Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

DIGONDOL WEWE GOMBEL


JEJAKMISTERI - Petang itu menjelang adzan Maghrib, keluarga Pak Widianto boyongan, dari kontrakan satu ke kontrakan yang lain. Mereka tinggal di sebuah desa dekat dengan kaki Gunung Kelud.

Keluarga Pak Wid memiliki empat orang anak, tetapi yang ikut mereka hanya tiga. Si sulung yang baru lulus SMP ikut neneknya di kota untuk bekerja. Ketiga anak Pak Wid, masing-masing berusia delapan, enam, dan empat tahun. Yang paling kecil perempuan, digendong oleh istri Pak Wid. Sementara dua anak laki-laki lainnya menaiki sepeda mini yang telah berkarat. Hasil beli di rombengan.

Jarak kontrakan yang tidak terlalu jauh, membuat Pak Wid dan istrinya memilih berjalan kaki  menyusuri setapak demi setapak untuk memindahkan barang-barang mereka yang tidak banyak.

Jalanan desa yang masih jarang rumahnya itu melewati sawah, ladang, dan perkebunan kosong. Suasana gelap minim penerangan, membuat gadis kecil dalam gendongan sang ibu menangis kencang.

Istri Pak Wid sibuk menenangkan putri kecilnya hingga sampai di kontrakan baru. Namun, ketika telah masuk ke rumah, mereka baru menyadari bahwa anak lelakinya yang berusia enam tahun belum sampai.

Pak Wid dan istrinya tak memiliki pikiran buruk. Mereka mengira mungkin anaknya masih mampir di rumah teman. Akan tetapi, sampai malam hampir menjelang si anak belum pulang juga. Mereka pun mulai cemas. Dicarilah anak tersebut di rumah teman-temannya, tetapi tak ada satu pun yang tahu.

Pasangan suami istri itu mulai mencari di sepanjang jalan yang tadi mereka lalui, mereka pun kembali ke rumah lawas kalau-kalau sang anak masih di sana. Namun, nihil. 

Pak Wid dan istrinya mulai minta bantuan warga untuk turut serta mencari keberadaan anaknya. Mereka menelisik pematang sawah, menyusuri sungai, dan mencari di sekitaran kebun yang tadi dilewati. Akan tetapi, lagi-lagi tak membuahkan hasil.

Atas saran salah seorang warga, mereka mendatangi rumah Mbah Sarni, sesepuh desa. Dia dikenal sebagai orang yang bisa mengetahui sesuatu gaib.

Setelah sampai di rumah Mbah Sarni, barulah mereka menemukan jawaban. Dikatakannya anak Pak Wid disembunyikan wewe gombel yang tinggal di rerimbunan pohon bambu di sebuah kebun kosong.
Mbah Sarni menyarankan kepada semua orang untuk mengambil panci, wajan, dan berbagai peralatan dapur untuk dijadikan sebagai alat musik, serta beramai-ramai membacakan selawat Badar. Sebelum itu, semua yang ikut mencari diharuskan bersuci dahulu. Wanita yang tengah haid dilarang turut serta.

Setelah orang-orang siap, Mbah Sarni mulai memimpin jalan menuju kebun kosong. Riuh suara peralatan dapur beradu dengan lantunan selawat, meramaikan kampung yang lengang malam itu. 

Satu jam berlalu, tiba-tiba anak Pak Wid yang hilang, terlihat sedang menelungkup di dekat parit tak jauh dari kebun kosong. Sepedanya pun berada tak jauh dari anak tersebut.

Pak Wid segera menggendong anaknya dan membawa pulang. Warga berbondong-bondong mendatangi rumah Pak Wid untuk menanyakan kabar sang anak.

Setelah sepenuhnya sadar, ditanyailah anak tersebut oleh bapaknya. Bocah enam tahun itu mengaku diajak mampir sebentar ke rumah seorang wanita. Di rumah itu, dia diberi macam-macam makanan yang belum pernah dilihat sebelumnya. Namun, belum sempat dia makan apa pun, sudah ditarik keluar oleh orang lelaki tak dikenal. 

Anak itu merasa hanya duduk sejenak, padahal telah berjam-jam orang tuanya mencari keberadaannya.

(Kisah nyata yang dialami keponakan saya beberapa tahun silam.)

BACA JUGA : LONCENG KEMATIAN

close