MANTRA CINCIN - WARISAN SETAN
Anda Memasuki cerita tentang kawasan alam Jin, percayalah mereka benar-benar ada di sekitar kita..!!!
JEJAKMISTERI - Angin berhembus kencang di malam yang sunyi, lafadz mantra ghaib terucap dari bibir seorang pria paruh baya yang sedang menghadap pada pedupaan di ruang kamarnya. Bau asap kemenyan yang terbakar terasa sangat menyengat hidung. Sumadi sedang melakukan ritual memanggil para setan dan para danyang alias lelembut (makhluk gaib).
Semua bermula dari dendam kesumatnya pada Darmaji saat dirinya mengikuti pemilihan Kepala Desa. Saat diperoleh hasil pemungutan suara Sumadi mendapat 30% sedangkan Darmaji memperoleh 65% suara. Sisanya yang 5% suara tidak sah. Atas hasil yang diperoleh itu kini Darmaji di nobatkan menjadi KADES. Sumadi sangat sakit hati pada Darmaji dan juga pada warga kampungnya...
Mobil sudah terjual, sawah ladang sudah di gadaikan, bahkan rumah satu-satunyanya juga sudah dijadikan jaminan di Bank untuk memuluskan jalan agar terpilih jadi Kades, mulai dari membangun selokan, memperbaiki Musholla hingga membagi bagikan amplop berisi sejumlah uang pada seluruh warga sudah dilakukan oleh Sumadi tetapi kenyataannya dia tak terpilih.
Dendamnya pada Darmaji dan seluruh warga yang dianggap menghianatinya membuat Sumadi nekat pergi mengasingkan diri selama 40 hari dilereng gunung meratus. Melalui ritual selama 40 hari, itulah Sumadi melakukan perjanjian dengan makhluk ghaib penghuni lereng gunung meratus. Di tempat itu pula Sumadi memperoleh benda mistis berwujud cincin bermata hitam.
Cincin itu adalah cincin warisan setan,
Melalui cincin yang dihuni oleh beragam makhluk ghaib itu Sumadi ingin membuat kekacauan di kampungnya terutama untuk membuat kekacauan bagi Darmaji dan keluarganya.
Malam yang dingin mencekam, Sumadi menggenggam erat-erat cincin warisan setan diatas pedupaan sambil mulutnya komat kamit membaca mantra... Kemudian, seberkas asap tebal hitam keluar dari cincin bermata hitam yang berada dalam genggamannya, asap hitam pekat itu menjelma menjadi sesosok makhluk berwujud sangat mengerikan. Wujudnya mirip manusia berkepala botak bermulut lebar, gigi-giginya sangat runcing seperti gergaji. Kedua matanya besar dengan bola mata menonjol keluar. Kepala makhluk itu sangat besar, lebih besar bila dibandingkan dengan ukuran tubuhnya, perut makhluk itu buncit besar, pertanda makhluk yang rakus dan gemar makan. Perut buncitnya dihiasi oleh bodong dengan panjang satu jengkal. Tinggi makhluk itu hampir dua kali ukuran manusia dan makhluk itu tak mengenakan pakaian apapun walaupun hanya sehelai cawat.
"Apa yang harus aku lakukan untukmu hai manusia?" Tanya makhluk mengerikan itu.
"Lelepah, buatlah kekacauan di wilayah ini! Terorlah seluruh warga kampung, terutama Darmaji dan keluarganya!" Perintah Sumadi
"Aku siap melaksanakan perintahmu!" Jawab makhluk yang bernama Lelepah itu.
Dalam hitungan detik makhluk mengerikan itu telah berobah menjadi bayang-bayang hitam terbang membubung tinggi ke angkasa.
Makhluk mengerikan yang sering di sebut Lelepah itu dikenal sebagai hantu pemakan jasad anak kecil dan bayi yang belum lama dikuburkan.
Ketika sampai di sebuah pekuburan di ujung kampung, Lelepah masuk kedalam area pekuburan. Matanya yang besar sangat awas memperhatikan satu persatu makam. Di bawah pohon beringin yang rindang dilihatnya makam kecil yang tanahnya masih merah.. Diatasnya masih bertebaran bunga-bunga yang mulai layu dan kering. Lelepah menghampiri kuburan itu lalu dengan kedua tangannya yang panjang digalinya tanah kuburan itu.
Tak berapa lama kemudian tangannya yang panjang telah menemukan sesuatu yang dicari-carinya yaitu mayat bayi.
Bayi yang sudah tak bernyawa itu di taruhnya dipundak. Jari-jarinya yang berkuku tajam memulas salah satu kaki bayi itu sampai putus.
Dengan seringai menyeramkan Lelepah mulai mengunyah kaki bayi itu dengan penuh selera lezatnya.
Makhluk Lelepah menyusuri jalan-jalan kampung melewati tempat gardu ronda yang sedang dijaga oleh petugas ronda. Tak ayal kehadiran Lelepah yang sangat menakutkan itu membuat orang-orang kalang kabut lari ketakutan sambil berteriak teriak:
"Tolong.. tolong... ada setan pemakan bayi!"
Malam itu suasana malam dingin mencekam..
Berita tentang teror Lelepah yang menakut nakuti warga cepat tersiar dari mulut ke mulut,
Mulai jam 8 malam tak seorangpun warga kampung yang berani keluar rumah..
Suasana kampung dicekam oleh rasa ketakutan yang luar biasa.
Tak hanya kampung sebelah saja yg di teror oleh Lelepah tetapi kampung-kampung yang lain juga.
Darmaji sebagai KADES yang baru dilantik beberapa bulan yang lalu merasa sangat prihatin dengan adanya teror Lelepah yang menghantui kampung yang masih berada dalam wilayahnya.
Akhirnya Darmaji mengundang beberapa Paranormal ke rumahnya untuk mengusir Lelepah yang menghantui warga.
Sudah ada 5 paranormal yang didatangkan tetapi belum ada yang mampu mengusir makhluk ghaib berwujud menyeramkan tersebut.
Dalam satu bulan terakhir sudah ada tiga jasad bayi yang diambil oleh lelepah dari pemakamannya.
Saat itu Hartini istri KADES Darmaji sedang hamil tua, dalam hitungan hari diperkirakan anak keduanya akan lahir kedunia.
Dua hari kemudian dengan bantuan Paraji (dukun bayi) Hartini melahirkan seorang bayi laki-laki tetapi sayangnya bayi itu meninggal setelah beberapa jam dilahirkan. Selama mengandung anaknya yang kedua Hartini memang kurang menjaga kandungannya. tiga Bulan yang lalu Hartini terjatuh di halaman rumah karena terpeleset kulit pisang tetapi tidak check up ke dokter, cuma mendatangkan tukang pijit untuk memijit tubuhnya.
Menjelang senja jasad bayi yang terlahir dari kandungan Hartini di makamkan dengan iringan doa dan derai air mata Hartini dan Darmaji suaminya.
Untuk mengantisipasi datangnya Lelepah yang akan menggali makam jasad bayi itu Akhirnya Darmaji menggaji beberapa orang untuk berjaga di makam jenazah anaknya selama 40 hari berturut turut.
4 orang di gaji untuk berjaga mulai jam 8 malam sampai subuh, mereka yang bertugas adalah Imron, Fuad, Yasin dan Amang Darman.
Selama 2 malam berturut-turut tak ada tanda kedatangan Lelepah itu tetapi pada malam yg ketiga sesuatu yang sangat di khawatirkan terjadi.
Malam itu malam selasa kliwon, suhu udara begitu dingin mencucuk tulang, mereka berempat duduk lesehan menggelar tikar disebelah kiri makan bayi yang baru dilahirkan itu.
Suasana malam semakin mencekam saat terdengar dikejauhan suara anjing- anjing liar menyalak bersahut.
Saat itu pula sosok tinggi besar dengan kepala botak berperut buncit memasuki area pemakaman.
Lelepah yang menakutkan itu telah datang, tujuannya sudah tentu ingin menggali kuburan bayi lalu memakan jasadnya.
Melihat kehadiran makhluk gaib yang menyeramkan itu Imron, Fuad dan dan Yasin tubuhnya tak bisa bergerak karena ketakutan yang teramat sangat. Sementara Amang Darman berdiri menghadang Lelepah itu sambil berkata:
"Pergi dari sini! Jangan ganggu jasad si jabang bayi!"
Lelepah itu tertawa mengekeh.. seringainya sangat menyeramkan.
Tangan lelepah yang panjang itu mendorong Amang Darman hingga jatuh menimpa tiga orang temannya yang sudah tak mampu bergerak dan menggigil ketakutan. Makhluk Lelepah itu dengan langkah kaki mengambang dan jalannya terseok-seok maju ke depan. Tangannya yang panjang terulur mencekik leher Amang Darman, hingga ia megap-megap akibat cekikan Lelepah, Amang Darman berusaha keras melakukan perlawanan terapi tenaga makhluk gaib itu sangat kuat, cekikan di lehernya semakin ketat.
Amang Darman meronta-ronta, kakinya melejang lejang. Sesaat lagi nyawa serasa hendak terlepas dari ubun-ubunnya.
Disaat nyawa Amang Darman terancam tiba-tiba satu bayangan makhluk yang mengenakan sarung yang menutupi wajahnya berkelebat membelah udara malam yang dingin di area pekuburan.
Sosok makhluk berkerudung itu membetot keras tangan Lelepah yang sedang mencekik Amang Darman.
Akibat kerasnya betotan tangan itu akhirnya Lelepah melepaskan cekikannya.
"Hai Makhluk Lelepah.. pergilah dari sini, jangan ganggu saudaraku, jangan pula ganggu jasad bayi yang terkubur di makam itu!"
Lelepah itu tertawa mengekeh, kedua tangannya terulur kedepan hendak mencekik manusia berkerudung sarung itu tetapi tangan makhluk berkerudung sarung itu lebih dulu bergerak menangkap tangan kiri Lelepah lalu memuntirnya dengan keras. Lelepah itu menjerit kesakitan lalu menghilang dari pandangan.
Makhluk berkerudung sarung itu meneliti Amang Darman dan teman-temannya...
Setelah mengetahui mereka tidak terluka sosok berkerudung sarung itu lari keluar dari area pekuburan, terus berlari ke arah timur membelah dinginnya malam.
Makhluk berkerudung sarung itu melambatkan larinya ketika memasuki Desa Puspa Agung.
Makhluk itu memasuki sebuah rumah sederhana yang tak terawat, rumah itu menghadap ke Utara...
Di depan rumah tumbuh pohon wijaya kusuma yang bunganya sedang mekar malam itu.
Rumah itu adalah Rumah yang ditempati oleh seorang pemuda Rama Maliq.
Di kamar yang diterangi oleh lampu listrik 10 watt yang redup, sesosok gadis cantik bergaun merah sedang tidur tiduran menunggu kedatangan Suaminya.
"Bagaimana dengan Amang Darman dan yang lainnya Bang?, apakah mereka baik baik saja?" Tanya gadis bergaun merah itu.
"Alhamdulillah Amang Darman dan yang lainnya selamat, Lelepah itu sudah pergi.. tak kusangka Aku tadi bisa mematahkan salah satu tangannya!"
Kata makhluk berkerudung sarung itu sambil melepas kerudung sarung yang menutupi wajahnya.
Siapa lagi dia kalau bukan Rama Maliq sedangkan gadis cantik yang bergaun merah itu adalah istri gaibnya yang bernama Intan Pandini, ia adalah Makhluk ghaib keturunan dari manusia yang menikah dengan danyang penghuni alas gunung Pematun-Pematun. Walaupun Intan terlahir dari rahim sosok perempuan makhluk gaib, namun wajah dan penampilan Intan sama sekali tidak menyeramkan. Wajah dan penampilannya seperti gadis cantik bangsa manusia yang berusia belasan tahun.
"Bang, makhluk Lelepah itu sebetulnya adalah makhluk gaib yang dikendalikan oleh manusia... besok atau lusa semoga kita akan tau siapa pelakunya!"
Kata Intan Pandini
"Intan. Seandainya kamu tidak memberitahu aku tentang bahaya yang mengancam Amang Darman pasti sesuatu yang buruk telah terjadi padanya. Terima kasih sudah menyelamatkan saudaraku..!" Ucap Rama.
Intan tersenyum manis, tangannya menggapai ke arah suami manusianya itu sambil berkata:
"Istirahatlah, Bang, Aku temani... atau aku pijit badanmu ya?"
"Aku tidak capek, cuma haus.. Aku ambil minuman dulu didapur!" Jawab Rama sembil ngeloyor pergi ke dapur.
Rama dan Intan sudah lebih dari 2 minggu menikah, bila mereka tidur Rama selalu menghindar untuk tidur satu ranjang dengan Intan.
Keesokan harinya orang kampung melihat tangan kiri Sumadi di gips, menurut keterangan dari Sumadi, tangannya patah akibat terjatuh. Terpeleset di kamar mandi.
Percakapan di ladang antara antara Kirno dengan Amang Darman:
"warga kampung sebelah di teror oleh hantu yang sering di sebut LELEPAH,
besar tubuhnya hampir dua kali lipat tubuh manusia, perutnya buncit dan kepalanya botak mulutnya yang lebar tak berhenti mengunyah kaki dan tangan bayi..
Sedangkan tubuh mayat bayi itu ditaruh dipundaknya, kalau sudah Habis makanannya LELEPAH itu akan menggali kuburan bayi lagi..
hantu itu tau persis dimana ada kuburan bayi yang baru meninggal maka malamnya akan didatangi oleh makhluk menyeramkan itu!"
Kata Kirno pada Amang Darman
"Memang makhluk itu sangat kuat dan menyeramkan. Hampir saja aku mati dicekiknya saat menjaga makam.. untung ada orang berkerudung sarung yang menolongku, misteri ini harus secepatnya di pecahkan agar warga tak lagi ketakutan dan khawatir setiap malam!" Balas Amang Darman.
Sementara itu Sumadi calon KADES yang gagal itu sedang merintih kesakitan, tangannya bengkak dan patah setelah Lelepah gagal mengemban tugas untuk mengambil mayat bayi anak Darmaji musuh bebuyutannya itu.
Kemarahannya semakin membara saat melihat Sudarmaji sedang memimpin rapat di kelurahan..
Terlebih lagi setelah tau para warga mengelu elukan kebijakan Darmaji
baru seumur jagung dalam memimpin.
Malamnya Sumadi melakukan ritual ghaib dirumahnya... kali ini nyawa Darmaji yang di incarnya, melalui cincin warisan setan yang diperolehnya saat bertirakat selama 40 hari itu Sumadi merobah dirinya menjadi Asu Mbaung, wujudnya seperti anjing berbulu coklat kehitaman. Ukuran tubuhnya seukuran anakan sapi... moncongnya panjang dengan gigi-gigi besar tajam. Ludah kental menetes netes dari mulutnya.
Mata Asu Mbaung itu berwarna merah, bersinar dalam kegelapan.
Malam itu Asu mbaung jelmaan dari Sumadi itu menyalak tiga kali dengan suaranya yang sangat keras..
Anjing siluman itu berlari ke kampung sebelah menuju sebuah rumah gedung yang salah satu lampu kamarnya masih menyala.
Malam itu sudah lebih dari lima kali Darmaji keluar masuk kamar mandi, sedikit-sedikit ingin pipis.
Malam itu suasana sangat sepi mencekam, saat itu pula Darmaji mendengar suara lolongan anjing di depan rumahnya.
Dengan membawa senter dan tongkat kayu Darmaji keluar rumah, betapa kagetnya Darmaji ketika melihat seekor anjing besar berbulu coklat kehitaman bermata merah berada dihadapannya.
Gigi anjing itu sangat besar dan tajam, lidahnya yang panjang terjulur julur. Ludah kental menetes-netes menjijikkan dari mulutnya.
Anjing siluman itu kedua matanya bersinar merah, kedua kaki depannya direndahkan dan sesaat kemudian suara jerit melengking panjang keluar dari mulut Darmaji ketika anjing siluman itu merobek robek perutnya.
Suara jeritan Darmaji terdengar dari Pos Ronda yang letaknya tak jauh dari rumah Darmaji.
Malam itu suasana kampung sebelah menjadi gempar, Darmaji si Kepala desa yang baru 3 bulan mengemban tugas ditemukan tewas di halaman rumahnya dengan perut robek tercabik cabik.
Malam itu pula warga kampung yang dipimpin oleh Om Darman memburu Asu mbaung yang telah menewaskan Darmaji.
Malam itu pula Sumadi keluar dari rumahnya sambil membawa senter dan tongkat ikut berbaur dengan warga kampung untuk melakukan pengejaran tetapi hingga subuhi sosok Asu mbaung tidak mereka temukan.
Berita Kematian Darmaji yang tragis sampai juga ke telinga Rama Maliq.
Kasus yang berkaitan dengan makhluk ghaib mengakibatkan korban jiwa merupakan kasus yang pelik dan baru pertama kali ada di kampung tersebut.
Intan mampu membaca apa yang ada dalam pikiran Suaminya itu. Tanpa di minta Intan secara diam diam melakukan penyelidikan.
Intan berhasil mengetahui siapa yang mendalangi penculikan mayat bayi serta teror Asu mbaung yang memakan korban jiwa.
Kecurigaan Intan tertuju pada Sumadi, Intan merasa yakin bahwa Sumadi selama 7 malam masih akan menampakkan diri secara berturut turut.. kali ini yang akan jadi sasaran Asu mbaung adalah Wartono soalnya wartono merupakan seorang botoh yang menjagokan Darmaji sebagai kepala desa..
"Bang, sebelum hal-hal yang buruk terjadi rebut dan ambil cincin warisan setan yg tersemat di jari tengah Sumadi! Dialah pelaku dari semua kekacauan ini!" Kata Intan pada Suaminya.
"Bagaimana caranya, masa Aku harus merebutnya dengan cara kasar?
Bisa-bisa malah aku juga ikut jadi sasaran kemarahan Sumadi!"
Balas Rama
"Bang, kamu pasti bisa melakukannya, nanti malam adalah malam ke tiga kematian Darmaji. Nanti malam Sumadi akan datang untuk tahlilan bersama warga yang lain.. kamu dekati Sumadi. Lalu tepuk bahunya satu kali..."
"Kalau cuma ditepuk bahunya ya Sumadi gak mungkin bereaksi apa-apa. Kecuali dipukul dagunya atau ditendang selangkangannya!" Potong Rama
"Bang, Aku belum selesai bicara.. bahu Sumadi ditepuk pakai ini!" Kata Intan sambil mengeluarkan sehelai daun sirih dari balik bajunya.
Malamnya sesuai rencana saat Tahlilan Rama duduk di dekat Sumadi. Saat itu wajah Sumadi tampak berseri seri.
seusai acara Tahlilan di rumah almarhum Darmaji, Rama mengambil sehelai daun sirih pemberian Intan lalu ditepukkan ke bahu Sumadi.
Saat itu pula sesuatu yang diluar nalar terjadi.
Sumadi tiba-tiba balik jungkir dan melolong-lolong...
Kepalanya berobah menjadi makhluk bermoncong panjang.. dalam hitungan detik wujudnya telah sempurna menjadi siluman Anjing atau Asu Mbaung yang menyeramkan.
Saat itu pula Rama berguling dilantai mengambil cincin bermata Hitam yang berada di depan Asu mbaung..
Asu mbaung itu melonjak-lonjak hendak menerkam orang-orang yang mendekatinya.
Saat itu pula satu seruan dari belakang memberi komando:
"Ayo kita tangkap makhluk jadi-jadian ini. Makhluk ini yang telah membunuh Darmaji KADES kita!"
Amang Darman maju kedepan di ikuti oleh beberapa orang, mereka mengurung Anjing siluman itu..
Anjing siluman yang sangat ganas itu menjadi terkaing- kaing ketakutan manakala melihat Rama sedang mengelus-elus Cincin warisan setan.
Para warga kampung menjadi emosi, Pukulan dan pentungan kayu datang bertubi-tubi mengenai Anjing siluman itu.
Dalam waktu singkat Anjing siluman yang sudah banyak luka akibat digebuki oleh warga itu akhirnya terkapar ditepi jalan dengan napas megap-megap dan lidah melelet-lelet.
Tak lama kemudian Asu mbaung wujudnya perlahan lahan berobah ke bentuk aslinya yaitu Sumadi yang sedang sekarat berlumuran darah.
Disaat itu pula satu gumpalan asap tebal datang menyelimuti Sumadi, dalam sekejap mata Sumadi telah Hilang dari pandangan.
"Sialan.. Sumadi malah sudah keduluan diambil oleh penguasa Lereng Meratus sebagai tumbal.. dendamnya pada Darmaji memang sudah terlampiaskan tetapi kini Sumadi menjadi tumbal dan akan dijadikan budak oleh Penguasa Lereng Pegunungan Meratus.
Sayang sekali Aku tak sempat mencegahnya!"
gerutu Rama denga kedua tangan terkepal.
Atas petunjuk dari Intan Pandini, Cincin warisan setan itu dilarung/dihanyutkan ke Sungai dengan harapan tidak ada orang yang menemukan...
Senja kini telah menyerahkan dirinya ke pangkuan sang malam, suara jangkrik dan serangga mulai bersahut sahutan dari pepohonan,
Tak selamanya gelap itu pekat..
Tak selamanya malam itu menakutkan karena dibalik gelapnya malam terkadang hadir keindahan..
SEKIAN