Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

LELUHUR KERAJAAN PURBA (Part 1) - PERTEMUAN YANG DIGARISKAN ABAH DAMAR


JEJAKMISTERI - Pada akhirnya takdir tak mengenal kata andai, sesuatu yang telah digariskan sudah pasti terjadi dan tak dapat disangkal. 

Namaku Aksa, lelaki biasa-biasa saja beristri dan memiliki anak perempuan yang cantik.

Aku bersal dari salah satu kota kecil yang memiliki histori sejarah cukup luar biasa, karena kebetulan sejarah memang jadi bacaanku sehari-hari. 

Kisah ini dimulai saat aku beserta istri dan anak perempuanku harus meninggalkan tanah kelahiran demi tuntutan pekerjaan di kota lain.

Singkat cerita aku sampai di salah satu Kota di wilayah utara yang tidak terlalu ramai penduduk. Istri harus mengabdi kepada negara disalah satu instansi pemerintah yang cukup besar, setelah beberapa bulan belakang berjuang mengahadapi ujian demi ujian dan berserah kepada Allah Swt.

Dalam hal tirakat dan berserah aku selalu menjunjung tinggi restu kedua orang tua dan juga leluhur, dalam perjalanan pun aku sempat beberapa kali ziarah ke pusara para sesepuh untuk sekedar menepi dan minta restu. 

Ada beberapa kejadian saat ziarah yang intinya mengarah kepada petunjuk bahwa istriku diberi restu dan berhasil dalam menempuh ujian, hanya saja segalanya ku serahkan kepada Allah Swt. Sampai pada akhirnya takdir menjawab dan istriku lolos dalam ujian.

Seteleh mencari lokasi tempat tinggal di kota yang baru, akhirnya kami menemukan salah satu rumah yang tidak terlalu jauh dari tempat istriku bekerja. Rumah kontrakan milik sepasang suami istri yang belum memiliki anak. Yah, kutaksir kisaran umur ibuku. Abah Damar dan Ibu Sekar namanya, tutur katanya sangat halus khas orang jawa. Keduanya tinggal di sebelah rumah yang nantinya ku tempati bersama anak istriku. 

Entah hanya perasaanku atau memang ada hal lain, tapi bertemu Abah Damar dan Ibu Sekar seperti bertemu dengan keluargaku sendiri. Ada rasa rindu dan haru yang berkecamuk dalam hati. 

Abah Damar dan Ibu Sekar membuka warung kopi di depan rumahnya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Setidaknya di umur yang sudah hampir menua, mereka berdua terlihat nyaman dan ikhlas melakoni kehidupannya.

Lusa istriku sudah mulai bekerja di instansi pemerintah yang cukup bergengsi itu dan sementara waktu aku melanjutkan usaha online sambil mengurus anak perempuanku sampai nanti menemukan pengasuh yang memang tepat untuk anakku. 

Malam mulai larut setelah kami selesai menata barang bawaan dan menempati rumah kontrakan tersebut. Barangkali rumah ini akan jadi saksi bisu perjuanganku dan istri dalam melakoni kehidupan baru.

Rasa kantuk tak juga datang, ku buka pintu depan dan Abah Damar masih duduk santai menunggu warung kopinya, kebetulan seharian belum ngopi jadi pas kalau ke warkop Abah Damar sambil cari informasi mengenai daerah baru ini.

Sambil menyeduh kopi pesananku Abah terlihat samar memperhatikan ku, bukan rasa curiga tapi seperti orang sedang menerawang, ah terlalu berlebihan pikirku. Ini pasti karena di kota kelahiranku aku terlalu sering diskusi mengenai hal-hal spiritual bersama teman ngumpul. Kopi datang dan Abah menemaniku menikmati malam yang cukup terang.

Aku cukup kaget karena Abah mengawali obrolan ini dengan kalimat super dan luar biasa membingungkan, dengan halus beliau berkata "Nak Aska, Tuhan itu maha welas asih ya, rasanya seperti sudah digariskan waktu ini. Sudah, sambil ngopi sambil bersyukur, kuatkan hatimu tentang jalan luar biasa dari Tuhan setelah ini". 

Seketika saja ngeblank pikiranku, rasanya seperti disambar petir. Ya jelas, tiba-tiba saja dapat nasehat dari orang yang baru saja ku kenal, sedangkan beliau tak pernah tau jalan hidup ku. Pikiranku melayang menerka-nerka sosok Abah Damar. Tanpa jeda Abah kembali berkata "Gak usah terlalu di pikirkan, belajarmu tentang spirituas sudahsudah pasti ada manfaatnya, Nyatanya sekarang dipertemukan dengan Abah. Hehe".

Sambil menghembuskan asap tembakau abah memandang jauh kelangit.

Aku masih kaku tidak berkata-kata, kemudian memberanikan diri bertanya maksud nasehat Abah Damar. Tetapi Abah seringkali menyamarkan jawaban dan lebih mengarahkan obrolan santai mengenai kehidupanku di tanah kelahiran.

Hari pertama istriku bekerja bisa dibilang lancar tanpa kendala, akupun menikmati hari pertama bersama anak dengan cukup santai. Seharian anakku bermain dengan Ibu Sekar, ia cukup akrab dengan anakku seperti sudah lama kenal dan anehnya anakku juga langsung nempel tanpa rewel. Mungkin karena sosok ibu Sekar yang memang penyayang. Abah juga beberapa kali mengajak anakku bermain ayunan di dekat pohon depan rumah, pemandangan indah seperti rumah sendiri. Akupun jadi bisa sesekali mengurus jualan online yang lumayan banyak.

Hari demi hari terlewati dengan baik, kamipun semakin dekat dan intim dengan Abah dan ibu. Sampai disuatu malam aku kembali nyantai ngopi bersama Abah dan bercerita tentang hal yang nantinya mengawali petualangan spiritualku bersama Abah Damar. 

Abah bertanya kepadaku mengenai leluhur, apakah tau silsilah atau pernah bertemu di mimpi. Ya kujawab apa adanya karena memang belum pernah dan silsilah leluhurku terputus sampai tingkat Simbah Canggah. Sampai akhirnya aku dibuat kaget dengan pernyataan abah "Nak Aksa sudah di tunggu leluhur, kalau sudah ketemu harinya saya antar". Ngeblank seketika dan tak bisa berkata-kata.
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

close