MENARIK HARTA GAIB DI HUTAN MERANTING
JEJAKMISTERI - Ini di alami oleh sebut saja Dewi Rimba. Hutan Meranting berjarak 20 kilometer dari Sangata, Kalimantan Timur. Hari itu aku menginap di hutan ini untuk mencari duit atau harta gaib berupa emas peninggalan Jenderal Yamasita. Berdasarkan deteksi supranatural yang aku lakukan sebulan lalu, bahwa emas itu ada dan belum zohir. Untuk menzohirkannya, aku diperintahkan guru batinku, melakukannya pada Hari Kamis Wage. 24 Juli 24. Namun sayang, cuaca tidak mendukung. Hujan deras turun dan bergelimang petir dan geluduk. Untuk membakar kemenyan Arab, Madat Turki, Penaburan Elizabeth Arden, tak bisa aku lakukan di tengah hujan deras.
Menyedot Uang gaib
Ritual itu kuusahakan agar jangan sampai gagal. Maka aku membuka kemah dan berteduh menunggu hujan berhenti. Padahal sebagai dukun penyedot harta gaib wanita, keberadaanku di hutan Meranting, Kalimantan Timur ini, sangatlah beresiko. Bukan rampok, bukan pula pemerkosa yang ditakuti, tetapi ular berbisa yang begitu banyak, juga srigala dan bekantan. Sedangkan di danau di tengah hutan itu, masih banyak buaya, buaya Kalimantan yang ganas yang sering memakan manusia
Tetapi sudahlah. Aku harus menjalankan tugas ini dan tidak boleh takut. Nyaliku aku perkuat dengan doa, pinta dan harapan kepada Allah Yang Maha Agung. Atau, kalaupun malam itu gagal, pikirku, aku akan melanjutkannya di hari berikutnya, Hari Jumat Kliwon, 25 juli 24. Aku tidak mau sia-sia berjalan jauh dari Jakarta ke hutan ini.
Misteri
Setelah menempuh perjalanan udara ke Balikpapan, aku naik travel ke Sangata dan bandara Spinggan meliwati Bukit Soeharto, Samarinda, Sanga-Sanga dan Bontang. Setelah sampai di Sangata, aku carter motor roda dua dan Kota Sangata ke wilayah angker ini. Semua itu aku lakukan demi emas peninggalan Jenderal Yamashita. Sebagai pakar penyedot harta gaib, aku bekerja tunggal. Bukan karena aku tidak mau bergrup, tapi aku selalu berselisih pendapat dengan teman. Maka itu aku memilih profesi perdukunan tarik harta gaib ini secara tunggal.
Mistis mengangkat emas gaib
Di tahun lalu, aku bergrup bersama lima orang lain. Dua wanita dan tiga lelaki. Aku dijuluki Dewi Rimba, karena aku selalu berhasil menarik harta gaib yang ada di hutan. Bahkan Mbah Roso Margono, 59 tahun, menjuluki aku Panglima Wanita Alam Hutan. Gelar penghormatan itu kudapat karena aku selalu berhasil menyedot harta gaib di dalam hutan
Dari remaja aku sudah mendalami ilmu gaib penyedotan harta tersembunyi di dalam tanah. Utamanya tanah rimbun di daearah belantara. Pada tahun 2000 bulan Januari, aku praktek petama kali sedot harta gaib di hutan Talang Sengkaro, Ogan Komering ilir Sumatera Selatan. Sponsor penarikan itu adalah mantan bandit Kayuagung yaitu Haji Ahmad Mudo, 78 tahun, yang membiayai alat-alat ritual, sewa kendaraan, tenda dan makan kami selama seminggu di Hutan Talang Sengkaro. Pengalaman pertama ini membuat aku hampir gila. Karena jin penguasa Hutan Talang Sengkaro mau menikahiku. Dia jatuh cinta dan aku menolaknya. Karena menolak, Raja Jin itu marah dan aku diludahinya. Ludah itu membuat kepalaku pusing selama sebulan seperti migren dan nyaris gila. Untunglah dokter Hasan Samran, 56 tahun, dokter ahli internis dan juga paranormal, mampu mengobatiku dan aku sembuh hingga sekarang.
Pengalaman itu menjadi guru kehidupan bagiku. Sejak itu, jika jin penunggu harta gaib jatuh cinta dan mau menikahiku, aku menerima. Namun setelah hanta didapat, aku minta cerai lagi. Lalu menikah lagi dengan jin lain di tempat penarikan harta gaib yang berbeda.
Malam itu aku gagal bertemu penguasa gaib Hutan Meranting. Asap dupa yang aku bakar tersiram air dan asapnya tidak sempurna merayap di sekitar hutan. Maka itu, ibarat signal, asap itu tidak mampu mencari jaringan dan menemukan apa yang aku cari. Yaitu Raja jin Burangrang, penguasa hutan yang menguasai harta gaib berbentuk emas peninggalan panglima perang dari negara Jepang itu.
Hari Jumat Kliwon, berikutnya, aku tetap bertahan di blok merah, Hutan Meranting. Tanah basah, lembab dan berbecek. Namun pada jumat malam tidak hujan lagi. Langit cerah dan bintang gemintang pun menyembul di kaki langit. Bulan pun, walau benbentuk sabit, tetaplah terlihat nyata, diatap kepalaku. Aku bersyukur malam itu cerah dan aku dapat lebih sempurna menyalakan dupa. Asap kemenyan Arab, asap madat Turki yang aku bakar, akan mengundang Raja jin Burangrang untuk maujud.
Benar saja, pukul 00.00 tengah malam Raja jin Burangrang keluar sarangnya. Dia datang dari danau dan menemuiku di Blok Merah, di sebelah tenda di mana aku membakar dupa. Suaranya bergemuruh saat datang. Mirip suara pesawat, yang menderu saat akan landing atau take off.
“Ada tujuan apa engkau masuk ke wilayahku ini,” tanyanya, dalam bahasa Burangrang.
Bahasa bangsa jin yang aku mengerti setelah puluhan tahun berhubungan dengan jin. Bahasa Burangrang itu mirip bahasa Arab, tetapi bukan Arab. Untuk berhubungan dengan jin, harus bisa berbahasa jin. Dan itu bisa dilakukan setelah membaca seribu mantra sakti mandraguna yang surialis dan abstraktif.
“Mohon ijin Tuan Raja Burangrang, aku mau minta emas yang engkau kuasai. Emas Jenderal Yamashita dari jepang yang menyimpannya di daerah ini, sebelum beliau pergi ke Filipina Selatan,” kataku.
“Oh, kamu tahu emas Yamasita ini dan ingin memintanya dariku. Baik, kamu harus menikah dulu denganku malam ini, setelah itu aku akan memberikan sebagian kecil yang ada,” desisnya, sambil duduk dengan wajah angker menatap wajahku.
Aku mengangguk dan kami menikah malam itu. Menikah cara jin dan aku sudah biasa menghadapi masalah ini Aku memintanya mengecil diri ukuran normal lelaki biasa manusia, lalu wajahnya yang seram dirubah ganteng dan tubuhnya wangi, tidak bau apek sebagaimana umumnya bangsa jin yang bau. Kecuali jin perempuan yang berbau bunga melati, bau bunga mawar dan bunga kantil. Jin lelaki tubuhnya bau kemenyan. Tidak enak tercium hidung dan amis.
Raja jin Burangrang mematuhi permintaanku. Dia mengecilkan dirinya dan berubah wujud jadi ganteng. Mirip aktor Tom Barenger dengan rambut yang tertata rapi dan tubuh yang wangi parfum Olivia Hussey. Kami sepakat menikah dan malam itu juga dia berikan emas lima batang kepadaku. Setelah dia raib kembali ke danau, aku pulang dengan sepeda motor menuju kota Sangata, kota Batubara yang kaya dan terkaya di Asia Tenggara itu.
Cerita hantu nyata
Hari Sabtu pagi, Sabtu Legi, 26 Juli 24 aku sudah berada di Balikpapan. Aku segera ke bandara Spinggan dan terbang ke Jakarta dengan pesawat Garuda Airline ke Bandara Soekarno-Hatta. Namun, sebelum aku berangkat, aku meninggalkan surat cerai di Blok merah dekat Danau Sariti, rumah Raja Jin Burangrang itu. Jika dibacanya, dia akan melupakan aku dan aku akan menikah lagi dengan jin-jin yang lain yang memberiku harta peninggalan gaib.
Setelah aku menjual emas batangan pemberian Raja Jin Burangrang, aku membagi-bagi uang dengan beberapa dukun yang menjadi sahabatku. Sebab banyak dukun yang miskin bahkan susah kehidupannya, apalagi bagi mereka yang mengambil bidang sedot harta gaib seperti keris, tombak, sabuk kerajaan yang tak bisa langsung dijual dijadikan uang.
Bank gaib
Maka itu, sudah menjadi kode etik di kalangan dukun penyedot harta gaib, untuk saling berbagi bila sukses. Dan hal itu aku lakukan sejak dulu. Walau aku praktek sendiri, modal sendiri dan jalan sendiri ke nusantara ini, namun aku tetap membagi bagi kepada teman yang kesulitan uang. Sebab walau sakti seperti apapun, seorang dukun itu pasti butuh makan, butuh uang dan butuh untuk biaya sekolah anak-anak mereka. Maka itu kami saling topang menopang, bantu membantu dan tolong menolong sesama dukun. Bila acuh tak acuh, kurang memperhatikan dukun lain, maka kita pun, akan diabaikan. Aku juga sering mendapat bantun dukun lain secara materi. Dibantu uang saat aku sakit lama karena diludahi jin itu dan saat aku lama tidak berhasil menyedot harta gaib yang mudah dijadikan uang
Di tengah ketenangan hidupku di Jakarta, saat menikmati penjualan emas batangan dari kalimantan Timur, Senin tengah malam pahing, Agustus 24, Raja Jin Burangrang datang dari Kalimantan Timur. Dia terbang ke Jakarta Selatan, masuk ke rumahku di Jalan Domas, Pesanggaran, Jaksel. Aku terkejut sekali akan kehadirannya. Dia datang dengan wajah marah dan bentuk mata bulat seperti bola tenis. Dia melotot dan menjambak rambutku yang terurai setelah aku bangun tidur tengah malam.
Raja Jin Burangrang marah karena aku memberinya surat cerai dan dia menolak bercerai denganku. Aku memahami kemarahannya tapi baru kali itulah surat ceraiku ditolak. Arkian, ternyata, Raja Jin Burangrang punya istri satu-satunya aku dan sudah 200 tahun dia tidak menikah. Aku dianggapnya berhianat dan melakukan pepatah habis manis sepah dibuang. Pokoknya, Raja Jin Burangrang tidak mau cerai dan dia akan tinggal bersamaku di Jalan Domas, Pesanggrahan hingga waktu yang tidak ditentukan.
Aku lalu mengakalinya, kuajak dia pulang lagi ke Sangata, Kalimantan Timur dan aku mau bertahan sebagai istrinya jika dia berikan semua emas yang ada di Blok Merah, Hutan Meranting. Syahdan, ternyata Raja Jin Burangrang mengetahui siasat ini, hingga dia tidak mau kembali lagi sebelum aku bersumpah untuk menjadi istrinya selamanya.
Bila aku sudah bersumpah dan melanggar sumpah itu, maka aku akan membusuk. Tidak mati tapi tubuhku akan bengkak dan perutku meledak. Hal ini pernah dialami oleh teman dukunku, Jeng Sutika Asmara yang melanggar sumpah dan perutnya meledak Kini, Jeng Sutika sudah sembuh namun mengundurkan diri sebagai dukun perempuan karena tidak kuat menghadapi bahayanya dunia perdukunan. Betapa mengerikannya dunia perdukunan yang ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan orang selama ini.
Diam-diam, saat siang hari, ketika Raja Jin Burangrang tidur di rumahku, aku pergi meminta pertolongan Mbah Mursalim, pakar bangsa jin mumpuni di Banten. Aku ke rumahnya dan menceritakan keadaan ini. Mbah Mursalim tertawa terpingkal setelah mengathui bahwa Raja jin Burangrang tidak mau bercerai dan bertahan hidup denganku sampai waktu yang tidak ditentukan.
“Gampang, saya akan paksa pergi dia dan paksa bercerai denganmu,” kata Mbah Mursalim, sambil berganti pakaian, memakai baju koko, kopiah dan bersarung, naik motor ke rumahku. Sementara aku naik mobil di depannya. Dia mengikuti ke rumahku di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, dari kediamannya di daerah Cipondoh, Kota Tangerang, Banten.
Karena derajat bangsa jin itu lebih rendah dari bangsa manusia maka alhamdulillah dengan mudah menguasainya. Dengan enteng, setelah jampi-jampi mantra saktinya, Mbah Mursalim yang mengusai ilmu, serta pemegang kunci inti mengalahkan Raja Jin, maka Mbah Mursalim langsung tarik kuping jin yang panjang dan memarahinya. Dengan ketakutan dan sujud di kaki Mbah Mursalim, Raja Jin Burangrang langsung terbang ke angkasa menjelang maghrib, lalu terbang ke utara menuju Kalimantan timur.
Jika engkau mau menarik-kembali emas di Blok Merah, Hutan Meranting, Kalimantan Timur itu, engkau akan mendapatkannya. Tapi dengan syarat, egkau bawa kayu ranting pohon Sengguna yang ada di Pulau Kelapa, Kepualau Seribu. Di tanah Jawa, hanya ada di Pulau Kelapa kayu sakti mandraguna itu.
Kayu itu hanya bertinggi dua meter dan warnanya merah. Orang biasa tak akan menemukan kayu itu di Pulau Kelapa, hanya aku yang tahu dan engkau akan kuambilkan jika aku sudah punya waktu untuk kesana bersamamu. Dengan kayu Sengguna Raja Jin Burangrang akan takluk dan akan mengeluarkan emas itu untukmu. Bukan dua atau tiga batang emas, tapi semuanya akan diberikannya kepadamu. Tutup Mbah Mursalim sambil pamit pergi, pulang ke rumahnya yang sederhana di tepi Danau Cipondoh, Kota Tangenang, Banten.
Hingga tahun 27 awal ini, Mbah Munsalim belum dapat perintah gaib dari guru mistiknya, untuk membawa aku mengambil Kayu Sengguna di Pulau Kelapa di ujung Kepualaun Seribu, Jakarta Utara. Padahal aku sangat mengharapkan Kayu Sengguna itu untuk mengambil sisa emas bekas Jenderal Yamasita di Blok Merah, Sangata, Kalimantan Timur. Walau aku terus merengek minta Mbah Mursalim segera bawa aku ke Pulau Kelapa, namun karena belum ada petunjuk gaib, maka aku belum bisa juga mendapatkan kayu sakti untuk mengambil harta tersembunyi milik Jenderal Yamasita yang dikuasai Raja Jin Burangrang di Hutan Meranting, Sangata, Kalimantan Timur.
Itulah cerita kisah mistis misteri seorang dukun wanita yang menikah demi mendapatkan emas gaib peninggalan jaman jepang
SEKIAN
BACA JUGA : ARWAH SEORANG PEMBANTU