SANGKAN PARAN (MISTERI DARI TEMPAT BERSEJARAH)
KEMBALI DARI MASA LALOE
JEJAKMISTERI - Widjatmiko bersama sobat karibnya yang bernama Handoko melakukan perjalanan ke daerah Muntilan Magelang. Kedua sahabat baik ini berasal dari Yogyakarta yang mempunyai hobi blusukan ke tempat-tempat (situs) peninggalan bersejarah.
Siang itu mereka berboncengan dengan sebuah motor setelah mendapat info dari temannya di Muntilan lewat sebuah aplikasi chatting terkenal.
“Halloo bro, gimana perjalanannya?” sapa Rudho teman mereka dari Magelang yang tadi mengirim pesan singkat, setelah bertemu dengan Widjatmiko dan Handoko di lokasi yang dimaksud.
Saat itu mereka bertiga berada di kaki sebuah bukit kecil di daerah Muntilan yang diatas puncaknya terdapat reruntuhan candi dari jaman Hindu-Buddha. Mereka bertiga hendak menelusuri jejak kekunoan yang informasinya berada di sekitar bukit itu. Konon dilokasi yang akan mereka tuju terdapat bangunan patirtaan kuno yang sebagian terpendam tanah.
Agar lebih cepat ketemu mereka bertiga memutuskan berpencar dengan kesepakatan satu jam lagi bertemu ditempat awal. Berbekal pengalaman blusukan di berbagai medan, Widjatmiko mulai menyusuri jalan setapak yang tertutup oleh sampah daun bambu. Bukit ini memang didominasi tanaman bambu bahkan hingga puncaknya. Setelah agak lama menerabas rerimbunan pohon bambo, Widjatmiko akhirnya seperti melihat tatanan batu yang tertutup tanah dan berbagai sampah alami.
“Wuiihhh, bener ini situs yang aku cari.” batin Widjatmiko sambil membersihkan berbagai sampah daun yang menutupi batu-batu tersebut.
“Pados nopo nak? (Cari apa nak?)”, Widjatmiko dikejutkan suara orang tua yang tau-tau sudah ada dibelakangnya. Darimana orang tua ini datang, begitu dipikiran Widjatmiko saat itu namun buru-buru dia menjawab,
“Injih mbah niki kulo naming ngresiki sampah ingkang nutupi selo meniko. (Iya mbah ini saya sedang membersihkan sampah yang menutupi batu-batu ini)”. Orang tersebut memang sudah tua sekali sehingga Widjatmiko memanggilnya dengan simbah.
“Wonten sisih mriko malah langkung katah nak selanipun (Disebelah sana malah lebih banyak batu-batunya)”, simbah tadi menunjuk ke satu arah.
Mungkin karena penasaran dan naluri kecintaannya terhadap sejarah, Widjatmiko mengiyakan saat simbah tadi menawarkan diri untuk mengantar ke lokasi yang ditunjuknya.
***
Sudah lebih dari sejam Rudho dan Handoko menunggu kemunculan Widjatmiko ditempat yang disepakati tadi. Keduanya mencoba menelpon Widjatmiko namun tidak ada nada sambung seolah-olah nomer HP temannya itu sudah tidak aktif.
“Ayoo kita susul aja bro, ntar keburu sore!” Rudho berinisiatif mengajak Handoko mencari keberadaan Widjatmiko. Mereka berdua menyusuri jalan setapak yang tadi dilewati Widjatmiko dan sampai ditempat pertama kali temannya itu menemukan bebatuan yang tertutup tanah dan sampah daun.
“Ternyata Miko (panggilan Widjatmiko) dah nemu situsnya bro, pasti sekarang dapat petunjuk lagi dia.” kata Handoko.
Namun hingga terdengar adzan ashar, mereka berdua belum menemukan Widjatmiko padahal hampir semua tempat sudah disusuri. Akhirnya mereka berdua melapor ke Pak RT didesa tersebut dan segera warga desa itu berbondong-bondong ikut mencari di setiap sudut bukit. Namun pencarian warga desa itu tidak membuahkan hasil.
***
Tiga bulan kemudian disuatu sore setelah pulang kerja, Handoko mendapat panggilan telpon dari orang yang sangat dikenalnya.
“Coookk, do ninggal aku karepe piye? Wedhus iki! aku mulih numpak opo cook? (Coookk, kok pada ninggalin aku maksudnya gimana? Kambing! Aku pulang naik apa cook?)”, suara Widjatmiko terdengar dari hp Handoko.
***
Tak berselang lama, Handoko dan Rudho sudah tiba dibawah bukit. Ternyata disana sudah ramai warga yang berkerumun termasuk Pak RT.
Raut wajah Widjatmiko sumringah melihat kedatangan kedua sahabat baiknya itu sambil cengengesan seperti tidak terjadi apa-apa.
Widjatmiko menceritakan pengalamannya setelah bertemu simbah itu dirinya diajak berkeliling ke sebuah komplek candi yang sangat indah. Widjatmiko sempat heran karena ditengah hutan bambu masih terdapat candi yang utuh. Lebih heran lagi saat itu dirinya menyaksikan banyak orang yang melakukan pemujaan ditempat itu, sehingga Widjatmiko tidak berani bersuara takut mengganggu. Selesai upacara pemujaan tersebut mereka juga menyuguhkan berbagai macam sajian kepada Widjatmiko hingga acara tersebut selesai dirinya diantar simbah tadi ke tempat awal pertemuannya.
Widjatmiko tidak mengetahui apabila dirinya sudah menghilang selama 3 bulan!
SEKIAN
BACA JUGA : MISTERI DIBALIK KERIS PUSAKA