SOSOK - JEJAK MISTERI KISAH NYATA
SEJARAH AKAN MENJADI LEGENDA DAN LEGENDA AKAN MENJADI MITOS DAN MITOS BERAWAL DARI KISAH NYATA
~~~~~~~~~~~~~
JEJAKMISTERI - Ketika senja beranjak menuju gelap. Perempuan paruh baya itu duduk diteras sempit rumahya yang buruk, beralaskan tikar purun. Dari samping rumahnya lewat seorang laki-laki berusia 30 tahun, melontarkan kalimat berbentuk belati, tajam langsung menikam jantung perempuan itu.
"Macam-macam saja kelakuan perempuan miskin, buruk rupa ini" ucapnya sambil berlalu.
Tunggu sampai tengah malam nanti, maka anakmu yang pertama kali akan aku jadikan sebagai tumbalku.
Perempuan itu memasuki rumahnya, menyiapkan sesaji dan membakar kemenyan. Malam ini dingin berselimut kabut, dendamnya membara bagai api yang membakar hutan. Maghrib telah runtuh, menuju tengah malam yang semakin mencekam, mengerikan.
"Bayi mu akan mati, Ya, ia akan mati malam ini !" Ucap perempuan itu sambil mengoleskan minyak berwarna hijau ke seluruh bagian lehernya, dan berangsur-angsur kepala itu lepas dari badannya, terbang menuju jendela kamar. Ia melesat mencari mangsa.
***************
Saat Asti membuka jendela dan menyibak tirainya, pagi masih diselimuti kabut tipis akibat pembakaran hutan dan lahan. Di luar tampak rerumputan basah. Asti segera merapatkan selimut di badan. Dingin sisa gerimis tadi malam bagai menyerbunya. Berlahan wanita asal Klaten Jawa Tengah itu beranjak dari balik jendela. Tak banyak yang bisa diperbuat Asti. Sebab, suaminya berwanti-wanti agar ia mengurangi pekerjaan yang berat-berat. Rudi tak ingin peristiwa keguguran dua tahun lalu terulang kembali. Kini, janin yang dikanndung Asti sudah memasuki bulan keenam. Ia harus lebih hati-hati menjaganya, sebab kali ini ia tinggal dipedalaman Kalimantan!
Sebetulnya, Asti ingin saat ia melahirkan nanti dekat dengan keluarganya di Jawa. Tapi keadaan menghendaki lain. Rudi, suaminya yang bekerja di dinas kehutanan, mendadak dipindah tugaskan ke Kalimantan Timur.
Konon di kota ini kasus ilegal logging semakin marak, sehingga butuh petugas tambahan. Dan sebagai istri, bagaimanapun Asti meski ikut mendampingi suaminya. Belum sampai sebulan mereka bermukim di Tanjung Redep, Kabupaten Berau ini. Wajar kalau Asti masih merasa asing dengan lingkungan sekitar. Apalagi jarak rumah penduduk agak berjauhan. Mungkin satu-satunya orang paling akrab dengan Asti adalah Nyai Odang. Karena ketika mereka pertama kali pindah ke sini, perempuan itu tanpa diminta ikut membantu membenahi perabotan mereka.
“Yuk pais waluh, wajik, gagatas..."! Pais pisang panas-panas. Teriakan Acil penjaja kue itu sontak membuyarkan lamunan Asti. Rada penasaran ia mendengar nama - nama penganan tersebut. Karena itulah Asti ingin mencobanya. Bergegas ia membuka pintu depan. Kemudian memanggil si penjual kue. Asti lalu memilih-milih kue di atas nyiru beralas daun pisang. Setelah rasa cukup, ia menyodorkan uang lima ribuaan.
“Penghuni baru, ya?” Tanya perempuan setengah baya itu sambil mengangsurkan uang kembalian.
“Iya. Baru dua pekan. Bu !“
"Oo, pantas saja baru kali ini saya melihat kamu. Kenalkan nama saya Acil Atih. Rumah saya tak jauh dari sini. Itu dibalik pohon asam besar itu. Sesekali kalau ada waktu silahkan berkunjung.” Tawar perempuan berkerudung warna hitam tersebut.
"Insya allah, Bu,” sahut Asti ramah.
Tak lama setelah Acil Atih berlalu. Muncul Nyai Odang. Sandal jepitnya tampak belepotan tanah merah kuburan, karena ia ikut melawat orang meninggal, yaitu seorang bayi laki-laki yang baru dilahirkan meninggal dengan keadaan kurus mengering kehabisan darah. Nyi Odang langsung mencebok air dalam drum dan membersihkan kaki. Kemudian setengah tergopoh-gopoh menyeret Asti untuk masuk ke dalam rumah. Asti Heran.
“Ada apa Nyi, kok kelihatn panik?“ Asti, kamu harus hati-hati. Semua warga di sini sudah tahu kalau Acil Atih itu bisa menjelma jadi makhluk Kuyang. Kuyang paling suka mengincar ibu yang sedang hamil, ya seperti kamu ini ! Biasanya kalau siang hari ia berpura-pura berjualan keliling. Apalagi maksudnya kalau bukan untuk mengetahui ibu-ibu yang sedang hamil...
Bahkan ia bisa menyamar menjadi kucing hitam atau burung.“ cecer Nyi Odang.
“Ah, masak?! Sahut Asti tak percaya.“
Coba kamu perhatikan Acil Atih itu selalu mengenakan kerudung. Kamu tahu kenapa? Itu dimaksudkan untuk menutupi sekeliling lehernya yang penuh bilur. Sebab, di malam hari kepalanya itu lepas dari badan dan melayang-layang di udara mencari mangsa”
Nyi Odang terus bercerita, berusaha menyakinkan Asti untuk menjauhi Acil Atih. Tapi, Asti malah menanggapi dengan tawa berderai.
“Kok malah ketawa ?”
“Nyi juga mengenakan kerudung. Berarti Nyi juga Kuyang dong,” ucap Asti bercanda.
“Hussh! Nyi mengenakan kakamban lantaran sudan ubanan.” jawab Nyi Odang sambil membersihkan sedikit noda merah dimulutnya dan menutupnya dengan ujung kain kerudung agar tak dilihat oleh Asti.
“ Iya, iya... Asti juga tahu! Tadi cuma bercanda kok. Lagian Asti nggak mau percaya dengan hal-hal tahayul. Apalagi sampai berprasangka buruk terhadap orang lain. Kan itu dosa.“
*********
“Sampai Nyi Odang pamit, Asti tetap tidak mempercayai mengenai keberadaan Kuyang. Padahal hampir setiap hari makhluk itu mengintai keberadaan Asti. Tanpa ia sadari. Dua bulan berikut, tatkala Asti berbelanja di warung para tetangga gempar. Mereka ribut membicarakan tentang Kuyang. Asti yang kebetulan berada di situ, tak kuasa menyembunyikan rasa ingin tahunya.“ Ada apa, Bu? Kok ramai benar orang di sini. Lagi membahas apa?“ tanya Asti pada pemilik warung.
“Apa kamu belum dengar. Masrufah yang tinggal di ujung kampung, yang hamil tua itu, tadi malam bayi dalam kandungannya mendadak raib. Katanya ia sempat bermimpi seperti baru melahirkan. Ketika terjaga tahu-tahunya perut dia sudah kempes, sambil mengeluarkan darah segar dari rahimnya. Kejadian ini bukan hanya sekali terjadi di kampung ini. Konon disebabkan oleh makhluk Kuyang.”
“Hei, kamu kan lagi hamil! Hati-hati kuyang itu pasti juga tengah lagi mengincar kamu.” Celetuk seorang ibu yang mulutnya berlepotan sepah kinangan.
Tanpa dikomando ibu-ibu itu langsung mengerubungi Asti. Mereka silih berganti memperingatkan Asti. Bahwa kuyang tidak akan berhenti mengintai korban sebelum kesampaian. Mereka menganjurkan untuk menangkal Kuyang sebaiknya di taruh bawang merah, bawang tunggal, dan tali ijuk di kolong ranjang. Dengan begitu Kuyang bakal takut mendekat.
“Eh, kamu barangkali kenal dengan Acil Atih. Hampir semua warga di sini menaruh curiga, bahwa dialah Kuyang itu. Makanya jangan coba-coba bersitatap mata dengan dia, jika kamu memang tidak ingin kesulitan pada saat melahirkan. Lihat saja hari ini dia tidak berjualan. Waktu ditanya oleh Nyi Odang, dia bilang sakit. Padahal itu hanya akal-akalan dia saja,” tukas perempuan berpupur dingin tebal.
Masih banyak nasihat-nasihat yang ditujukan buat Asti, Tapi, tidak semua bisa dicerna oleh akalnya.
Waktu kelahiran bayi yang ditunggu-tunggu pun semakin dekat. Karena itu Asti meminta agar suaminya, Rudi, untuk sementara mengajukan izin cuti. Dan tinggal dirumah saja. Menemaninya sepanjang hari. Apalagi akhir-akhir ini Asti merasa dihantui oleh berbagai cerita dari orang-orang kampung perihal Kuyang. Semula ia sempat tidak mempercayai, tapi dengan santernya berita yang dihembuskan warga, akhirnya Asti terpengaruh juga. Asti masih ingat ketika mondok di pesantren dulu ustadznya sering berpesan kalau sedang gundah-gulana sebaiknya perbanyak dzikir, sholawat atau membaca Alqur’an. Apalagi seorang ibu yang tengah mengandung, kebiasaan mengaji diyakini akan membawa pengaruh positif bagi perkembangan mental calon bayi.
Sejak tadi Asti melantunkan ayat suci Alqur’an. Malam ini suasana agak lain. Sunyi serta mencekam. Begitu rawan. Suaminya, tidak seperti biasanya, sudah tertidur pulas. Kelopak mata Asti sendiri sebetulnya digayuti rasa kantuk teramat berat, bagai orang yang kena hipnotis. Tapi, Asti coba untuk melawan hawa jahat tersebut dengan dzikir dan sholawat. Namun, Bruaaaakkkkk. Tiba-tiba dari atap rumahnya terdengar suara gedebuk keras benda jatuh.
Asti spontan melenguk ke atas. Memperhatikan sejenak. Tapi, tak ada apa-apa. Sejurus matanya melihat ke jam dinding. Ups! Sudah lewat pukul 1 malam. Asti menutup Alqur’an. Beranjak dari tempat duduknya. Tapi, saat ia hendak melepas mukena dan hendak melangkah, sebersit sinar berkelip-kelip menerobos kisi-kisi jendela.
Dengan beringsut Asti mencoba memberanikan diri menengok keluar. Asti terpekik hebat. Sepenggal kepala dengan rambut panjang menjuntai, mata mendelik merah, lidah panjang terjulur, berputar-putar di udara memperhatikan Asti.
************
Dengan beringsut Asti mencoba memberanikan diri menengok keluar. Asti terpekik hebat. Sepenggal kepala dengan rambut panjang menjuntai, mata mendelik merah, lidah panjang terjulur, berputar-putar di udara memperhatikan Asti. Tapi teriakan Asti sama sekali tak terdengar oleh Rudi, ia tetap tidur pulas bagai kena ilmu sirep.
Bahkan Makhluk Kuyang itu kian mendekat ke kaca jendela, menatap tajam ke arah Asti, Ia hanya bergidik, lututnya gemetar. Dalam keadaan panik, tiba-tiba ia ingat sesuatu. Asti spontan melafazkan Ayat Kursi, Alfatihah, surah Alfalaq dan surah An - nas.
Seraya meminta perlindungan sepenuhnya kepada allah. Tak berapa lama kemudian terdengar suara lengking panjang menyayat. Dan, berbarengan dengan itu makhluk Kuyang tersebut terbang melesat jauh. Meninggalkan bau hangit (gosong) dan Asti mengulas dada. Berangsur menarik nafas lega bersyukur. Sayup-sayup ia mendengar di kejauhan suara ribut-ribut serombongan penduduk, seperti sedang mengejar-ngejar sesuatu. Pagi harinya, dusun itu heboh. Penduduk ramai berkumpul di sekeliling Nyi Odang. Wanita itu di temukan tergeletak dalam kondisi sekarat dengan tubuh melepuh berbau busuk seperti habis terbakar tadi malam. Ternyata mereka salah duga. Bukan Acil Atih, tapi justru Nyi Odang yang gencar menghasut warga, dialah yang sebenarnya selama ini bergentayangan mencari tumbal jadi KUYANG.
SELESAI