TERSESAT DI KAMPUNG JIN
JEJAKMISTERI - "Serius ini bertiga doang mendaki? Firasatku tak enak deh." Ucapku ragu tentang pendakianku bersama Reno dan Dito yang bersama-sama mendaki gunung hanya bertiga saja.
"Kenapa kamu masih ragu aja Bimo, bukannya kemarin kamu yang mengajak mendaki gunung?" Tanggap Reno yang menangkap keraguan dari sikapku.
"Ayolah jangan ragu.. saatnya kita berangkat mendaki walau hanya kita bertiga." Ucap Dito mencoba meyakinkanku agar tetap mendaki gunung.
Sore itu gerimis hujan turun sesekali, langkah awal pun dimulai untuk mendaki sebuah gunung yang sering di daki oleh banyak orang. Aku hanya bertiga bersama Reno dan Dito mendaki gunung di sore itu. Rencananya yang mendaki gunung jumlahnya lima orang, akan tetapi dua temanku memutuskan tak jadi ikut naik gunung karena punya agenda lain. Sebenarnya di awal perjalanan aku ragu untuk mendaki, hingga sampai tempat pendakian pun Aku ragu untuk ikut mendaki karena malam sebelum berangkat mendaki bermimpi aneh karena mengalami sesuatu yang aneh dimana saat pendakian terjebak di kampung yang aneh dan bertemu dengan seorang gadis yang cantik jelita namun menimbulkan firasat yang tidak enak.
Hawa dingin di sore itu mulai begitu terasa, aura mistis pun mulai terasa sore itu seiring hari berganti dari siang berganti ke malam hari. Suara binatang malam mulai bersahutan. Angin malam serasa menembus kulit meskipun sudah memakai jaket yang cukup tebal. Hanya cahaya senterlah yang menerangi kegelapan yang menyelimuti.
"Srekkkk.."
Suara aneh muncul memecah sunyi. Namun bagiku dan temanku itu anggap sebagai ranting yang jatuh.
"Srekkk... Brughhhh."
Suara aneh kembali muncul begitu saja dan kini muncul sekelebatan putih yang muncul begitu saja di hadapan disertai dengan aroma busuk yang menyengat.
"Kamu kentut ya?" Canda Dito kepadaku, dia memang orangnya humoris dalam kondisi apapun.
"Hush.. jangan asal omong, aku malah ngeri nih takut ada penampakan hantu." Ucapku bergetar karena mulai dilanda ketakutan.
"Huh gitu aja kamu takut, kalo ada hantu Aku malah mau pukul dia haha.." Ucap Reno sembari tertawa seakan menantang namun yang Aku lihat dia hanya sekedar bercanda semata dan memang dia orangnya berani dan kurang percaya pada sesuatu yang berbau mistis.
Tanpa ada sebab setelah Dito dan Reno bercanda tiba-tiba angin berhembus kencang disertai suara yang mengerikan muncul
"Hi...hi..hi..hi.."
Tanpa di samping kiri agak jauh terlihat sosok kuntilanak yang seakan mendekat dan lebih kagetnya di samping kanan terlihat ada sosok hitam besar dengan mata berwarna merah. Sontak aku dan temanku bertiga berlari begitu saja menjauh dari tempat tersebut.
"Kalian sih bercanda berlebihan, jadinya kita malah terkena akibatnya." Kataku sambil menahan marah kepada Reno dan Dito.
Reno dan Dito hanya terdiam, mungkin saja mereka berdua mengaku salah namun malu untuk mengungkapkan. Perjalanan kembali dilanjutkan, semua itu berjalan lancar begitu saja tanpa ada hambatan yang berarti. Rasa lelah begitu terasa dan angin malam masih begitu menusuk kulit dan lebih dingin dari sebelumnya.
Samar-samar dari kejauhan terlihat cahaya dan terlihat seperti banyak keramaian. Hal ini membuat keheranan bertiga baik aku, Reno maupun Dito. Hingga akhirnya bertiga memberanikan diri untuk mendekat.
"Kok aneh ya ada perkampungan di hutan? Perasaan kata mereka yang mendaki disini gak ada kampung." Ucap Reno keheranan seperti yang dirasakan olehku dan juga Dito.
"Selamat datang di Kampung Butowarto." Ucap seorang perempuan cantik jelita yang tiba-tiba muncul di samping. Aku terkaget dengan sosok perempuan tersebut karena sosok tersebut adalah sosok yang muncul di dalam mimpiku. Sedangkan Reno dan Dito seakan tanpa ekspresi dan dengan tatapan yang datar namun dengan sedikit raut kebingungan.
"Ayo silahkan ikut gabung bersama kami.." Kata perempuan tersebut mengajakku dan temanku ke kampungnya. Mataku bertatapan dengan Reno dan Dito, mereka pun mengangguk dan mengikuti sosok perempuan tersebut.
Perempuan tersebut mengajakku bersama Reno dan Dito ke sebuah balai pertemuan yang disana kumpul banyak orang.
"Silahkan duduk anak muda." Ucap tokoh yang sepertinya tetua disana.
Aku dan temanku pun duduk dan meletakkan ransel, disana terlihat banyak jamuan yang tersaji.
"Silahkan disantap." Ucap tetua tersebut.
Melihat banyaknya jamuan dan perut yang lapar tentunya tanpa ragu untuk menyantap hidangan yang tersaji. Tak jarang sambil menyantap hidangan berinteraksi satu sama lain.
"Maukah kalian tinggal disini?" Tanya tetua tersebut setelah sekian lama berinteraksi.
Hal itu membuat aneh bagiku dan juga Reno dan Dito karena dirasa janggal menyuruh tinggal di tempat tersebut hingga akhirnya kompak menjawab.
"Tidak pak." Ucapku.
"Kami juga tidak pak, mohon maaf." ucap Reno dan Dito.
"Kalian harus tinggal disini selamanya!" Ucapnya dengan lantang dan tegas seakan memaksa.
"Mohon maaf kami tidak bisa.." Ucapku sembari mewakili Reno dan Dito yang terlihat mulai ketakutan.
Bau busuk muncul tiba-tiba, orang-orang yang berkumpul di balai tersebut menatap seakan tidak senang. Begitu melihat sosok tetua di sana kini berubah menjadi sosok yang menakutkan. Sedangkan orang lain yang hadir pun berubah menjadi sosok yang menakutkan, ada yang menjadi sosok hantu hingga mereka yang mewujudkan seperti para pendaki dengan wajah yang mengerikan, ada yang berdarah-darah dan ada juga yang bagian tubuhnya hilang sebagian.
"Aaaaaaa..."
Sontak bertiga segera berlalu menjauh dari balai pertemuan tersebut sembari berteriak dan tak lupa membawa ransel. Namun naasnya saat melarikan diri malah berpisah satu sama lain hingga akhirnya Aku hanya sendiri ditengah gelapnya malam.
"Renoo... Ditoo..." Teriakku memecah heningnya malam namun tiada jawaban.
Rasa kantuk pun mulai terasa, perlahan rasa lelah begitu terasa dan pandanganpun terasa berkunang-kunang hingga akhirnya kesadaran pun hilang dan ujungnya tak ingat apa-apa.
***
"Sukurlah kalian sudah tersadar."
Sebuah suara membangunkanku dan ternyata Aku, Reno dan Dito dikerubungi banyak orang.
"Kenapa saya bisa disini?" Tanyaku kepada bapak yang sepertinya tetua tersebut.
"Ada pendaki yang menemukan kalian bertiga berdekatan satu sama lain pagi tadi sehingga kalian dibawa ke tempat rumah saya. Berdasarkan penuturan Nak Reno yang telah siuman duluan, Bapak rasa kalian dianggap telah menantang penunggu di sana dan membuat mereka marah. Bukan hanya itu saja, kesalahan kalian salah memilih waktu untuk mendaki karena masa tersebut portal ghaib tengah terbuka sehingga kalian tanpa sengaja ke alam lain. Masih untung kalian selamat, karena banyak mereka yang tak beruntung dan ditemukan sudah tak bernyawa." Ucap tetua atau tokoh daerah tersebut dengan sedikit marah kepada bertiga baik itu Aku sendiri, Reno maupun Dito.
"Kami mengaku salah pak.. mohon maaf." Ucapku mewakili teman-temanku.
"Di gunung ini ada kampung jin Butowarto, terkadang banyak pendaki yang tersesat masuk ke dimensi lain yaitu ke Kampung jin Butowarto hingga akhirnya ada yang berakhir tinggal nama. Berhati-hatilah saat mendaki gunung dan jagalah kesopanan baik perkataan maupun perbuatan dan pilihlah waktu yang tepat saat mendaki." Ucap Bapak tersebut menasihati.
Hari itu Aku, Reno dan juga Dito dijemput orangtua masing-masing pulang ke rumah, dari pendakian tersebut ada pelajaran berharga yang bisa aku ambil yaitu saat mendaki gunung harus menjaga kesopanan baik perkataan dan perbuatan karena di gunung kita tak bisa asal bertindak dan harus menjaga diri dari segala sesuatu yang buruk yang ujungnya bisa merugikan diri kita sendiri.
SEKIAN