Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dusun Angker: Kecupan Setan Perempuan (Part 12)


JEJAKMISTERI - Pak Tohar hanya mengangguk kemudian menuju pintu masuk unit penginapan di mana ia dan Dani akan menetap sementara. Ia selanjutnya memperhatikan koridor di hadapannya.

Ia mengernyitkan keningnya saat melihat sesosok perempuan dengan wajah tertutup rambutnya yang hitam panjang, sedang berdiri termangu di tengah koridor.

"Ehmm, sebaiknya bapak segera ke kamar. Bapak barangkali ingin beristirahat atau bersantai begitu. Sementara saya akan menyiapkan makanan dan minuman untuk bapak dan juga masnya," kata pemilik penginapan membuat Pak Tohar tersentak kaget.

Dani yang melihat gelagat Pak Tohar kemudian menghampiri laki-laki itu.

"Saya juga melihatnya, pak. Mungkin dia salah satu yang menginap juga di sini," katanya seraya memasuki unit penginapan itu.

Pak Tohar pun mengikuti Dani masuk ke dalam ruang depan penginapan tersebut. Namun sebelumnya ia menyempatkan diri melihat kembali sosok perempuan berambut panjang itu.

Ia terkejut saat melihat sosok tersebut telah berpindah tempat menjadi lebih dekat dengan posisinya. Padahal posisi perempuan itu tadinya cukup jauh.

Apakah perempuan itu telah berlari untuk tiba dengan cepat di posisi yang sekarang?

Tapi seingatnya, ia tidak mendengar suara langkah kaki seseorang yang sedang berlari saat itu. Mungkin perempuan itu....Pak Tohar seraya memasuki ruang penginapan.

Dani tercenung dan termangu melihat ke arah belakang Pak Tohar di mana pintu masih dalam keadaan terbuka.

"Dia melihat ke arah kita. Tapi kenapa wajahnya ia tutup dengan rambut panjangnya?" ucapnya disambut tatapan ngeri Pak Tohar.

Mendadak lampu padam sehingga tempat itu menjadi gelap gulita. Pak Tohar dan Dani pun kelabakan mencari senter mereka yang mereka simpan di dalam tas.

"Kenapa harus mati lampu, sih? Penginapannya belum bayar tagihan kali," ucap Dani seraya sibuk mencari lampu senternya.

Akhirnya ia menemukan senternya kemudian menyorotkannya ke depan dan mendapati Pak Tohar tidak lagi ada di hadapannya.

"Pak? Pak Tohar? Bapak di mana? Jangan pergi jauh-jauh. Sedang mati lampu, lho. Bapak juga belum menemukan senter bapak, kan?" ujarnya seraya menyoroti seisi ruangan penginapan itu.

Dani kemudian menuju salah satu kamar penginapan dan mendapati Pak Tohar sedang merungkut dengan selimut tebal di atas tempat tidur.

"Pak Tohar? Kenapa saya panggil diam saja? Bapak kenapa?" ucap Dani seraya menghampiri Pak Tohar.

"Badan saya panas sekali, Dan. Tadi saat saya sedang mencari senter, tiba-tiba seperti ada seseorang yang mencium pipi kanan saya. Seperti ciuman seorang perempuan, dan. Setelah itu badan saya tiba-tiba panas dan pandangan saya seperti berriak-riak. Huhhuhhhuhh," tukas Pak Tohar seraya menggigil.

Dani terkejut dengan perkataan Pak Tohar. Ia kemudian celingukan.

"Apa dia pelakunya?" gumamnya saat teringat dengan sosok perempuan berambut panjang itu.
"Ini tidak beres. Kenapa Pak Lurah menyuruh kita menginap di sini? Tahu begini lebih baik kita mencari tempat penginapan yang lain yang berada di dalam kota," kata Dani dengan jengkel.

"Penginapan ini sepertinya kurang peminat, dan. Hhhuuhh. Apa kamu tidak melihat hampir tidak ada orang yg terlihat di area penginapan ini? Hanya mbak adiknya Pak Lurah itu, dan perempuan itu," tukas Pak Tohar masih dalam keadaan menggigil.

"Perempuan itu, Pak Tohar. Sepertinya dia yg menciummu. Tapi saya berani bertaruh kalau dia bukan manusia," kata Dani seraya bergidik saat semilir angin berhembus meniup tengkuknya. "Aduh, saya lupa belum menutup pintu dan menguncinya, pak. Saya mau menutup pintunya dulu," lanjutnya seraya bergegas ke ruang depan untuk selanjutnya menuju pintu yang masih terbuka.

Ia kemudian menyoroti pintu tersebut. Ia mengerutkan keningnya saat melihat secarik kertas tergeletak di atas lantai tepat di bawah pintu.

Ia kemudian memungut kertas tersebut dan melihat ada tulisan tangan yang tertera di atasnya.

"DAN, INI SULMAN. TOLONG SAYA. SAYA SEDANG DIKURUNG DI BAWAH TANAH PERKAMPUNGAN TENGAH HUTAN. TOLONG SAYA, DAN. TOLONG SELAMATKAN SAYA!"

Begitulah tulisan yang tertera di atas kertas itu. Hal itu membuat Dani menjadi merasa tidak habis pikir. Kalau memang Sulman sedang terkurung, lalu bagaimana caranya ia mengantarkan pesan singkat itu? Apalagi ia terkurung di tempat yang lokasinya sangat jauh dari tempat Dani saat ini berada. Apakah Dani menitipkan kertas tersebut kepada seseorang? Lalu siapa?

Pertanyaan-pertanyaan itu yang menggelayuti pikiran Dani sekarang. Ia termangu di pintu sembari menyoroti kertas itu hingga tanpa ia sadari, sesosok gelap memperhatikannya di dalam kegelapan.

Lama Dani termangu hingga ia mendengar suara rintihan Pak Tohar dari dalam kamar.

"Pak Tohar?" ucapnya saat lamunannya buyar.

Ia kemudian segera bergegas ke dalam kamar dan mendapati laki-laki itu sedang kejang-kejang seperti orang yang terserang epilepsi.

"Pak Tohar? Pak Tohar, apa yang terjadi? Bapak kenapa?" Dani sebisa mungkin menolong laki-laki yg kini mulutnya berbusa sembari tubuhnya kejang-kejang.

Dani panik bukan kepalang saat menyaksikan Pak Tohar mengalami hal demikian. Apalagi suara erangannya seperti bercampur dengan suara besar yang serak menggelegar.

"Pak Tohar, sadarlah, pak. Saya akan mencoba memanggil dokter,"

ucap Dani dalam kepanikannya seraya menyambar pesawat telepon kemudian ia tersadar jika benda itu tidak dapat digunakan karena listrik sedang mati.

"Aaah, sial!" makinya seraya membanting pesawat telepon.
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya

close