Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KISAH PERJALANAN MBAH MOJO GENI (Part 2 END)


JEJAKMISTERI - MBAH MOJO GENI

"Berterimakasih lah kepada tuhan yang memberikan air kehidupan itu, lanjutkan langkah kalian bertiga sampai ke bukit di timur negeri ini" Pungkasnya.

Ucapan terakhir dan pertemuan ku dengan dayang Enggar Kluwung Ungu sampai dia menghilang digantikan dengan hembusan angin yang menghantarkan bau yang sangat wangi.

Singkat cerita kami kembali menapakkan kaki di bukit yang gersang dan menemukan kakek sakti itu sedang melakukan semedi atau bertapa. Cukup lama kami menunggu, sekitar tiga minggu kemudian beliau menghentikan lelaku yang sebelumnya terlihat sinar berwarna putih dari langit masuk ke tubuh nya.

"Wes sak wetoro aku nunggu laku mu" (Sudah cukup lama aku menunggu perjalanan mu)
Ucap kyai sakti itu

"Njih kyai, katah prahoro ingkang ingsun lampahi wonten sak lebet ing lampah muniko"
(Iya kyai, banyak prahara yang saya jalani didalam perjalanan itu) Ucap ku menjelaskan selama perjalanan yang kami alami selama ini.

"Yo, ngertio, besok bakal niro kabeh sakseni bumi kene bakale subur makmur, gemah ripah luh jinawi" (Ya, mengertilah, besok kalian semua akan menyaksikan bumi ini kembali subur dan makmur, kecukupan dengan segala hasil bumi)

"Sendiko ngestok aken kyai" (Siap menyaksikan itu kyai)

Keesokannya, Hingga kami bertiga mengikuti langkah kyai turun bukit mencari sebuah batu dan berdoa di sana. Keluar lah mata air yang deras nan jernih. Setelahnya kyai itu berkata.

"Iki sumber panguripan tirto joyo" (Ini sumber kehidupan tirta jaya)

Disini saat ini menjadi sebuah desa yang sangat subur dengan panen yang melimpah, peternakan ikan yang sangat bagus. Desa ini dikenal dengan DESA TERTO.

Setalah beberapa hari kami kembali ke pesanggrahan beliau dan memulai penggemblengan raga juga kebatinan. Dimulai dengan mandi di Sendang (mata air) tirta dimalam selasa kliwon dan memulai pengamalan puasa ngidang selama tiga hari, dilanjut dengan puasa mutih tujuh hari, selesai sholat fardu diamalkan ilmu lembu sekilan. Jadi mbah Mojo dan Tunggal Jati dibaiat ke muslim, sebelumnya mereka bertiga adalah orang yang tidak mengerti ajaran ilmu Tuhan. Ilmu lembu sekilan yang terwariskan oleh kyai itu sudah mereka dapati dengan pesan yang mesti dibawa.

Quote: "Niro kabeh yen dadi kamanungsan, dadio kamanungsan kang berbudi luhur, nembah manah marang gusti pengeran, jaduk dudu ukuran ngelmu nanging dadio sebarang dadi kesatrio ning gusti pengeran. Nunduk marang adap asor, angayomi marang kabeh kagesangan"
(Kalian semua jika jadi manusia, maka jadilah manusia yang berbudi luhur, menyembah berpasrah diri kehadirat Tuhan, sakti bukan ukuran ilmu namun jadilah kesatria nya Tuhan. Bertunduk terhadap kelemahlembutan, mengayomi semua yang hidup)
Pedekar atau kesatria itu mereka yang memiliki kesabaran yang luas, mempunyai ungkapan maaf dan saling memaafkan. Kesatria sejati hanya dimiliki oleh manusia yang berjalan ke arah kebenaran, menumpas kebatilan (amar ma'ruf nahi munkar)

***

Dengan menyaksikan sebuah kejadian Negri yang dilanda kemarau itu, muncul sebuah sumber mata air yang menjadi air kehidupan yang diberi nama Terto joyo. Melakukan pengamalan lembu sekilan sudah dilalui tiga sahabat itu dan kini menuai perintah dari sang kyai.

"Siro kabeh nerimo dawuh ingson ing Negoro kulon ono geger ing ontran-ontran, rampung ono kanti pangestu ku" Perintah kyai kepada ku dan Tunggal Jati untuk menyelesaikan sebuah kegaduhan atau penjajahan di Negri barat. (Kalian semua menerima perintah ku, di negara barat terjadi sebuah prahara yang menggemparkan, selesaikan dengan restu ku)

"Tansyah minapi dawuh kyai" (Siap menerima titah dari kyai)

Dimalam itu dengan berbekal restu, kami melanjutkan perjalanan.

Singkat cerita. Perjalanan mereka telah sampai ke barat negri, sebuah tanah yang dipimpin oleh kerajaan mataram di masa Amangkurat. Peperangan melawan Belanda di bumi Urat sewu. Dengan bergabung sebuah laskar yang dibentuk oleh pejuang Tanah air, kyai Haryadipa atau yang dikenal masyarakat pangeran Diponegoro. Sesampai disebuah negara Ambalresmi kami bertiga mengikuti peperangan, yang jelas terang-terangan tubuh ini hanya menjadi tameng muntahan amunisi Belanda tanpa ada nya pelindung, hanya mengandalkan kedigdayaan keilmuan.

Menonjol nya kami di peperangan itu menjadi sebuah pandangan istimewa dimata Kyai Singadipa yaitu tangan kanan dari kyai Haryadipa.

"Sopo sejati niro kabeh, jadok tanpo tedeng aling-aling??" (Siapa sejati kalian semua, kebal tanpa sebuah tameng perlindungan)

"Abdi dalem namung kamanungsan lumrah kyai ingkang di pun utus kyai sabrang wetan" Jelas ku kepada panglima perang. (Saya ini hanya manusia biasa kyai, yang datang dari utusan kyai sabrang Timur)

"Alhamdulillah niro anak ku kerso suwan ing negari kulon" Ujar kyai Singadipa. (Alhamdulillah kalian anak ku mau datang ke negara selatan)

"Tansyah ngestokaken dawuh kyai" (Siap menerima perintah dari kyai) Jawaban kami bertiga yang siap mengemban tugas pramesti ing jagad (yang dikenal dengan global menjadi bumi pertiwi Indonesia)

Malam itu bersama laskar yang dipimpin kyai kami menuju sebuah negara diujung selatan. Menjadi tempat persembunyian kyai Haryadipa. Sebuah negara tersembunyi yang berada di tanah berkapur dan rintangan akar yang menjadi benteng di Goa Selarong. ( lokasi di Bangunjiwo kasihan Bantul) Disini kami mengikuti gerilya peperangan dan mengamalkan sebuah ilmu yang diwariskan oleh kyai sakti mandra guna Singadipa. Ilmu sapu angin dan ilmu Lebur saketi. Dengan beragam ilmu kesaktian yang telah ditularkan oleh kyai pemilik tombak, kyai Genjring mendaulatkan sebuah tugas.

"Siro anak ku narimo titah ingsun, sabrangono sak pinggiran urat sewu" (Kamu anak ku menerima tugas ku, menyebrangi tepian urat sewu)

Aku yang menerima perintah untuk menyusuri urat sewu untuk mengintai pergerakan kompeni dan menjadi telinga untuk mencari tau info didalam kumpulan penjajah itu.

"Sendiko anggemban dawuh kanjeng kyai" (Siap mengemban tugas dari kanjeng kyai)

Dimalam itu, aku melangkah meninggalkan goa selarong kembali ke Sepenanjung selatan yang dikenal masa itu urat sewu.

Singkat cerita, karena sudah sering melakukan pemusnahan mata-mata penjajah, akhirnya aku dicurigai oleh beberapa antek-antek kompeni yang sebagian besar merupakan pendekar sakti aliran sesat. Pertempuran ku dengan beberapa jawara, kaki tangan penjajah tidak terelakan lagi hingga mendapati sebuah pertempuran yang sangat susah untuk ditandingi. Pertempuran yang sampai tiga hari tiga malam disebuah hutan, tidak dimenangkan oleh keduanya. Tidak ada yang terluka dan tersakiti karena sama kuat, memiliki kanuragan yang berbeda namun sama fungsi juga kegunaan.

"Kita sudahi pertempuran ini, sampai kamu datang kembali mencari ku dengan kanuragan sakti mu"

"Aku akan kembali untuk bumi pertiwi, untuk menyelesaikan kepedihan rakyat, Ki Nandru" Ucap ku

"Kembali lah bawa kesaktian mu" Jawab Nandu Braholo dengan kesombongannya.

Ki Nandru Braholo. Pendekar yang memiliki ajian andalannya rawa rontek juga buto braholo ijo, yang bisa merubah diri nya menjadi buto raksasa yang kuat dan mengerikan.

Quote:Sekuat apa pun kebatilan akan musnah rata dengan tanah lewat tangan-tangan kebenaran.
Muliakan diri dengan kekuatan iman, maka akan memenangkan diri untuk menduduki singgasana kehidupan

Kasekten aji barang sudah semaksimal mungkin dikerahkan, hingga berkali-kali perubahan wujud Ki Nandru menjadi sebuah buto raksasa pun tidak terelakan karena ia memiliki ilmu sakti Buto Braholo Ijo. Pukulan aji Lebursaketi yang bisa membakar jiwa manusia, sama sekali tidak bisa menembus pertahanan tameng wojo yang di miliki Ki Nandru.

Sampai perkelahian ditengah belantara yang disaksikan oleh para lelembut penunggu Urat Sewu hanya membuahkan lelah. Hingga Ki Nandru Braholo menghentikan perkelahian, lalu menyuruhnya pergi dan kembali setelah memiliki ilmu sakti yang lebih mumpuni.

"Kasaktian apa lagi yang mesti aku gali" Tanya ku yang membuat resah batin.
Mulai kutinggalkan Negri Barat dan dua sahabat ku Tunggal Jati di Goa Selarong bersama para kyai dan laskar pejuang. Sungguh kegelisahan itu membuatku sangat menyelimuti hati. Terdengar suara seperti menuntunku.

"Jika kamu ingin sebuah mantra aji sakti tanpa tanding maka ikut dengan ku" Suara wanita tanpa wujud.

"Siapa nyai? silahkan wujudkan dihadapan ku" Jawab ku penasaran.

"Kisanak, kamu harus memiliki keteguhan hati, jangan terlena dengan kesedihan yang dibisikkan setan, yang sebangsa dengan ku. Mereka hanya mampu mengikiskan keimanan juga memberi keresahan hati"

Hingga sebuah kabut melintas lalu sosok putri dari negara ghaib itu menampakkan dirinya.

"Nyai dewi" Ucap ku terkejut karena yang muncul dihadapanku kini ternyata dayang Enggar Kluwung Ungu.

"Ikut lah bersama ku kisanak, aku akan mengantarkan engkau di sebuah tempat untuk lelaku" Ucapnya.

"Saya akan ikuti kemana Nyai Dewi pergi, tunjukan pada ku tempat itu" Pungkas ku.

Ku ikuti langkahnya yang hanya memberikan suara melalui pendengaran ghaib, telepati.
Arahan itu menyuruh ku untuk menginjakan kaki di Gunung Lawu. Disebuah goa yang membentuk seperti sumur. Aku melakukan hening lelaku pertapaan di sumur jala tunda sampai mendapati ilham.

"Bangun lah kisanak, lanjutkan lelaku mu ke curuk Madakaripura"

Bisikan subuh terdengar, dengan sekedip mata, kini tempat ku sudah berpindah di negeri sapih.

Curup ini dikenal tempat pertapaan sang maha patih di tempo dulu. Sebuah tempat lelaku dimana Gajah Mada mendapatkan ilmu sakti aji mundri. Pertapaan dilakukan selama kurang lebih dua tahun, hingga ilham kesaktian itu telah ku didapati, dengan mengalahkan semua siluman macan putih yang menjadi penunggu curuk Madaripura.

Nyai Dodo Putih adalah siluman macan putih yang memberikan mustika mundri, hingga aku dapat menggunakan ilmu ini sebagai panutup pasocan (menghilang dari pandangan).

Quote: "Tanpo pawarto bayu, tanpo sanak kadang ngge gayuh manglipuran ngelmu sejati, ugem tirakat kati nyirep roso kadonyan. Bileh dadi Mongol dadio kesatrio, bileh mati mergo kundur ing kamulyan pengeran" (Tanpa kabar angin, tanpa sanak saudara menggapai kemenangan ilmu sejati, menjalankan pertapaan mematikan hawa nafsu duniawi. Jika jadi manusia maka jadi lah kesatria, bila mati, karena pulang disisi kemuliaan tuhan)


Quote: Menapaki dunia ilmu harus menganut adab, perilaku yang mempuni, meminta restu kepada orang tua agar ilmu yang disandang itu bermanfaat, hormat dan patuh pada guru wujud rasa hormat yang mencerna tauladan pembimbing. Belajar tanpa restu dan doa, ilmu Akan jauh dari manfaat.


Langit yang menghitam disore menghalang bias mentari membakar langit, tetesan gerimis dan kilatan halilintar menjadi teman perjalanannya meninggalkan tempat pertapaan yang ditempuh dua tahun Lamanya.

"Aku akan segera menyelesaikan kepedihan rayat, harus aku selesaikan perhitungan ku dengan Belanda juga Nandru Braholo" Batin yang terus berkecamuk amarah, tatkala terjajahnya bumi pertiwi, aku menuju Barat untuk segera menyelesaikan tugas yang dituntun oleh batin. Aku menyempatkan mampir di sendang Tirta Jaya untuk mandi, membasuh diri setalah pengamalan lelaku.

Setiba pertanahan negeri timur alas Gelangglang, tanah yang dulu dilanda kemarau panjang telah berangsur membaik, persawahan yang tandus terlihat menghijau dengan bibit padi yang digarap oleh penduduk, jalan berdebu kini ditumbuhi rumput liar. Banyak penduduk yang datang dan tinggal diarea sumber air kehidupan. Kijang liar yang minum di sumber air itu melangkah lari menjauh saat mendengar langkah kaki ku yang mendekati sumber mata air Tirta Jaya. Ku basuh muka sembari berdoa, untuk bersuci kemudian berendam di kolam itu.

"Tunduk marang howo nafsu angkoro murko namung pawinih patenge manah niro"
(Tunduk terhadap hawa nafsu angkara murka hanya menumbuhkan kegelapan dalam hati) Ucap kakek tua sakti yang sudah menunggu berdiri ditepian kolam.

"Kyai" Ucap ku

"Janggep ono lelakumu kanti sepuluh tahun suwene, bakal ingsung temurunake ilmu abang, ilmu SEGORO GENI" Jelas kakek. ( genapi pertapaan mu sampai sepuluh tahun lamanya, bakal aku turun kan ilmu merah, ilmu SEGARA GENI)

"Nderekan dawuh Kyai, tansah pinaring pangeston ipun" (Siap mengikuti bimbingan kyai, mohon berikan restunya)

Ku ikuti langkah kakek menuju pesanggrahan di atas bukit. Malam itu setelah bermunajat kepada Tuhan Yang Maha Esa, Aku mendengarkan penjelasan kasepuhan dari beliau dan juga tata cara lelakunya untuk mendapatkan ajian segara geni. Ilmu ini sebenarnya ilmu yang diminati oleh pendekar setanding golongan hitam. Sebenarnya ilmu ini hampir sama kegunaannya dengan aji Lebur Saketi. Beda pengamalan juga cara lelaku nya.

"Ngelmu ireng iku bakal muspro kelawan ngelmu abangan" Ucap kakek.
(Ilmu hitam itu bakal musnah melawan ilmu merah) sikakek

"Dawuh kyai"

"Nyirep niro nglakoni poso sak Jero ning telung wektu, amiwit anggoro asih" (Bermeditasilah selama melakukan puasa, selama tiga hari, dimulai anggoro asih) Yang dimaksud dengan anggoro asih itu hari Selasa kliwon. Menurut primbon jawa kuno.

NIAT INGSUN AMATEK AJIAN SEGORO GENI DIIJABAHI MARANG GUSTI KANG ANGGADHA GENI.
AMERGO INGSUN ANYAKSENI.
SIRO KANG KASEBUT RATUNING GENI.
SIRO KANG KASEBUT JAGADE GENI.
SIRO KANG KASEBUT SEGORONE GENI.
RATUNIRO, RATUNING GENI.
JAGADNIRO, JAGAD GENI.
SEGORONIRO, SEGORO GENI.

Amalan itu diturunkan oleh gurunya. Ilmu merah yang tidak seharusnya dimiliki oleh pendekar golongan putih, tapi ilmu tenaga dalam yang memiliki telapak api ini akan menjadi ilmu kesempurnaan dengan gabungan aji Lebur Saketi. Hasilnya akan tanpa tanding untuk menghanguskan jiwa musuh.

"Sampornakno ngelmu iki kanti topo broto ing sak jerone guwo Langse, pati geni sak suwene nglampahi laku" (Sempurnakan ilmu ini dengan bertapa brata di dalam Goa Langse, puasa pati geni selama menjalankan amalan ini)

Di gua langse, pertapaan itu dijalani selama sepuluh tahun lamanya.

Quote: Menimba ilmu itu tidak mengenal jarak, tidak mengenal seberapa lamanya waktu, satu ilmu akan berhasil jika selalu diamalkan tiap waktu, dari saat belajar sampai akhir hayat. Ilmu akan abadi dengan menurunkan ke murid, ilmu akan mengangkat derajat guru janah dengan manfaat dan menjadi jariah.


Mbah Mojo Geni kini melalukan pertapaan mantek aji di Goa Langse. Letak goa langse itu terletak ditebing pantai parang triris jogjakarta.

Malam itu deburan ombak pantai selatan yang menghantam karang seakan getarkan dinding goa yang menjadi tempat ku melakukan lelaku. Gemerincing sebuah lonceng terdengar, dibarengi oleh bunyi telapak laki kuda. Hingga silau mata hati ini melihat sebuah kereta kencana milik kanjeng ratu kidul menghampiri.

"Wungu bocah manungso, Wes tinuju pungkas anggon mu lelaku" (Bangun anak manusia, sudah menuju ujung usai pertapaan mu)

"Kanjeng Ratu" Ucap ku

"Anak ku, opo kang niro kasebut milo ingson jabah marang pengeston ku lan sekabeh ing ratu tirto sak ombo ning jagad" (Anak ku, apa yang kamu kehendaki maka akan aku kabulkan dengan restu ku juga semua ratu penguasa samudra di keseluruh luas nya bumi)

"Sembah nuwun Kanjeng Ratu, ngaturaken samudraning pangaksami kang wonten sak lebet ipon manah, bileh namung ayuwun kadigdayan aji Segoro geni" (Sembah saya kanjeng ratu, mengucapkan keluasan maaf yang ada dalam hati, bila hanya menginginkan kedigdayaan aji Segara Geni)

"Pengestu ku anak ku" (Ku restui anak ku)

Sebuah restu yang didapat dari Ratu penunggu laut selatan hingga menghadiahkan ilmu sakti ajian segara geni. Hingga datang sang kakek tua membangunkan ku.

"Assalamuallaikum"
"Assalamuallaikum"
"Assalamuallaikum"

"Tangi, wes wancine niro miwiti urip kang urup" (Bangun, sudah saat nya kamu memulai hidup yang berkobar layaknya api)

Salam yang mengumandang ditelinga hingga membangunkan ku dari sebuah lelaku. Bertanda sudah selasainya tugas ku mengemban amanah sang guru. Ku buka mata pelan dan kulihat kakek itu meminum kan air kemulut ku dari sebuah cawan tanah yang berwarna coklat terbakar.

"Kyai"

Suara ku yang masih terdengar susah untuk mengucapkan sebuah kata, lalu aku jatuh terpingsan beberapa saat. Sampai aku kembali terjaga dengan melihat kakek menyiapkan makan sebagai pertanda selesai nya puasa ku. Saat aku terbangun dan melihat keluar, hamparan samudra lautan nan luas itu berkobar layak nya hamparan api yang berkobar. Semua kembali normal setelah satu minggu berlalu.

Ingin aku segara tuntaskan kepedihan penduduk Negri ini. Menyudahi peperangan yang terjadi berabad-abad lama nya. Tanah pertiwi Tercengkram tangan penjajah. Terlintas ingatan ku dengan Ki Nandru Braholo penghianat bangsa itu. Karena saking manahan Luka hati membayangkan kesengsaraan rakayat, ku pukulkan telapak tangan ku disebuah pohon yang besar, seketika roboh dan terbakar.

Singkat cerita, aku dengan restu dari guru sikakek tua kembali ke Alas urat sewu untuk mencari Ki Nandru Braholo, pertempuran itu tidak terelakan lagi namun pertempuran yang sangat susah itu hingga berlangsung berhari-hari karena ketika Ki Nandru tergeletak mati dia dapat hidup kembali, melakukan perkelahian dengan berbagai perubahan wujud seperti buto raksasa.

Sampai dititik terakhir aku menggabungkan tiga keilmuan, Aji Segara Geni, Aji Lebur Saketi, Aji Mundri.. Dengan panglimunan yang tidak terlihat dimata Ki Nandru Braholo, dikerahkan dua tenaga dalam, dalam satu pukulan yang mebuat dalaman raga itu hangus terbakar, lalu dicabut lah kepala Ki Nandru Braholo dari badan nya yang menghitam hangus itu. Meski badan hangus itu kembali bergerak namun tidak bisa berbuat apa-apa lagi sampai dileburkan kepala itu dikawah merapi, dan tubuhnya dilarung kesamudra selatan.

Perjuangan akan terus berlanjut sampai kaki penjajah melangkah pergi dari tanah pertiwi, sangat panjang perjuangan ku tidak akan terhenti sampai akhir hayat. Aku yang dikenal dengan julukan mbah Mojo Geni, pahlawan negri pertiwi yang dihilangkan namanya oleh sejarah, karena rombakan konunis yang tidak pernah mencintai laskar ulama nusantara. Aku tidak mebutuhkan rangkaian melati dimakam ku tapi aku sudah mewangi disisi Tuhan yang maha kuasa atas segala bimbingan dan petunjuk guru ku sikakek tua yang dikenal dengan nama Kyai Cakragaska atau Sunan Geseng.

Quote: Tulisan ini hanya mengungkap sedikit sejarah yang mana mungkin tidak tertuliskan didalam sejarah Indonesia. Namun beliau pejuang dimasa itu. Saya tidak menuntut semua suka dengan kisah saya, saya hanya perlu mengingatkan, kita yang saat ini berdiri ditanah dengan kesombongan, selalu ingatlah, tanpa perjuangan moyang kita dimasa lalu, tidak akan terjadi masa yang jauh lebih nyaman ketimbang masa itu.

Masihkah berkeluh kesah diatas bumi ini? Pejuang memikirkan kehidupan kita dimasa sekarang, kenapa kita lalai memberi doa untuk ketenangan beliau yang menghantarkan nyawa untuk kita.

---==TAMAT==---

JejakMisteri mengucapkan terimakasih atas antusias semua pembaca disini. Sehat selalu untuk kita semua, dekatkan diri pada illahi itu tujuan hidup.
Wassallam

*****
Sebelumnya

close