Pengalaman Mistis Selama Kerja Di Pabrik (Part 1)
JEJAKMISTERI - Sabtu sore, merupakan saat saat yang paling menggembirakan bagi seorang buruh bangunan sepertiku. Hari dimana kami menerima gaji setelah seminggu penuh bekerja keras membanting tulang memeras keringat demi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari.
Jam setengah lima sore, setelah aku mendapatkan amplop gajiku, aku segera menuntun motorku keluar area proyek, lalu menjalankannya pelan-pelan ditengah kesemrawutan lalu lintas dan lalu lalangnya para buruh pabrik yang sepertinya juga baru bubaran dari tempat mereka bekerja.
Ya, proyek yang sedang aku garap saat ini berada di kawasan industri pabrik garment yang lumayan besar di kota ini. Tak heran setiap pagi dan sore menjelang para karyawan pabrik hendak berangkat atau pulang bekerja, lalu lintas selalu macet.
Sambil menjalankan motor pelan-pelan aku celingak-celinguk mencari Slamet yang entah sudah kabur kemana. Tak perlu waktu lama, pandangan mataku menangkap sosok anak itu tengah duduk di sebuah warung kopi sambil sesekali menggoda gadis gadis karyawan pabrik yang melintas di depannya.
"Mas Drag! Sini!" seru Slamet sambil melambai ke arahku.
"Sebentar Met!" aku juga berseru sambil memarkirkan motorku di depan tukang martabak yang mangkal di pinggir jalan. Pagi tadi Indri minta dibelikan martabak telor kesukaannya. Bisa ngambek dia kalau aku sampai lupa membelikannya.
Sambil menunggu pesanan siap, kubuka amplop gajiku dan kuhitung isinya. Cukup lumayan. Gaji seminggu ditambah uang lemburan, cukuplah kalau untuk memenuhi kebutuhan selama dua minggu.
Kuambil dua lembaran warna merah dan kuselipkan diantara lipatan STNK di dompetku. Rencananya uang itu akan kugunakan untuk ongkos besok ke Wonogiri kota, mengunjungi rumah Pak Prabowo, insinyur yang dulu membangun waduk Kedhung Jati itu.
Cerita Slamet kemarin soal insinyur yang katanya sempat hilang di waduk itu sangat menarik perhatianku. Lumayanlah kalau aku bisa mendapatkan ceritanya dan kutulis di Lamanku, bisa nambah koleksi ceritaku.
"Moaaasss...! Buruan apa!" kembali Slamet berteriak kepadaku.
"Iya iya, sebentar bawel!" sungutku kesal dengan tingkah konyolnya itu. Sekotak martabak telor telah siap. Segera kubayar pesananku itu, lalu pelan-pelan kujalankan motorku ke arah warung kopi tempat Slamet sedang nongkrong.
"Ada apa sih Met? Teriak teriak kayak orang kesurupan gitu?" gerutuku sambil duduk disebelah anak itu. Kantong plastik berisi martabak telor kuletakkan di atas meja warung, bersebelahan dengan gelas kopi Slamet yang isinya tinggal setengah.
"Ada yang mau kenalan nih," jawab Slamet sambil melirik seorang gadis cantik yang duduk disebelahnya. Dilihat dari seragam yang dikenakan sepertinya dia salah satu karyawan di pabrik konveksi.
"Siapa Met? Jangan macam-macam deh! Kamu mau aku nanti dikemplang Mbakmu lagi?" bisikku sambil ikut melirik gadis itu yang nampak tertunduk malu malu.
"Siapa yang macem-macem sih Mas? Ini lho, penggemar beratmu katanya," ujar Slamet, lalu pemuda itu menoleh ke arah si gadis. "Ini Mbak yang namanya Mas Drag, penulis cerita yang barusan sampeyan baca."
Gadis itu mengangkat wajahnya, lalu dengan sedikit ragu mengulurkan tangannya. Mau tak mau aku menyambut uluran tangan itu.
"Lintang," gadis itu menyebutkan namanya dengan suara yang sangat pelan, nyaris tak terdengar di tengah keriuhan suasana jalanan depan warung yang macet parah.
"Indra," akupun menyebutkan namaku.
"Beneran Mas yang menulis cerita WULAN di Laman JEJAKMISTERI itu Mas?" tanya gadis itu lagi. Kini suaranya sudah terdengar agak jelas.
"Kok tau Mbak?" tanyaku sambil memesan segelas kopi kepada si pemilik warung.
"Mas ini yang cerita," gadis bernama Lintang itu menoleh ke arah Slamet. Akupun menatap Slamet dengan pandangan murka Ngapain juga dia cerita soal aku kepada orang yang sama sekali tak kukenal.
"Hehehe, enggak lho Mas," Slamet terkekeh. "Tadi tuh ga sengaja aku liatin mbaknya ini serius banget liatin hp-nya, kirain lagi lihat apaan, nggak taunya lagi baca cerita sampeyan yang di Laman JEJAKMISTERI itu. Ya udah sekalian aja kau ceritakan soal sampeyan."
"Oh," aku hanya melongo. Tak menyangka sama sekali kalau bisa bertemu dengan sesama Penyuka cerita-cerita horor di tempat seperti ini.
"Sudah lama jadi SR (baca cerita-cerita horor) Mbak?" tanyaku pada gadis itu.
"Lumayan sih Mas, cuma belum pernah bikin thread. Jadi SR aja, karena aku suka cerita-cerita horor. Dan cerita-cerita yang sampeyan tulis ini, benar benar luar biasa lho Mas. Aku suka hampir semua thread sampeyan. Terutama yang cerita Wulan ini. Lalu...." bla bla bla, gadis yang awalnya terlihat malu-malu itu kini terlihat sangat antusias menceritakan pengalamannya selama. Aku hanya mendengar ocehannya itu sambil sesekali memberi tanggapan kalau ia bertanya.
"Kalau aku mau nyumbang cerita boleh nggak Mas?" tanya gadis itu lagi.
"Nyumbang cerita?!" tanyaku heran.
"Iya mas, maksudku aku punya pengalaman yang mungkin cocok kalau Mas tulis"
"Pengalaman yang seperti apa tuh?" tanyaku lagi.
"Cerita horor juga. Kebetulan aku sudah beberapa kali mengalami kejadian ganjil selama kerja di pabrik itu. Boleh ya Mas? Please!"
"Kenapa nggak coba ditulis sendiri saja Mbak, kan lumayan tuh kalau bisa bikin thread sendiri?"
"Aku nggak bisa nulisnya Mas. Lagipula, suatu kehormatan kalau ceritaku ditulis oleh penulis yang jadi idolaku. Boleh ya Mas?"
"Hmmm, iya deh, coba ceritakan, siapa tau nanti kalau sempat bisa aku jadikan sebuah thread di Lamanku JEJAKMISTERI" jawabku akhirnya.
"Jadi begini ceritanya Mas...."
***
POV Mbak Lintang
Namaku Lintang, dan ini adalah kisahku.
Cerita pertama kualami saat aku bekerja di pabrik 'A', yang lokasinya masih di kawasan ini juga. Waktu itu aku masih terbilang karyawan baru. Pertama masuk ke pabrik itu aku sudah merasakan perasaan yang tak enak. Entah mengapa, aku bukan orang indigo atau semacamnya yang bisa melihat atau merasakan sesuatu hal yang gaib. Namun semenjak memasuki pabrik itu aku sering mengalami hal hal yang menurutku aneh. Kadang mendengar suara suara atau mencium bau bauan yang tak jelas asalnya gitu.
Salah seorang temanku yang karyawan lama pernah cerita kalau pabrik itu memang sedikit angker. Dulu dibangun di tanah bekas kuburan, dan yang lebih membuatku merinding, temanku itu bilang kalau setiap pabrik besar pasti punya 'sesuatu' yang membantu kelancaran usahanya, yang tentu saja bantuan itu tidak cuma cuma alias harus ada imbalan semacam tumbal atau apalah gitu.
Awalnya aku tak begitu percaya dengan cerita temanku itu. Kuanggap itu hanya keisengan seorang senior terhadap karyawan baru sepertiku. Hingga suatu ketika, salah seorang temanku yang juga sama sama karyawan baru mengeluh kepadaku.
Sebut saja nama temanku itu Mawar. Si Mawar ini cerita kepadaku bahwa selama kerja di pabrik ini ia sangat sering mengalami yang namanya rep repan atau tindihan gitu saat tidur. Padahal sebelumnya ia sama sekali belum pernah mengalami hal seperti itu sebelum kerja di pabrik ini.
Aku yang penasaran, entah kenapa waktu itu punya niat iseng ingin mengetahui seperti apa si Mawar ini kalau tidur dan ketindihan. Maka pada suatu malam, kebetulan saat itu kami sama sama dapat shif malam. Setelah menyelesaikan shif kami, akupun menyampaikan niatku untuk ikut nginep di kost kostan Mawar ini. Mawarpun tak keberatan, karena kebetulan teman sekamarnya, yang juga adalah calon adik iparnya mendapat shif yang berbeda dengan kami.
Singkat cerita, akupun malam itu menginap di kost kostan Mawar.
"Mawar, nanti kita tidurnya bareng sambil pegangan tangan ya, kayak orang gandengan gitu," ujarku waktu itu.
"Lho, kenapa harus begitu?" tanya Mawar heran.
"Eh, enggak kok! Aku cuma pengen tau aja orang tidur kalau ketindihan tuh kayak apa, kan katanya kamu suka ketindihan kalau tidur," jawabku cepat untuk menepis kecurigaan Mawar.
"Ah, kamu ini, ada ada saja," kata Mawar, namun ia tak menolak saat akhirnya aku tidur sambil memegang tangannya.
Entah kenapa aku bisa mendapatkan ide seperti itu. Yang jelas, saat kami telah sama sama tertidur, akupun bermimpi sangat aneh. Dalam mimpiku itu aku melihat Mawar yang tidur disebelahku tengah ditunggangi oleh sesosok makhluk yang mirip anak gorila. Sosok itu menduduki tubuh Mawar, lalu kedua tangan dan kakinya memeluk tubuh Mawar dengan sangat erat, persis seorang bayi yang sedang memeluk ibunya.
Mawar kulihat mencoba memberontak untuk melepaskan diri dari pelukan makhluk itu. Namun sepertinya pelukan makhluk yang mirip anak gorila itu sangat kuat, hingga usaha Mawar untuk menyelamatkan diri sepertinya sia sia saja.
Masih dalam mimpiku, aku yang panik mencoba membantu Mawar dengan menarik sosok mirip anak gorila itu dengan sekuat tenaga. Namun usahaku sepertinya juga sia sia. Sekuat apapun aku menariknya, pelukan tangan dan kaki sosok itu tak mau lepas dari tubuh Mawar.
Entah karena merasa terganggu dengan usahaku yang menarik tubuhnya itu, sosok mirip anak gorila itu mengangkat wajahnya dan menatap ke arahku, memperlihatkan wajahnya yang sangat menyeramkan. Wajah seram dengan sepasang taring yang mencuat di kedua sudut bibirnya, serta sepasang matanya yang menyala merah terang sukses membuatku bergidig ngeri, sampai akhirnya aku terbangun dan mendapati Mawar yang tidur di sebelahku tengah terlentang dengan wajah menegang dan kedua mata terbuka lebar dengan tatapan kosong.
Aku yang menyadari bahwa Mawar tengah berada dalam kondisi tindihan sebisa mungkin membantunya agar segera bisa terbangun. Kugoyang goyangkan tubuhnya sambil kubisikkan doa doa sebisaku di telinganga. Alhamdulillah, setelah beberapa saat Mawarpun akhirnya tersadar.
Akupun segera memberinya minum sambil menanyakan apa yang baru saja dialami olehnya. Mawar lalu bercerita kalau barusan ia mimpi tengah berada di area pabrik. Ia sedang berjalan menuju ruang produksi, dan saat melintasi depan gudang benang, ia melihatku tengah berdiri di pintu gudang itu sambil berteriak teriak dan menunjuk nunjuk kearahnya. Mawar tak begitu jelas mendengar apa yang kuteriakkan. Padahal jarak antara lorong menuju ruang produksi dan pintu gudang benang tempat aku berdiri itu sebenarnya sangat dekat. Sampai akhirnya Mawar terbangun dan mengalami ketindihan tadi.
Tentu saja aku merasa heran dengan apa yang baru saja diceritakan oleh Mawar itu. Mimpi kami seolah bisa terhubung gitu. Entah kenapa dan apa sebabnya.
Karena penasaran, keesokan harinya aku menanyakan hal itu kepada seorang yang 'ngerti' dengan hal hal gaib. Dan jawaban orang itu sukses membuat bulu kudukku merinding.
Orang itu bilang kalau Mawar memang sudah ditandai, dan kemungkinan besar akan dijadikan semacam tumbal gitu untuk 'peliharaan' si pemilik pabrik. Sosok menyerupai anak gorila yang kulihat dalam mimpiku itu, adalah perwujudan dari peliharaan si pemilik pabrik. Dan ia marah, karena aku secara tidak langsung telah mencampuri urusannya, dengan berusaha menarik sosok itu dari atas tubuh Mawar saat didalam mimpiku.
Entah benar atau tidak, Wallahu'alam! Selepas kejadian itu aku mengajak Mawar untuk risain dari pabrik itu. Namun Mawar menolak. Akhirnya aku keluar sendiri dari pabrik itu dan mencari pekerjaan baru di pabrik lain.
Dan semenjak saat itu aku sudah tak pernah mendengar kabar lagi dari Mawar. Aku hanya bisa berharap dan berdoa, semoga saja Mawar nggak kenapa kenapa, dan apa yang dibilang oleh 'orang ngerti' yang aku tanyai itu tidaklah benar.
***
"Begitu ceritanya Mas," Mbak Lintang mengakhiri ceritanya. Aku merekam semua yang diceritakan oleh gadis itu dalam otakku. Sementara Slamet juga mendengarkan dengan serius sambil mulutnya tak henti hentinya mengunyah apa saja yang bisa ia kunyah.
"Lumayan menarik ceritanya," ujarku. "Masih ada lagi nggak cerita yang lain?"
"Oh, iya Mas, ada, saat aku kerja di pabrik 'B' itu, aku juga mengalami kejadian aneh Mas." jawab Mbak Lintang antusias.
"Gimana ceritanya?" tanyaku penasaran."
"Begini ceritanya Mas...."
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya