KISAH NAGA DI LANGIT JAMBLANG (Part 2)
CeritaRakyat - Dalam sebuah kisah yang lalu, Chi Kong menjalani semedinya di sebuah sendang (balong) atas perintah dan amanat dari orang tua yang ia temui di Cirebon, dan ternyata menurut Ki Pande, orang tua tersebut adalah kanjeng Sunan Gunung Jati yang merupakan guru dari Raden Banjar Patoman yang ia cari.
Saat ia menjalani semedinya itu, Chi Kong mendapatkan godaan dengan di datangi oleh ular raksasa yang kemunculannya dari sebuah keris pemberian Kanjeng Sunan Gunung Jati yang sebelumnya sudah di tempa oleh Ki Pande dan kemudian sebagai syarat penyempurnaannya ia harus bertapa selama tujuh hari tujuh malam di suatu sendang (balong) yang di maksud oleh kanjeng sunan Gunung Jati, dan pada saat menjalani semedinya, Chi Kong juga di temui oleh moyangnya yaitu Laksamana Cheng Ho dengan mengendarai sebuah burung rajawali raksasa. Laksamana Cheng Ho datang menemui dan menghampirinya dalam semedinya di saat Chi Kong dalam keadaan antara sadar dan tidak.
Kemudian, setelah Laksamana Cheng Ho berkata bahwa ia adalah moyangnya dari negri Cina, lalu Laksamana Cheng Ho mendekati sang rajawali raksasa itu,beliau memberi isyarat dan sambil berkata kepada rajawali itu untuk memohon ijin dan meminta serta akan mencabut salah satu bulu yang ada di sayapnya.
Setelah itu, laksamana Cheng Ho kembali menghampiri Chi Kong lalu memberikan sebuah bulu burung rajawali tersebut kepadanya sambil berucap dan berpesan kepada Chi Kong, bahwa bila mana Chi Kong sedang dalam menemui kesulitan maka pergunakanlah bulu burung rajawali tersebut, niscaya, atas ijin Allah SWT, bulu tersebut akan membantu dan memudahkan segala kesulitan Chi Kong.
Laksamana Cheng Ho pun setelah memberikan sebuah bulu pada Chi Kong kemudian mengatakan pamit dan meninggalkan Chi Kong kemudian langsung menaiki burung rajawali raksasa itu. Dengan secepat kilat, burung itu terbang kembali ke langit secepat angin berhembus lalu menghilang di balik awan.
Tiba tiba, Chi Kong terkejut dan merasakan seperti ada yang menepuk nepuk punggungnya dan mengguncang guncangkan badannya, ternyata ia tertidur dan di bangunkan oleh seseorang yaitu Ki Pande.
Chi Kong merasa kaget dan heran sendiri dengan dirinya, bukankah tadi dia tidak merasa tertidur dan baru saja dia bertemu dengan laksamana Cheng Ho. Teringat akan sebuah pemberian bulu rajawali dari laksamana Cheng Ho tadi, Chi Kong agak heran dan merasa aneh setelah ia lihat, ternyata memang ada wujud bulu burung rajawali pemberian laksamana itu di genggaman tangannya. Berarti dalam hati dia berkata bahwa ia tadi tidak tertidur dan sedang bermimpi, tapi kenapa tadi di bangunkan oleh Ki Pande.
Ki Pande paham betul akan kebingungan Chi Kong, lalu ia menyadarkan Chi Kong dan memberi penjelaskan padanya bahwa, Chi Kong telah selesai dan telah berhasil menyempurnakan keris sakti Naga Paksi tersebut, dan Chi Kong telah mampu menaklukkan isi khodam keris sakti tersebut serta mendapatkan bulu burung rajawali sakti pemberian moyangnya itu. Ki Pande berpesan kepada Chi Kong agar ia mempergunakan dua benda pusaka pemberian dari orang orang kharomah itu dengan sebaik baiknya dan jangan sampai di salah gunakan untuk hal kejahatan dan di pergunakan ke jalan yang benar dalam hal kebaikan.
Akhirnya, Chi Kong dan Ki Pande lalu pulang meninggalkan sendang tersebut. Maka sendang dan tempat semedi Chi Kong itu hingga kini di namakan sendang (balong Tikok/balong Cikong) dan daerah itu di sebut daerah Cikong.
Setelah Chi Kong merasa pulih dan sehat kembali sehabis semedi tujuh hari tujuh malam, Chi Kong pun meminta ijin kepada Ki Pande untuk pulang dan segera membantu warga Jamblang yang di tindas dan di peras oleh para begundal anak buah Ki Lawa. Chi Kong merasa berterimakasih dan telah di bimbing serta dibikinkan sebuah keris sakti dan memohon pamit kepada Ki Pande setelah pulih dan di rawat di rumahnya.
Dalam perjalanan pulang, di tempat yang sepi di pinggir sebuah kali alam yang panjang dan luas alirannya yaitu sungai atau kali Jamblang sebutanya, Chi Kong masih penasaran pada ke dua buah benda pusaka pemberian dari orang orang kharomah seperti kanjeng Sunan Gunung Jati dan Laksamana Cheng Ho moyangnya. Akhirnya Chi Kong pun mengeluarkan keris sakti di balik bajunya yang terselip di pinggangnya. Saat keris yang bernama Naga Paksi tersebut di keluarkan dari warangkanya, tiba tiba sekujur badan Chi Kong seperti di aliri udara hawa dingin, dan Chi Kong pun merasakan seolah olah tubuhnya seakan ringan, dan tak lama dari sebuah keris itu langsung mengeluarkan asap putih yang lama kelamaan berubah dan membentuk badan seekor ular raksasa sama persis seperti yang di temui saat dalam semedinya.
Karena Chi Kong sudah tahu dan sudah di jelaskan oleh Ki Pande bahwa isi khodam keris sakti itu ialah ular raksasa dan di dalam hati Chi Kong bahwa, ular inilah yang di sebut dengan ular Naga. Daging dan Otot otot lengan kaki badannya Chi Kong terasa mengeras seolah olah kulit dan tulangnya seperti baja. Ular itu seolah mengajak bercanda Chi Kong dan bahkan ular itu mirip seperti binatang piaraan yang jinak. Ular Naga itu tidak seperti pada saat dalam semedinya yang perangainya begitu sangat menyeramkan dan menakutkan.
Lalu setelah Chi Kong menjajal Keris Sakti Naga Paksi pemberian dari Sunan Gunung Jati, kini ia mengeluarkan sebuah Bulu Burung Rajawali Sakti pemberian dari Laksamana Cheng Ho lewat semedinya. Namun Chi Kong sedikit bingung dan mengamati bulu burung rajawali tersebut, dan bertanya dalam hatinya, apa keistimewaannya. Saat Chi Kong mengamati bulu rajawali tersebut, tanpa di sengaja bulu tersebut terlepas dari tangannya dan jatuh ke tanah. Saat Chi Kong hendak mengambil kembali bulu tersebut, Chi Kong melihat keanehan, bulu tersebut bisa membesar bahkan sampai lebih besar dari tubuhnya. Dan Chi Kong mendadak kaget saat ada suara tanpa rupa yaitu ada suara tapi tidak ada orang yang nampak. Suara itu mengatakan, "Tuanku, naiklah di atas sayapku dan aku akan mengantar tuanku kemanapun tuanku akan pergi," demikian suara itu seperti berbisik di telinga Chi Kong. Lalu Chi Kong pun mencoba untuk menaiki bulu sayap besar tersebut. Dan Chi Kong berkata pelan,"bawalah aku pulang ke rumah pamanku, kata Chi Kong," lalu sesuai suara yang ia dengar, sayap itupun terbang dan melasat ke udara membawa Chi Kong pulang ke tempat tinggalnya di Jamblang.
Singkat cerita, Babah Cong An dan putrinya merasa was was karena Chi Kong belum pulang dan belum ada kabar. Kekhawatiran Babah Cong An terhenti saat pintu toko kelontong miliknya tiba tiba ada yang mengetuk dan menggedor-gedor dengan kerasnya. Setelah pintu itu di buka, Babah Cong An kaget, ternyata yang datang adalah para anak buah Ki Lawa yang bermaksud menagih upeti kepada Babah Cong An.
Para begundal anak buah Ki Lawa itu dengan kasar menagih dan meminta uang upeti pada Babah Cong An. Putri Babah Cong An yaitu Liong Sie Tin merasa khawatir dengan ayahnya takut di lukai oleh para anak buah Ki Lawa. Tanpa ia sadari anak buah Ki Lawa sempat melihat Liong Sie Tin di balik pintu yang terbuka. Anak buah Ki Lawa melihat kecantikan putri Babah Cong An memaksa masuk ke dalam rumahnya dan mendekati putri Babah Cong An. Dan dengan serta merta memaksa serta menarik tangan Liong Sie Tien ke dalam kamar, anak buah Ki Lawa tersebut bermaksud jahat dan akan memperkosanya. Tanpa di sadari oleh para begundal dan Babah Chong An serta Liong Sie Tin, ada sepasang mata yang sedang memperhatikan sepak terjang para begundal tersebut. Saat Liong Sie Tin di tarik dan dipaksa oleh anak buah Ki Lawa, saat itulah mendadak anak buah Ki Lawa yang menarik dan memaksa Liong Sie Tin yang akan memperkosanya terpental jatuh sampai keluar ruangan.
Anak buah Ki Lawa yang di luar semuanya merasa kaget, melihat temannya tersungkur dan terpental keluar dari dalam rumah Babah Chong An.
Dan teman-teman para begundal yang berjumlah lima orang itu langsung semuanya merangsek masuk kedalam rumah. Tak ayal lagi, rumah Babah Chong An menjadi gaduh. Namun ke lima orang itu belum sampai memasuki pintu rumah telah muncul sosok yang sedari tadi sudah berada di dalam rumah dan telah membikin salah seorang kawan mereka tersungkur. Ternyata sosok tersebut tak lain adalah Chi Kong, dengan Kharomah keris dan bulu sakti rajawali, sosok Chi Kong seolah menjadi pemuda sakti mandraguna. Chi Kong dengan keberanian dan percaya diri menghadapi para preman begundal anak buah Ki Lawa.
Ke enam para begundalpun langsung merangsek dan menyerang mengeroyok Chi Kong bebarengan sambil mengeluarkan senjatanya masing masing di balik baju mereka. Chi Kong tidak merasa gentar dan malah mampu menghindari serangan para anak buah Ki Lawa. Tubuh Chi Kong seolah ada yang menggerakkan dengan sendirinya, mampu mengelak dan menghindari sabetan senjata mereka tanpa mampu menggores kulitnya sedikitpun. Tenaga Chi Kong pun seolah berlipat ganda bergerak kesana kemari di keroyok enam orang bersamaan. Akhirnya, Chi Kong dengan mudah mengalahkan ke enam anak buah Ki Lawa dengan mudahnya. Mereka satu persatu dapat di jatuhkan dan di kalahkan oleh Chi Kong. Mereka semuanya bertekuk lutut oleh ilmu kesaktian Chi Kong yang di miliki secara instan berkat hasil semedinya. Para begundal itupun akhirnya pada lari tunggang langgang meninggalkan tempat Babah Cong An.
Babah Cong An dan putrinya yaitu Liong Sie Tin merasa kagum dengan Chi Kong, karena setahu mereka, Chi Kong adalah pemuda biasa yang tidak memiliki ilmu silat ataupun ilmu kesaktian. Lalu mereka semuanya masuk kedalam rumah mereka dan Chi Kong menceritakan semuanya semenjak mendapatkan amanah dari orang tua yang di temuinya di Keraton Cirebon saat mencari Raden Banjar Patoman. Namun, Babah Cong An masih merasa khawatir kepada para begundal preman anak buah Ki Lawa, menurut Babah Cong An pasti mereka akan membalas dendam kepada Chi Kong. Tapi Chi Kong tidak merasa takut sedikitpun. Chi Kong justru menyarankan Babah Cong An dan Liong Sie Tin untuk mengungsi sementara kerumah kerabat terdekatnya yang ada di Jamblang dan Chi Kong akan tetap menunggu kedatangan anak buah Ki Lawa di rumah Babah Cong An sendiri.
Akhirnya Babah Cong An dan Liong Sie Tin pun menuruti perkataan Chi Kong untuk mengungsi ke rumah kerabatnya sesama warga keturunan Tiong Hoa yaitu rumah Babah Sheng yang mempunyai putri juga seumuran Liong Sie Tin yaitu Ceng Kang. Babah Chong An sebelum pergi mengingatkan dan berpesan pada Chi Kong agar berhati-hati menghadapi anak buah Ki Lawa.
Babah Cong An dan Liong Sie Tin sudah tinggal dirumah Babah Sheng. Putri Babah Sheng yaitu Ceng Kang adalah teman sepermainan Liong Sie Tin sehingga mereka merasa senang dan tak ada jarak di antara mereka. Babah Sheng pun bercengkerama dengan akrabnya bareng Babah Chong An.
Mereka berduapun membahas rencana yang akan mendirikan sebuah tempat peribatan sembahyang buat warga Tiong Hoa yaitu Klenteng. Dan kelak Klenteng tersebut akan dinamakan Klenteng Hok Tek Cheng Sin (sekarang Vihara Dharma Rakhita).
Kita tinggalkan dulu cerita Babah Chong dan Babah Sheng yang membahas rencana mendirikan sebuah Klenteng di Jamblang.Sesuai apa yang di khawatirkan Babah Cong An tentang anak buah Ki Lawa yang akan datang lagi untuk membalas dendam atas kekalahannya yang lalu terhadap Chi Kong.
Di sudut sebuah pasar kecil (sekarang pasar Jamblang) muncul gerombolan preman selusin orang anak buah Ki Lawa yang menuju rumah Babah Cong An untuk mencari pemuda Tiong Hoa yang di katakan sakti oleh para anak buah Ki Lawa yang kemarin di kalahkan dengan mudah oleh Chi Kong.
Di antara selusin anak buah Ki Lawa ada dua orang yang berkuda dengan muka yang seram dan sangar. Rupanya, kedua orang yang berkuda itu adalah ketua kelompok dari para begundal tersebut. Yang berkuda pertama berbadan tinggi besar serta perut buncit dan gemuk membawa sebuah senjata golok besar di punggungnya yang di slempangkan, dengan wajahnya yang hampir semua di tumbuhi rambut kumis dan jenggot yang tidak terawat. Maka dari itu ia di juluki dengan nama besarnya yaitu Ki Bawok. Sementara yang satunya lagi dengan membawa senjata sebuah kapak besar menempel di pinggangnya. Anehnya, badannya malah bertolak belakang dengan yang satunya yaitu Ki Bawok, yang ini malah kurus ceking dengan rambut di sanggul atas namun wajahnya tak kalah seram dengan Ki Bawok. Sebutan nama besar orang ini adalah Ki Rempeng.
Gerombolan anak buah Ki Lawa ini membuat seisi pasar menjadi gaduh dan menjadi pada ketakutan serta pada lari menyelamatkan diri bahkan pada tidak sempat menyelamatkan membawa dagangannya dan lebih memilih lari meninggalkannya..
*****
Sebelumnya