Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KAMAR TERKUTUK (Part 2)


JEJAKMISTERI - Masuk ke Kamar
Para suster di sana terlihat sangat sibuk karena banyak pasien yang harus dirawat. 

“Kalau rumah sakit ini tidak ada di daftar, apa mereka mau memberikan mayat ke kita.” Tiba-tiba saja Pinky bersuara.

“Eh, benar juga itu. Jangan-jangan kita akan ditolak nanti,” timpal Hugo ikut-ikutan.

“Udah, kalian di sini aja. Masalah itu biar aku yang urus.” Peter dengan sombongnya berkata. Pria itu pun pergi ke resepsionis bersama sang kekasih.

Peter memang bukan pria biasa, ia adalah anak orang kaya. Sedikit saja sogokan uang yang diberikan kepada salah satu suster di sana, ia sudah mendapatkan apa yang diinginkan.

“Ini kunci kamarnya, kalau sudah mengambil salah satu mayat di sana segera pergi lewat pintu belakang,” ujar suster yang disogok uang tadi sembari menyerahkan kunci.

Setelah transaksi itu selesai, mereka berdua segera menemui Wilson dan lainnya. 

“Ayo berangkat! Aku sudah mendapatkan yang kita mau,” ujarnya dengan sombong seraya memamerkan benda yang ada di tangan.

Pinky dan yang lainnya saling berpandangan, merasa bingung dari mana pria itu bisa dengan mudah mendapatkan izin mengambil mayat. Namun, mereka tidak ingin membuang waktu dan segera ke tempat tujuan.

Hugo sempat menolak karena akan diajak ke kamar mayat, ia merasa tempat itu tidak beres. Beda dengan Peter dan Wilson yang tidak punya rasa takut sama sekali, tetapi daripada ditinggalkan, Hugo akhirnya ikut saja bersama teman-temannya.

Sampailah mereka di kamar jenazah nomor ruangan 1313 seperti yang tertera di gantungan kunci, saat pintu dibuka hawa dingin mulai terasa. Terlihat beberapa brankar yang tertutup kain putih. Hugo melilit erat lengannya Wilson karena ketakutan.

Tiba-tiba Pinky merasa mual karena bau mayat yang bisa dipastikan masih baru. Wanita itu pun memilih keluar, berlari mencari kamar mandi dan mengeluarkan semua isi perutnya di sana. 

"Tetaplah di sini, aku akan menyusul Pinky."

"Eh, Wil. Main tinggal aja," keluh Hugo karena ditinggal Wilson. Ia segera mendekati Angel dan berharap mendapatkan perlindungan. Wanita yang didekati hanya menggeleng seraya tersenyum.

Lega, setelah mengeluarkan isi perut. Pinky membasuh muka. Saat membuka mata, terlihatlah sesosok wanita berwajah hitam tengah berdiri tepat di belakangnya. Terkejut, ia langsung menoleh. Namun, sosok yang dilihatnya tadi sudah lenyap.

Saat Pinky ingin keluar dari tempat itu, tiba-tiba terdengar isakan tangis dari salah satu bilik kamar mandi. Penasaran, wanita berkacamata itu mencoba mencari dari mana arah suara tersebut. Satu persatu dibukanya pintu bilik, tetapi tidak ada siapa pun. Pada bilik yang terakhir, ternyata ada seorang wanita yang meringkuk di bawah lantai.

Tangan Pinky ingin meraih wanita tersebut, tetapi tiba-tiba sentuhan tangan mengagetkannya. 

"Haaaa!" 

"Ky, ini aku. Kenapa teriak-teriak," sahut Angel yang juga ikut kaget.

Pinky kembali melihat wanita yang terduduk di lantai tadi, tetapi sudah tidak ada. 

"Tadi ada wanita di sini, Gel."

"Nggak ada siapa-siapa di sini, ayo keluar! Kita juga udah dapat mayat untuk tes," jelasnya.

Pinky hanya mengangguk cepat, mereka berdua pun keluar. Terlihat Wilson masih berdiri di sana, ia sengaja meminta Angel datang untuk mengecek keadaan Pinky tadi. Pasalnya, pria itu tidak berani masuk ke kamar mandi khusus wanita.

Terlihat mereka sudah mendapatkan mayat yang didorong di atas brankar untuk segera dibawa ke mobil, Hugo tidak ingin dekat-dekat dengan mayat itu. Mendadak lampu di atas mereka berkedip-kedip beberapa kali. Takut, Pinky mendekatkan diri ke Wilson. Begitu pun dengan Hugo.

"Pertanda apa ini? Aku yakin rumah sakit ini tidak beres, aku pengen pulang," rengek Hugo.

“Kenapa kabutnya jadi makin tebal, ya?” timpal Pinky yang bisa melihat asap putih menghalangi jalan.

“Kalian berdua ini cocok banget, ya. Sama-sama penakut. Udah, buruan jalan! Hampir tengah malam ini,” sentak Peter.

Bruukkk!

“Haesttt! Kenapa lagi ini?” Peter mengamuk karena salah satu roda brankar ada yang rusak.

“Kan, beneran. Ada yang nggak beres di rumah sakit ini.” Hugo malah memperburuk keadaan.

Peter ingin memberinya pelajaran, tetapi dihalangi oleh Wilson.

“Sudah, jangan bertengkar! Kita gendong aja mayatnya, biar bisa cepat keluar dari sini,” usul Angel.

Tiga pria telah membopong mayat berbalut kain putih, Hugo ketakutan dan memilih bagian kaki saja. Sedangkan Angel berjalan bersama Pinky untuk menjadi penunjuk jalan. Lama mereka berjalan, rasa lelah pun menghampiri. 

“Aku capek, nih. Istirahat dulu, ya.” Lagi-lagi Hugo berulah.

“Aneh, kenapa kita kembali ke kamar 1313 lagi. Apa sedari tadi kita hanya berputar-putar di sini.” Wilson menunjuk kamar yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

“Sial! Sepertinya kita tersesat.”

Peter menyuruh meletakkan mayat yang mereka bawa, kemudian ia mengambil benda pipih di dalam tas. Ya' ia mencari ponsel untuk meminta bantuan, tetapi sayangnya tidak ada sinyal satu pun di sana. Begitu pun ponsel milik lainnya.

“Aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini.” Angel mulai buka suara.

“Sayang, jangan berpikiran yang tidak-tidak. Ini semua hanya karena kita kemalaman,” tegas Peter pada sang kekasih.

Mereka bingung harus ke mana lagi, malam pun kian larut. 

“Baiklah, kita bermalam saja di kamar ini. Besok pagi-pagi kita pergi dari sini!” titah Peter sudah seperti pimpinan saja.

Terjadilah adu mulut antara yang lainnya, Hugo dan Pinky juga harus pulang ke rumah. Ia takut orang tuanya khawatir karena tidak pulang tanpa memberi kabar. Namun, Peter mendesak mereka. Lagi pula hanya semalam saja. Pria itu juga mengancam akan mengganti orang-orang di timnya agar mereka semua tidak lulus. Mendengar itu, mau tak mau mereka harus menurut saja.

Masuklah mereka ke kamar 1313 kembali, Angel mengeluarkan parfum dan menyemprotkan ke beberapa area. Tujuannya agar bau mayat tersebut tidak begitu menyengat.

“Apa kita akan tidur bersama mayat-mayat ini?” tanya Wilson.

Peter punya ide, ia menyuruh teman-temannya untuk meletakkan beberapa mayat ke lantai. Agar mereka bisa tidur di brankar. Satu persatu mayat pun diletakkan sesuai perintah. Hugo pun ikut membantu karena terpaksa. 

“Maafkan aku, Yat. Jangan ganggu aku, ya. Mimpi indah,” ujar Hugo seraya menyembah mayat tersebut.

Saat Hugo berbalik, tiba-tiba kakinya dipegang oleh sebuah tangan berlumuran darah. Spontan, ia langsung berteriak memanggil kedua temannya.

“Wilson, Pinky! Tolongggg?! Kakiku ditarik setan, huaaaaaaaa!” rengeknya.

Wilson buru-buru datang, bukannya membantu pria itu malah menjitak kepala Hugo.

“Setan kepalamu, lihat itu! Cuman kain juga.” Wilson kembali pergi, tidak mempedulikan temannya itu.

“Eh.” Hugo melihat ke arah bawah. Benar saja, itu hanya sebuah kain yang melilit kakinya. 

Akhirnya mereka bisa beristirahat sejenak karena lelah melakukan aktivitas seharian. Untungnya Angel dan Pinky membawa beberapa camilan di tas. Setidaknya itu bisa menjadi persediaan makanan untuk mereka.

Masih merasakan mual, Pinky ingin ke kamar mandi sekaligus buang air kecil. 

“Gel, anterin aku ke kamar mandi, ya,” pintanya pada Angel.

Angel pun menyanggupi, kemudian ia meminta Peter untuk mengantarkannya.

“Kalian berdua aja yang pergi, aku capek mau istirahat,” tolak pria yang memakai setelan baju Adidas itu.

Mendengar itu, Wilson pun mengajukan diri untuk mengantarkan kedua wanita tadi.

“Wil, aku ikut! Aku nggak mau di sini sendirian.”  Hugo pun menyusul mereka bertiga.

Akhirnya mereka berempat pergi ke kamar mandi dan meninggalkan Peter sendirian di kamar 1313.

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?

Amankan Peter baik-baik saja di kamar itu sendirian?
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya

close