Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

AMARAH DESA JIN (Part 8)


JEJAKMISTERI - Lita melihat abi anaknya tetap seperti kemarin-kemarin, anak itu masih saja terus bermain sendiri dan lita kembali tak melihat sosok apapun di depannya. Hanya abi yang tertawa cekikan sembari mengatakan hal yang tidak terlalu dimengerti oleh lita.

Bulu kuduknya kembali menyeruak berdiri seolah ada yang meniup tengkuk lita kala itu. Ia hanya memandang semu memikirkan jika hal ini memang akan terjadi lagi. Ketenangannya tidak bisa lagi ia harapkan. Dalam pikirnya hanya keinginan untuk bertemu Nyai kembali.
Teriakan abi terdengar lantang hingga ke semua penjuru rumah, Anto yang sedang menyiapkan bahan-bahan untuk berjualan baksonya spontan meninggalkan semua itu dan berlari menuju kamar dimana Abi berada.

Lita terlihat hanya berdiri membeku, badannya kaku dengan wajah kaget yang luar biasa. Abi hanya menjerit-jerit diam di tempat ia berdiri didalam kamar. Wajahnya enggan melihat ke satu sudut kamarnya itu. Anto sigap mengambil abi dan menggendongnya, dan menarik tangan lita dan langsung berlari.

Tangisan pecah, Anto yang tidak tahu apa-apa hanya memandang bingung situasi seperti itu. Beberapa kali anto menanyakan kepada lita, lita hanya terbengong syok dengan mata yang masih melotot. Ada rasa takut yang terpampang dalam wajahnya. Jeritan abi semakin mengeras, entah apa makhluk yang mereka lihat.

Kebingungan Anto memuncak, hingga tak ada lagi hal yang bisa ia lakukan kecuali menghentikan abi yang masih menangis. Berkali-kali anto menggoyang-goyangkan badan lita, nihil. Lita tidak menggubrisnya ia masih terbengong dan memeluk lututnya.
Antopun memeluk lita berharap memberikan ketenangan kepada lita agar melupakan hal apapun yang terjadi kepadanya.

Beberapa jam kemudian...

Abi sudah terlelap tidur dikamar lain bekas kamar okta, wajahnya berpeluh dengan mata yang terpejam kaku. Terbaring lita disebelah Abi yang terlihat mencoba untuk menenangkan diri. Anto masih belum tahu jawaban atas kebingungannya hari ini. Ia memutuskan untuk tidak berjualan terlebih dahulu, ia hanya akan fokus untuk mengurus kedua orang yang dicintainya itu.

Dalam pikiran anto bergemuruh "apa wujud asli makhluk itu yang mereka lihat? Kapan pula nyai akan pergi kesini?" Anto tak bisa lagi berpikir jernih.
Dengan sepiring nasi dan lauk ikan, anto mencoba menyuapi lita yang masih saja terdiam tanpa mengucapkan sepatah katapun, ia hanya melihati abi yang masih tertidur pulas disebelahnya.

Malam menyeruak, langit semakin menggelap membiru dengan beberapa bintang menghias ramah disetiap gelombang awan yang perlahan menghilang. Suasana rumah lita tak berbeda, mereka masih saja seperti itu dari siang tadi, takut untuk melakukan aktivitas apapun.

Gemuruh suara motor mengagetkan mereka, sebuah motor terparkir didepan rumah lita. Anto bergegas membukakan pintu meksipun tidak ada yang mengetuk. Anto hanya berpikir itu adalah nyai yang sudah berjanji akan pergi kerumahnya.

Anto terhentak kaget ketika melihat sosok yang ada didepannya, dengan pakaian khas perempuan tua dengan memakai kain batik yang ia pakai sebagai rok panjang kebawah, dengan wajah yang sedikit mengeriput, sosok itu berdiri tegap dengan ekspresi yang bergidik. Dibelakangnya terlihat anak muda yang anto ingat sekali wajahnya.

"Alhamdulillah Nyai datang" Ucap anto gembira

Nyai hanya menyeloroh berjalan perlahan menyalami anto yang berada didepannya, anto segera menyingkir dari hadapan nyai kemudian anak muda yang dibelakangnya yakni anaknya itu mengikutinya dari belakang. Tampak kengerian dari wajah mereka.
Anto hanya berjalan tanpa memikirkan suatu hal, ia hanya ingin semua ini kembali seperti semula.

"Loba, meni loba gusti" (banyak, sangat banyak) ucap nyai gemetar
Anaknya hanya mengangguk saja sembari melihat sekeliling rumah ini, sudut demi sudut mereka datangi dengan perlahan.

"Loba? Seeur naon nyi?" (Banyak? Banyak apa nyi?) Tanya anto.

"Jurig" (setan) jawab nyai mantap sembari menoleh melihat wajah anto.

Terhenyak dengan penuh kebingungan, anto menghentikan langkahnya yang sedari tadi mengikuti nyai dan anaknya.

"Kuring teu nyaho sampe saloba kieu ieu jurig, nya sakampung weh ieu mah merennyah. Rupana garoreng pisan!" (Saya tidak tahu sampai sebanyak ini setannya, sekampung pantesan inimah. Wujudnya sangat jelek sekali!) Gumam nyai.

Anto tak bisa menyembunyikan ketakutannya, ia hanya mengelus lembut tengkuknya sembari melihat kebelakangnya, dia khawatir akan melihat sosok tak kasat mata tersebut.
Tidak hanya itu, anak dari nyai pun menjelaskan hal yang membuat anto semakin bergidik ngeri. Bahwa disemua rumah yang ada dikampung ini masing-masing rumah mereka dihuni oleh makhluk-makhluk ini, sepertinya makhluk itu dan rakyatnya memutuskan untuk tinggal disetiap rumah warga yang berada disekitar bekas kebun pisang itu. Semuanya menempati setiap rumah, sehingga akan memberikan efek yang sangat tidak nyaman dengan rumah para warga. Nyai menambahkan, jika melihat ke dalam dunia mereka, rumah para warga semuanya sangat gelap karena satu rumah bisa ratusan sampai ribuan makhluk menghuninya.

Berhubung, rumah lita adalah rumah yang paling dekat. Intensitas aktivitas mereka dia rumah lita lebih kompleks bahkan makhluk penghuninya lebih banyak.
Mereka terlihat membawa tas-tas, koper atau gembolan, layaknya manusia yang akan pindah rumah atau diusir dari rumahnya.

Pemandangan yang tak mampu anto lihatnya sudah membuatnya gemetar takut, apalagi jika ia bisa melihat hal ini.

Dari dalam kamar yang pintunya terbuka, nyai melihat lita dan abi yang sedang tertidur pulas. Anto melihat nyai memperhatikan istri dan anaknya

"Tadi isuk..." (Tadi pagi...) Tak sampai menyelesaikan ucapannya. Nyai memotong kalimat yang akan diucapkan anto "Nyai, tos terang!" (Nyai, sudah tahu!)
Anto hanya mengangguk menundukkan pandangannya.

"Nya teu nanaon, geus ulah dipikiran. Si eneng Sareng si dedek tadi ningal salah sahiji makhluk eta!" (Iya gak apa-apa, sudah jangan dipikirkan. Si eneng dan si dedek tadi melihat salah satu dari makhluk itu) jelas Nyai.

Sejenak suasana hening, Tiba-tiba hal yang sebelumnya anto saksikan terjadi kembali. Tubuh anaknya nyai kembali mengejang, badannya yang tadinya berdiri tersungkur terduduk diatas lantai.

Nyai tidak terlihat kaget, lain dengan anto yang terperanjat melotot menyaksikan hal ini.
Anto terbengong kebingungan apa yang harus ia lakukan, tak ada intruksi apapun yang nyai katakan kepadanya. Nyai hanya terfokus memandangi makhluk yang berada di dalam tubuh anaknya itu.

"AARRRGGGHHHHHH" Teriakan makhluk itu sangat kencang sekali.

Sesaat setelah teriakan itu terdengar, jeritan Abi dan Lita terdengar hebat. Riuh sekali saat itu, anto berlari masuk kedalam kamar berusaha menenangkan istri dan anaknya. Lita terlihat memeluk abi dengan erat dikamar itu, anto langsung memeluk mereka berdua.

Hingga tak disadar anto, anaknya Nyai melongok dari balik pintu kamar itu, matanya melotot dengan bibir yang menyeringai. Seolah-olah ia menikmati keadaan ini.

Nyai yang berada dibelakangnya menariknya kembali dan membuatnya untuk kembali duduk.
Ternyata teriakan makhluk itu mengumpan warga lain menghampiri rumah lita, mereka berlarian masuk ke rumah lita malam itu, mereka berkerumun. Salah satu uwakku yang lain mencoba menenangkan keadaan lita.
Makhluk itu tetap berada didalam tubuh anaknya Nyai, Nyai terlihat kewalahan ketika...
Makhluk itu...
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya

close