Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SOSOK PENUNGGU SUMUR TUA

JEJAKMISTERI - Kisah ini di alami oleh Daeng Puji yang saat ini berusia sekitar 63 tahun. Ketika saat masih muda dulu, sekitar usia 20an, Daeng Puji mengalami pelecehan dan kekerasan seksual dari seorang pekerja pembangunan suatu proyek besar di Makassar.

Bagi warga yang pemukimannya terkena dampak pengembangan proyek besar tersebut beberapa di antaranya langsung mendirikan warung untuk para pekerja itu. Baik itu warung makan atau cuma warung kopi biasa. Dan Daeng Puji salah satunya.

Dalam penuturannya, beberapa kali nafas Daeng Puji turun naik. Dia nampak emosi saat menceritakan kejadian memilukan yang di alaminya itu.

Kadang juga terlihat butiran bening airmata yang mengalir perlahan dengan raut wajah tanpa ekpresi sembari mengenang kejadian yang membuat harga dirinya hancur lebur.

*****

Posisi warung kopi Dg. Puji terletak di sudut jalan. Agak menjorok masuk kalau dari arah jalan raya. Jalannya juga cuma jalan tanah. Becek dan tidak rata karena banyak kubangan.

Minggu pertama pengerjaan proyek itu, beberapa pekerja konstruksi itu mulai memenuhi warung-warung milik warga jika tiba jam istrahat.

Semua baik-baik saja hingga beberapa hari kemudian, datanglah malapetaka yang menimpa Dg. Puji.

Rojak (35 th), salah seorang pekerja proyek disitu yang telah menjadi pelanggannya malah melakukan tindakan pelecehan.

Melihat Dg. Puji keluar masuk dari dapur, Rojak sejenak berpikir. Lalu entah apa yang merasuki otaknya, tiba- tiba saja Rojak setengah berlari lalu menarik tubuh ramping Dg. Puji dari samping dan menyeret masuk ke dapur.

Dg. Puji melakukan perlawanan. Tapi apa daya, perempuan itu kalah tenaga.

Rojak juga secara membabi buta menghajar Dg. Puji dengan pukulan brutal hingga beberapa giginya copot dan hidungnya berdarah. Kepalanya juga dibenturkan ke dinding beberapa kali hingga dahinya berdarah.

Melihat Dg. Puji pingsan, Rojak membaringkan tubuh Dg. Puji di lantai dan mulai melancarkan aksi bejatnya.

Aksi bejat Rojak tidak terhenti sampai disitu. Beberapa hari kemudian, aksi yang serupa masih dia lakukan terhadap Dg. Puji. Tentu saja Rojak mengancam akan membunuh Dg. Puji kalau sampai buka mulut kepada orang tuanya.

Perkosaan demi perkosaan diterima oleh Dg. Puji. Dg. Puji cuma bisa menangis.

Tak jarang, dalam masa haid pun, Dg. Puji tetap mendapat aksi perkosaan dari Rojak, tentu saja dibawah ancaman pisau.

*****

Beberapa waktu kemudian, Dg. Puji hamil. Rojak juga tidak mau tanggung jawab. Dg. Puji meradang. Hatinya sakit.

Selama beberapa hari, warung Dg. Puji tutup. Dg. Puji sampai stres memikirkan nasibnya. Kondisi orangtuanya yang sudah sering sakit-sakitan juga tidak bisa berbuat apa apa.

Lalu dalam kekalutannya, Dg. Puji kadang menyendiri di dekat sumur yang ada di belakang rumahnya. Dg. Puji merasa tenang duduk disitu karena suasana masih asri dan rindang karena masih banyak pepohonan.

Entah kenapa, tiba-tiba saja ada pikiran Dg. Puji untuk melakukan bunuh diri. Dia bermaksud terjun masuk ke dalam sumur itu untuk menutupi rasa malu dan deritanya.

Namun saat Dg. Puji sudah berdiri di bibir sumur itu, ketika itu waktu menjelang Maghrib, ternyata tidak nampak bayangan Dg. Puji di atas air. Tapi malah yang nampak ada sosok bayangan perempuan tua berbaju putih yang seolah hendak keluar dari sumur itu.

Dg. Puji terkejut hebat. Spontan dia loncat dari bibir sumur, sempat terpeleset juga. Namun saat Dg. Puji berdiri, di hadapannya sudah berdiri sosok perempuan tua, renta, bertongkat, berbaju putih dengan raut wajah yang agak tertutup kerudung.

Belum hilang rasa kaget dan takut Dg. Puji, sosok wanita tua itu meminta agar Dg. Puji membalas rasa sakit hati dengan membunuh laki-laki yang telah menghamilinya itu.

Dg. Puji berlari pulang. Wajahnya pucat pasi mengenang pertemuan dengan sosok wanita tua itu.

Selama berhari-hari, sosok wanita tua itu sering mendatangi Dg. Puji. Entah lewat mimpi, atau kadang penampakan di dalam kamar Dg. Puji langsung.

*****

Akhirnya, suatu malam. Dg. Puji datang menemui Rojak di kost karyawan tempatnya bekerja. Kebetulan cuma dia sendirian malam itu.

Dg. Puji mengajak Rojak ke warungnya padahal sedang tutup. Rojak tenang-tenang saja. Rojak agak heran juga, selama ini warung Dg. Puji tutup tapi tiba-tiba saja dia mengajak untuk jalan-jalan ke warungnya.

Sembari menunggu Dg. Puji yang sedang menyiapkan sesuatu, Rojak langsung saja masuk ke dapur karena kelamaan menunggu. Namun sebelum mulutnya memanggil nama Daeng Puji, tiba-tiba saja sebuah hantaman linggis langsung tepat mengenai wajah Rojak. Hidungnya langsung patah dan beberapa buah giginya ikut jatuh ke lantai dengan wajah penuh lumuran darah.

Dalam pandangan mata yang kabur, Rojak melihat Dg. Puji tengah berdiri di hadapannya dengan mata yang menyala sambil menggenggam sebilah parang!

Rojak hendak berbalik untuk melarikan diri. Tapi fatal, Dg. Puji terlebih dahulu melempar kursi hingga membuat Rojak tersungkur.

Dalam keadaan terjatuh di lantai, Dg. Puji langsung maju merengsek menyerang membabi buta laki-laki yang telah merenggut harga dirinya itu.

Malangnya, Rojak tidak sempat menghindar. Kedua kakinya terluka parah. Jari jemari kakinya terpotong akibat tebasan parang Dg. Puji.

Rojak berteriak minta tolong. Dg. Puji tersenyum sinis. Kembali sebuah kursi kayu di hantamkan tepat di kepala Rojak. Darah langsung mengucur deras.

Dg. Puji berjongkok. Lidah Rojak di tarik keluar dan tanpa ampun langsung di potong memakai parang yang masih dalam genggaman tangan Dg. Puji.

Tubuh Rojak sudah penuh lumuran darah. Rojak juga sudah tidak berdaya.

Dg. Puji mengangkat tubuh Rojak naik ke atas sebuah meja. Dg. Puji membuka paksa celana Rojak.

Tangan Dg. Puji menarik sesuatu lalu tanpa basa basi, alat kelamin Rojak langsung di potong tanpa ampun. Mata Rojak mendelik. Mulutnya yang penuh darah mendesis karena merasakan rasa kesakitan yang amat sangat. Darah segar langsung menghambur keluar.

Lagi-lagi Dg. Puji tersenyum sinis. Mulutnya melebar tanpa tawa sedikitpun.

Tak lupa, jari jemari kedua tangan Rojak ikut di potong lalu di jejalkan ke dalam mulut Rojak yang penuh darah.

Entah dengan kekuatan apa, Dg. Puji lantas menyeret dan mengangkat tubuh Rojak sampai di sumur yang berada di belakang rumahnya tengah malam itu lalu membuangnyan masuk ke dalam sumur.

Rojak menggelepar-lepar. Namun sesaat kemudian, secara perlahan tubuhnya tenggelam ke dasar sumur.

*****

Dg. Puji terduduk. Badannya terasa sangat melelahkan. Segala kekuatan yang tadi dia lakukan adalah akibat dari kerasukan roh wanita tua penunggu sumur itu.

Sedangkan mayat Rojak tidak pernah di temukan hingga proyek berakhir tuntas.
Hilangnya Rojak justru malah di kaitkan dengan tumbal pembangunan proyek tadi.

S E K I A N

close