BATU KERAMAT PANTANG DILANGGAR
JEJAKMISTERI - Tidak ada yang terlihat aneh dari batu kotak berukuran lebih dari 2 meter ini. Relief di bagian dindingnya menandakan usia batu ini sudah ribuan tahun saat masih digunakan. Sebuah papan peringatan agar tidak naik ke atas batu ini mempertegas status batunya.
Sore itu Anshori dan keempat kawannya mendatangi sebuah desa yang konon terdapat batu kuno keramat. Mereka ini merupakan santri yang berasal dari salah satu pondok disebuah desa dekat dengan lereng Gunung Merapi. Kemudian desa yang mereka datangi berada di wilayah Bantul bagian timur yang dekat dengan sungai besar.
Setelah memperoleh ijin dari tetua desa setempat, Anshori dan empat kawannya malam itu akan membuat sebuah rekaman yang membahas seputar supranatural. Mungkin karena Anshori dan kawan-kawannya berasal dari pondokan yang juga mempelajari hal-hal gaib sehingga mereka punya keinginan membuat sebuah konten.
“Cuacanya joss malam ini, langit cerah semoga ada yang “nampak” tanpa bantuan lampu.” Anshori berkata pada kawan-kawannya.
“Leres gus An, kelihatannya bakal jadi viral konten kita ini.” Sugik teman Anshori menyahuti.
Teman yang lainnya terlihat mulai mempersiapkan piranti alat yang dibawa. Daryanto yang bertubuh paling jangkung mulai menata kamera di salah satu sudut tempat itu sambil sesekali terlihat mengecek hasil jepretan kameranya.
Menjelang tengah malam mereka sudah bersiap sesuai porsi masing-masing. Anshori dan Sugik bertugas menjadi artis dadakan, sedang tiga teman lainnya bertugas merekam kejadian.
Beberapa saat kemudian terlihat mulut Anshori komat-kamit seperti membaca sesuatu yang diikuti oleh Sugik. Hingga beberapa saat mereka belum bisa mendapatkan “sesuatu” yang mereka harapkan.
“Aku tak naik diatas batu aja, kalau gak gini kayaknya gak ada yang muncul” tiba-tiba Anshori berkata dan langsung naik ke atas batu kotak tersebut. Belum ada semenit Anshori diatas batu, mendadak angin bertiup kencang ditempat itu.
Pohon-pohon bambu disekitar lokasi berderit seakan mau tumbang. Kamera yang disangga dengan tripod disudut selatan mendadak jatuh. Daryanto agak gugup mengambil alat yang disetingnya tadi.
***
Siang itu di teras rumah Daryanto terlihat empat orang sedang berbicara dengan serius. Mereka memperhatikan tayangan yang direkamnya pada malam kemarin.
“Kok aneh ya hasil rekaman kemarin kayak gak terjadi apa-apa?” Daryanto mulai membuka obrolan.
“Iya itu juga yang bikin aku gak ngerti, terus ada yang tahu gak kenapa gus Anshori jadi aneh juga tadi pagi?” kata Sugik. Teman yang lain kompak menggeleng.
Memang sepulang dari tempat batu kemarin, Anshori menunjukkan gelagat yang tidak seperti biasanya. Anshori tiba-tiba jadi pendiam. Teman-teman bahkan keluarganya sedari kemarin belum mendengar sepatah katapun dari Anshori.
Setelah tiga hari berlalu dari kejadian itu, Sugik dan teman-temannya berencana menceritakan peristiwa yang dialaminya bersama Anshori kepada Sang Guru.
“Maaf Pak Kyai, jadi ceritanya seperti itu” kata Sugik mewakili ketiga temannya saat dihadapan sang guru.
“Kalian terlalu sembrono datang ketempat seperti itu, jangan disamakan tempat-tempat yang pernah jadi media ritual dari masa lalu dengan tempat-tempat belum tersentuh manusia!” kata Pak Kyai.
“Manusia jaman dulu mempunyai mantra sendiri, bahkan kutukan yang dilekatkan pada benda-benda yang mereka gunakan pada saat itu, dan apabila dilain waktu disalah gunakan oleh orang lain tentu sesuatu yang tidak kita inginkan bisa menimpa siapa saja yang melanggarnya.”
Akhirnya Pak Kiai bersama keempat siswanya tadi pergi ke rumah Anshori. Rupanya kedatangan guru spiritual dan muridnya ini sudah diketahui oleh Anshori yang sudah berdiri seperti menunggu mereka didepan rumahnya!
“Mau apa kamu kemari? ini sudah jadi urusan saya karena bocah ini sudah berlaku kurang ajar ditempatku!” Anshori berkata dalam bahasa jawa kepada Pak Kiai. Rupanya penunggu batu keramat yang berbicara dengan media tubuh Anshori.
“Saya datang memintakan maaf atas kesalahan yang dibuat oleh anak saya.” Pak Kiai berkata dengan bahasa jawa pula. Namun rupanya penunggu batu tersebut tidak mempedulikan.
“Kok gampang sekali minta maaf, bocah ini sudah pecicilan ditempatku bahkan sudah meludahi tempatku terus kamu minta maaf apa semua jadi selesai? kok enak banget kamu ngomong?” bentak mahkluk penunggu yang merasuki Anshori.
Sejak saat itu, Anshori hanya mau berbicara tiap hari jumat saja. Tidak ada satupun orang yang bisa menyembuhkan Anshori. Yang lebih mengherankan lagi, tiap jumat pagi Anshori selalu pergi ke tempat batu keramat itu dan selalu membersihkan sampah yang ada disekitar batu tanpa ada yang menyuruh.
SEKIAN
BACA JUGA : SANGKAN PARAN (MISTERI DARI TEMPAT BERSEJARAH)