Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

LEGENDA NYI RORO KIDUL "PUTRI KANDITA"


CeritaRakyat - Legenda Putri Kandita adalah salah satu versi cerita yang mengisahkan asal mula dari Nyi Roro Kidul dari tanah Sunda, tepatnya di Pelabuhan Ratu Jawa Barat. Legenda dianggap sebagai cerita yang kisahnya sudah mengalami banyak distorsi karena dalam penyampaiannya melalui lisan. Juga proses penyampaian yang dilakukan secara turun temurun dalam jangka waktu yang lama menyebabkan beberapa cerita agaknya berbeda dari yang aslinya. Penyampaiannya yang selalu berpindah-pindah dari mulut ke mulut, menyebabkan cerita dikenal luas sampai ke daerah yang berbeda dan jauh dengan daerah asal, sehingga bermunculan intepretasi baru dari pemikiran setiap orang.

Seperti halnya legenda tentang Nyi Roro Kidul yang ternyata menurut kepercayaan dan tutur lisan masyarakat pesisir pantai selatan Pelabuan Ratu, memiliki keterkaitan cerita dengan kisah putri Kandita, namun jarang sekali diketahui masyarakat luas.

Cerita putri Kandita ini tergolong kedalam legenda masyarakat setempat, karena cerita yang berkembang dari masyarakat disana, namun menjadi dasar asal usul dari Ratu Pantai Selatan yang lebih populer di kenal dengan Nyi Roro Kidul.

Dalam kalangan orang Sunda sendiri percaya bahwa ada yang berkuasa di pantai Selatan, namun tidak terlalu dibesarkan oleh masyarakatnya, karena dianggap sebagai konsumsi pribadi. Sehingga banyak kalangan yang tidak tahu mengenai cerita versi Sunda, menyebabkan setiap Pantai Selatan di setiap daerah Sunda dipercaya memiliki penguasanya masing-masing, dan Nyi Roro Kidul merupakan gelar yang diberikan warga setempat kepada sosok wanita yang berkuasa disana.

Yang diketahui masyarakat awam di Indonesia saat ini, Nyi Roro Kidul adalah sesosok mahkluk yang dikenal mistis dan gaib yang menguasai laut selatan di sepanjang pulau Jawa yang suka mencari tumbal. Sosok Nyi Roro Kidul ini selalu mengenakan pakaian hijau dari semasa hidupnya hingga dia menjadi penguasa laut selatan juga memiliki wajah yang rupawan.

Dituturkan di dalam novel oleh Aan Permana, di dalam versi sudut pandang suku Sunda di pesisir pantai Selatan Pelabuhan Ratu, sebutan bagi sang penguasa laut Selatan adalah Nyi Ratu Kidul atau Ibu Ratu Kidul, hal ini untuk membedakan kepada versi Jawa yang memiliki nama Nyi Roro Kidul.

Juga di jelaskan dalam buku novel tersebut, Nyi Ratu Kidul menguasai Kerajaan laut Selatan dari Teluk Pananjung (Pangandaran) hingga ke Ujungkulon. Pusat keratonnya konon ada di wilayah Cilauteureun, sementara pusatnya di Pelabuhan Ratu.
Mitos yang melegenda ini konon menjadi panutan para nelayan disana, sebab Nyi Ratu Kidul selalu menjaga keselamatan nelayan pantai Selatan Jawa Barat.

Dijelaskan bahwa kehadiran dari sosok Nyi Roro Kidul disini adalah isu untuk menjaga alam di laut. Mbah Kasman yang merupakan juru Kunci di Pelabuhan Ratu mengatakan ada 2 jenis kategori kekuatan gaib, yaitu gaib kotor dan gaib suci.

Nyi Roro Kidul adalah kategori gaib suci, karena sering kali memberi nasihat baik bagi
kehidupan masyarakat melalui juru kunci tersebut. Nyi Roro Kidul disebut selalu
meberikan nasihat hidup untuk selalu menjaga lautan, karena kerusakan di dunia adalah sebuah bentuk keserakahan dari mahkluk hidupnya. Sedangkan gaib kotor adalah sosok yang selalu mengantarkan manusia ke jalan keserakahan, karena yang ada di benak mereka hanyalah senang-senang, biasanya sosok ini menyamar sebagai Nyi Roro Kidul. Tutur mbah Kasman.

Menurut kisah yang ditulis oleh Aan Merdeka Permana (2017) selaku penggiat budaya dan penulis buku yang sebagian besar karyanya merupakan cerita-cerita rakyat dari Sunda, perbedaan yang mendasar dari kisah Ratu Pantai Selatan versi Sunda dan Jawa adalah latar terjadinya peristiwa atau kisah awal. Jika yang versi Sunda berlatarkan kerajaan Pajajaran yang merupakan penyatuan kerajaan Sunda dan Galuh, yang kala itu dikisahkan asal mula sang Nyi Ratu Kidul adalah putri dari Sri Baduga Maharaja Jaya Dewata yang bernama putri Kandita. Sedangkan dalam versi Jawa berlatar belakang kerajaan Mataram, disini Nyi Roro Kidul diceritakan memiliki hubungan dengan raja-raja disana.

Mengungkap sosok Ratu Pantai Selatan melalui perjalanan hidupnya. Ada banyak
versi dan kepercayaan yang menceritakan siapa sosok Ratu Pantai Selatan.

Diketahui versi Jawa dan Sunda hampir memiliki kemiripan cerita. Versi Jawa
sempat menyebutkan bahwa sosok Ratu Pantai Selatan adalah putri Kandita yang
berhubungan dengan kerajaan Pajajaran, namun dibantah oleh masyarakat Sunda
karena dianggap rekayasa belaka. lainnya menyebutkan juga bahwa Ratu Pantai
Selatan memiliki kehidupan yang lebih tua di banding putri Kandita, karena dipercaya sempat menikah dengan Raden Wijaya dan ikut andil dalam membantu mendirikan kerajaan Majapahit, dikenal dengan nama Dewi Cemara Tunggal.

Versi Jawa lain menyebutkan Ratu Pantai
Selatan berhubungan dengan gaung di Mataram (kesultanan Yogyakarta dan
kasunan Surakarta). Disebut-sebut sebagai istri spiritual dari raja-raja kedua keraton tersebut.

Dalam versi lain, sosok Nyi Roro Kidul itu bernama putri Banyu Bening Gelang Kencana, yang merupakan anak dari raja Banten Girang. Banyu Bening dan ibunya dalam pengasingan ke dalam hutan terena penyakit lepra. Lalu dalam mimpinya bertemu dengan 3 wanita cantik penunggu hutan, kawah dan telaga, mereka membawa Banyu Bening ke Samudera Bale Kencana dan menobatkannya menjadi
Ratu Pantai Selatan. Dengan sendirinya raga Banyu Bening berjalan menuju pantai Selatan dan ditelan oleh ombak kedalam lautan.

Disebutkan dalam sebuah buku, bahwa putri pantai Selatan memiliki hubungan dengan ratu Bilqis. Disebutkan bahwa alasan ini diambil karena semua ratu sedunia yang bijaksana merupakan refleksi dari ratu Bilqis. Namun cerita tersebut hanya ada di tengah-tengah masyarakat yang belajar ilmu tradisional non akademis.

Kisah yang akan diambil menjadi objek penelitian dari banyak versi yaitu pada
kisah perjalanan hidup Ratu Pantai Selatan menurut pandangan budaya Sunda.
Sebenarnya banyak sebutan bagi Ratu Pantai Selatan di Sunda, biasanya dikenal dengan sebutan putri Kandita, ada yang memanggilnya putri Mayang Sagara, namun ada yang membantah dan menyebut nama aslinya adalah Nyi Purnama Sari, dan masih banyak lagi. Objek akan difokuskan mengambil kisah legenda putri Kandita yang paling sering dibicarakan dan jelas garis sejarahnya selama hidupnyadi kerajaan Pajajaran.

Mengungkap Bagaimana keteladanan dan kisah asmara sang putri, bagaiamana sikapnya dalam menghadapi perilaku jahat saudara dan ibu tirinya sehingga harus meninggalkan kerajaan dan mengasingkan diri ke dalam
hutan hingga menjadi Ratu Pantai Selatan. Kisah yang akan diangkat nantinya mengambil atau mendasar pada kisah putri Kandita yang ditulis dalam novel “Putri Kandita Kemelut Putri Prabu Siliwangi” karya Aan Merdeka Permana.

Kisah menurut tutur budaya Sunda diambil karena dalam kalangan masyarakat Sunda umumnya suatu kisah hanya diperuntukan bagi diri sendiri saja dan tidak disebarkan kembali. Inilah kenapa masyarakat disana memiliki keyakinan yang berbeda-beda terhadap sosok putri pantai Selatan, yang terkadang menimbulkan perdebatan keyakinan. Sehingga di setiap Pantai Selatan di setiap daerah Sunda dipercaya memiliki penguasanya masing-masing.

Sementar Mitos kisah legenda Nyi Roro Kidul versi dari Banten Kidul di ceritakan. Ketika Kerajaan Sunda runtuh tahun 1579, kekuasaan atas daerah Banten digantikan oleh Kesultanan Banten yang bercorak Islam. Proses pergantian kekuasaan itu seiring dengan dilakukannya Islamisasi oleh Syarif Hidayatullah yang dilakukan sejak tahun 1522. Selain itu, runtuhnya Kerajaan Sunda pun telah melahirkan berbagai mitos yang berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat Banten. Mitos-mitos itu ada yang bercerita ketika Kerajaan Sunda masih berdiri, mitos tentang penolakan para pengikut setia Raja Sunda atas kekalahan kerajaannya, mitos yang bercerita tentang proses Islamisasi itu sendiri, dan cerita-cerita mitos ketika Kesultanan Banten telah berdiri.

Banten Kidul yang berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia, masyarakat Banten Kidul mengenal sebuah dongeng tentang Nyi Roro Kidul. Bagi masyarakat, cerita ini bagian yang tidak dapat dipisahkan dari eksistensi Kerajaan Sunda. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan kalau kisah tentang penguasa laut Selatan ini berbeda dengan cerita yang dikenal oleh masyarakat pantai selatan di luar Banten Kidul, seperti di daerah Yogyakarta. Cerita ini begitu legendaris dan sangat kuat terpatri di hati masyarakat Lebak Selatan yang memang bersinggungan langsung dengan laut Selatan.

Diceritakan bahwa Nyai Roro Kidul merupakan putri Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pakuan Pajajaran. Ibunya merupakan permaisuri Kinasih dari Prabu Siliwangi. Nyai Roro Kidul yang semula bernama Putri Kandita, memiliki paras yang sangat cantik dan kecantikannya itu melebihi kecantikan ibunya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan kalau Putri Kandita menjadi anak kesayangan Prabu Siliwangi.

Sikap Prabu Siliwangi yang begitu menyayangi Putri Kandita telah menumbuhkan kecemburuan dari selir dan putra-putri raja lainnya. Kecemburuan itu yang kemudian melahirkan persengkokolan di kalangan mereka untuk menyingkirkan Putri Kandita dan ibunya dari sisi raja dan lingkungan istana Pakuan Pajajaran.

Rencana tersebut dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan ilmu hitam sehingga Putri Kandita dan ibunya terserang suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Di sekujur tubuhnya, yang semula sangat mulus dan bersih, timbul luka borok bernanah dan mengeluarkan bau tidak sedap (anyir). Akibat penyakitnya itu, Prabu Siliwangi mengucilkan mereka meskipun masih tetap berada di lingkungan istana. Akan tetapi, atas desakan selir dan putra-putrinya, Prabu Siliwangi akhirnya mengusir mereka dari istana Pakuan Pajajaran.

Mereka berdua keluar dari istana dan berkelana ke arah selatan dari wilayah kerajaan tanpa tujuan. Selama berkelana, Putri Kandita kehilangan ibunya yang meninggal dunia di tengah-tengah perjalanan. Suatu hari, sampailah Putri Kandita di tepi sebuah aliran sungai. Tanpa ragu, ia kemudian meminum air sungai sepuas-puasnya dan rasa hangat dirasakan oleh tubuhnya. Tidak lama kemudian, ia merendamkan dirinya ke dalam air sungai itu.

Setelah merasa puas berendam di sungai itu, Putri Kandita merasakan bahwa tubuhnya kini mulai nyaman dan segar. Rasa sakit akibat penyakit boroknya itu tidak terlalu menyiksa dirinya. Kemudian ia melanjutkan pengembaraannya dengan mengikuti aliran sungai itu ke arah hulu. Setelah lama berjalan mengikuti aliran sungai itu, ia menemukan beberapa sumber mata air panas yang menyembur sangat deras sehingga semburan mata air itu melebihi tinggi tubuhnya. Putri Kandita menetap di dekat sumber air panas itu. Dalam kesendiriannya, ia kemudian melatih olah kanuragan.

Selama itu pula, Putri Kandita menyempatkan mandi dan berendam di sungai itu. Tanpa disadarinya, secara berangsur-angsur penyakit yang menghinggapi tubuhnya menjadi hilang. Setelah sembuh, Putri Kandita meneruskan pengembaraan dengan mengikuti aliran sungai ke arah hilir dan ia sangat terpesona ketika tiba di muara sungai dan melihat laut. Oleh karena itu, Putri Kandita memutuskan untuk menetap di tepi laut wilayah selatan wilayah Pakuan Pajajaran.

Selama menetap di sana, Putri Kandita dikenal luas ke berbagai kerajaan yang ada di Pulau Jawa sebagai wanita cantik dan sakti. Mendengar hal itu, banyak pangeran muda dari berbagai kerajaan ingin mempersunting dirinya. Menghadapi para pelamar itu, Putri Kandita mengatakan bahwa ia bersedia dipersunting oleh para pangeran itu asalkan harus sanggup mengalahkan kesaktiannya termasuk bertempur di atas gelombang laut yang ada di selatan Pulau Jawa. Sebaliknya, kalau tidak berhasil memenangkan adu kesaktian itu, mereka harus menjadi pengiringnya.

Dari sekian banyak pangeran yang beradu kesaktian dengan Putri Kandita, tidak ada seorang pangeran pun yang mampu mengalahkan kesaktiannya dan tidak ada juga yang mampu bertarung di atas gelombang laut selatan. Oleh karena itu, seluruh pangeran yang datang ke laut selatan tidak ada yang menjadi suaminya, melainkan semuanya menjadi pengiring Sang Putri. Kesaktiannya mengalahkan para pangeran itu dan kemampuannya menguasai ombak laut selatan menyebabkan ia mendapat gelar Kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul yang artinya Ratu Penguasa di Selatan.

Cerita ini memang tidak bersangkutan dengan Kesultanan Banten yang berdiri menggantikan Kerajaan Sunda di wilayah Banten Selatan. Akan tetapi, cerita ini sangat penting dikemukakan sebagai salah satu wujud mentifact masyarakat Banten Selatan tentang keberadaan Nyai Roro Kidul, Prabu Siliwangi, dan Kerajaan Pakuan Pajajaran. Artinya, Kerajaan Laut Kidul yang dikenal dalam pikiran masyarakat Banten selatan itu memiliki hubungan kekerabatan dengan Kerajaan Pakuan Pajajaran, karena penguasanya merupakan anak dari Prabu Siliwangi, raja legendaris Kerajaan Pakuan Pajajaran.

Wallahu'aklambhishowab..


close