Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MISTERI HAJATAN DI CABEAN KUNTI


JEJAKMISTERI - Malam selepas isya, Mas Tomo terlihat mengendara sepeda motornya seorang diri. Sebenarnya agak enggan juga Mas Tomo harus berkendara malam-malam ke daerah yang belum dikenalnya.

Mas Tomo berasal dari daerah Sawit di perbatasan Boyolali – Klaten. Malam itu Mas Tomo mendapat tugas dari Pak RT untuk mengabarkan berita lelayu atas meninggalnya tetangga Mas Tomo ke rumah kerabatnya di daerah Cepogo. Pada saat itu masih belum canggih seperti sekarang yang mana berita apapun akan dengan mudah tersebar dengan cepat.

Walaupun Mas Tomo sendiri kurang hafal daerah sana, namun Mas Tomo tetap yakin akan tiba dirumah yang akan dituju berbekal pengalamannya sebagai sales bahan bangunan. Cepogo adalah daerah kecamatan di lereng gunung Merapi dan Merbabu sehingga memiliki udara yang dingin, terlebih di malam hari. Keadaan cuacanya pun tidak bisa diprediksi, terkadang cerah terkadang juga tiba-tiba hujan dan berkabut. Nahh, seperti yang dialami Mas Tomo saat itu ketika sudah sampai di jalan raya Boyolali-Cepogo tiba-tiba gerimis.

Saat itu Mas Tomo berpikir mau berhenti dulu untuk berteduh apa mau melanjutkan perjalanan, tapi akhirnya Mas Tomo melanjutkan perjalanannya. Mas Tomo berkendara pelan-pelan sambil mengingat jalan masuknya karena selain gerimis saat itu kabut sudah mulai turun.

Ketika melihat sebuah gapura kecil dikanan jalan, Mas Tomo segera berbelok melewati jalan desa dengan aspal seadanya. Sambil mengingat arah, Mas Tomo celingak-celinguk juga mungkin ada warga yang terlihat sehingga bisa ditanyakan lokasi rumah yang ditujunya.

Ketika sampai diujung desa Mas Tomo belum melihat seorangpun warga yang bisa ditanyai. Ujung desa ini berupa pertigaan jalan dan Mas Tomo memutuskan mengarah kekiri karena dalam hati Mas Tomo kalau jalan yang ke kanan akan kembali ke jalan raya tadi.

Gerimis makin lebat saat Mas Tomo mulai melewati jalan kecil yang rupanya jalan perkebunan, namun untuk kembali lagi Mas Tomo merasa malas. Mas Tomo merasa girang dan beruntung saat itu dilihatnya agak jauh didepan samar-samar dalam bayangan kabut dan hujan Nampak lampu-lampu yang bernyala terang.

Benar saja setelah dekat Mas Tomo melihat ada hajatan dan banyak orang yang lagi berkumpul. Mas Tomo jadi senang banget dan bergegas kearah keramaian gak peduli basah kuyup.

“Pangapunten pakdhe, badhe ndherek tanglet.” (Maaf pakde, mau menanyakan.), Mas Tomo bertanya ke seorang laki-laki tua yang menghampirinya.

“Injih nak, monggo pinarak rumiyin ngeyup mriki.” (Iya nak, mari silakan masuk dulu untuk berteduh), laki-laki tua itu membalas pertanyaan Mas Tomo.

Setelah basa-basi sebentar Mas Tomo akhirnya mengikuti laki-laki tua tadi. Setelah duduk Mas Tomo baru menyadari ternyata tamu-tamu yang banyak tadi kesemuanya itu perempuan. Hanya Mas Tomo dan laki-laki tua yang menyambutnya tadi saja yang laki-laki ditempat itu. Bahkan yang memainkan gamelan juga perempuan semua. Yang agak aneh lagi semua yang ada ditempat itu termasuk Mas Tomo duduknya di lantai tanah beralas tikar pandan, padahal hajatan tadi termasuk ramai untuk ukuran desa, namun Mas Tomo gak ambil pusing.

”Pangapunten pakdhe, meniko nembe kagungan damel punopo kok ketingal rame sanget?” (Maaf pakdhe, ini acara apa kok tampak meriah sekali?)” Mas Tomo memberanikan diri bertanya sambil menyantap tape ketan kesukaannya.

“Injih niki wonten damel mangayubagyo rawuhipun kanjeng Ibu wonten papan puniko.” (Iya ini ada hajatan untuk menyambut kedatangan kanjeng Ibu di tempat ini.) jawab laki-laki tua tersebut.

Mas Tomo makin penasaran dengan jawaban laki-laki tua disebelahnya.

“Wahhh, kanjeng Ibu niku mesti keleresan piyantun inggil njih pakdhe, ngantos dipun damelaken hajatan kados mekaten?” (Wahhh, kanjeng Ibu itu pasti orang penting sampai disambut dengan hajatan besar seperti ini ya pakdhe?).

Laki-laki tua tadi hanya tersenyum sambil jarinya mempersilakn Mas Tomo untuk menikmati hidangan didepannya.

Laki-laki tua tadi menyuguhkan banyak makanan dan minuman khas hajatan di Jawa. Mas Tomo agak lega setelah laki-laki tua tadi memberitahu kalau alamat yang dituju Mas Tomo sudah dekat dan mempersilakan Mas Tomo menikmati hidangan dan sajian musik tradisional terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan.

Mas Tomo makan lahap sekali, mungkin karena hawa dingin ditempat itu jadi kelaparan setelah kehujanan. Sambil menikmati makan minum, Mas Tomo memperhatikan perempuan ditempat itu ternyata cantik-cantik semua. Yang bikin Mas Tomo agak heran dari kesemua perempuan itu kok gak ada yang ngobrol padahal kalau perempuan sudah berkumpul biasanya ngobrolnya gak berhenti-berhenti.

Tiba-tiba suara gamelan ditempat itu berhenti disusul dengan munculnya aroma wangi yang membuat kepala Mas Tomo merasakan pusing. Keadaan yang tadinya terang benderang berubah menjadi gelap gulita.

***

Pagi itu, desa kecil di dekat sungai pule digegerkan dengan penemuan seorang laki-laki muda yang pingsan dibebatuan sungainya. Sebuah sepeda motor tampak tergeletak didekatnya. Warga beramai-ramai menolong pemuda tersebut dan motornya yang jatuh ke dalam sungai pule atau yang lebih dikenal dengan Cabean Kunti.

Setelah tersadar, laki-laki muda tersebut mengaku dari Sawit dan bernama Tomo!
SEKIAN


close