AMARAH DESA JIN (Part 9 AND)
JEJAKMISTERI - Makhluk itu meronta-ronta, wajahhya terlihat merah padam. Ia terus menatap benci pada nyai. Wajahnya menegang, urat-urat tangannya menyembul seolah ingin keluar dari lapisan kulitnya.
Ia sama sekali lebih kejam dibandingkan dengan kejadian ketika di rumah nyai. Makhluk ini lebih agresif, dia terus menggeram seolah menakuti semua orang yang ada mengerumininya didalam rumah lita.
Nyai terlihat sedikit gemetar memandangi suasana riuh seperti ini, badan anak nyai yang berisi makhluk itu mengamuk, beberapa warga laki-laki langsung spontan memegangi badan anak nyai itu sesuai intruksi dari nyai.
Tangan dan kaki dipegang kuat oleh empat orang laki-laki, tapi itu nihil. Mereka bahkan tidak kuat menahan tubuh anak nyai yang dirasa mereka sangat kuat sekali.
Nyai memberi intruksi kembali menambah beberapa laki-laki hingga 8 orang yang memegangi anaknya itu. Badannya terus menggeliat marah, wajahnya murka dengan guratan urat kepala yang menghias wajah yang memerah itu.
"Ai sia ulah sok mawa kagorengan didieu!" (Anda jangan suka membawa keburukan disini) ucap nyai marah
Makhluk itu menatap lurus wajah nyai, ia tampak sangat murka atas apa yang dikatakan nyai. Ia sangat tidak terima tentang hal itu.
Nyai menatap tajam kembali mata makhluk itu. Semua warga yang berada mengerumuni kejadian ini semakin lama semakin ramai. Anto melihat dari balik pintu dikamarnya, LIta dan abi terlihat sedikit lebih tenang. Mereka tak berani untuk pergi melihat kejadian ini lagi.
Anto menatap khawatir,
Geraman makhluk itu kian mengeras memenuhi isi rumah. Nyai mencoba menenangkan makhluk itu untuk melakukan negosiasi kembali. Karena jika didiamkan, makhluk ini akan semakin meronta-ront mengamuk dan menunjukkan bahwa dia sedang marah.
Perlahan Nyai memegang bagian dahi makhluk itu yang sudah berkeringat. Berharap agar makhluk ini bisa mulai untuk tenang agar tidak lagi membuat warga harus kewalahan memegangi badannya yang bisa saja melukai warga disini.
Nyai menyuruh warga yang berkerumun untuk memberikan ruang lebih luas untuk nyai dan makhluk itu. Para warga mengikuti intruksi nyai yang terlihat sangat serius sekali. Para warga mengerti jika menghadapi makhluk lelembut itu adalah hal yang tidak mudah.
Beberapa menit kemudian, makhluk itu mulai bisa lebih tenang, ia terduduk bersila layaknya petapa hanya saja tangannya mencengkram erat celana bagian lutut yang dipakai anak nyai.
Wajahnya nanar memandang nyai, tak ada perubahan dari raut muka itu. Dia seolah sangat tertekan dan murka dengan apa yang terjadi pada dia dan rakyatnya.
"Ayeuna kieu! Ku aing sia bere imah anyar!" (Sekarang begini! Anda saya berikan rumah baru)
Ucap Nyai mulai bernegosiasi
Makhluk itu hanya tersenyum sepele. Dia menutup matanya dan kemudian tertunduk. Dengan gagap dia menjawab kalimat yang dilontarkan oleh nyai.
"Budakna ku aing bawa oge!" (Anaknya saya bawa juga!)
Nyai menampar keras wajah itu, hingga semua warga tersentak kaget.
"PLAAAKKKKK"
"emangna setan pinuh ku tipu daya, pan sia kamari ngomong ka aing 2 pilihan! Ayena aing !ilih pilihan nu mindahkan imah sia ka tempat nu anyar, naha jadi hayang budakna oge?" (Emang ya setan penuh dengan tipu daya, kan anda kemarin bilang ke saya ada 2 pilihan! Sekarang saya memilih untuk mencarikan anda tempat tinggal yang baru, kenapa jadi anda ingin mengambil anak itu juga?) Jawab nyai dengan amarah yang sangat meluap-luap.
Makhluk itu tampak tak merasa bersalah, wajahnya mulai tersenyum kembali. Ia seakan sudah merasa berhasil melakukan tipu daya kepada manusia seperti Nyai.
Nyai tertegun seperti memikirkan suatu hal, ia menelisik jauh-jauh didalam kepalanya, apa yang mesti dia lakukan. Dia berada diposisi yang sangat sulit sekali kala itu.
Suasana malam mulai menjemukan, tetapi warga masih ramai memenuhi ruangan tengah rumah lita tersebut!
Kemudian nyai tiba-tiba menundukkan kepalanya dan terpejam. Semua orang keheranan, makhluk itu tetap tersenyum memandangi nyai yang tiba-tiba seperti itu.
Tak lama wajahnya terangkat kembali, hingga terlihat raut wajah yang berbeda dari wajah nyai. Ini bukan nyai, pikir anto menyelidik.
Perlahan mulutnya membuka dan mengucap "Sia ulah sok ngaganggu kaluargi aing!" (Anda jangan mengganggu keluarga saya!) Suara nyai berubah lebih membesar, seperti suara seorang laki-laki.
Lita perlahan menghampiri anto yang masih berdiri dibalik pintu, dia membisikkan suatu kalimat ditelinga anto "jigana itu oyot!" (Kayanya itu kakek)
Jin yang merasuki lita dipercaya adalah kakek lita yakni kakekku juga. Kakekku dikenal sebagai orang sakti dikampungku, beliau mempunyai ilmu pamacan. Seperti itulah ilmu yang sengaja dipelajari di zaman dulu untuk melawan para penjajah belanda. Kakekku salah satu orang yang disegani disini, beliau sering kali berinteraksi dengan makhluk-makhluk dari dunia lain.
Makhluk itu terlihat menunduk !
Nyai yang tubuhnya masih dikendalikan jin yang menyerupai kakekku itu, mengangkat kepalanya dan terlihat ekspresi yang mengancam si pemimpin desa jin itu.
Tampak kekesalan dan keputus asaan terlihat dari wajah makhluk itu, dia terlihat kacau dan ketakutan. Sepertinya mereka memang sedang bertarung, tentunya bertarung di dalam dunia ghaib.
Semua warga melihat pemandangan yang aneh itu, mereka tak melepas pandangan mereka melihat 2 manusia itu hanya terdiam dan memberikan ekspresi yang tidak biasa.
Tak berselang lama, tiba-tiba tubuh anak nyai tergeletak lemas membentur lantai, terlihat lemah pemuda itu dibopong oleh salah satu warga didekatnya menuju sofa yang berada diruang tamu. Nyai masih terdiam melenguh, tak ada warga yang berani membangunkannya atau bahkan menyentuhnya.
Anto dan lita terlihat sangat keheranan. Kemudian mereka berjalan menghampiri nyai yang posisinya sedang terduduk bersila dengan wajah tertunduk ke bawah.
Tiba-tiba wajahnya terangkat mengagetkan anto, lita dan semua warga. Wajahnya penuh dengan peluh yang mencair menjalar kesetiap kerutan wajahnya. Ia tergolek lemas dan jatuh tersungkur ke lantai. Lita langsung berlari menuju dapur dan mengambil 2 gelas air.
Nampak wajah Nyai dan anaknya sangat kelelahan, mereka terlihat lemas sembari duduk dan bersandar diatas sofa di ruang tengah. Terlihat wajah para warga yang penuh dengan pertanyaan.
Setelah menenggak segelas air, nyai terduduk tegap sembari mengelap peluh yang jatuh dari dahinya. Nyai mencoba menjelaskan apa yang sekarang terjadi.
"Nya tos, ulah khawatir deui. Nyai tos dibantu ku nu kawasa ngalawan jin nu niat teu hade. Tapi emang dasarna urang oge nu salah. Jadina ngaganggu kahirupan makhluk nu sanes! Kin besok nyai pindahkeun kampung jin eta ka tempat nu tos disepakati" (iya udah, jangan khawatir lagi. Nyai sudah dibantu oleh yang kuasa melawan jin yang berniat buruk. Tapi emang dasarnya kita juga yang salah, jadinya mengganggu kehidupan makhluk yang lain! Nanti besok nyai pindahkan kampung jin itu ke tempat yang sudah disepakati)
Setelah mendengar itu, semua warga merasa lebih tenang. Mereka satu persatu perlahan berjalan pulang kerumah mereka masing-masing, Lita terlihat sibuk mencuci gelas bekas nyai dan anaknya.
Setelah selesai ia kembali ke kamar tempat abi tadi tidur,
"Aaaakkkkkk" teriakan Lita kembali menggema.
Semua warga mendengar dan kembali berlarian masuk kedalam rumah lita, nampak ekspresi kebingungan yang terlihat di wajah para warga. Mereka bertanya-tanya kenapa lita tiba-tiba berteriak?
"Aya naon neng?" (Ada apa neng?) Tanya salah satu warga
Bukannya menjawab lita hanya menangis tersedu, ternyata abi tak ada ditempat tidur yang sedari tadi abi terbaring diatasnya. Para warga kebingungan, tiba-tiba anto berlari masuk ke kamar yang sudah banyak orang berkerumun.
"Neng aya naon? Ieu si dedek ieu jeng aa! Tadi hoyong ka kamar mandi cenah" (neng ada apa? Ini si dedek sama aa! Tadi mau ke kamar mandi katanya)
Anto tergagap sambil memeluk lita yang sambil menangis mengambil abi dari gendongan anto. Semua warga merasa lega, akhirnya merekapun pergi pulang.
Konon, Nyai memindahkan desa jin itu ke kebun yang tak jauh dari lahan kebun pisang itu, kebun itu hanya terpisah oleh sungai, dan jaraknya tidak terlalu jauh dari bekas kebun pisang itu, yakni Kebun Kayu Jengjen. Malam itu pula tangan bu Rw kembali sedia kala, dia sembuh dengan cepat.
(Tempat Asli bekas Kebun pisang yang sekarang masih ada dan hanya sebuah padang luas)
Esok pagi yang cerah menghiasi senyuman anto yang tersungging bahagia, semua yang terjadi telah kembali seperti sedia kala. Anto mendapat banyak pelajaran dari kejadian mistis ini, jika kita hidup berdampingan dengan makhluk tak kasat mata. Senantiasa kita harus selalu saling menghormati sesama makhluk ciptaan Allah. Jangan pernah lagi gegabah.
Anto memulai pekerjaanya lagi yakni berjualan bakso didepan rumahnya, ia sedang mempersiapkan bahan-bahan di gerobak baksonya dan hidup bahagia sampai sekarang.
[TAMAT]
*****
Sebelumnya