Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JURAGAN PESUGIHAN (Part 8)


Misteri Pesugihan
JEJAKMISTERI - Sejenak kami hening di ruang tamu itu. Gue dan Ricky hanya saling pandang satu sama lain dan tidak berani berbuat macam-macam. Kemudian Mbah Parmin berdiri dan mengajak kami berdua. Seketika itu, gue dan Ricky berdiri dan berjalan mengikuti Mbah Parmin dari belakang, Mbah Parmin membuka kamar pertama yang lumayan luas ditutup kelambu hitam. Redupnya cahaya lampu ublik menambah ngeri suasana rumah tersebut. Di dalam kamar pertama kulihat ada tiga sosok perempuan dengan telanjang dada semua sedangkan di bagian bawah pusar hanya ditutup lilitan kain “sewek” (kain batik). Secarik kain “sewek” itu hanya bisa menutupi kemaluan para wanita paruh baya tersebut. Masih terlihat kemolekan tubuh-tubuh wanita itu, payu**** dengan ukuran sedang menyembul dari tubuhnya. Mereka semua sedang berbaring di masing-masing tempat tidur sambil memejamkan mata dan kelihatan meringis menahan sakit.

Sungguh miris melihat wanita-wanita itu. Hanya bisa lemah lunglai terbaring dengan kemolekan tubuhnya di atas “amben” (tempat tidur) tanpa daya dan asa. Mereka harus memberikan air susunya kepada anak-anak kecil yang sedikitpun tidak mempuyai hak. Tapi para wanita itu tak berdaya, mereka hanya bekerja untuk mendapatkan upah dari Mbah Parmin. Hanya untuk sesuap nasi.
Kulihat dengan seksama dan mendekat pelan sekitar jarak 6 meter pemandangan yang terlihat sungguh menyeramkan, pay**** mereka semua hanya mengeluarkan darah bukan susu lagi yang diteteknya.(waktu itu gue hanya bisa menangis dalam hati)

Setiap wanita ini harus melayani 4-5 tuyul tiap 3 jam sekali. Tuyul-tuyul itu mengerubutinya dan menetekinya satu persatu. Tuyul yang lagi antri menunggu giliran sangat asyik memainkan kemaluan wanita itu. Menusuk-nusukan jari jemarinya yang hitam kedalam kemaluan wanita tersebut sambil cengingisan. Sungguh menyedihkan hingga gue tak kuasa untuk melihat. Wanita yang di ujung berumur seketikar 40 tahunan, yang ditengah berumur 37 tahunan yang paling dekat dengan pintu sekitar 32 tahunan. Mereka terlihat sangat mengenaskan kondisinya, sangat lemah dan tak berdaya. Wanita yang sudah berumur 40 tahunan juga sudah terlihat pingsan.

"Miris dan marah saat lihat sendiri kejadian itu rasanya pengen bakar semua penghuni mahluk jahanam dirumah Mbah Parmin dan menyelamatkan ke tiga wanita itu" dalam piker gue. Dengan cepat Mbah Parmin menutup kembali kelambu hitam tersebut, dan mengajak kami kebelakang kamar. Dia menunjukkan berbagai macam mahluk pesugihan mulai tuyul, babi ngepet, keblek (pencuri beras di jawa), Kuntilanak merah, genderuwo, lainnya gua gak tau apa namnya juga dan luar biasa banyaknya.

“Jancok gateli mbah iki” (Jancok… kurang ajar mbah iki) bisik Ricky pelan ke telingaku.

“Huussssh.... cangkemmu, diam!” (Huussssh.... mulutmu, diam) sahut gue.

“Iki kabeh daganganku le” (ini semua daganganku nak) terang Mbah Parmin lirih dan memelas.

“Inggih mbah” jawab kami berdua.

Bener sore hari yang mengerikan bagi kami, karena baru pertama kali seumur hidup gue disuguhi pemandangan yang gila, dan manusia gila Mbah Parmin ini!!! Gua hanya bengong melihat semua mhaluk setan ini, ada yang bermain, lari-larian, bernyanyi dan segala macam tingkah para setan tersebut !!! Ternyata lama juga kami mengamati hal yang tak lazim tersebut. Gue dan ricky di ajak Mbah Parmin kembali ke ruang tamunya. Kami duduk berdampingan, dan tak lama Mbah Parmin menyuguhkan hidangan kopi hitam. Tatap kami curiga terhadap kopi tersebut, soalnya pengalaman kopi yang disuguhkan ditempat beginian banyak yang dikasih guna-guna.
Dengan memecah keheningan di ruang tamu, Mbah Parmin membuka obrolan dengan mempersilahkan kepada kami berdua untuk meminum kopi hitam yang telah disajikan. Gue sama ricky hanya diam dan mengangguk pelan saja. Kami berdua sama-sama kembali menyulut rokok GG kesukaan, Mbah Parmin juga terlihat membakar rokok lintingan dari penutup jagung (klobot: Bahasa jawanya), sekedar untuk mencairkan suasana yang tegang sejak kedatangan kami.

“Le aku juluk tulung ojo ngamuk, iki usahaku le. Wong wedok telu seng nang kamar mburi mau iku yo kerjo melu aku le, yo tak bayar mben ulan le. Iki ancen usahaku kaet mbiyen.” (nak aku minta tolong jangan marah, ini usahaku nak. Perempuan tiga yang didalam kamar belakang tadi itu tadi ya kerja ikut aku, yo tak bayar tiap bulan nak, ini memang usahaku dari dulu) jelas Mbah Parmin.

“Terus mau embah gimana?” tanya Ricky dengan nada kecut.

“Sek le, tak critani awale ya”? (sebentar nak, tak ceritai awalnya ya) jawab Mbah Parmin.

“Monggo mbah...” (silahkan mbah) gue mempersilahkan.

Kemudian Mbah Parmin mulai bercerita tentang hal perdagangannya. Semua itu dimulai dengan adanya perjanjian sama raja iblis di gunung ini. Perjanjianku memakai tumbal berupa kepala hewan, biasanya kepala kerbau, kepala sapi, atau kepala kambing, itu juga tidak pasti tiap tahun permintaan sang saja iblis itu beda-beda yang diminta tapi tidak ada tumbal yang memakai manusia. Gue jadi pingin tahu seperti apa raja iblis itu. Gue penasaran banget...
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya

close