Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KISAH NAGA DI LANGIT JAMBLANG (Part 1)


CeritaRakyat - Sejak dahulu, daerah yang bernama Jamblang telah ramai di datangi oleh orang-orang dari berbagai penjuru negri untuk berdagang dan bekerja. Kini daerah Jamblang yang dulu sepi sekarang menjadi pusat perdagangan berkat seorang warga Tiong Hoa yang bernama Babah Chong An yang mempunyai seorang putri cantik bernama Liong Sie Tien.

Babah Chong An sejak pertama kali datang di Jamblang dengan mengawalinya berdagang barang-barang kelontong dan membuka kedai warung nasi di bawah pohon besar yang rindang yaitu pohon buah duwet (Jamblang).

Kedatangan orang-orang di Jamblang bukan hanya oleh para penduduk lokal saja namun oleh orang-orang yang berasal dan sebangsa dengan Babah Chong An yaitu dari negri Cina yang melakukan pelayaran menggunakan perahu serta mendarat di pelabuhan Muara Jati pesisir Celancang.

Di antara para pedagang Cina tersebut terdapat seorang pemuda gagah dan tampan yang bernama Chi Kong. Kedatangan Chi Kong ini tidak untuk berdagang melainkan untuk mencari paman dan sepupunya yaitu Babah Chong An dan Liong Sie Tien yang telah sukses berdagang di daerah yang bernama padukuhan Jamblang. Maka, pemuda Chi Kong melanjutkan perjalanannya untuk mencari pamannya tersebut dengan bertanya di setiap orang-orang yang ia temui di jalan dengan memperlihatkan gambar wajah pamannya tersebut. Karena pada masa itu sudah banyak warga Tiong Hoa yang menetap dan berdagang di Cirebon dan sudah banyak yang mengenal pamannya dan memberitahukan tempat tinggal paman dan putrinya tersebut, akhirnya Chi Kong sampai di Jamblang dan bertemu dengan pamannya tersebut. Alangkah senangnya Babah Cong An bertemu dengan Chi Kong keponakannya itu karena bisa sedikit mengobati rasa rindu terhadap kampung halamannya di negri Cina.

Akhirnya Chi Kong menetap dan tinggal lama dengan Babah Chong dan putrinya sambil membantu berjualan di warung kedai nasi dan toko kelontong milik pamannya itu.

Dengan bertambah ramainya padukuhan  Jamblang ini, tak pelak lagi datang prahara di kampung tersebut, yaitu ada sekelompok orang-orang yang memanfaatkan keadaan. Orang orang tersebut adalah para begundal (preman) yang selalu membikin onar dan memeras para pedagang terutama para pendatang seperti Babah Chong.

Konon para begundal ini adalah anak buah dari seseorang yang sakti mandraguna yang mempunyai ilmu hitam dan bisa mendatangkan ribuan kelelawar, orang ini berjuluk Ki Lawa (lawa = kelelawar).

Anak buah Ki Lawa ini dengan semena-mena memeras dan memungut pajak yang sangat besar kepada para pedagang. Seandainya tak memberi uang, maka sudah pasti mereka akan merusak dan menyiksa serta mencelakai pedagang tersebut bahkan sampai membunuhnya.

Akhirnya Babah Chong merasa prihatin dan segera memanggil keponakannya Chi Kong untuk menyuruhnya pergi ke Cirebon agar meminta bantuan kepada Raden Banjar Patoman yang sedang menuntut ilmu agama islam dan berguru kepada Kanjeng Sunan Gunung Jati. 
Babah Chong menceritakan ke Chi Kong bahwa Raden Banjar Patoman ini sebenarnya adalah tunangan dari putrinya Liong Sie Tien yang masih sepupu dengan dirinya.

Maka segera berangkatlah Chi Kong ke Cirebon untuk mencari Raden Banjar Patoman. Singkat cerita, Chi Kong telah sampai di Cirebon dan mendatangi Keraton dimana Raden Banjar Patoman berguru kepada Kanjeng Sunan Gunung Jati.

Saat Chi Kong mau memasuki pintu gerbang Keraton, ia berjumpa dengan orang tua yang sudah cukup umur yang wajahnya bersih seolah memancarkan aura cahaya. Chi Kong pun mendekati dan memberi salam kepada orang tua tersebut dan menyampaikan maksud serta tujuannya untuk menemui Raden Banjar Patoman.

Namun belum sampai ia berucap, lelaki tua tersebut seolah sudah tau semua keinginan dan maksud kedatangan Chi Kong. Lelaki tersebut mengatakan jika orang yang ia cari atau maksud yaitu Raden Banjar Patoman sedang tidak berada di Keraton ini dan beliau sedang di tugaskan ke madan pertempuran melawan kerajaan ke Rajagaluh. Dan bahkan lelaki tua tersebut justru mengetahui semua akan masalah yang sedang di hadapi Chi Kong di tempat tinggalnya dan malah orang tua tersebut memberi petuah dan menyarankan agar dirinya mencari sendang (kolam) di daerah tersebut serta carilah orang yang bernama Ki Pande dan berikanlah benda ini kepadanya maka ia pasti akan menunjukkan tempat sendang tersebut. Lalu lelaki tua tersebut mengambil sesuatu dari balik bajunya dan segera di berikannya benda tersebut ke Chi Kong yaitu sebuah benda kecil sepotong besi agar nanti di berikan kepada Ki Pande.

Chi Kong merasakan keanehan dan mengamati benda tersebut serta sedikit heran karena saat di pegang olehnya benda itu terasa berat sekali, namun tadi ia melihat oleh lelaki Tua tadi di lihatnya seolah barang ini terasa ringan sekali saat di pegang olehnya.

Lalu orang tua tersebut segera menyuruh pergi Chi Kong agar segera mencari orang yang di maksud dan melaksanakan semua amanatnya. Chi Kong pun setelah mengucapkan terimakasih dan memberi salam ia pun kemudian segera pergi. Sambil berjalan ia masih merasa sedikit heran sama orang tua tadi, yang sekiranya beliau itu sudah tahu akan semua maksud dan tujuan kedatanganya dan ia agak sedikit menyesal karena Chi Kong lupa menanyakan nama orang tua tersebut. Chi Kong pun kembali ke Jamblang dan melaksanakan amanat orang tua tadi.

Tanpa Chi Kong sadari, bahwa orang tua tadi yang ia temui adalah sejatinya kanjeng Sunan Gunung Jati sendiri, yang merupakan guru dari Raden Banjar Patoman yang ia cari.

Chi Kong akhirnya segera kembali dan pulang ke padukuhannya yaitu daerah Jamblang untuk mencari orang yang bernama Ki Pande sesuai amanat orang tua yang ia temui di Keraton Cirebon yang sejatinya adalah Sunan Gunung Jati. 
Dalam perjalanannya, ia melihat gerombolan para begundal (preman) anak buahnya Ki Lawa sedang membuat onar di jalan dan menyaksikan seorang pedagang yang sedang di pukuli dan dirusak daganganya. Namun apa boleh buat, Cikong merasa belum mampu untuk menolong pedagang itu bahkan orang-orangpun pada menghindar dan berlari takut terkena masalah dengan para begundal anak buah Ki Lawa tersebut.

Lalu Chi Kong pun pulang sebentar kerumah Babah Chong An untuk menemuinya dan menceritakan kejadian semuanya saat di suruh mencari Raden Banjar Patoman dan yang ditemuinya cuman orang tua yang memberi amanat kepadanya agar mencari orang yang bernama Ki Pande. 
Dan Babah Chong pun segera menyuruh Chi Kong pergi dan segera menjalankan amanat orang tua yang ia jumpai, apa lagi di Jamblang semakin mengkhawatirkan di karenakan ulah anak buah Ki Lawa. 

Babah Chong pernah mendengar nama Ki Pande yang di maksud orang tua itu, yaitu di sebuah lembah yang tidak jauh dari daerah sini, dan orang yang di maksud tersebut adalah tukang tempa besi (pande besi), oleh karenanya beliau di sebut Ki Pande. Maka Chi Kong pun pamit ke Babah Chong untuk segera menemui orang tersebut.

Setelah Chi Kong pergi dan telah sampai di lembah yang menurut Babah Chong beliau tinggal (sekarang blok Pandean), tak sulit mencari rumah Ki Pande karena semua orang yang ia tanya dan temui di jalan mengetahui semua, maka sampailah Chi Kong kerumah Ki Pande dan bertemu dengannya. Chi Kong langsung menceritakan maksud dan tujuan kedatanganya dan menyerahkan titipan sebuah benda pemberian orang tua yang ia temui di Cirebon kepada Ki Pande. Alangkah terperanjatnya Chi Kong setelah kata Ki Pande bahwa orang tua yang ia temui di Cirebon itu kata Ki Pande adalah kanjeng Sunan Gunung Jati yang dianggapnya guru dari Raden Banjar Patoman.

Lalu Ki Pande berkata agar Chi Kong menetap sementara menginap beberapa hari di rumahnya sambil membantu ia mengerjakan sesuatu yang di beri titipan oleh kanjeng Sunan Gunung Jati berupa sebuah benda besi kecil.

Ternyata besi kecil tersebut oleh Ki Pande di bikin dan di bentuk seperti pisau yang belekuk lekuk namun ujungnya tajam. Chi Kong merasa heran, Ki Pande menyelesaikan dan mengerjakannya tanpa henti selama tujuh hari tujuh malam tanpa tidur dan makan. Setelah menurut Ki Pande selesai pengerjaannya maka besi yang tadinya kecil kini telah berubah bentuk dan wujudnya menjadi sebuah senjata yang menurut Ki Pande adalah senjata Keris yang di berinama Keris Naga Paksi (Naga = Ular, Paksi = Burung Rajawali). Sungguh Chi Kong merasa kagum dan baru kali ini ia melihat sebuah senjata yang begitu aneh dan memancarkan aura dan hawa yang sangat membuat sekujur tubuhnya seolah di aliri hawa dingin yang menusuk tulangnya. Namun menurut Ki Pande senjata Keris ini masih belum sempurna jika Chi Kong belum melaksanakan syaratnya. Ki Pande lalu mengucapkan syaratnya sesuai pesan dan amanat dari Sunan Gunung Jati agar ia mencari sendang (kolam).

Akhirnya Chi Kong dengan bersungguh sungguh akan menjalankan semua apa yang menjadi syarat Ki Pande atau amanat dari kanjeng Sunan Gunung Jati. Kemudian Ki Pande menjelaskan syaratnya kepada Chi Kong agar ia bermunajat dan besemedi di sendang tersebut selama tujuh hari tujuh malam tanpa makan dan minum.

Akhirnya Chi Kong menyanggupi dan melaksanakannya serta menjalani syarat tersebut sesuai yang di perintahkan Ki Pande.
Lalu Ki Pande pun berangkat bersama Chi Kong menuju sendang yang di maksud Sunan Gunung Jati. Maka bertapalah ia selama tujuh hari tujuh malam sambil membawa keris yang dibikin Ki Pande dan di taruh di depan tempat duduknya dimana ia bermunajat dan semedi di pinggir sendang.

Tak terasa Chi Kong bersemedi dan sudah menginjak di hari ketujuh malam terakhir, tiba tiba antara sadar dan tidak mendadak Keris di hadapannya itu mengeluarkan sebuah asap putih dan lama lama menjelma menjadi seekor ular besar ular raksasa yang melilit tubuhnya dan seolah akan memakan dirinya. Namun Chi Kong merasa tak gentar dan tak takut, bahkan ia hanya pasrah kalaupun ia akan di makan oleh ular itu. Karena kepasrahan Chi Kong dan tidak lari karena takut, maka ular tersebut yang sejatinya adalah godaan semedinya dan sejatinya merupakan isi khodam dari Keris Naga Paksi tersebut, ular itupun mendadak berubah ujud kembali menjadi asap putih dan masuk kedalam Keris Naga Paksi yang ada di depannya.

Belum lama hilang keterkejutannya tiba tiba ia melihat keatas, dari langit muncul sebuah benda yang melayang dan terbang mendekati dirinya. Alangkah terkejutnya Chi Kong bahwa benda yang terbang tersebut adalah sebuah burung rajawali raksasa, dan yang lebih terkejutnya lagi burung rajawali itu di atas punggungnya ada seseorang yang duduk menungganginya yaitu seorang laki laki yang gagah perkasa dan berwibawa dengan memakai seragam perang, yang ia kenal adalah seragam kerajaan dari negara Cina atau negeri bangsanya sendiri. Lalu Burung itu turun dan mendarat persis di depannya dengan suara kepakan sayapnya yang menimbulkan angin bergemuruh. Kemudian orang yang menunggangi rajawali itupun turun menghapiri dirinya. 

Sungguh terkagum kagum Chi Kong melihat kegagahan dan wibawa orang itu. Lalu orang itu berkata kepada Chi Kong. Dan Chi Kong di bikin kembali kaget setelah orang itu mengatakan bahwa beliau adalah moyangnya yang bernama Cheng Ho. Menurut Chi Kong dalam hati, dengan rasa kagum bahwa di negerinya, siapa yang tak kenal dengan yang namanya Laksamana Cheng Ho, yang menurut cerita orang orang di negerinya bahkan menurut cerita orang tuanyapun bahwa Laksaman Cheng Ho adalah Komandan atau Nahkoda Kapal yang terkenal keberaniannya, juga sudah ternama dan telah berlayar ke seluruh penjuru dunia bahkan pernah sempat pula mendarat di Cirebon dan menyebarkan agama islam di tanah Caruban. 
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

close