Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dusun Angker: Pertolongan Pak Lurah (Part 11)


JEJAKMISTERI - "Pak Solikhun sudah memeriksa identitas mereka? Syukurlah kalau sudah. Saya dari tadi mau menanyakan itu malah lupa lagi lupa lagi," tukas Pak Lurah.

"Iya, Pak Lurah. Sudah saya periksa. Mereka berdua dari kota.... Lumayan jauh dari sini. Mungkin butuh setengah hari untuk ke sana dengan mobil," tukas Pak Solikhun.

Pak Lurah manggut-manggut kemudian melihat ke arah seorang dokter yang baru keluar dari kamar rawat di mana Pak Tohar dan Dani dirawat.

"Pak Dokter, apa mereka sudah siuman?" Pak Lurah berseru seraya menghampiri dokter itu.

Dokter tersebut menghentikan langkahnya kemudian melihat ke arah Pak Lurah dan menyambut kedatangannya.

Beberapa saat kemudian Pak Lurah, Pak Subhan, dan Pak Solikhun telah berada di ruang rawat di mana Pak Tohar dan Dani tengah duduk bersandar di tempat tidur masing-masing.

"Benar-benar menakutkan," komentar Pak Lurah setelah mendengar cerita Pak Tohar. "Lalu Pak Tohar dan mas Dani tidak berhasil menemukan teman yang hilang begitu?" lanjutnya.

"Kami datang ke sana untuk mencari teman kami yang telah hilang selama sebulan lebih ini. Alih-alih menemukan teman kami itu, justru kami harus kehilangan setidaknya tiga bahkan empat rekan kami. Sekarang kami merasa bingung bagaimana caranya untuk menemukan mereka dan membawa mereka pulang," tutur Pak Tohar seraya memijit betisnya yang terasa sakit.

Pak Lurah manggut-manggut kemudian menoleh ke arah Pak Subhan.

"Apa bapak ingin menanyakan sesuatu kepada Pak Tohar ini? Misalnya soal dusun di pedalaman hutan?" tanya Pak Lurah kepada Pak Subhan.

"Nah, iya. Apa Pak Tohar menemukan keberadaan dusun itu?" ucap Pak Subhan.

Pak Tohar tampak menoleh ke arah Dani seolah ingin meminta persetujuan apakah ia boleh menceritakan soal penemuan dusun di pedalaman hutan itu.

Sementara Dani hanya menggedikkan bahu seolah tidak tahu apakah setuju atau tidak. Pak Tohar pun memutuskan untuk menceritakan soal dusun tersebut.

"Tapi para bapak harus berjanji untuk tidak merusak apalagi memusnahkan dusun tersebut atas alasan apapun. Sebab, dusun itu sekarang sedang terancam oleh aktivitas pertambangan yang sebentar lagi akan menggusur dusun tersebut," tuturnya.

"Jadi dusun itu benar-benar ada? Bahkan sekarang sedang terancam? Berarti dusun itu sudah ditemukan sejak lama oleh orang lain," ucap Pak Solikhun berkomentar.

"Benar, pak. Setidaknya itu yang mereka ceritakan kepada saya dan teman-teman saya, dan memang apa yang mereka ceritakan benar adanya. Mereka menunjukkan suatu tempat nun jauh di sebelah barat dusun yang terpisahkan oleh sungai yang lebar. Tempat itu adalah tempat penampungan para pekerja dari perusahaan tambang yang sedang mempersiapkan penggalian," jelas Pak Tohar.

Pak Lurah tampak tercenung mendengar kata-kata Pak Tohar.

"Lalu apa mereka dapat berbicara Bahasa Indonesia seperti kita?" ucapnya.

"Tidak semuanya. Awalnya seorang warga yang menggunakan isyarat kepada saya mengenai dusun itu. Kemudian Kepala Dusun tersebut keluar menemui kami dan ia ternyata bisa berbahasa Indonesia. Dari Kepala Dusun itu, kami jadi tahu banyak hal mengenai dusun yang dipimpinnya," jelas Pak Tohar tanpa menyebutkan siapa Kepala Dusun itu yg sebenarnya.
"Lalu setelah ini, apa yang akan bapak dan teman bapak lakukan? Apakah akan kembali mencari teman-teman bapak atau pulang ke....?" tanya Pak Subhan.

Pak Tohar tercenung.

"Kami berangkat dengan tekad menemukan teman kami yang hilang di pedalaman hutan itu. Tekad kami sudah bulat untuk menemukannya apapun yang terjadi. Apalagi teman kami yang hilang sekarang bukan hanya satu, bahkan empat atau lebih," ucapnya seraya melirik ke arah Dani yang sedang menatap ke arahnya tanpa ekspresi.

"Kenapa bapak tidak melapor saja ke polisi? Saya akan membantu bapak melaporkan kasus ini ke polisi," kata Pak Lurah memberikan opsi.

Pak Tohar menggeleng. "Kami pernah melakukannya dan nihil. Padahal bukan hanya polisi yang melakukan pencarian.

Tim SAR entah dari kepolisian ataupun Damkar juga turut diterjunkan tapi tetap nihil. Makanya saya dan teman-teman kini lebih memilih melakukan pencarian sendiri meskipun maut menjadi tantangannya," tukas Pak Tohar.

"Kalau begitu, saya menawarkan diri untuk ikut, Pak Tohar. Sekaligus untuk mengobati kepenasaranan saya mengenai dusun itu," kata Pak Subhan disambut gelengan kepala Pak Tohar.

"Kami tidak mau ada orang luar lagi yang terlibat karena itu biasanya tidak akan berakhir dengan baik. Contohnya dua orang yang bersama kami turut hilang. Salah seorang sebelum hilang, terkena panah di punggung hingga hampir sekarat. Mungkin sekarang ia sudah tiada. Karena itulah saya tidak ingin ada orang luar yang ikut bersama kami lagi karena kami tidak bisa menjamin keselamatan siapapun yang ingin ikut bersama kami," papar Pak Tohar.

"Kalau begitu sebaiknya kalian berdua juga jangan memaksakan diri untuk kembali ke sana. Ini juga demi keselamatan kalian. Jika yang dicari maupun yang mencari mengalami nasib buruk bahkan berakhir dengan kematian, maka itu sama saja dengan menambah panjang daftar orang yang hilang di hutan itu. Barangkali kalian berdua selamat karena diberi kesempatan kedua oleh Yang Maha Kuasa. Gunakan kesempatan kedua itu. Jangan gelap mata, Pak Tohar," kata Pak Lurah panjang lebar.

"Kami hidup pun percuma jika diliputi rasa penyesalan karena kehilangan teman-teman, Pak Lurah. Kami harus menemukan mereka dan membawanya pulang. Meski nantinya yang kami bawa pulang hanya tinggal jasad," tukas Pak Tohar.

"Pikirkan baik-baik, Pak Tohar. Kembali ke hutan itu bisa saja menjadi akhir bagi kalian. Jangan sampai kalian bernasib sama seperti mereka," kata Pak Lurah seraya melihat ke arah jam tangannya.

"Kata dokter, kalian berdua sudah boleh pulang. Saya menawarkan kalian menginap di tempat penginapan milik adik saya. Tenang saja saya yang akan membayar sampai kalian memutuskan untuk meninggalkan penginapan. Saran saya sebaiknya Pak Tohar dan mas Dani ini tidak melanjutkan keinginan untuk kembali ke hutan itu," kata Pak Lurah seraya bangkit dari duduknya.

Singkat cerita, Pak Tohar dan Dani telah keluar dari puskesmas setelah dokter memperbolehkan. Mereka untuk sementara tinggal di penginapan milik adik Pak Lurah yang terletak di pinggiran kota tersebut.

Pinggiran kota itu didominasi oleh perkebunan hingga hutan dan juga pedesaan dengan sawah-sawah yang membentang di sisi utaranya.

"Nah, untuk sementara bapak-bapak bisa tinggal di sini sampai Pak Lurah kemari membawa mobil untuk tranportasi bagi bapak-bapak," ujar seorang perempuan berhijab krem yang merupakan pemilik penginapan tersebut.

Pak Tohar hanya mengangguk kemudian menuju pintu masuk unit penginapan di mana ia dan Dani akan menetap sementara. Ia selanjutnya memperhatikan koridor di hadapannya.
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya

close