Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PENUNGGU PATIRTAAN KUNDEN


JEJAKMISTERI - Kamis malam di bulan April, seorang lelaki terlihat berjalan di pematang sawah. Dikepalanya terikat sebuah lampu sebagai penerang sedang tangan kanannya tampak memegang sebatang kayu panjang yang ujungnya terdapat beberapa besi runcing mirip tusuk sate.

Lampu yang terikat dikepala lelaki itu terlihat bergerak ke kiri dan kanan sedang tangan kanannya sesekali terlihat menusuk-nusukkan kayu panjang diantara tanaman padi.

“Lumayan banyak juga katak disawah ini, gak sia-sia jalan kaki sampai jauh.’’ Lelaki tadi berkata dalam hati sambil memasukkan katak ke dalam kantong kain yang ada dipinggangnya.

Demikianlah keseharian Bowo, lelaki yang berprofesi sebagai pencari katak dan belut dipesawahan yang saat itu sedang melakukan aktivitas rutinnya setiap malam. Area pesawahan yang didatangi Bowo saat itu berada tidak jauh dari pusat kota Klaten dan dekat dengan sebuah rumah sakit negeri.

Sawah ditempat Bowo mencari katak saat itu memang subur karena terdapat sebuah sungai kecil yang selalu mengalir airnya sepanjang musim.

“Istirahat sebentar buat ngisi perut” pikir Bowo yang mungkin karena hasil malam itu sudah lumayan banyak sehingga bisa beristirahat sebentar.

Dari jauh Bowo melihat tempat yang menurutnya cocok buat beristirahat. Samar-samar terlihat tanah yang agak luas yang berada dekat dengan sungai sehingga Bowo bisa sekalian membersihkan kaki dan tangannya.

Setelah dekat Bowo tertegun sebentar namun tetap menuju ketempat yang dilihatnya tadi. Sebuah tanah yang datar dan memiliki pagar pendek yang mengelilingi sebuah bangunan kecil dari batu hitam.

“Loohh, ada candi disini? saya baru tahu. Kulonuwun mbah nderek leren." (permisi kek numpang istirahat), demikian Bowo setiap memasuki tempat yang dianggapnya keramat selalu memberikan salam.

Bowo beruntung juga didekat tempat itu terdapat banyak berserakan ranting-ranting pohon yang kering. Setelah api menyala, Bowo segera memanggang singkong rebus yang dibawanya, setelah itu turun ke sungai untuk membersihkan tangan dan kakinya.

Saat naik ke pinggir sungai, jantung Bowo seperti berhenti berdetak. Tubuhnya terasa kaku sedang matanya tak berkedip menatap kearah api yang dibuatnya. Sesosok ular yang ukurannya sangat besar terlihat menatap kearah Bowo. Ular sebesar batang pohon kelapa itu terlihat melingkar dengan kepala terarah pada Bowo yang mematung. Sisik ularnya berkilauan ditimpa cahaya dari nyala api, namun Bowo melihat bagian ekor ular itu seperti memakai cincin emas yang berkilauan.

Tiba-tiba ada angin yang berhembus cukup kencang dan nyala api yang dibuat Bowo padam hanya meninggalkan bara merah dari kayu. Sesaat kemudian tercium bau amis menusuk hidung Bowo.

“Mas.. aku melu kowe yo?" (Mas.. saya ikut kamu ya), Bowo mendengar suara wanita yang seperti berbisik didekat telinganya. Bowo segera menoleh dan dilihatnya sesosok wanita yang cantik luar biasa dekat sekali dengan Bowo.

“Aku melu yo mas, mengko kowe tak wenehi opo-opo." (Aku ikut ya mas nanti kamu saya kasih segalanya), suara wanita itu kembali terdengar.

Lidah Bowo kelu, badannya gemetar,,seumur-umur dia keluar malam mencari katak baru sekali ini mengalami peristiwa yang aneh.

“Kuwi kanggo kowe kabeh mas jupuken." (Itu semua buat kamu mas ambillah), setelah berkata demikian, tiba-tiba didepan Bowo tergeletak tumpukan uang dan perhiasan yang sangat banyak.

“Ojo mung disawang gek dijupuk kabeh terus ndang muliho isoh dinggo nyukupi keluargamu." (Jangan cuma dilihat, lekas kamu ambil semua kamu bawa pulang bisa menghidupi keluargamu.), didengarnya lagi suara wanita itu. Bowo masih belum bisa berkata sepatah katapun, bahkan sesekali menahan nafas!

“Ayo mas gek dijupuk mengko kowe yo tak ladeni, penak uripmu mas mung wae aku jaluk diijoli babon sak petarangane." (Ayo mas buruan diambil nanti setelah itu saya juga melayani kamu, kehidupanmu pasti enak tapi semua itu saya cuma minta ditukar sama ayam betina sekandangnya.)

Disaat Bowo berdiam sambil gemetaran, hal yang tidak terduga terjadi.
Suara adzan berkumandang terdengar sangat kencang ditempat itu.

Allahuu Akbar… Allahuu Akbar…

Rupanya suara takbir itu keluar dari alarm di hp yang dibawa Bowo, yang menandakan hari sudah mulai pagi.

Setelah itu semua yang dilihat Bowo hanyalah tanah datar dan sisa kayu yang terbakar. Tumpukan uang dan perhiasan tadi lenyap bersama wanita yang berdiri didekatnya.
Dengan sisa kesadaran yang masih dimiliki, Bowo segera berlari menuju jalan raya.
Setelah kejadian itu, hasil tangkapan katak dan belut yang diperoleh Bowo setiap hari selalu melimpah sehingga Bowo bisa pulang tidak terlalu malam.

Menurut penuturan para orang tua, apabila Bowo sampai membawa pulang “barang” yang dilihatnya tadi, secara tidak langsung Bowo sudah menerima perjanjian seperti pesugihan. Sedang tumbal yang disediakan adalah ayam betina bersama seisi kandangnya mempunyai arti bahwa istri dan anak-anaknyalah yang disediakan untuk menjadi tumbalnya.
SEKIAN


close