dengan rombongan ini. Kenapa kok gak ada yang ngobrol ya, Fikirku.

Kamipun melanjutkan perjalanan, karena aku dan Ilham tidak pernah sekalipun ke Gunung Ini, jadi saat itu aku berada di barisan belakang dengan hanya mengikuti kemanapun mereka berjalan.

Setelah beberapa jam kemudian, aku mulai merasakan keanehan didalam rombongan ini, setiap aku menanyakan tentang jarak dan sebagainya, mereka hanya menjawab dengan senyuman lembut tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Dan akhirnya kecurigaanku pun terbukti ketika rombongan ini tiba-tiba seolah memasuki sebuah perkampungan kecil tepat di jalur pendakian yang kulalui.

Saat itu aku sangat keheranan dan kembali aku menanyakan tentang kebenaran rute kepada rombongan ini, merekapun tetap diam dan tidak menghiraukanku.

Akupun terus melanjutkan perjalanan sambil melihat kondisi perkampungan ini,
Rumah-rumah di perkampungan ini berbentuk Gubuk kecil yang berjumlah kurang lebih 15 gubuk dengan jarak yang lumayan berdeketan.

Saat itu aku juga melihat ada beberapa orang tua seperti penduduk lokal perkampungan tersebut, mereka hanya memakai celana pendek hitam dan ada sebagian yang membawa cangkul di pundaknya.

Mereka seolah menatapi perjalanan kami dengan wajah yang penuh kesedihan,

Akupun melanjutkan perjalanan dengan fikiran yang mulai tidak karuan, selang beberapa lama, setelah aku meninggalkan area perkampungan tersebut, tiba-tiba aku berpapasan dengan seorang kakek-kakek yang sedang mencari kayu bakar.

Dan betapa terkejutnya aku,,,,
ketika aku tau bahwa kakek tersebut tidak memiliki mata dengan wajah yang sudah setengah hancur seperti habis mengalami kecelakaan.

Saat itu aku langsung gemetar ketakutan dan langsung memutuskan untuk berhenti mengikuti rombongan ini, karena aku sangat yakin jika aku dan Ilham saat itu sudah berpindah alam.

Karena posisiku berada di baris belakang dan tepat didepan Ilham, aku langsung berhenti mendadak tanpa sepengetahuan rombongan yang ada di depanku. Dan benar sesuai dugaan awalku,. Mereka tetap berjalan tanpa menghiraukan keberadaanku dan Ilham.

"Kita kayaknya tidak akan sampai puncak deh Ham, ayo turun sekarang" ajak ku.

Dan Betapa terkejutnya aku waktu itu ketika aku menoleh kebelakang dan melihat keadaan Ilham. Saat itu aku melihat Ilham sudah seperti mayat hidup, wajahnya putih pucat, bibirnya menghitam dan badannya dingin sekali. Akhirnya tanpa fikir panjang aku lngsung melepas jacketku dan kupakaikan di tubuhnya, tasnya kubawakan dan aku langsung mengajaknya untuk kembali turun.

Saat itu, Ilham sudah tidak berbicara sama sekali dengan tatapannya yang kosong.

Tidak beberapa lama kemudian, dalam perjalanan turun, tiba-tiba kami berpapasan dengan orang berpakaian seperti prajurit pada masa kerajaan. Kurang lebih mereka berjumlah 7 orang dengan berpakaian serba merah dengan celana kain selutut lengkap dengan tombaknya. Mereka juga mengenakan seperti kain berwarna abu-abu, yang melingkar diatas kepalanya.

Anehnya, mereka seolah tidak melihat keberadaan kami, mereka hanya diam dan terus berjalan dengan pandangan lurus kedepan.

Saat itu aku langsung memeluk Ilham sambil mulai meneteskan air mata karena ketakutan.

Setelah keadaan kuanggap sudah aman, aku pun kembali melanjutkan perjalanan turun.

Saat perjalanan turun, aku hanya mengandalkan ingatanku dan berharap tidak tersesat. Saat itu aku sesekali melihat keadaan Ilham yang semakin memburuk, dia sudah tidak mengeluarkan kata-kata lagi.. Dia hanya diam sambil mengikutiku dari belakang.

Akupun saat itu berfikir, nanti kalau ketemu perkampungan yang tadi, aku akan berhenti untuk meminta bantuan.

Dan setelah lama aku berjalan, aku tidak kunjung menemui perkampungan tersebut. Bahkan aku menemukan bungkus rokokku yang kubuang saat aku hendak memasuki area perkampungan yang kulihat saat perjalanan berangkat tadi.

Tapi saat itu, benar-benar seolah seperti tidak pernah ada perkampungan di jalur ini.

"Lho ham, ini kan bungkus rokok yang kubuang saat masuk area kampung kecil yang tadi, ini kok sekarang tiba-tiba gak ada rumah rumahnya" tanyaku kaget.

Ilham tidak mau menjawab, dia hanya diam dengan tetap menundukan kepalanya.

Akupun saat itu perlahan melanjutkan perjalanan dengan seluruh tubuh yang gemetar karena ketakutan.
Hingga akhirnya aku sampai di sebuah pohon besar yang seingatku, aku tidak menemui pohon ini ketika aku naik.

Hal itu membuat aku berfikir bahwa aku dan Ilham benar-benar sudah tersesat.

Karena Ilham sudah mengaku tidak kuat berjalan lagi, dan mengingat keadaan dia sudah mulai parah, aku putuskan untuk mendirikan tenda disini. Saat itu aku berfikir lebih baik perjalanan kulanjutkan besuk pagi saja agar lebih aman.

Tendapun berdiri, 
dan aku langsung menyalakan kompor untuk segera membuat minuman agar tubuh Ilham lebih hangat.

Malam itu,, waktu kuhabiskan dengan tetap Berada di dalam tenda, Perasaanku sudah campur aduk tidak karuan, bahkan saat itu aku sudah tidak memikirkan puncak lagi.

Dan setelah beberapa lama di dalam tenda, aku tiba-tiba mendengar suara orang nembang mocopat (bisa search di youtube), mungkin yang paham tembang ini kayak gimana alunannya, pasti akan mengerti betapa ketakutannya aku saat itu ketika tembang ini terdengar di tengah tengah hutan.

Suara tembang tersebut terdengar sangat jelas dan seolah bersumber dari samping tendaku.

Saat itu aku sangat ketakutan hingga aku seolah sulit untuk bernafas,.

Ditambah setelah aku melihat keadaan Ilham, dia sudah seperti orang yang meninggal, wajahnya putih pucat sambil melongo dengan tetap membuka mata.

Malam itu, suara tembang macapat tersebut Seolah-olah menjadi alunan kematian Ilham, Dan akupun sudah tidak bisa lagi menahan tangis, aku menangis tersedu-sedu sambil memeluk ilham dan berteriak minta tolong.

Saat itu aku sudah pasrah dan seolah aku sudah mengerti bahwa aku juga tidak mungkin bisa kembali pulang lagi.
Jadi kuputuskan untuk memejamkan mata sambil tidak berhenti membaca ayat suci Al Quran.

Dengan perasaan yang sangat sedih dan masih ketakutan, aku tiba-tiba mengingat kembali semua kenangan-kenanganku selama hidup, semua seolah di perlihatkan ulang oleh sang pencipta.
Hal itu membuat rasa penyesalanku semakin dalam, karena banyak sekali hal-hal yang kusia-siakan ketika aku hidup, fikirku.

Dan selang beberapa lama kemudian, tiba-tiba aku mendengar suara Ilham memanggil namaku dengan lirih.

"Ayo pulang gus," kata ilham lirih,

"Aku wes gak kuat ham, aku gak eroh dalane (aku sudah tidak kuat ham, aku juga tidak tahu jalan pulang" kataku,

"Ayo pelan-pelan gus, aku tahu jalan pulang" paksa Ilham,

Dengan sedikit harapan, akhirnya aku berdiri, bersiap untuk membongkar tenda dan membereskan barang barangku.

Saat itu, ketika aku membereskan barang barangku,.
Kurang lebih hanya 2 meter dari tempatku, kembali lagi aku melihat ada sesosok orang tua renta dengan tidak memakai baju.

Sosok tersebut duduk dan diam diantara semak-semak sambil menangis lirih. 
Aku saat itu sangat gemetar dan mencoba terus bergegas membereskan barang-barangku.

Setelah semuanya beres, akupun kembali melanjutkan perjalanan turun, tidak beberapa lama kemudian, tiba-tiba aku di hadang oleh beberapa sosok Pocong.

Sosok tersebut tepat berada di tengah rute kami lengkap dengan balutan kain putih yang terlihat masih baru.
Akupun saat itu langsung Lari tunggang langgang sambil berteriak minta tolong.

Di tengah tengah aku dan Ilham yang masih berlari, tiba-tiba aku mendengar suara ayam berkokok dengan sangat kencang, seolah sumber suara ayam tersebut tidak jauh dari tempatku berada saat itu.

"Ikuti suara itu gus" ucap Ilham tiba-tiba,

"Itu sebelah kanan kita ham, gak ada jalan ini rumputnya tinggi banget" jawabku heran.

Tiba-tiba, tanpa banyak bicara Ilham langsung berbelok kearah kananku dan mencari sumber suara ayam tersebut. Dan tanpa fikir panjang, akupun langsung mengikuti ilham.

Dan ternyata tidak lama kemudian, aku tiba-tiba sampai di kebun warga yang kemarin malam aku lewati dengan Ilham.

Saat itu aku langsung melakukan sujud syukur dan segera untuk kembali pulang ke rumah.

Dan anehnya lagi setelah aku sampai di sekitar rumah warga, aku melihat waktu sudah menunjukan pukul 9 pagi.

Saat itu aku sangat kebingungan sekali, mengingat aku kemarin saat membereskan tenda suasana saat itu jelas masih gelap gulita dan setelah itu, aku belum lama berjalan aku mendengar suara ayam, dan tiba-tiba keluar sudah di ladang kok jadi sudah siang, fikirku.

Intinya saat itu memang tidak bisa di jelaskan dengan akal sehat, Kami seolah keluar dari dimensi waktu yang berbeda.

Dalam perjalanan pulang, keadaan Ilham sudah tampak membaik, meskipun kini dia lebih banyak diam dan berbeda dari Ilham yang kukenal, hal itu tidak menjadi masalah karena kufikir dia pasti masih syok dengan kejadian yang telah kami alami bersama.

Sesampainya dirumah, aku langsung istirahat dan tidak menceritakan pengalaman ini kepada siapapun, karena saat itu aku takut keluargaku jadi cemas dan sebagainya.
Jadi aku memilih diam dan berusaha, melupakannya.

Hingga tepat 7 hari sepulang kami dari Merapi, aku mendengar bahwa Ilham meninggal dunia secara tidak wajar.

Dia meninggal dengan keadaan masih memakai sepatu dan baju yang dipakai saat mendaki gunung bersamaku. 
Dan betapa terkejutnya aku saat itu, Ternyata isi tas Ilham juga kabarnya masih utuh dan seolah dia benar-benar baru pulang dari Gunung Tersebut.

Saat itu setelah kematian Ilham oleh pihak keluarga Ilham aku langsung di panggil untuk memberikan kesaksian.

Dan akupun berkata sejujurnya hingga aku saat itu menawarkan untuk melihat kembali ke basecamp Gunung Merapi bahwa aku benar-benar sudah turun 7 hari yang lalu bersama Ilham.

Akupun menceritakan semuanya dengan apa adanya, mulai dari keberangkatan kami hingga aktifitas apa saja yang kami lakukan di gunung tersebut.

Di tengah-tengah aku masih menjelaskan, salah satu dari keluarga Ilham tiba-tiba bernyanyi lirih tembang mocopat sambil melenggak lenggokkan lehernya. 
Saat itu aku sangat terkejut dan langsung teringat suara alunan itu, suara itu sama persis seperti suara yang aku dengar di Merapi saat masih bersama Ilham.

Akhir cerita,
Karena aku sudah dianggap tidak berkepentingan lagi, akupun saat itu di suruh keluar oleh kakak Ilham.
Hal itu membuat aku tidak mengetahui apa yang terjadi selanjutnya di dalam rumah Ilham waktu itu.

Akupun langsung kembali pulang dan sudah tidak pernah bertemu lagi dengan keluarga Ilham selama bertahun-tahun.

Hingga akhirnya beberapa bulan lalu, aku kembali bertemu dengan salah satu kakak Ilham ketika aku berkunjung kesebuah tempat wisata yang berada di kotaku.

Dalam kesempatan itu, aku mencoba menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

Kakak Ilham menjawab bahwa salah satu penyebab kematian Ilham adalah belum terlaksanakannya upacara ruwatan pada keluarga Ilham.

"Memang kami belum diruwat gus, karena dalam keluarga kami, kami 5 bersaudara laki-laki termasuk Ilham, tapi entahlah Gus, Tuhan berkehendak lain. Memang kematian Ilham sudah takdir, tetapi karena belum diruwat, kematian Ilham jadi tidak wajar. Kamu juga tau kan kalau 5 bersaudara laki-laki, jika tidak diruwat pasti yang 1 bakal meninggal. Apalagi saat itu kalian pergi ke Gunung, pasti sejak awal Ilham sudah di Tandai oleh makhluk halus," ucap kakak Ilham.

Aku saat itu hanya diam dan merasa bersalah, mungkin jika saat itu aku tidak ke gunung dengan Ilham, pasti saat ini dia masih hidup.
Dan setelah kejadian itu, aku sudah tidak pernah sekalipun menginjakan kakiku di Gunung lagi, karena kuanggap pengalaman itu sebagai pengalaman terakhir yang benar-benar harus kujadikan pelajaran. Kini aku fokus membesarkan ke 3 anakku dan memulai kehidupan yang baru.

Untuk penulisan cerita ini, sengaja tidak saya tuliskan dari sudut pandang Ilham, karena memang Ilham disini akhirnya meninggal, dan saya gak mungkin mewawancarai orang yang sudah meninggal, jadi apa yang dilihat dan dirasakan Ilham saat tiba-tiba wajahnya menjadi putih pucat dan mendadak menjadi pendiam, hanya Ilhamlah yang tau.

~SEKIAN~
close