Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HUTAN ANGKER DI LAMPUNG (Part 1)


PROLOG

“MALIIINNGGG… MALIIIINNGGGG”
Terdengar teriakan beberapa warga yang mengagetkanku, siang itu memang aku sengaja mampir di warung kopi pinggir jalan untuk sekedar istirahat dari aktifitasku berkebun. Lalu aku melihat tiga orang pemuda berlari dihadapanku diikuti puluhan warga yang mengejar sambil membawa batu, kayu, dan beberapa dari mereka bahkan ada yang membawa pisau.
.
“Ada maling lagi?” fikirku, karena akhir-akhir ini memang sering terjadi perampokkan dikampungku
.
Melihat kejadian itu, aku langsung berlari dan ikut mengejar tiga pemuda tadi.
.
“Mas, mas, ini kopinya belum bayar….” Teriak si mbok penjaga warung
.
“Iya mboook, nanti aku balik lagi” jawabku sambil berlari
.
Tiga pemuda tersebut lari kedalam hutan, dan tidak berapa lama akhirnya warga berhasil menangkap mereka. Tubuh mereka diseret kepinggir jalan di tepi hutan, jalan raya ini membelah hutan yang berada dikawasan Lampung, hutan yang memang sudah terkenal dengan cerita-cerita mistisnya.
.
Warga yang sudah marah lalu menghakimi mereka bertiga, tubuh mereka pun tidak berdaya menahan amukkan warga. Darah sudah mengalir membanjiri jalan ini, lalu beberapa pemuda terlihat menyiram tubuh mereka dengan bensin. Aku tidak kuat melihat pemandangan ini. Ingin kuhentikan aksi warga pada saat itu, namun apa yang bisa aku lakukan, aku hanya seorang remaja biasa yang dilahirkan di tengah-tengah keluarga petani.
.
Beberapa saat kemudian, aroma daging yang hangus terbakarpun tercium disekitar tempat ini, aku melihat tubuh mereka meronta ronta dan setelah beberapa lama, akhirnya tubuh mereka sudah tidak bergerak lagi.
.
Mereka bertiga MATI !

***

JEJAKMISTERI - Beberapa bulan telah berlalu semenjak meninggalnya tiga pemuda tadi. Kini jalur perlintasan di jalan yang membelah hutan ini jadi agak sepi jika sudah masuk Maghrib. Sebelum adanya kejadian pembakaran itu, jalur ini memang sudah terkenal angker, banyak warga sering di ganggu oleh beberapa penampakkan makhluk halus disana.
 
Namaku Hadi, kisah ini terjadi Antara tahun 1999–2002. Aku adalah anak dari seorang petani, keseharianku pada pagi sampai sore hari adalah berkebun, lalu menjual hasil kebunku dan para tetangga lain ke pasar pada malam hari. Karena pasar yang aku tuju beroperasi mulai dari jam dua dini hari, maka mengingat perjalanan bisa memakan waktu dua jam dari rumah, aku biasanya berangkat antara jam sebelas atau jam dua belas malam.

Seperti biasa, setelah kulihat waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, aku mulai bersiap membawa beberapa hasil kebunku dan para tetangga. Oh iya, Aku tinggal di sebuah desa kecil di daerah Lampung. Warga didesaku hanya sekitar dua ratus sampai tiga ratus orang saja, dan desa kami dikelilingi oleh hutan, persawahan, dan perkebunan warga. Dan saat cerita ini terjadi dikampungku malah belum ada aliran listrik yang masuk. Jadi bisa dibayangkan betapa sepinya desaku saat itu, bahkan sampai sekarang.

Setelah selesai mencuci dan mengelap motor Honda Star kesayanganku, aku menaruh keranjang keatas motor. Keranjang ini terbuat dari bekas karung goni yang aku buat sedemikian rupa agar bisa menampung muatan agak banyak.

Aku lalu memasukkan beberapa hasil kebun kedalam keranjang, sedikit ku paksa, dan sisanya yang tidak masuk aku taruh di belakang jok, di tengah-tengah antara keranjang yang kanan dan yang kiri. Setelah dirasa cukup banyak, aku lalu mengikat keranjang yang satu dan yang lain dengan tali, tidak lupa juga beberapa ikat sayur yang ditengah-tengah aku ikat dengan kencang agar tidak terjatuh nanti.

Setelah siap semua, aku mulai menghidupkan motorku. Untuk menuju pasar aku harus melewati jalan raya yang membelah hutan angker itu, belum lagi jalan setapak dari rumahku ke jalan raya, harus melewati pemakaman tua yang berada diujung jalan. Inilah rutinitasku setiap hari, dan tidak ada jalan lain selain jalan ini.

Aku mulai melewati jalan setapak ini, jalan berbatu dan agak becek akibat hujan sore tadi membuat ban motorku sesekali agak slip. Jalan begitu gelap dan aku hanya mengandalkan lampu dari motor tuaku ini. Setibanya diujung jalan, aku mulai agak merinding, tidak tau kenapa malam ini begitu menyeramkan bagiku. Jalan di sekitar pemakaman ini agak menanjak, aku berusaha memaksa motor tua ini agar mampu untuk melaluinya.

Tiba-tiba motorku mendadak mati, antara kesal dan takut setengah mati aku berusaha mendorong motorku untuk melewati jalan yang menanjak ini. Karena ku fikir tidak mungkin menyela motor dengan beban berat di jalan yang menanjak, aku memutuskan mendorong motor ini sampai kejalan yang agak datar.

Tanpa sadar pandanganku terpaku pada sebuah pohon besar yang berada di tengah pemakaman, aku melihat seorang wanita berdiri mengenakan gaun warna putih agak kotor dengan rambut terurai.

“Astagfirallah!”

Aku panik bukan main, dan terus mendorong motorku sekuat tenaga. Entah kenapa tenagaku seperti berlipat ganda saat itu, aku terus mendorong motorku tanpa memperdulikan jalan yang agak rusak yang sesekali membuat kakiku tersandung oleh bebatuan.

Setibanya dijalan raya, aku lalu menghentikan lariku. Sambil mengatur nafas aku mencoba menghidupkan lagi sepeda motorku.

“Alhamdulillah…”

Motorku kini sudah hidup dan siap melanjutkan perjalananku kepasar. Aku langsung tancap gas dan berharap agar cepat sampai ke tujuan. Setelah beberapa lama, tibalah aku dijalan yang membelah hutan angker ini, jalan dimana pernah terjadi pembakaran tiga pemuda yang dicurigai sebagai maling oleh warga pada waktu lalu.

“Numpang-numpang, anak bagong mau lewat”

Entah apa maksud ucapan itu, namun itulah kepercayaan yang aku dapat dari beberapa sumber yang tidak tau benar atau tidaknya. Sedikit aneh, namun apapun akan kulakukan agar tidak bertemu lagi dengan makhluk-makhluk ghoib disini. Yang penting aku sudah berusaha, mudah-mudahan makhluk disini mau mengerti tentang kegelisahanku.

Namun kenyataan tidak seindah ekspektasiku, lagi-lagi motorku mendadak mati di tengah-tengah jalur perlintasan ini. Di tengah kegelapan hutan ini motorku  tiba-tiba mati, bisa kalian bayangkan bagaimana rasanya saat itu.


“Ya Allah, mimpi apa aku semalam…"

Aku lalu berusaha menyela motorku dan berusaha sekuat tenaga agar motor tua ini hidup kembali. Butir-butir keringat yang sebesar biji jagung jatuh dari keningku, puluhan kali sela motor ini aku injak, namun belum berhasil membuatnya hidup kembali.

“Arrgghhh... motor sialan, sudah di lap bersih-bersih, tak tau terima kasih kau” Aku terus menggerutu dalam hati

Lalu tiba-tiba aku mencium aroma daging yang hangus terbakar, dan dari belakang, pundakku di tepuk oleh seseorang. Saat aku menoleh kebelakang, betapa terkejutnya aku, aku melihat sosok yang wajahnya sudah tidak berwujud lagi. Wajah itu seperti habis terkena luka bakar yang sangat parah, dan sebagian kulit lainnya terlihat hitam gosong.

“WUUAAAAAAAAAA….”

Aku panik bukan main, dan berlari meninggalkan sepeda motorku di tengah jalan.
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

close